easter-japanese

“(1) Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu bersikap tidak sopan dan tidak hormat, dan perilakunya tidak menyenangkan bagi teman-temannya para bhikkhu, adalah tidak mungkin baginya untuk memenuhi faktor perilaku selayaknya. [15] (2) Tanpa memenuhi faktor perilaku selayaknya, adalah tidak mungkin baginya untuk memenuhi faktor dari seorang yang masih berlatih. (3) Tanpa memenuhi faktor dari seorang yang masih berlatih, adalah tidak mungkin baginya untuk memenuhi perilaku bermoral. (4) Tanpa memenuhi perilaku bermoral, adalah tidak mungkin baginya untuk memenuhi pandangan benar. (5) Tanpa memenuhi pandangan benar, adalah tidak mungkin baginya untuk memenuhi konsentrasi benar.1

“(1) Tetapi, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu bersikap sopan dan hormat, dan perilakunya menyenangkan bagi teman-temannya para bhikkhu, adalah mungkin baginya untuk memenuhi faktor perilaku selayaknya. (2) Dengan memenuhi faktor perilaku selayaknya, adalah mungkin baginya untuk memenuhi faktor dari seorang yang masih berlatih. (3) Dengan memenuhi faktor dari seorang yang masih berlatih, adalah mungkin baginya untuk memenuhi perilaku bermoral. (4) Dengan memenuhi perilaku bermoral, adalah mungkin baginya untuk memenuhi pandangan benar. (5) Dengan memenuhi pandangan benar, adalah mungkin baginya untuk memenuhi konsentrasi benar.”


Catatan Kaki
  1. Mp: “Faktor perilaku selayaknya (ābhisamācārikaṃ dhammaṃ) adalah perilaku tertinggi yang merupakan perilaku bermoral yang ditetapkan melalui tugas-tugas (uttamasamācārabhūtaṃ vattavasena paññattasīlaṃ; baca 4:245 §1, di mana kata yang digunakan adalah ābhisamācārikā sikkhā). Faktor dari seorang yang masih berlatih (sekhaṃ dhammaṃ) adalah perilaku bermoral yang ditetapkan bagi seorang yang masih berlatih. Perilaku Bermoral (sīlāni) adalah ‘empat perilaku bermoral besar’ (cattāri mahāsīlāni; diduga adalah empat jenis perilaku yang dijaga melalui empat aturan pārājika). Pandangan benar adalah pandangan benar dari pandangan terang (vipassanāsammādiṭṭhi); konsentrasi benar adalah konsentrasi sang jalan dan buah.” ↩︎