easter-japanese

Kesi si pelatih kuda mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya:

“Kesi, engkau adalah seorang pelatih kuda yang memiliki reputasi baik. Bagaimanakah engkau mendisiplinkan seekor kuda yang harus dijinakkan?”

“Bhante, aku mendisiplinkan sejenis kuda dengan cara lembut, jenis lainnya dengan cara keras, dan jenis lainnya lagi dengan cara lembut dan keras.”

“Tetapi, Kesi, jika seekor kuda yang harus dijinakkan olehmu tidak mau menurut pada pendisiplinan melalui salah satu metode ini, apakah yang engkau lakukan terhadapnya?”

“Bhante, jika seekor kuda yang harus dijinakkan olehku tidak mau menurut pada pendisiplinan melalui salah satu metode ini, maka aku membunuhnya. Karena alasan apakah? Agar tidak mempermalukan perkumpulan guruku. Tetapi, Bhante, Sang Bhagavā adalah pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan. Bagaimanakah Sang Bhagavā mendisiplinkan seorang yang harus dijinakkan?”

“Aku mendisiplinkan sejenis orang dengan cara lembut, jenis lainnya dengan cara keras, dan jenis lainnya lagi dengan cara lembut dan keras. (1) Ini, Kesi, adalah metode lembut: ‘Demikianlah perbuatan baik melalui jasmani, demikianlah akibat dari perbuatan baik melalui jasmani; demikianlah perbuatan baik melalui ucapan, demikianlah akibat dari perbuatan baik melalui ucapan; demikianlah perbuatan baik melalui pikiran, demikianlah akibat dari perbuatan baik melalui pikiran; demikianlah para deva, demikianlah umat manusia.’ (2) Ini adalah metode keras: ‘Demikianlah perbuatan buruk melalui jasmani, demikianlah akibat dari perbuatan buruk melalui jasmani; demikianlah perbuatan buruk melalui ucapan, demikianlah akibat dari perbuatan buruk melalui ucapan; demikianlah perbuatan buruk melalui pikiran, demikianlah akibat dari perbuatan buruk melalui pikiran; demikianlah neraka, demikianlah alam binatang, demikianlah alam hantu menderita.’ (3) Ini adalah metode lembut dan keras: ‘Demikianlah perbuatan baik melalui jasmani, demikianlah akibat dari perbuatan baik melalui jasmani; demikianlah perbuatan buruk melalui jasmani, demikianlah akibat dari perbuatan buruk melalui jasmani; demikianlah perbuatan baik melalui ucapan, demikianlah akibat dari perbuatan baik melalui ucapan; demikianlah perbuatan buruk melalui ucapan, demikianlah akibat dari perbuatan buruk melalui ucapan; demikianlah perbuatan baik melalui pikiran, demikianlah akibat dari perbuatan baik melalui pikiran; demikianlah perbuatan buruk melalui pikiran, demikianlah akibat dari perbuatan buruk melalui pikiran; demikianlah para deva, demikianlah umat manusia; demikianlah neraka, demikianlah alam binatang, demikianlah alam hantu menderita.’”

“Tetapi, Bhante, jika orang yang harus dijinakkan olehMu tidak mau menurut pada pendisiplinan melalui salah satu metode ini, [113] apakah yang Engkau lakukan terhadapnya?”

(4) “Jika orang yang harus dijinakkan olehKu tidak mau menurut pada pendisiplinan melalui salah satu metode ini, maka Aku membunuhnya.”

“Tetapi, Bhante, adalah tidak diperbolehkan bagi Sang Bhagavā untuk membunuh. Namun Beliau mengatakan, ‘Maka Aku membunuhnya.’”

“Benar, Kesi, adalah tidak diperbolehkan bagi Sang Bhagavā untuk membunuh. Akan tetapi, jika orang yang harus dijinakkan olehKu tidak mau menurut pada pendisiplinan melalui metode lembut, metode keras, atau metode lembut dan keras, maka Sang Tathāgata berpikir bahwa ia seharusnya tidak diajak bicara dan tidak diajari, dan teman-temannya para bhikkhu, juga berpikir bahwa ia seharusnya tidak diajak bicara dan tidak diajari. Karena ini, Kesi, adalah ‘pembunuhan’ dalam disiplin Yang Mulia: Sang Tathāgata berpikir bahwa ia seharusnya tidak diajak bicara dan tidak diajari, dan teman-temannya para bhikkhu, juga berpikir bahwa ia seharusnya tidak diajak bicara dan tidak diajari.”

“Ia memang telah dibunuh dengan benar, Bhante, ketika Sang Tathāgata berpikir bahwa ia seharusnya tidak diajak bicara dan tidak diajari, dan teman-temannya para bhikkhu, juga berpikir bahwa ia seharusnya tidak diajak bicara dan tidak diajari.

“Bagus sekali, Guru Gotama! Bagus sekali, Guru Gotama! Guru Gotama telah menjelaskan Dhamma dalam banyak cara, seolah-olah menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang berpenglihatan baik dapat melihat bentuk-bentuk. Sekarang aku berlindung kepada Guru Gotama, kepada Dhamma, dan kepada Saṅgha para bhikkhu. Sudilah Guru Gotama menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”