easter-japanese

1

“Para bhikkhu, ada empat jenis kamma ini yang dinyatakan olehKu setelah Aku merealisasikannya untuk diriKu sendiri dengan pengetahuan langsung. Apakah empat ini? Ada kamma gelap dengan akibat gelap; ada kamma terang dengan akibat terang; ada kamma [231] gelap dan terang dengan akibat gelap-dan-terang; dan ada kamma yang tidak gelap juga tidak terang dengan akibat yang tidak-gelap-juga-tidak-terang, kamma yang mengarah pada hancurnya kamma.

(1) “Dan apakah, para bhikkhu, kamma gelap dengan akibat gelap? Di sini, seseorang melakukan aktivitas berkehendak melalui jasmani yang menyakitkan, aktivitas berkehendak melalui melalui ucapan yang menyakitkan, aktivitas berkehendak melalui melalui pikiran yang menyakitkan.2 Sebagai konsekuensinya, ia terlahir kembali di alam yang menyakitkan. Ketika ia terlahir kembali di alam demikian, kontak yang menyakitkan menyentuhnya. Karena tersentuh oleh kontak yang menyakitkan, ia merasakan perasaan-perasaan yang menyakitkan, sangat menyakitkan, seperti pada kasus makhluk-makhluk neraka. Ini disebut kamma gelap dengan akibat gelap.

(2) “Dan apakah kamma terang dengan akibat terang? Di sini, seseorang melakukan aktivitas berkehendak melalui jasmani yang tidak-menyakitkan, aktivitas berkehendak melalui melalui ucapan yang tidak-menyakitkan, aktivitas berkehendak melalui melalui pikiran yang tidak-menyakitkan.3 Sebagai konsekuensinya, ia terlahir kembali di alam yang tidak-menyakitkan.4 Ketika ia terlahir kembali di alam demikian, kontak yang tidak-menyakitkan menyentuhnya. Karena tersentuh oleh kontak yang tidak-menyakitkan, ia merasakan perasaan-perasaan yang tidak-menyakitkan, sangat menyenangkan, seperti pada kasus para deva dengan keagungan gemilang.5 Ini disebut kamma terang dengan akibat terang.

(3) “Dan apakah kamma gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang? Di sini, seseorang melakukan aktivitas berkehendak melalui jasmani yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan, aktivitas berkehendak melalui ucapan yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan, aktivitas berkehendak melalui pikiran yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan. Sebagai konsekuensinya, ia terlahir kembali di alam yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan. Ketika ia terlahir kembali di alam demikian, [232] kontak yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan menyentuhnya. Karena tersentuh oleh kontak yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan, ia merasakan perasaan-perasaan yang menyakitkan dan juga tidak menyakitkan, campuran kenikmatan dan kesakitan, seperti pada kasus manusia dan beberapa deva dan beberapa makhluk di alam-alam yang lebih rendah. Ini disebut kamma gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang.

(4) “Dan apakah kamma yang tidak-gelap-juga-tidak-terang dengan akibat yang tidak-gelap-juga-tidak-terang, kamma yang mengarah pada hancurnya kamma? Kehendak untuk meninggalkan jenis kamma gelap dengan akibat gelap, kehendak untuk meninggalkan jenis kamma terang dengan akibat terang, dan kehendak untuk meninggalkan jenis kamma gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang: ini disebut kamma tidak-gelap-juga-tidak-terang dengan akibat tidak-gelap-juga-tidak-terang, kamma yang mengarah pada hancurnya kamma.6

“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis kamma itu yang dinyatakan olehKu setelah Aku merealisasikannya untuk diriKu sendiri dengan pengetahuan langsung.”


Catatan Kaki
  1. Baca MN 57.7-11, I 389-91. ↩︎

  2. Di sini suatu “aktivitas berkehendak melalui jasmani yang menyakitkan” (sabyāpajjhaṃ kāyasaṅkhāraṃ) dapat dipahami sebagai kehendak yang bertanggung jawab atas ketiga perjalanan kamma tidak bermanfaat melalui jasmani, suatu “aktivitas berkehendak melalui ucapan yang menyakitkan” sebagai kehendak yang bertanggung jawab atas keempat perjalanan kamma tidak bermanfaat melalui ucapan, dan suatu “aktivitas berkehendak melalui pikiran yang menyakitkan” sebagai kehendak yang bertanggung jawab atas ketiga perjalanan kamma tidak bermanfaat melalui pikiran. ↩︎

  3. Sepuluh perjalanan kamma bermanfaat bersama dengan kehendak jhāna-jhāna. ↩︎

  4. Alam deva yang lebih tinggi. ↩︎

  5. Devā subhakiṇhā. Ini adalah para deva yang berdiam di alam surga tertinggi pada jhāna ke tiga. ↩︎

  6. Mp: “Kehendak sang jalan menuju akhir lingkaran” (vivaṭṭagāminī maggacetanā). ↩︎