easter-japanese

1

“Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan apa yang bukan pelanggaran sebagai pelanggaran sedang bertindak demi bahaya banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia. Para bhikkhu ini menghasilkan banyak keburukan dan menyebabkan Dhamma sejati ini menjadi lenyap.”

(151) “Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan pelanggaran sebagai bukan pelanggaran … (152) … pelanggaran ringan sebagai pelanggaran berat … (153) … pelanggaran berat sebagai pelanggaran ringan … (154) pelanggaran kasar sebagai bukan pelanggaran kasar … (155) pelanggaran yang tidak kasar sebagai pelanggaran kasar … (156) … pelanggaran yang dapat diperbaiki sebagai pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki … [21] (157) pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki sebagai pelanggaran yang dapat diperbaiki … (158) … pelanggaran dengan penebusan sebagai pelanggaran tanpa penebusan … (159) … pelanggaran tanpa penebusan sebagai pelanggaran dengan penebusan sedang bertindak demi bahaya banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia.2 Para bhikkhu ini menghasilkan banyak keburukan dan menyebabkan Dhamma sejati ini menjadi lenyap.”

“Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan apa yang bukan pelanggaran sebagai bukan pelanggaran sedang bertindak demi kesejahteraan banyak orang, demi kebahagiaan banyak orang, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan banyak orang, para deva dan manusia. Para bhikkhu itu menghasilkan banyak jasa dan mempertahankan Dhamma sejati ini.”

(161) “Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan pelanggaran sebagai pelanggaran … (162) … pelanggaran ringan sebagai pelanggaran ringan … (163) … pelanggaran berat sebagai pelanggaran berat … (164) pelanggaran kasar sebagai pelanggaran kasar … (165) pelanggaran yang tidak kasar sebagai bukan pelanggaran kasar … (166) … pelanggaran yang dapat diperbaiki sebagai pelanggaran yang dapat diperbaiki … (167) pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki sebagai pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki … (168) … pelanggaran dengan penebusan sebagai pelanggaran dengan penebusan … (169) … pelanggaran tanpa penebusan sebagai pelanggaran tanpa penebusan sedang bertindak demi kesejahteraan banyak orang, demi kebahagiaan banyak orang, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan banyak orang, para deva dan manusia. Para bhikkhu itu menghasilkan banyak jasa dan mempertahankan Dhamma sejati ini.” [22]


Catatan Kaki
  1. Ee memberi judul vagga ini “Bukan Suatu Pelanggaran, dan seterusnya.” Pelanggaran (āpatti) yang dimaksudkan adalah pelanggaran disiplin monastik. ↩︎

  2. Mp: “Lima kelompok pelanggaran disebut ringan (lahuka) dan dua disebut berat (gāruka, lit. “berat”). Dua disebut kasar dan lima tidak kasar. Enam kelompok disebut dapat diperbaiki dan satu tidak dapat diperbaiki. Pelanggaran-pelanggaran dengan penebusan adalah sama dengan pelanggaran-pelanggaran yang dapat diperbaiki; pelanggaran-pelanggaran tanpa penebusan adalah sama dengan pelanggaran-pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki.” Dua kelompok pelanggaran berat adalah (1) pārājika, yang mengakibatkan pengusiran permanen dari Saṅgha, dan (2) saṅghadisesa, yang menuntut diadakannya sidang resmi Saṅgha dan proses rehabilitasi yang rumit. Lima kelompok pelanggaran ringan adalah thullaccaya (pelanggaran kasar), pācittiya (penebusan), pātidesanīya (harus diakui), dukkaṭa (perbuatan salah), dan dubbhāsita (ucapan salah). Pelanggaran-pelanggaran ini dapat dipulihkan melalui pengakuan kepada bhikkhu lain. Pelanggaran-pelanggaran berat juga disebut “kasar” (duṭṭhulla); pelanggaran ringan, tidak kasar (aduṭṭhula). Pārājika adalah “tidak dapat diperbaiki” (anavasesa) dan “tanpa penebusan” (appaṭikamma), karena tidak dapat ditebus; enam kelompok lainnya adalah “dapat diperbaiki” (sāvasesa) dan “dengan penebusan” (sappaṭikamma) karena dapat dimurnikan melalui penebusan. ↩︎