easter-japanese

1

“Para bhikkhu, ada tujuh hal ini yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah. Apakah tujuh ini?

(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Semoga ia menjadi berpenampilan buruk!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang pada penampilan baik musuhnya. Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, walaupun ia mungkin mandi dengan baik, diminyaki dengan baik, dengan rambut dan janggutnya dicukur rapi, berpakaian putih, tetap saja ia berpenampilan buruk. Ini adalah hal pertama yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.

(2) “Kemudian, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Semoga ia tidak tidur lelap!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang ketika musuhnya tidur lelap. Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, walaupun ia mungkin tidur di atas dipan beralaskan permadani, selimut, dan alas, dengan penutup dari kulit rusa, dengan kanopi dan guling di kedua sisinya, tetap saja ia tidak tidur lelap. Ini adalah hal ke dua yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.

(3) “Kemudian, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Semoga ia tidak berhasil!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang pada keberhasilan musuhnya. [95] Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, jika ia memperoleh apa yang berbahaya, ia berpikir: ‘Aku telah memperoleh apa yang bermanfaat,’ dan jika ia memperoleh apa yang bermanfaat, ia berpikir: ‘Aku telah memperoleh apa yang berbahaya.’ Ketika, dengan dikuasai kemarahan, ia memperoleh hal-hal yang bertentangan ini, hal-hal itu akan mengarah pada bahaya dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama. Ini adalah hal ke tiga yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.

(4) “Kemudian, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Semoga ia tidak menjadi kaya!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang pada kekayaan musuhnya. Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, raja-raja akan menyerahkan kepada bendahara kerajaan segala kekayaan yang telah ia peroleh melalui usaha bersemangat, yang dikumpulkan dengan kekuatan tangannya, yang didapatkan dengan keringat di keningnya, kekayaan yang baik yang diperoleh dengan baik. Ini adalah hal ke empat yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.

(5) “Kemudian, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Semoga ia tidak menjadi termasyhur!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang pada kemasyhuran musuhnya. Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, ia kehilangan segala kemasyhuran yang telah ia peroleh melalui kewaspadaan. Ini adalah hal ke lima yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.

(6) “Kemudian, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Semoga ia tidak memiliki teman!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang jika musuhnya memiliki teman. Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, maka teman-teman dan sahabatnya, sanak saudara dan anggota keluarganya, menghindarinya dari jauh. Ini adalah hal ke enam yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah. [96]

(7) “Kemudian, seorang musuh menghendaki musuhnya: ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka!’ Karena alasan apakah? Seorang musuh tidak senang jika musuhnya pergi ke alam tujuan yang baik. Ketika seorang yang marah dikuasai dan ditindas oleh kemarahan, ia melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan masih dikuasai oleh kemarahan, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka. Ini adalah hal ke tujuh yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.

“Ini adalah ketujuh hal itu yang memuaskan dan menguntungkan seorang musuh yang menghadapi seorang laki-laki atau perempuan yang marah.”

Orang yang marah berpenampilan buruk; ia juga tidak tidur lelap; setelah memperoleh sesuatu yang bermanfaat, ia menganggapnya berbahaya.2

Orang yang marah dikuasai oleh kemarahan, setelah membunuh melalui jasmani dan ucapan,3 menimbulkan kehilangan kekayaan.

Menjadi gila karena kemarahan ia memperoleh reputasi buruk. Sanak saudaranya, teman-temannya, dan mereka yang ia sayangi menghindari orang yang marah.

Kemarahan adalah penyebab bahaya; kemarahan memicu kerusuhan. Orang-orang tidak mengenali bahaya yang telah muncul dari dalam.

Orang yang marah tidak mengetahui apa yang baik; orang yang marah tidak melihat Dhamma. Hanya ada kebutaan dan kegelapan pekat, ketika kemarahan menguasai seseorang. [97]

Ketika seorang yang marah menimbulkan kerusakan, apakah dengan mudah atau dengan susah-payah, kelak, ketika kemarahannya sirna, ia menjadi tersiksa seolah-olah terbakar api.

Ia menunjukkan sikap melawan seperti api di puncak yang berasap. Ketika kemarahannya menyebar ke luar, orang-orang menjadi marah karenanya.4

Ia tidak memiliki rasa malu terhadap kesalahan, ucapannya tidak penuh hormat; seorang yang dikuasai kemarahan tidak memiliki pulau [keselamatan] sama sekali.

Aku akan memberitahukan kepada kalian tentang perbuatan-perbuatan yang menghasilkan siksaan. Dengarkanlah sebagaimana adanya,5 jauh dari mereka yang baik:

Seorang yang marah membunuh ayahnya; seorang yang marah membunuh ibunya sendiri; seorang yang marah membunuh seorang brahmana;6 seorang yang marah membunuh seorang duniawi.

Seorang duniawi yang marah membunuh ibunya, perempuan baik yang memberikannya kehidupan, seorang yang darinya ia diberi makan dan yang menunjukkan dunia ini kepadanya.

Orang-orang itu, seperti diri sendiri, masing-masing paling menyayangi diri mereka sendiri; namun mereka yang marah membunuh diri mereka sendiri dalam berbagai cara7 ketika mereka kebingungan sehubungan dengan berbagai persoalan.

Beberapa orang membunuh diri mereka sendiri dengan pedang; beberapa orang yang kebingungan menelan racun; beberapa orang menggantung diri mereka dengan tali; beberapa orang [terjun] ke dalam jurang di gunung. [98]

Perbuatan-perbuatan yang melibatkan penghancuran kemajuan8 dan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kematian mereka sendiri: ketika melakukan perbuatan-perbuatan demikian mereka tidak tahu bahwa kekalahan muncul dari kemarahan.

Demikianlah jerat kematian yang tersembunyi dalam pikiran telah mengambil wujud kemarahan. Seseorang harus memotongnya melalui pengendalian-diri, kebijaksanaan, kegigihan, dan pandangan [benar].

Orang yang bijaksana harus melenyapkan [kualitas] tidak bermanfaat ini.9 Dengan cara demikianlah seseorang harus berlatih dalam Dhamma: tidak memberi jalan pada sikap melawan.

Bebas dari kemarahan, kesengsaraan mereka sirna, bebas dari delusi,10 tidak lagi ketagihan, jinak, setelah meninggalkan kemarahan, mereka yang tanpa noda mencapai nibbāna.11 [99]


Catatan Kaki
  1. Terdapat paralel China, MĀ 129, pada T I 617b19-618b16. ↩︎

  2. Atho atthaṃ gahetvāna, anatthaṃ adhipajjati. Demikian seluruh tiga edisi, tetapi sebuah edisi Sri Lanka yang lebih tua menuliskan adhigacchati dan edisi Siam paṭipajjati. Seluruh tiga itu dapat dibenarkan, tetapi dengan nuansa berbeda. Kalimat ini jelas mewakili bahaya ke dua dari kemarahan dalam bagian prosa. Mp mengatakan “Setelah memperoleh sesuatu yang menguntungkan, ia berpikir ‘Aku memperoleh apa yang berbahaya’” (vuddhiṃ gahetvā … anattho me gahito ti sallakkheti). Padanan China pada 618a12 menuliskan 應獲得大財,反更得不利 “ketika ia seharusnya memperoleh kekayaan besar, sebaliknya ia memperoleh apa yang berbahaya.” ↩︎

  3. Seluruh tiga edisi menuliskan vadhaṃ katvāna, “setelah membunuh,” yang saya ikuti, tetapi terdapat variasi, vaṇaṃ katvāna, “setelah melukai.” Mp tampaknya mendukung vadhaṃ dengan kemasannya, “ia melakukan tindakan pembunuhan” (pānātipātakammaṃ katvā). Versi China pada 628a15 hanya menuliskan 瞋作身口業, “orang yang marah melakukan perbuatan jasmani atau ucapan.” ↩︎

  4. Syair ini memberikan beberapa kesulitan. Pāda a tertulis dummaṅkuyaṃ padasseti. Hardy, pada kata pengantar untuk AN Vol. V (pp. v-vi), menyebutkan bahwa “*dummaṅku *menyiratkan seorang yang sempoyongan dalam cara yang tidak menyenangkan, tercela, dan memalukan, karena ia tidak malu pada perilakunya, atau sejenisnya.” Mp mengemas kata ini sebagai dubbaṇṇamukhataṃ, “ekspresi wajah yang buruk,” yang mendekati versi China (pada 618a21) 發惡色. Kata kerja dalam pāda c, patāyati tidak jelas. Mp mengemasnya sebagai nibbattati, “dihasilkan,” yang tidak cukup tepat. PED menawarkan “tersebar keluar” (mungkin berasal dari *sphātayati; baca SED sv sphaṭ), yang saya adopsi. Versi China 從是生憎嫉, “dari ini dihasilkan kecemburuan yang bermusuhan,” mungkin berdasarkan pada kata yang berbeda asal India, mungkin spṛhayati (baca SED sv spṛh), yang mungkin muncul dari kesalahan atas sesuatu yang berhubungan dengan *sphātayati↩︎

  5. Bersama dengan Ce dan Be saya membaca yathātathaṃ, bukan seperti Ee yathākathaṃ. ↩︎

  6. Mp mengidentifikasikan “brahmana” di sini sebagai seorang Arahant (khiṇāsavabrahmaṇaṃ). ↩︎

  7. Hanti kuddho puthuttānaṃ. Saya menerjemahkan kemasan Mp puthuttānaṃ sebagai puthu nānākāraṇehi attānaṃ. ↩︎

  8. Bhūnahaccāni kammāni. Komentar secara konsisten mengemas bhūnahata sebagai hatavuddhi, “seorang yang menghancurkan pertumbuhan.” SED, sv bhrūṇa, mengartikan bhṛūṇahati sebagai pembunuhan janin, dan bhṛūṇahatyā sebagai pembunuhan seorang brahmana terpelajar. ↩︎

  9. Bersama dengan Ce saya membaca ekam etaṃ akusalaṃ, bukan seperti Be yathā metaṃ akusalaṃ dan Ee ekam ekaṃ akusalaṃ. Saya menganggap “satu [kualitas] tidak bermanfaat ini” sebagai kemarahan. ↩︎

  10. Bersama dengan Ce saya membaca vītamohā, bukan seperti Be dan Ee vītalobhā, “tanpa keserakahan.” ↩︎

  11. Bersama dengan Ce dan Be saya membaca parinibbanti, bukan seperti Ee parinibbiṃsu. Sebuah variasi parinibbissatha menghasilkan sebuah ucapan orang ke dua jamak: “tanpa noda, kalian akan mencapai nibbāna.” ↩︎