easter-japanese

“Para bhikkhu, apa yang bukan-Dhamma dan berbahaya harus dipahami, dan apa yang adalah Dhamma dan bermanfaat juga harus dipahami.1 Setelah memahami apa yang bukan-Dhamma dan berbahaya, dan juga apa yang adalah Dhamma dan bermanfaat, seseorang harus berlatih sesuai dengan Dhamma dan sesuai dengan apa yang bermanfaat.

“Dan apakah, para bhikkhu, yang bukan-Dhamma dan berbahaya? Pandangan salah, kehendak salah, ucapan salah, perbuatan salah, penghidupan salah, usaha salah, perhatian salah, konsentrasi salah, pengetahuan salah, dan kebebasan salah. [223] Ini adalah apa yang dikatakan sebagai bukan-Dhamma dan berbahaya.

“Dan apakah, para bhikkhu, yang adalah Dhamma dan bermanfaat? Pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar, pengetahuan benar, dan kebebasan benar. Ini adalah apa yang dikatakan sebagai Dhamma dan bermanfaat.

“Ketika dikatakan: ‘Para bhikkhu, apa yang bukan-Dhamma dan berbahaya harus dipahami, dan apa yang adalah Dhamma dan bermanfaat juga harus dipahami. Setelah memahami apa yang bukan-Dhamma dan berbahaya, dan juga apa yang adalah Dhamma dan bermanfaat, seseorang harus berlatih sesuai dengan Dhamma dan sesuai dengan apa yang bermanfaat,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.”


Catatan Kaki
  1. Adhammo ca bhikkhave veditabbo anattho ca; dhammo ca veditabbo attho ca. Di sini dhamma harus dipahami lebih jauh dalam makna prinsip kebaikan dan kebenaran daripada dalam makna sempit ajaran Sang Buddha. Dan attha harus dipahami dalam makna apa yang baik, bermanfaat, dan menguntungkan (dalam makna spiritual), yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang seseorang. Kata ini juga bermakna “arti.” Sering kali dhamma dan attha dipasangkan sebagai dua hal yang harus dipahami dan dihargai dalam proses kontemplasi, seperti dalam ungkapan atthaveda dan dhammaveda, atau atthapaṭisaṃvedī dhammapaṭisaṃvedī↩︎