easter-japanese

“Para bhikkhu, pada malam hari singa, raja binatang buas, keluar dari sarangnya, meregangkan tubuhnya, mengamati empat penjuru sekeliling, [33] dan mengaumkan auman singanya tiga kali. Kemudian ia pergi berburu. Karena alasan apakah? [Dengan berpikir:] ‘Semoga aku tidak membahayakan makhluk-makhluk kecil yang mungkin melintas di jalanku.’

“‘Singa,’ para bhikkhu, adalah sebutan untuk Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ketika Sang Tathāgata mengajarkan Dhamma kepada suatu kumpulan, itu adalah auman singaNya.

“Para bhikkhu, ada sepuluh kekuatan Tathāgata ini yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau mengklaim posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singaNya di tengah kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.1 Apakah sepuluh ini?

(1) “Di sini, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya yang mungkin sebagai mungkin dan yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin. Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya yang mungkin sebagai mungkin dan yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin, maka ini adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau mengklaim posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singaNya di tengah kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.

(2) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya akibat dari kamma yang dilakukan di masa lampau, masa depan, dan masa sekarang dalam hal kemungkinan-kemungkinan dan penyebab-penyebab. Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya … akibat dari kamma yang dilakukan … maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(3) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya jalan yang mengarah menuju ke segala tujuan.2 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya jalan yang mengarah menuju ke segala tujuan, maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(4) “Kemudian, Sang Tathāgata [34] memahami sebagaimana adanya dunia ini dengan banyak elemennya yang beraneka-ragam.3 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya dunia ini dengan banyak elemennya yang beraneka-ragam, maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(5) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya keberagaman watak makhluk-makhluk.4 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya keberagaman watak makhluk-makhluk, maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(6) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya kondisi tinggi dan rendah dari indria-indria makhluk-makhluk dan orang-orang lain.5 Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya kondisi tinggi dan rendah dari indria-indria makhluk-makhluk dan orang-orang lain, maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(7) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya kekotoran, pembersihan, dan keluarnya sehubungan dengan jhāna-jhāna, pembebasan-pembebasan, konsentrasi-konsentrasi, dan pencapaian-pencapaian meditatif. Karena Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya kekotoran, pembersihan, dan keluarnya sehubungan dengan jhāna-jhāna … maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(8) “Kemudian, Sang Tathāgata mengingat banyak kehidupan lampauNya, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh [35] kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa penghancuran dunia, banyak kappa pengembangan dunia, banyak kappa penghancuran dunia dan pengembangan dunia, sebagai berikut: ‘Di sana Aku bernama ini, dari suku ini, dengan penampilan begini, makananKu seperti ini, pengalaman kenikmatan dan kesakitanKu seperti ini, umur kehidupanKu selama ini; meninggal dunia dari sana, Aku terlahir kembali di tempat lain, dan di sana Aku bernama itu, dari suku itu, dengan penampilan begitu, makananKu seperti itu, pengalaman kenikmatan dan kesakitanKu seperti itu, umur kehidupanKu selama itu; meninggal dunia dari sana, Aku terlahir kembali di sini.’ Demikianlah Beliau mengingat banyak kehidupan lampauNya dengan aspek-aspek dan rinciannya. Karena Sang Tathāgata mengingat banyak kehidupan lampauNya … dengan aspek-aspek dan rinciannya, maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma.

(9) “Kemudian, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Sang Tathāgata melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali, hina dan mulia, berpenampilan baik dan berpenampilan buruk, kaya dan miskin, dan memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai kamma mereka sebagai berikut: ‘Makhluk-makhluk ini yang terlibat dalam perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang mencela para mulia, menganut pandangan salah, dan melakukan kamma yang berdasarkan pada pandangan salah, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, telah terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka; tetapi makhluk-makhluk ini yang terlibat dalam perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang tidak mencela para mulia, yang menganut pandangan benar, dan melakukan kamma yang berdasarkan pada pandangan benar, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, telah terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.’ Demikianlah dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Beliau melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali, hina dan mulia, berpenampilan baik dan berpenampilan buruk, kaya dan miskin, dan memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai kamma mereka. [36] Karena Sang Tathāgata … memahami bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai kamma mereka, maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau … memutar roda brahma

(10) “Kemudian, dengan hancurnya noda-noda, Sang Tathāgata telah merealisasikan untuk diriNya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, dan setelah memasukinya, Beliau berdiam di dalamnya. Karena Sang Tathāgata telah merealisasikan untuk diriNya sendiri … kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan … maka ini juga adalah satu kekuatan Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau mengklaim posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singaNya di tengah kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.

“Ini, para bhikkhu, adalah kesepuluh kekuatan Tathāgata itu yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya Beliau mengklaim posisi sapi pemimpin, mengaumkan auman singaNya di tengah kumpulan-kumpulan, dan memutar roda brahma.”


Catatan Kaki
  1. Dari sini dan seterusnya teks adalah paralel yang diperluas dari 6:64. Baca 6:64 untuk catatan tentang kekuatan pertama, ke dua, dan ke tujuh di sini. Kesepuluh kekuatan Tathāgata juga terdapat pada MN 12.9-20, I 69-71 dan dianalisis secara terperinci pada Vibh 336-44 (Be §§809-31). ↩︎

  2. Sabbatthagāminiṃ paṭipadaṃ yathābhūtaṃ ñāṇaṃ. Vibh 339 (Be §811) mengidentifikasikan ini sebagai pengetahuan Sang Buddha pada jalan-jalan yang menuju neraka, alam binatang, alam hantu, alam manusia, alam deva, dan nibbāna. Baca MN 12.37-43, I 74-77. ↩︎

  3. Anekadhātunānādhātulokaṃ yathābhūtaṃ ñāṇaṃ. Vibh 339 (Be §812) mendefinisikan ini sebagai pengetahuan Sang Buddha pada keberagaman kelompok-kelompok unsur kehidupan, landasan-landasan indria, dan elemen-elemen. ↩︎

  4. Sattānaṃ ñāṇādhimuttikataṃ yathābhūtaṃ ñāṇaṃ. Vibh 339 (§813) menjelaskan ini sebagai pengetahuan Sang Buddha atas makhluk-makhluk sebagai memiliki watak rendah atau tinggi, dan pemahaman Beliau atas bagaimana mereka yang berwatak serupa dapat bertemu dan berkumpul. ↩︎

  5. Parasattānaṃ parapuggalānaṃ indriyaparopariyattaṃ yathābhūtaṃ ñāṇaṃ. Vibh 340-42 (§§814-27) menjelaskan ini sebagai pengetahuan Sang Buddha atas kondisi keberagaman kecondongan, kecenderungan tersembunyi, temperamen, watak, kecerdasan, indria, karakter, kemampuan penerimaan, dan potensi makhluk-makhluk. Istilah-istilah ini semuanya dijelaskan secara terperinci. Mp lebih ringkas, mendefinisikannya hanya sebagai pengetahuan Sang Buddha atas apakah indria (keyakinan, dan seterusnya) makhluk-makhluk bertambah atau berkurang. ↩︎