A iii 425
Konsentrasi
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
“Para bhikkhu, (1) adalah tidak mungkin bahwa seorang bhikkhu, yang tanpa konsentrasi yang damai, luhur, yang diperoleh melalui ketenangan, dan mencapai keterpusatan dapat mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin: dari satu, ia menjadi banyak … [seluruh kalimat yang diringkas di sini sama seperti pada 6:2] … ia dapat mengerahkan kemahiran dengan jasmani hingga sejauh alam brahmā. (2) Adalah tidak mungkin bahwa dengan elemen telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia dapat mendengar kedua jenis suara, surgawi dan manusia, yang jauh maupun dekat. (3) Adalah tidak mungkin bahwa ia dapat memahami pikiran makhluk-makhluk dan orang-orang lain, setelah melingkupi mereka dengan pikirannya sendiri; bahwa ia dapat memahami pikiran dengan nafsu sebagai pikiran dengan nafsu … pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan. (4) Adalah tidak mungkin bahwa ia dapat mengingat banyak kehidupan lampau … [426]
dengan aspek-aspek dan rinciannya. (5) Adalah tidak mungkin bahwa dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia, ia dapat melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali … dan dapat memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai kamma mereka. (6) Adalah tidak mungkin bahwa dengan hancurnya noda-noda, ia dapat merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, ia berdiam di dalamnya.
“Para bhikkhu, (1) adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu, dengan konsentrasi yang damai, luhur, yang diperoleh melalui ketenangan, dan mencapai keterpusatan dapat mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin … (2) dapat mendengar kedua jenis suara, surgawi dan manusia, yang jauh maupun dekat … (3) dapat memahami pikiran makhluk-makhluk dan orang-orang lain, setelah melingkupi mereka dengan pikirannya sendiri … (4) dapat mengingat banyak kehidupan lampau dengan aspek-aspek dan rinciannya … (5) dapat, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali … dan dapat memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai kamma mereka … (6) dengan hancurnya noda-noda, ia dapat merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, ia berdiam di dalamnya.”