easter-japanese

“Para bhikkhu, kaum duniawi yang tidak terpelajar membicarakan ketiga bahaya ini yang memisahkan ibu dan anaknya.[^101] Apakah tiga ini?

(1) “Akan tiba saatnya ketika kebakaran besar muncul. Ketika kebakaran besar muncul, kebakaran itu membakar desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota. Ketika desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota sedang terbakar, sang ibu tidak menemukan anaknya dan anak tidak menemukan ibunya. Ini adalah bahaya pertama yang memisahkan ibu dan anaknya yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar.

(2) “Kemudian, akan tiba saatnya ketika hujan lebat muncul. Ketika hujan lebat muncul, maka banjir besar terjadi. Ketika banjir besar terjadi, desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota terhanyutkan. Ketika desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota terhanyutkan, sang ibu tidak menemukan anaknya dan anak tidak menemukan ibunya. Ini adalah bahaya ke dua yang memisahkan ibu dan anaknya yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar.

(3) “Kemudian, akan tiba saatnya ketika muncul badai berbahaya di dalam hutan belantara, ketika orang-orang di pedalaman, menaiki kendaraan mereka, dan pergi ke berbagai arah. Ketika terjadi badai berbahaya di dalam hutan belantara, dan orang-orang di pedalaman, menaiki kendaraan mereka, dan pergi ke berbagai arah, sang ibu tidak menemukan anaknya dan anak tidak menemukan ibunya. Ini adalah bahaya ke tiga yang memisahkan ibu dan anaknya yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar.

“Ini adalah ketiga bahaya itu yang memisahkan ibu dan anaknya yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar.

“Ada, para bhikkhu, tiga bahaya ini ketika ibu dan anaknya berkumpul kembali yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar sebagai bahaya yang memisahkan ibu dan anaknya.1 Apakah tiga ini?

(1) “Akan tiba saatnya ketika kebakaran besar muncul. Ketika kebakaran besar muncul, kebakaran itu membakar desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota. Ketika desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota sedang terbakar, kadang-kadang ada suatu kesempatan ketika ibu [179] bertemu dengan anaknya dan anak bertemu dengan ibunya. Ini adalah bahaya pertama ketika ibu dan anaknya berkumpul kembali yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar sebagai bahaya yang memisahkan ibu dan putranya.

(2) “Kemudian, akan tiba saatnya ketika hujan lebat muncul. Ketika hujan lebat muncul, maka banjir besar terjadi. Ketika banjir besar terjadi, desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota terhanyutkan. Ketika desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota terhanyutkan, kadang-kadang ada suatu kesempatan ketika ibu bertemu dengan anaknya dan anak bertemu dengan ibunya. Ini adalah bahaya ke dua ketika ibu dan putranya berkumpul kembali yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar sebagai bahaya yang memisahkan ibu dan anaknya.

(3) “Kemudian, akan tiba saatnya ketika muncul badai berbahaya di dalam hutan belantara, ketika orang-orang di pedalaman, menaiki kendaraan mereka, dan pergi ke berbagai arah. Ketika terjadi badai berbahaya di dalam hutan belantara, dan orang-orang di pedalaman, menaiki kendaraan mereka, dan pergi ke berbagai arah, kadang-kadang ada suatu kesempatan ketika ibu bertemu dengan anaknya dan anak bertemu dengan ibunya. Ini adalah bahaya ke tiga ketika ibu dan putranya berkumpul kembali yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar sebagai bahaya yang memisahkan ibu dan anaknya.

“Ini adalah ketiga bahaya itu ketika sang ibu dan anaknya berkumpul kembali yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar sebagai bahaya yang memisahkan ibu dan anaknya.

“Ada, para bhikkhu, tiga bahaya ini yang memisahkan ibu dan anaknya.2 Apakah tiga ini? Bahaya penuaan, bahaya penyakit, dan bahaya kematian.

(1) “Ketika sang anak bertambah tua, sang ibu tidak dapat memenuhi harapannya: ‘Biarlah aku bertambah tua, tetapi semoga anakku tidak bertambah tua!’ Dan ketika sang ibu bertambah tua, sang anak tidak dapat memenuhi harapannya: ‘Biarlah aku bertambah tua, tetapi semoga ibuku tidak bertambah tua!’

(2) “Ketika sang anak jatuh sakit, sang ibu tidak dapat memenuhi harapannya: ‘Biarlah aku jatuh sakit, tetapi semoga anakku tidak jatuh sakit!’ Dan ketika sang ibu jatuh sakit, sang anak tidak dapat memenuhi harapannya: ‘Biarlah aku jatuh sakit, tetapi semoga ibuku tidak jatuh sakit!’

(3) “Ketika sang anak sekarat, sang ibu tidak dapat memenuhi harapannya: ‘Biarlah aku mati, tetapi semoga anakku tidak mati!’ Dan ketika sang ibu sekarat, sang anak tidak dapat memenuhi harapannya: ‘Biarlah aku mati, tetapi semoga ibuku tidak mati!’

“Ini adalah ketiga bahaya itu yang memisahkan ibu dan anaknya. [180]

“Ada jalan, para bhikkhu, ada cara yang mengarah menuju ditinggalkannya dan diatasinya ketiga bahaya ini ketika ibu dan anaknya berkumpul kembali dan ketiga bahaya ini yang memisahkan ibu dan anaknya. Apakah jalan dan cara itu? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Ini adalah jalan dan cara yang mengarah menuju ditinggalkannya dan diatasinya ketiga bahaya ini ketika ibu dan anaknya berkumpul kembali dan ketiga bahaya ini yang memisahkan ibu dan anaknya.”


Catatan Kaki
  1. Tīṇi samātāputtikāniyeva bhayāni amātāputtikāni bhayānī ti assutavā puthujjano bhāsati. Secara literal: “Ada tiga bahaya sehubungan dengan-ibu-dan-putra yang dibicarakan oleh kaum duniawi yang tidak terpelajar sebagai ‘tanpa-bahaya ibu-dan-putra.’” Bahaya-bahaya itu jelas adalah kebakaran besar, banjir besar, dan badai berbahaya. Karena hal-hal ini awalnya memisahkan ibu dan putra, maka seseorang dapat menyebutnya “bahaya yang memisahkan ibu dan putranya.” Tetapi karena, pada akhirnya, ibu dan putranya saling bertemu satu sama lain, maka seseorang juga dapat menyebutnya ketika ibu dan putranya berkumpul kembali. ↩︎

  2. Mp: “Setelah menunjukkan cara sementara (pariyāyato) bahaya-bahaya yang memisahkan ibu dan putranya, sekarang Beliau menunjukkan cara yang bukan-sementara (nippariyāyena) bahaya-bahaya yang memisahkan ibu dan putranya.” ↩︎