easter-japanese

“Para bhikkhu, kaum duniawi yang tidak terpelajar mengatakan: ‘Dunia telah memperoleh kesempatan! Dunia telah memperoleh kesempatan!’1 tetapi ia tidak mengetahui apa yang merupakan kesempatan dan apa yang bukan kesempatan. Ada, para bhikkhu, delapan momen tidak menguntungkan ini yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual. Apakah delapan ini?

(1) “Di sini, seorang Tathāgata telah muncul di dunia, seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci, dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Tetapi seseorang terlahir kembali di neraka. Ini adalah momen pertama yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual. [226]

(2) “Kemudian, seorang Tathāgata telah muncul di dunia … dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Tetapi seseorang terlahir kembali di alam binatang. Ini adalah momen ke dua yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

(3) “Kemudian, seorang Tathāgata telah muncul di dunia … dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Tetapi seseorang terlahir kembali di alam hantu menderita. Ini adalah momen ke tiga yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

(4) “Kemudian, seorang Tathāgata telah muncul di dunia … dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Tetapi seseorang terlahir kembali di alam para deva berumur panjang tertentu.2 Ini adalah momen ke empat yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

(5) “Kemudian, seorang Tathāgata telah muncul di dunia … dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Tetapi seseorang terlahir kembali di propinsi terpencil di antara orang-orang asing yang kasar, [suatu tempat] di mana para bhikkhu, bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak berkunjung ke sana. Ini adalah momen ke lima yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

(6) “Kemudian, seorang Tathāgata telah muncul di dunia … dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Seseorang terlahir kembali di propinsi tengah, tetapi ia menganut pandangan salah dan memiliki perspektif menyimpang: ‘Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang dikorbankan, tidak ada yang dipersembahkan; tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; tidak ada di dunia ini para petapa dan brahmana berperilaku baik dan berpraktik benar yang, setelah merealisasikan dunia ini dan dunia lain untuk diri mereka sendiri melalui pengetahuan langsung, kemudian mengajarkannya kepada orang lain.’ Ini adalah momen ke enam yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

(7) “Kemudian, seorang Tathāgata telah muncul di dunia … dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Seseorang terlahir kembali di propinsi tengah, tetapi ia tidak bijaksana, bodoh, tumpul, tidak mampu memahami makna dari apa yang dinyatakan dengan baik dan apa yang dinyatakan dengan buruk. Ini adalah momen ke tujuh yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

(8) “Kemudian, seorang Tathāgata tidak muncul di dunia … dan Dhamma [227] mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan tidak diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Tetapi Seseorang terlahir kembali di propinsi tengah, dan ia bijaksana, cerdas, cerdik, mampu memahami makna dari apa yang dinyatakan dengan baik dan apa yang dinyatakan dengan buruk. Ini adalah momen ke delapan yang tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

“Ini adalah kedelapan momen tidak menguntungkan yang bukan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.

“Ada, para bhikkhu, satu momen menguntungkan yang istimewa yang merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual. Apakah ini? Di sini, seorang Tathāgata telah muncul di dunia, seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci, dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nibbāna, dan pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Sang Jalan. Dan seseorang telah terlahir kembali di propinsi tengah, dan ia bijaksana, cerdas, cerdik, mampu memahami makna dari apa yang dinyatakan dengan baik dan apa yang dinyatakan dengan buruk. Ini, para bhikkhu, adalah satu momen menguntungkan yang istimewa yang merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.”

Setelah mendapatkan kelahiran sebagai manusia ketika Dhamma sejati telah dinyatakan dengan baik, mereka yang tidak menangkap momen ini telah melewatkan momen yang tepat.

Karena banyak saat tidak menguntungkan yang dibicarakan, kesempatan-kesempatan yang menghalangi sang jalan; karena hanya kadang-kadang, sekali-sekali, para Tathāgata muncul di dunia.

Jika seseorang telah secara langsung bertemu Mereka, [keberuntungan] yang jarang diperoleh di dunia ini, jika seseorang memperoleh kelahiran sebagai manusia, dan Dhamma sejati sedang diajarkan, bagi seorang yang menginginkan kebaikannya sendiri, ini adalah dorongan yang cukup untuk berusaha. ‘[228]’

Bagaimana seseorang dapat memahami Dhamma sejati, sehingga momen itu tidak terlewatkan? karena mereka yang melewatkan momen ini bersedih ketika mereka terlahir kembali di neraka.

Seseorang di sini yang telah gagal mendapatkan jalan pasti dari Dhamma sejati,3 akan menyesalinya dalam waktu yang lama bagaikan pedagang yang kehilangan keuntungan.

Seseorang yang terhalangi oleh ketidak-tahuan yang telah gagal dalam Dhamma sejati akan lama mengalami pengembaraan dalam [lingkaran] kelahiran dan kematian.

Tetapi mereka yang mendapatkan kelahiran sebagai manusia ketika Dhamma sejati dinyatakan dengan sempurna, telah memenuhi kata-kata Sang Guru, atau akan memenuhinya, atau sedang memenuhinya sekarang.

Mereka yang telah mempraktikkan sang jalan, yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata, telah menembus momen yang tepat di dunia ini kehidupan spiritual yang tiada taranya.

Engkau harus berdiam tanpa kebocoran, terjaga, senantiasa penuh perhatian dalam pengendalian yang diajarkan oleh Ia Yang Berpenglihatan, Sang Kerabat Matahari.

Setelah memotong semua kecenderungan tersembunyi yang mengikuti seseorang yang hanyut dalam wilayah Māra,4 mereka yang mencapai hancurnya noda-noda, walaupun berada di dunia ini, tetapi telah menyeberang.


Catatan Kaki
  1. Khaṇakicco loko. Lit., “dunia tugas-momen.” Mp: “Seseorang melakukan tugasnya pada suatu momen. Setelah memperoleh kesempatan ini, seseorang melakukan tugasnya.” ↩︎

  2. Dīghāyukaṃ devanikāyaṃ. Mp: “Ini dikatakan dengan merujuk pada kelompok para deva tanpa-persepsi (asaññaṃ devanikāyaṃ).” Akan tetapi, ini juga tampaknya berlaku untuk para deva di alam tanpa bentuk, yang (karena tidak memiliki tubuh) maka tidak dapat mendengarkan Sang Buddha atau para siswaNya mengajarkan Dhamma dan dengan demikian bahkan tidak dapat mencapai jalan memasuki-arus. ↩︎

  3. Saddhammassa niyāmataṃ: Mp mengemas sebagai jalan mulia (ariyaṃ maggaṃ). ↩︎

  4. Bersama dengan Ce dan Ee saya membaca māradheyyasarānuge, bukan seperti Be māradheyyaparānuge. Mp: “Yang menyertai saṃsāra*,* disebut ‘alam Māra’” (māradheyyasaṅkhātaṃ saṃsāraṃ anugate). ↩︎