easter-japanese

Seorang bhikkhu mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepadanya, duduk di satu sisi, dan berkata:

“Dikatakan, Bhante, ‘seorang yang berdiam dalam Dhamma, seorang yang berdiam dalam Dhamma.’ Dengan cara bagaimanakah seorang bhikkhu adalah seorang yang berdiam dalam Dhamma?”

(1) “Di sini, bhikkhu, seorang bhikkhu mempelajari Dhamma – khotbah-khotbah, campuran prosa dan syair, penjelasan-penjelasan, syair-syair, ucapan-ucapan inspiratif, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan pertanyaan-dan-jawaban – tetapi ia tidak pergi lebih jauh dan tidak memahami maknanya dengan kebijaksanaan.1 Ini disebut seorang bhikkhu yang tenggelam dalam pembelajaran, bukan seorang yang berdiam dalam Dhamma.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu mengajarkan Dhamma kepada orang lain secara terperinci seperti yang telah ia dengarkan dan ia pelajari, tetapi ia tidak pergi lebih jauh dan tidak memahami maknanya dengan kebijaksanaan. Ini disebut seorang bhikkhu yang tenggelam dalam komunikasi, bukan seorang yang berdiam dalam Dhamma.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu melafalkan Dhamma secara terperinci seperti yang telah ia dengarkan dan ia pelajari, tetapi ia tidak pergi lebih jauh dan tidak memahami maknanya dengan kebijaksanaan. Ini disebut seorang bhikkhu yang tenggelam dalam pelafalan, bukan seorang yang berdiam dalam Dhamma.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu mempertimbangkan, memeriksa, dan dalam pikiran menyelidiki Dhamma seperti yang telah ia dengarkan dan ia pelajari tetapi ia tidak pergi lebih jauh dan tidak memahami maknanya dengan kebijaksanaan. Ini disebut seorang bhikkhu yang tenggelam dalam pemikiran, bukan seorang yang berdiam dalam Dhamma.

(5) “Di sini, seorang bhikkhu mempelajari Dhamma - khotbah-khotbah, campuran prosa dan syair, penjelasan-penjelasan, syair-syair, ucapan-ucapan inspiratif, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan pertanyaan-dan-jawaban – tetapi ia pergi lebih jauh dan memahami maknanya dengan kebijaksanaan. Dengan cara inilah seorang bhikkhu disebut seorang yang berdiam dalam Dhamma.

“Demikianlah, bhikkhu, Aku telah mengajarkan tentang seorang yang tenggelam dalam pembelajaran, [89] seorang yang tenggelam dalam komunikasi, seorang yang tenggelam dalam pelafalan, seorang yang tenggelam dalam pemikiran, dan seorang yang berdiam dalam Dhamma. Apa pun yang harus dilakukan oleh seorang guru yang berbelas kasihan demi belas kasihan kepada para siswanya, mengusahakan kesejahteraan mereka, telah Aku lakukan untuk kalian. Ada bawah pepohonan ini, ada gubuk-gubuk kosong. Bermeditasilah, bhikkhu, jangan lalai. Jangan sampai menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi kami kepada kalian.”


Catatan Kaki
  1. Uttariṃ c’assa paññāya atthaṃ nappajānāti. Mp: “Setelah pembelajarannya, ia tidak memahami makna Dhamma itu melalui jalan kebijaksanaan bersama dengan pandangan terang; ia tidak melihat dan menembus empat kebenaran [mulia]” (tato pariyattito uttariṃ tassa dhammassa sahavipassanāya maggapaññāya atthaṃ nappajānāti, cattāri saccāni na passati nappaṭivijjhati). ↩︎