A v 177
Seorang Yang Menikmati Kenikmatan Indria
Di terjemahkan dari pāḷi oleh
Bhikkhu Bodhi
ShortUrl:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian perumah tangga Anāthapiṇḍika mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: [177]
“Perumah tangga, ada sepuluh jenis orang ini yang menikmati kenikmatan indria yang terdapat di dunia ini. Apakah sepuluh ini?2
[I. PEMBABARAN]
[A. Mereka Yang Mencari Kekayaan dengan Tidak Benar]
(1) “Di sini, perumah tangga, seseorang yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan tidak benar, dengan kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia tidak membuat dirinya bahagia dan gembira, juga ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
(2) “Seorang lainnya yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan tidak benar, dengan kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia membuat dirinya bahagia dan gembira, tetapi ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
(3) “Seorang lainnya lagi yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan tidak benar, dengan kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia membuat dirinya bahagia dan gembira, dan ia juga membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
[B. Mereka Yang Mencari Kekayaan dengan Benar dan dengan Tidak Benar]
(4) “Berikutnya, perumah tangga, seseorang yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar dan dengan tidak benar, dengan kekerasan dan tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia tidak membuat dirinya bahagia dan gembira, juga ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
(5) “Seorang lainnya yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar dan dengan tidak benar, dengan kekerasan dan tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia membuat dirinya bahagia dan gembira, tetapi ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
(6) “Seorang lainnya lagi yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar dan dengan tidak benar, dengan kekerasan dan tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia membuat dirinya bahagia dan gembira, dan ia juga membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
[C. Mereka Yang Mencari Kekayaan dengan Benar]
(7) “Berikutnya, perumah tangga, seseorang yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia tidak membuat dirinya bahagia dan gembira, juga ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
(8) “Seorang lainnya yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, [178]
ia membuat dirinya bahagia dan gembira, tetapi ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.
(9) “Seorang lainnya lagi yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia membuat dirinya bahagia dan gembira, dan ia juga membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Tetapi ia menggunakan kekayaannya dengan terikat pada kekayaannya, tergila-gila padanya, dan secara membuta tenggelam di dalamnya, tidak melihat bahaya di dalamnya dan tidak memahami jalan membebaskan diri darinya.
(10) “Dan seorang lainnya lagi yang menikmati kenikmatan indria mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan. Setelah melakukan demikian, ia membuat dirinya bahagia dan gembira, dan ia juga membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Dan ia menggunakan kekayaannya tanpa terikat pada kekayaannya, tidak tergila-gila padanya, dan tidak secara membuta tenggelam di dalamnya, melihat bahaya di dalamnya dan memahami jalan membebaskan diri darinya.
[II. Evaluasi]
[A. Mereka Yang Mencari Kekayaan dengan Tidak Benar]
(1) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan tidak benar, dengan kekerasan, dan tidak membuat dirinya bahagia dan gembira, dan juga tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dikritik atas tiga dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan tidak benar, dengan kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke tiga yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dikritik atas ketiga dasar ini.
(2) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan tidak benar, dengan kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, tetapi tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dikritik atas dua dasar dan dipuji atas satu dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan tidak benar, dengan kekerasan. Satu dasar yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dikritik atas kedua dasar ini dan dipuji atas satu dasar ini. [179]
(3) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan tidak benar, dengan kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dikritik atas satu dasar dan dipuji atas dua dasar. Satu dasar yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan tidak benar, dengan kekerasan. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dikritik dalam satu dasar ini dan dipuji atas dua dasar ini.
[B. Mereka Yang Mencari Kekayaan dengan Benar dan dengan Tidak Benar]
(4) “Berikutnya, perumah tangga, ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar dan dengan tidak benar, dengan kekerasan dan tanpa kekerasan, dan tidak membuat dirinya bahagia dan gembira, dan tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dipuji atas satu dasar dan dikritik atas tiga dasar. Satu dasar yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan tidak benar, dengan kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke tiga yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas satu dasar ini dan dikritik atas tiga dasar ini.
(5) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar dan dengan tidak benar, dengan kekerasan dan tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, tetapi tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dipuji atas dua dasar dan dikritik atas dua dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan tidak benar, dengan kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. [180]
Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas dua dasar ini dan dikritik atas dua dasar ini.
(6) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar dan dengan tidak benar, dengan kekerasan dan tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dipuji atas tiga dasar dan dikritik atas satu dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Satu dasar yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan tidak benar, dengan kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke tiga yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas tiga dasar ini dan dikritik atas satu dasar ini.
[C. Mereka Yang Mencari Kekayaan dengan Benar]
(7) “Berikutnya, perumah tangga, ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan, dan tidak membuat dirinya bahagia dan gembira, dan juga tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dipuji atas satu dasar dan dikritik atas dua dasar. Satu dasar yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas satu dasar ini dan dikritik atas dua dasar ini.
(8) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, tetapi tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dapat dipuji atas dua dasar dan dikritik atas satu dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Satu dasar yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia tidak membagi kekayaannya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. [181]
Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas dua dasar ini dan dikritik atas satu dasar ini.
(9) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, tetapi ia menggunakan kekayaannya dengan terikat pada kekayaannya, tergila-gila padanya, dan secara membuta tenggelam di dalamnya, tidak melihat bahaya di dalamnya dan tidak memahami jalan membebaskan diri darinya – ia dapat dipuji atas tiga dasar dan dikritik atas satu dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke tiga yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Satu dasar yang dengannya ia dapat dikritik adalah bahwa ia menggunakan kekayaannya dengan terikat pada kekayaannya, tergila-gila padanya, dan secara membuta tenggelam di dalamnya, tidak melihat bahaya di dalamnya dan tidak memahami jalan membebaskan diri darinya. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas tiga dasar ini dan dikritik atas satu dasar ini.
(10) “Ia yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dan ia menggunakan kekayaannya tanpa terikat pada kekayaannya, tidak tergila-gila padanya, dan tidak secara membuta tenggelam di dalamnya, melihat bahaya di dalamnya dan memahami jalan membebaskan diri darinya – ia dapat dipuji atas empat dasar. Dasar pertama yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia mencari kekayaannya dengan benar, tanpa kekerasan. Dasar ke dua yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membuat dirinya sendiri bahagia dan gembira. Dasar ke tiga yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Dasar ke empat yang dengannya ia dapat dipuji adalah bahwa ia menggunakan kekayaannya tanpa terikat pada kekayaannya, tidak tergila-gila padanya, dan tidak secara membuta tenggelam di dalamnya, melihat bahaya di dalamnya dan memahami jalan membebaskan diri darinya. Orang yang menikmati kenikmatan indria ini dapat dipuji atas empat dasar ini.
[Penutup]
“Ini, perumah tangga, adalah kesepuluh jenis orang itu yang menikmati kenikmatan indria yang terdapat di dunia ini. Di antara kesepuluh orang ini, [182]
yang terkemuka, terbaik, terunggul, tertinggi, dan termulia adalah seorang yang menikmati kenikmatan indria yang mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira, dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dan ia menggunakan kekayaannya tanpa terikat pada kekayaannya, tidak tergila-gila padanya, dan tidak secara membuta tenggelam di dalamnya, melihat bahaya di dalamnya dan memahami jalan membebaskan diri darinya. Seperti halnya, dari sapi dihasilkan susu, dari susu dihasilkan dadih, dari dadih dihasilkan mentega, dari mentega dihasilkan ghee, dan dari ghee dihasilkan krim-ghee, yang dianggap sebagai yang terbaik di antara semua itu, demikian pula, di antara kesepuluh jenis orang itu yang menikmati kenikmatan indria ini yang terdapat di dunia, yang terunggul, yang terbaik, yang menonjol, yang tertinggi, dan yang termulia adalah ia yang mencari kekayaan dengan benar, tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan gembira; dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa, dan ia menggunakan kekayaannya tanpa terikat pada kekayaannya, tidak tergila-gila padanya, dan tidak secara membuta tenggelam di dalamnya, melihat bahaya di dalamnya dan memahami jalan membebaskan diri darinya.”
Ini adalah paralel sebagian dari SN 42:12, IV 331-37, tetapi sedikit berbeda dalam penataan. Di mana terdapat dasar campuran bagi pujian dan kritikan. SN 42:12 menguraikan seluruh dasar bagi pujian dan kritikan secara bersama-sama, masing-masing dalam kelompoknya sendiri-sendiri, sedangkan sutta yang sekarang ini memperlakukan masing-masing hal menurut urutan kemunculannya, menyebutnya sebagai dasar dari kritik atau pujian. ↩︎
Tiga variabel dari pola ini yang akan dijelaskan adalah: (i) Bagaimanakah kekayaan itu diperoleh, apakah dengan tidak benar, dengan benar, atau keduanya; (ii) apakah kekayaan itu digunakan untuk manfaat dirinya sendiri atau tidak; dan (iii) apakah digunakan demi manfaat orang lain atau tidak. Mereka yang bernilai positif pada ketiga hal ini dibagi lebih lanjut menjadi mereka yang melekati kekayaan mereka dan mereka yang tidak melekatinya. ↩︎