easter-japanese

Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sehubungan dengan Bhikkhu Kalandaka:1 “Para bhikkhu!”

“Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab:

Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

(1) “Di sini, seorang bhikkhu adalah seorang pembuat persoalan disiplin dan ia tidak memuji penyelesaian persoalan-persoalan disiplin. Ketika seorang bhikkhu adalah seorang pembuat persoalan disiplin dan ia tidak memuji penyelesaian persoalan-persoalan disiplin, ini adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju kasih-sayang, penghormatan, penghargaan, kerukunan, atau persatuan.2 [165]

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak menginginkan latihan dan ia tidak memuji pelaksanaan latihan. Ketika seorang bhikkhu tidak menginginkan latihan … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keinginan jahat dan ia tidak memuji pelenyapan keinginan. Ketika seorang bhikkhu memiliki keinginan jahat … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu rentan pada kemarahan dan ia tidak memuji pelenyapan kemarahan. Ketika seorang bhikkhu rentan pada kemarahan … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(5) “Kemudian, seorang bhikkhu adalah seorang yang merendahkan [orang lain] dan ia tidak memuji pelenyapan sikap merendahkan. Ketika seorang bhikkhu adalah seorang yang merendahkan … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(6) “Kemudian, seorang bhikkhu bersifat licik dan ia tidak memuji pelenyapan kelicikan. Ketika seorang bhikkhu bersifat licik … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(7) “Kemudian, seorang bhikkhu penuh muslihat dan ia tidak memuji pelenyapan muslihat. Ketika seorang bhikkhu penuh muslihat … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan. [166]

(8) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak condong untuk memperhatikan ajaran-ajaran dan ia tidak memuji sikap memperhatikan ajaran-ajaran. Ketika seorang bhikkhu tidak condong untuk memperhatikan ajaran-ajaran … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(9) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak condong pada keterasingan dan ia tidak memuji keterasingan. Ketika seorang bhikkhu tidak condong pada keterasingan … ini juga, adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju … persatuan.

(10) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak menunjukkan keramahan kepada teman-temannya para bhikkhu dan ia tidak memuji seorang yang menunjukkan keramahan. Ketika seorang bhikkhu tidak menunjukkan keramahan kepada teman-temannya para bhikkhu dan ia tidak memuji seorang yang menunjukkan keramahan, ini juga adalah satu kualitas yang tidak mengarah menuju kasih-sayang, penghormatan, penghargaan, kerukunan, atau persatuan.

“Walaupun bhikkhu itu mungkin berharap: ‘Oh, seandainya teman-temanku para bhikkhu menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakanku!’ namun teman-temannya para bhikkhu tidak menghormati, tidak menghargai, tidak menjunjung, dan tidak memuliakannya. Karena alasan apakah? Karena teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana melihat bahwa ia belum meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat itu.

“Misalkan seekor anak kuda liar berharap: ‘Oh, seandainya orang-orang menempatkanku pada posisi seekor kuda berdarah murni, memberikan makanan kuda berdarah murni kepadaku, dan merawatku seperti seekor kuda berdarah murni!’ namun orang-orang tidak menempatkannya pada posisi seekor kuda berdarah murni, tidak memberikan makanan kuda berdarah murni kepadanya, dan tidak merawatnya seperti seekor kuda berdarah murni. [167] Karena alasan apakah? Karena orang-orang bijaksana melihat bahwa ia belum meninggalkan tipuan, taktik, strategi, dan muslihatnya. Demikian pula, walaupun bhikkhu itu mungkin berharap: ‘Oh, seandainya teman-temanku para bhikkhu menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakanku!’ namun teman-temannya para bhikkhu tidak menghormati, tidak menghargai, tidak menjunjung, dan tidak memuliakannya. Karena alasan apakah? Karena teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana melihat bahwa ia belum meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat itu.

(1) “Tetapi, seorang bhikkhu bukanlah seorang pembuat persoalan disiplin dan ia memuji penyelesaian persoalan-persoalan disiplin. Ketika seorang bhikkhu bukanlah seorang pembuat persoalan disiplin dan ia memuji penyelesaian persoalan-persoalan disiplin, ini adalah satu kualitas yang mengarah menuju kasih-sayang, penghormatan, penghargaan, kerukunan, atau persatuan.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu menginginkan latihan dan ia memuji pelaksanaan latihan. Ketika seorang bhikkhu menginginkan latihan … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu memiliki sedikit keinginan dan ia memuji pelenyapan keinginan. Ketika seorang bhikkhu memiliki sedikit keinginan … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(4) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak rentan pada kemarahan dan ia memuji pelenyapan kemarahan. Ketika seorang bhikkhu tidak rentan pada kemarahan … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(5) “Kemudian, seorang bhikkhu bukanlah seorang yang merendahkan [orang lain] dan ia memuji pelenyapan sikap merendahkan. Ketika seorang bhikkhu bukanlah seorang yang merendahkan [orang lain] … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan. [168]

(6) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak bersifat licik dan ia memuji pelenyapan kelicikan. Ketika seorang bhikkhu tidak bersifat licik … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(7) “Kemudian, seorang bhikkhu tidak penuh muslihat dan ia memuji pelenyapan muslihat. Ketika seorang bhikkhu tidak penuh muslihat … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(8) “Kemudian, seorang bhikkhu condong untuk memperhatikan ajaran-ajaran dan ia memuji sikap memperhatikan ajaran-ajaran. Ketika seorang bhikkhu condong untuk memperhatikan ajaran-ajaran … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(9) “Kemudian, seorang bhikkhu condong pada keterasingan dan ia memuji keterasingan. Ketika seorang bhikkhu condong pada keterasingan … ini juga, adalah satu kualitas yang mengarah menuju … persatuan.

(10) “Kemudian, seorang bhikkhu menunjukkan keramahan kepada teman-temannya para bhikkhu dan ia memuji seorang yang menunjukkan keramahan. Ketika seorang bhikkhu menunjukkan keramahan kepada teman-temannya para bhikkhu dan ia memuji seorang yang menunjukkan keramahan, ini juga adalah satu kualitas yang mengarah menuju kasih-sayang, penghormatan, penghargaan, kerukunan, atau persatuan.

“Walaupun bhikkhu itu tidak berharap: ‘Oh, seandainya teman-temanku para bhikkhu menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakanku!’ namun teman-temannya para bhikkhu akan menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakannya. Karena alasan apakah? Karena teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana melihat bahwa ia telah meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat itu.

“Misalkan seekor kuda baik yang berdarah murni tidak berharap: ‘Oh, seandainya orang-orang menempatkanku pada posisi seekor kuda berdarah murni, memberikan makanan kuda berdarah murni kepadaku, dan merawatku seperti seekor kuda berdarah murni!’ namun orang-orang menempatkannya pada posisi seekor kuda berdarah murni, memberikan makanan kuda berdarah murni kepadanya, [169] dan merawatnya seperti seekor kuda berdarah murni. Karena alasan apakah? Karena orang-orang bijaksana melihat bahwa ia telah meninggalkan tipuan, taktik, strategi, dan muslihatnya. Demikian pula, walaupun bhikkhu itu tidak berharap: ‘Oh, seandainya teman-temanku para bhikkhu menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakanku!’ namun teman-temannya para bhikkhu menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakannya. Karena alasan apakah? Karena teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana melihat bahwa ia telah meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat itu.”


Catatan Kaki
  1. Ini adalah nama dalam Ce, Ee membaca kālakaṃ, yang juga dapat dianggap sebagai nama diri. Tetapi Be menuliskan kālakataṃ, yang berarti “seorang yang telah meninggal dunia.” ↩︎

  2. Ayampi dhammo na piyatāya na garutāya na bhāvanāya na sāmaññāya na ekībhāvāya saṃvattati. Mp mengemas na sāmaññāya sebagai na samaṇadhammabhāvāya “juga tidak menuju status [atau tugas] seorang petapa.” Mp jelas menganggap sāmañña sebagai turunan dari samaṇa. Akan tetapi, kata sāmaññā juga merupakan kata benda abstrak dari samāna, yang berarti “sama” atau “serupa,” dan saya yakin ini adalah makna yang dimaksudkan di sini. Saya menerjemahkannya sebagai “kerukunan,” yang cocok dengan kata berikutnya, ekībhāvāya. Baca juga Jilid 4 p.457 catatan 169. Mp tidak mengemas bhāvanāya, tetapi dalam mengomentari 8:2 Mp memperbolehkan dua alternatif, “pengembangan meditatif” dan “penghargaan pada moralitas.” Dalam konteks ini saya menganggap bahwa yang dimaksudkan adalah yang ke dua. Sebuah paralel China, MĀ 94, pada T 1576a23-25, menuliskan untuk bhāvanāya, 不能令修習, “juga tidak menuju pengembangan meditatif”; dan untuk sāmañña, 不能令的沙門, “juga tidak memperoleh status petapa.” Terlepas dari kesesuaian antara Mp dan MĀ 94, saya tetap merasa bahwa ada kemungkinan kata itu disalah-pahami pada masa awal dan saya lebih menyukai terjemahan saya. ↩︎