easter-japanese

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang telah menghalau kebenaran-kebenaran diri, sepenuhnya meninggalkan pencarian, dan menenangkan aktivitas jasmani dikatakan sebagai telah ditarik kembali.1

(1) “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu telah menghalau kebenaran-kebenaran pribadi?2 Di sini, kebenaran diri yang biasa mana pun yang mungkin dianut oleh para petapa dan brahmana biasa – yaitu, ‘Dunia adalah abadi’ atau ‘Dunia adalah tidak abadi’; ‘Dunia adalah terbatas’ atau ‘Dunia adalah tidak terbatas’; ‘Jiwa dan badan adalah sama’ atau ‘Jiwa adalah satu hal, badan adalah hal lainnya’; ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian,’ atau ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian,’ atau ‘Sang Tathāgata ada juga tidak ada setelah kematian,’ atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’ – seorang bhikkhu telah membuang dan menghalau semua itu, mengakhirinya, menolaknya, mengusirnya, meninggalkannya, dan melepaskannya.3 Adalah dengan cara ini seorang bhikkhu telah menghalau kebenaran-kebenaran diri.

(2) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu telah sepenuhnya meninggalkan pencarian? Di sini, seorang bhikkhu telah meninggalkan pencarian kenikmatan-kenikmatan indria dan pencarian penjelmaan dan telah menuntaskan pencarian kehidupan spiritual.4 Adalah dengan cara ini seorang bhikkhu telah sepenuhnya meninggalkan pencarian.

(3) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu telah menenangkan aktivitas jasmani? Di sini, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kenikmatan, dengan pemurnian perhatian melalui keseimbangan. Adalah dengan cara ini seorang bhikkhu telah menenangkan aktivitas jasmani.5

(4) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu telah ditarik kembali? Di sini, seorang bhikkhu telah meninggalkan keangkuhan ‘aku,’ telah memotongnya di akarnya, membuatnya seperti tunggul pohon palem, melenyapkannya sehingga tidak muncul lagi di masa depan. Adalah dengan cara ini seorang bhikkhu telah ditarik kembali.

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang telah menghalau kebenaran-kebenaran diri, sepenuhnya meninggalkan pencarian, dan menenangkan aktivitas jasmani dikatakan sebagai telah ditarik kembali.” [42]

Mencari kenikmatan-kenikmatan indria, mencari penjelmaan, mencari kehidupan spiritual; genggaman erat “Demikianlah kebenaran,” sudut-sudut pandang [yang] menggembung:6

Bagi seseorang yang terlepas dari nafsu, terbebaskan melalui hancurnya ketagihan, pencarian demikian telah dilepaskan, dan sudut-sudut pandang tercabut.

Bhikkhu yang damai dan penuh perhatian itu, tenang, tidak terkalahkan, tercerahkan dengan menerobos menembus keangkuhan, disebut “seorang yang telah ditarik kembali.”


Catatan Kaki
  1. Patilīno. Mp mengemas sebagai “tersembunyi, masuk ke dalam keterasingan” (nilīno ekībhāvaṃ upagato). ↩︎

  2. Panuṇṇapaccekasacco. Mp mengemas sebagai “kebenaran-kebenaran pandangan (diṭṭhisaccāni) disebut ‘pribadi’ karena masing-masing memegangnya secara individual, memaksakan ‘Hanya ini yang benar, hanya ini yang kebenaran.’” ↩︎

  3. Bersama Be membaca sabbāni nuṇṇāni honti panuṇṇāni honti cattāni vantāni muttāni pahīnāni, paṭinissaṭṭhāni. Ini juga tulisan pada Ce dan Ee pada paragraf yang sama dalam 10:20↩︎

  4. Mp: “Pencarian kehidupan spiritual (brahmacariyesanā) terdapat dalam aspirasi yang muncul sebagai berikut, ‘Aku akan pergi, mencari kehidupan spiritual.’ Ini mereda dan ditenangkan melalui jalan Kearahattaan. Tetapi pencarian kehidupan spiritual dalam bentuk pandangan-pandangan (diṭṭhibrahmacariyesanā) mereda pada jalan memasuki-arus.” ↩︎

  5. Aktivitas jasmani (kāyasaṅkhāra) di tempat lain diidentifikasikan dengan napas masuk-dan-keluar, yang lenyap pada jhāna ke empat. Baca 9:31 §4. Baca juga MN 44.15; I 301,19-21; SN 41:6, IV 293,16-17. ↩︎

  6. Mp: “Genggaman erat ‘Demikianlah kebenaran’ (iti saccaparāmāso) adalah genggaman konsepsi-konsepsi seperti ‘Demikianlah kebenaran, demikianlah kebenaran.’ Sudut-sudut pandang (diṭṭhiṭṭhāna) adalah hanya pandangan-pandangan, disebut ‘menggembung (samussayā) karena menggembung besar (samussitattā), karena tumbuh dan bertahan.” ↩︎