easter-japanese

“Para bhikkhu, delapan orang ini adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia. Apakah delapan ini? Pemasuk-arus, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah memasuki-arus; yang-kembali-sekali, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah yang-kembali-sekali; yang-tidak-kembali, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah yang-tidak-kembali; Arahant, orang yang berlatih untuk merealisasikan buah Kearahattaan.1 Delapan orang ini adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.”

Empat yang sedang berlatih dalam sang jalan2 dan empat kokoh dalam buah: ini adalah Saṅgha yang lurus – tenang dalam kebijaksanaan dan perilaku bermoral.3

Bagi orang-orang yang tekun pada pengorbanan, bagi makhluk-makhluk hidup yang mencari jasa, melakukan jasa yang matang dalam perolehan,4 apa yang diberikan pada Saṅgha ini menghasilkan buah yang besar.


Catatan Kaki
  1. Teks di sini menuliskan arahattaphalasacchikiriyāya paṭipanno, sedangkan 8:19 menuliskan arahattāya paṭipanno↩︎

  2. Syair ini juga terdapat pada SN 11:16, I 233. ↩︎

  3. Paññāsīlasamāhito. Mp mengemas: paññāya ca sīlena ca samannāgato. Walaupun ini menganggap samāhito berarti “memiliki” dan bukan pencapaian samādhi, dengan menerjemahkannya sebagai “tenang” kita dapat melihat bagaimana kata itu secara tidak langsung merujuk pada samādhi. ↩︎

  4. Karotaṃ opadhikaṃ puññaṃ. Kata opadhikaṃ berarti bahwa jasanya matang pada upadhi, perolehan kelima kelompok unsur kehidupan di masa depan, dan bahwa perbuatan itu lebih mengarah pada kemakmuran dalam lingkaran kelahiran kembali daripada mengarah pada kebebasan. ↩︎