M i 396
Banyak Jenis Perasaan
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Edisi lain:
Pāḷi (vri)
1.
DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
2.
Kemudian tukang kayu Pañcakanga1 mendatangi Yang Mulia Udāyin, dan setelah bersujud kepadanya, ia duduk di satu sisi dan bertanya:
3.
“Yang mulia, berapa jeniskah perasaan yang telah dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Tiga jenis perasaan telah dinyatakan oleh Sang Bhagavā, perumah-tangga: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. [397]
Tiga jenis perasaan ini telah dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
“Bukan tiga jenis perasaan yang telah dinyatakan oleh Sang Bhagavā, Yang Mulia Udāyin; dua jenis perasaan telah dinyatakan oleh Sang Bhagavā: perasaan menyenangkan dan perasaan menyakitkan. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan ini dinyatakan oleh Sang Bhagavā sebagai jenis kenikmatan yang damai dan luhur.”
Untuk ke dua kalinya dan untuk ke tiga kalinya Yang Mulia Udāyin mengutarakan posisinya, dan untuk ke dua kalinya dan untuk ke tiga kalinya si tukang kayu Pañcakanga mengutarakan posisinya. Tetapi Yang Mulia Udāyin tidak mampu meyakinkan si tukang kayu Pañcakanga, juga si tukang kayu Pañcakanga tidak mampu meyakinkan Yang Mulia Udāyin.
4.
Yang Mulia Ānanda mendengar percakapan mereka, kemudian ia mendatangi Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan melaporkan keseluruhan percakapan antara Yang Mulia Udāyin dan tukang kayu Pañcakanga. Ketika ia telah selesai, Sang Bhagavā menberitahu Yang Mulia Ānanda:
5.
“Ānanda, itu adalah penyajian yang benar yang tidak dapat diterima si tukang kayu Pañcakanga dari Udāyin, dan itu adalah penyajian yang benar yang tidak dapat diterima Udāyin dari si tukang kayu Pañcakanga. Aku telah menyatakan dua jenis perasaan dalam satu penyajian; [398]
aku telah menyatakan tiga jenis perasaan dalam penyajian lainnya; aku telah menyatakan lima jenis perasaan dalam penyajian lainnya lagi; aku telah menyatakan enam jenis perasaan dalam penyajian lainnya lagi; aku telah menyatakan delapan belas jenis perasaan dalam penyajian lainnya lagi; aku telah menyatakan tiga puluh enam jenis perasaan dalam penyajian lainnya lagi; aku telah menyatakan seratus delapan jenis perasaan dalam penyajian lainnya lagi.2 Itu adalah bagaimana Dhamma telah ditunjukkan olehKu dalam penyajian [yang berbeda-beda].
“Ketika Dhamma telah ditunjukkan demikian olehKu dalam penyajian [yang berbeda-beda], dapat diharapkan mereka yang tidak mengakui, tidak menyetujui, tidak menerima apa yang dinyatakan dan disampaikan dengan baik oleh orang lain akan saling bertengkar, berbantahan, dan berselisih, menusuk dengan pedang ucapan. Tetapi dapat diharapkan mereka yang mengakui, menyetujui, menerima apa yang dinyatakan dan disampaikan dengan baik oleh orang lain akan hidup rukun, saling menghargai, tanpa perselisihan, bercampur bagaikan susu dan air, saling menatap satu sama lain dengan tatapan ramah.
6.
“Ānanda, terdapat lima utas kenikmatan indria ini. Apakah lima ini? Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria. Sekarang kenikmatan dan kegembiraan yang muncul dengan bergantung pada kelima utas kenikmatan indria ini disebut kenikmatan indria.
7.
“Jika siapa pun mengatakan: ‘Itu adalah kenikmatan dan kegembiraan tertinggi yang dialami makhluk-makhluk,’ Aku tidak akan menyetujuinya. Mengapakah? Karena ada kenikmatan jenis lain yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan itu. Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
8.
“Jika siapa pun mengatakan: ‘Itu adalah kenikmatan dan kegembiraan tertinggi yang dialami makhluk-makhluk,’ Aku tidak akan menyetujuinya. [399]
Mengapakah? Karena ada kenikmatan jenis lain yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan itu. Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
9.
“Jika siapa pun mengatakan … Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, dan masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang dikatakan oleh para mulia: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
10.
“Jika siapa pun mengatakan … Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu memasuki dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.3
11.
“Jika siapa pun mengatakan … Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa perhatian pada persepsi keberagaman, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
12.
“Jika siapa pun mengatakan … Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, menyadari bahwa ‘kesadaran adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
13.
“Jika siapa pun mengatakan … Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa ‘tidak ada apa-apa,’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya. [400]
14.
“Jika siapa pun mengatakan … Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
15.
“Jika siapa pun mengatakan: ‘Itu adalah kenikmatan dan kegembiraan tertinggi yang dialami makhluk-makhluk,’ Aku tidak akan menyetujuinya. Mengapakah? Karena ada kenikmatan jenis lain yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan itu. Dan apakah jenis lain kenikmatan itu? Di sini, Ānanda, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam lenyapnya persepsi dan perasaan. Ini adalah jenis lain kenikmatan itu yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kenikmatan sebelumnya.
16.
“Adalah mungkin, Ānanda, para pengembara sekte lain mengatakan sebagai berikut: ‘Petapa Gotama membicarakan tentang lenyapnya persepsi dan perasaan dan Beliau menggambarkan itu sebagai kenikmatan. Apakah ini, dan bagaimanakah ini?’ Para mengembara sekte lain yang berkata demikian harus diberitahu: ‘Teman-teman, Sang Bhagavā menggambarkan kenikmatan bukan hanya dengan merujuk pada perasaan menyenangkan; akan tetapi, teman-teman, Sang Tathāgata menggambarkan segala jenis kenikmatan di manapun dan dalam cara apapun kenikmatan itu ditemukan.’”4
Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Ānanda merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
Pañcakanga, tukang kayu bagi Raja Pasenadi dari Kosala, adalah seorang pengikut Sang Buddha yang berbakti. Ia muncul kembali dalam MN 78 dan MN 127. ↩︎
Dua jenis perasaan adalah perasaan jasmani dan batin, atau (yang lebih jarang disebutkan adalah) kedua jenis yang disebutkan oleh Pañcakanga dalam §3. Tiga jenis perasaan adalah tiga yang disebutkan oleh Udāyin dalam §3. Lima jenis adalah kemampuan kenikmatan (jasmani), kegembiraan (batin), kesakitan (jasmani), kesedihan (batin), dan keseimbangan. Enam jenis adalah perasaan yang muncul dari kontak melalui enam organ indria. Delapan belas jenis adalah delapan belas jenis penjelajahan batin – menjelajahi enam objek indria yang menghasilkan kegembiraan, menghasilkan kesedihan, dan menghasilkan keseimbangan (baca MN 137.8). Tiga puluh enam jenis adalah tiga puluh enam posisi makhluk-makhluk – enam jenis kegembiraan, kesedihan, dan keseimbangan masing-masing berdasarkan pada kehidupan rumah tangga atau pada pelepasan keduniawian (baca MN 137.9-15). Seratus delapan jenis adalah tiga puluh enam sebelumnya yang merujuk pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. ↩︎
MA menunjukkan bahwa dengan perasaan bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dari jhāna ke empat sebagai satu jenis kenikmatan, Sang Buddha secara tidak langsung menegaskan pandangan yang dikemukakan oleh Pañcakanga. ↩︎
MA: Baik kenikmatan yang dirasakan maupun kenikmatan yang tidak dirasakan, ditemukan (kenikmatan yang tidak dirasakan adalah kenikmatan yang berhubungan dengan pencapaian lenyapnya). Sang Tathāgata menggambarkan keduanya sebagai kenikmatan dalam makna bahwa keduanya adalah tanpa penderitaan (niddukkhabhāva). ↩︎