easter-japanese

“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang ketagihan – yang menjerat, yang mengalir, yang menyebar luas, dan lengket1 yang dengannya dunia ini tercekik dan terbungkus, dan yang dengannya dunia menjadi gelondongan benang kusut, gumpalan benang kusut, sekumpulan tanaman buluh dan belukar, [212] sehingga tidak dapat melampaui alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, saṃsāra. Dengarkan dan perhatikanlah; Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Dan apakah, para bhikkhu, ketagihan - yang menjerat, yang mengalir, yang menyebar luas, dan lengket - yang dengannya dunia ini tercekik dan terbungkus, dan yang dengannya dunia menjadi gelondongan benang kusut, gumpalan benang kusut, sekumpulan tanaman buluh dan belukar, sehingga tidak dapat melampaui alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, saṃsāra?

“Ada, para bhikkhu, delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal dan delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang eksternal.

“Dan apakah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal? Ketika ada [gagasan] ‘Aku,’ maka ada [gagasan] ‘Aku demikian,’ ‘Aku hanya seperti itu,’ ‘Aku adalah sebaliknya,’ ‘Aku abadi,’ ‘Aku sementara,’ ‘Aku mungkin menjadi,’ ‘Aku mungkin menjadi demikian,’ ‘Aku mungkin hanya seperti itu,’ ‘Aku mungkin adalah sebaliknya,’ ‘Semoga aku menjadi,’ ‘Semoga aku demikian,’ ‘Semoga aku menjadi hanya seperti itu,’ ‘Semoga aku menjadi sebaliknya,’ ‘Aku akan menjadi,’ ‘Aku akan menjadi demikian,’ ‘Aku akan menjadi hanya seperti itu,’ ‘Aku akan menjadi sebaliknya.’ Ini adalah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal.2

“Dan apakah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang eksternal?3 Ketika ada [gagasan], ‘Aku ada karena ini,’4 maka ada [gagasan]: ‘Aku demikian karena ini,’ ‘Aku hanya seperti itu karena ini,’ ‘Aku adalah sebaliknya karena ini,’ ‘Aku abadi karena ini,’ ‘Aku sementara karena ini,’ ‘Aku mungkin menjadi karena ini,’ ‘Aku mungkin menjadi demikian karena ini,’ ‘Aku mungkin hanya seperti itu karena ini,’ ‘Aku mungkin adalah sebaliknya karena ini,’ ‘Semoga aku menjadi karena ini,’ ‘Semoga aku demikian karena ini,’ ‘Semoga aku menjadi hanya seperti itu karena ini,’ ‘Semoga aku menjadi sebaliknya karena ini,’ ‘Aku akan menjadi karena ini,’ ‘Aku akan menjadi demikian karena ini,’ ‘Aku akan menjadi hanya seperti itu karena ini,’ ‘Aku akan menjadi sebaliknya karena ini.’ Ini adalah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan apa yang eksternal.

“Demikianlah ada delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal, dan delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang eksternal. Ini disebut tiga puluh enam arus ketagihan. Ada tiga puluh enam arus ketagihan yang berhubungan dengan masa lampau, tiga puluh enam yang berhubungan dengan masa depan, [213] dan tiga puluh enam yang berhubungan dengan masa sekarang. Maka seluruhnya ada seratus delapan arus ketagihan.

“Ini, para bhikkhu, adalah ketagihan itu - yang menjerat, yang mengalir, yang menyebar luas, dan lengket - yang dengannya dunia ini tercekik dan terbungkus, dan yang dengannya dunia menjadi gelondongan benang kusut, gumpalan benang kusut, sekumpulan tanaman buluh dan belukar, sehingga tidak dapat melampaui alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, saṃsāra.”5


Catatan Kaki
  1. Mp: “Ketagihan disebut yang menjerat (jālinī) karena seperti jaring. Karena sebuah jaring dijahit kencang menjadi satu dan secara menyeluruh saling terjalin, demikian pula ketagihan. Atau disebut yang menjerat karena jaring ini ditebarkan di seluruh tiga alam kehidupan. Disebut yang mengalir (saritā) karena mengalir ke sana-sini. Yang menyebar luas (visaṭā) karena menyebar luas dan berserakan. Dan lengket (visattikā) karena menempel, melekat, terikat di sana-sini.” ↩︎

  2. Saya menerjemahkan frasa-frasa ini – yang tidak jelas – dengan bantuan Mp. “Berhubungan dengan apa yang internal” (ajjhattikassa upādāya) bermakna berhubungan dengan kelima kelompok unsur kehidupan diri sendiri. ↩︎

  3. “Berhubungan dengan apa yang eksternal” (bāhirassa upādāya) bermakna berhubungan dengan kelima kelompok unsur kehidupan eksternal. ↩︎

  4. Mp mengatakan bahwa “karena ini” (iminā) harus dipahami sebagai bermakna “karena bentuk ini … karena kesadaran ini” (iminā rūpena vā … pe … viññāṇena). Kalimat ini tersamar dan saya tidak yakin bahwa Mp telah menangkap makna aslinya. “Karena ini” mungkin bermakna “karena Tuhan pencipta,” atau “karena materi primordial” atau “karena kebetulan atau terpaksa,” dan sebagainya. ↩︎

  5. Saya tidak yakin bagaimana menjelaskan mengapa sutta ini masuk dalam Kelompok Empat. Alasannya mungkin karena keempat kata ini digunakan untuk menjelaskan ketagihan, yang diapit oleh tanda garis pisah, tetapi ini hanya sekedar dugaan. ↩︎