Uposatha. Hari-hari ibadah, kata “uposatha” itu diturunkan dari kata Sansekerta “upavasatha” yang merujuk pada hari puasa sebelum dilakukan mengurbanan dalam ajaran Veda yang ada pada sebelum masa Sang Buddha1
Pada masa Sang Buddha, beberapa petapa menggunakan bulan penuh dan bulan baru untuk mengajarkan ajaran-ajaran mereka. Hari uposatha ditetapkan oleh Sang Buddha atas permintaan Raja Seniya Bimbisāra, dan Buddha menginstruksikan para bhikkhu untuk memberikan pengajaran kepada umat awam pada hari tersebut dan para bhikkhu membacakan Pātimokkha setiap dua kali Uposatha.2
Dalam Sutta, pelaksanaan Uposatha itu dilakukan pada tanggal ke delapan, empat belas dan ke lima belas setiap setengah bulan.
Di negara Theravada, hari Uposatha berbeda-beda. umumnya setiap minggu sekali sesuai dengan 4 fase bulan; bulan baru, bulan penuh, dan dua perempat diantara kedua itu. Pada beberapa tempat dan komunitas seperti di Srilanka hanya dua kali sebulan, pada bulan baru dan bulan penuh.
Di negara Mahayana yang menggunakan Kalender China melakukan Uposatha enam kali sebulan, pada tanggal ke delapan, empat belas, limat belas, dua puluh tiga dan dua hari terakhir.
Nama-nama Pāḷi hari Uposatha berdasarkan nama-nama sansekerta dari Nakśatra (Pāḷi: Nakkhatta), sebuah penanggalan Hindu, konstelasi atau segmentasi posisi bulan dalam penanggalan lunar.
Nama Bulan | Pāḷi | Sanskrit | Burmese | Sinhala | Thai |
---|---|---|---|---|---|
January | Phussa | Puṣya | Pyatho | Duruthu | Pusaya (ปุศยะ) |
February | Māgha | Maghā | Tabodwe | Navam | Makha (มาฆะ) |
March | Phagguṇa | Phalgunī | Tabaung | Medin (Maedhin) | Pholkuni (ผลคุณี) |
April | Citta | Chitrā | Tagu | Bak | Chittra (จิตรา) |
May | Visākhā | Viśākhā | Kason | Vesak | Visakha (วิสาขา) |
June | Jeṭṭhā | Jyeṣṭha | Nayon | Poson | Chetta (เชษฐา) |
July | Āsāḷhā | Aṣāḍhā | Waso | Esala (Aesala) | Asarnha (อาสาฬหะ) |
August | Sāvana | Śrāvaṇa | Wagaung | Nikini | Savana (สาวนะ) |
September | Poṭṭhapāda | Bhādrapadā | Tawthalin | Binara | Phattarapratha (ภัทรปทา) |
October | Assayuja | Aśvinī | Thadingyut | Vap | Assavani (อัศวนี) |
November | Kattikā | Kṛttikā | Tazaungmon | Il | Krittika (กฤติกา) |
December | Māgasira | Mṛgaśiras | Natdaw | Unduvap | Maruekasira (มฤคศิระ) |
Sang Buddha menginstruksikan umat awam untuk menjalankan Uposatha dengan delapan faktor atau sembilan faktor, yang belakangan disebut dengan Aṭṭhasīla ketika hari uposatha yang berbuah dan bermanfaat besar, luar biasa cemerlang dan menyebar. Latihan ini dengan meniru Arahant yang telah meninggalkan delapan hal seumur hidupnya.
Pada bulan baru dan bulan penuh, ketika terdapat 4 atau lebih bhikkhu, Sangha disuatu tempat akan membacakan Pātimokkha. Sebelum pembacaan Pātimokkha, para bhikkhu akan melakukan pengakuan pelanggaran Vinaya atau Disiplin aturan moralitas untuk bhikkhu.
“Para bhikkhu, dengan menjalankan lengkap dalam delapan faktor, uposatha adalah berbuah dan bermanfaat besar, luar biasa cemerlang dan menyebar. Dan bagaimanakah uposatha dijalankan dengan lengkap dalam delapan faktor, sehingga berbuah dan bermanfaat besar, luar biasa cemerlang dan menyebar?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia merefleksikan sebagai berikut: ‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari pembunuhan; dengan tongkat pemukul dan senjata dikesampingkan, berhati-hati dan tulus, mereka berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk hidup. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari pembunuhan; dengan tongkat pemukul dan senjata dikesampingkan, berhati-hati dan tulus, aku juga akan berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk hidup. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor pertama ini.
(2) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari mengambil apa yang tidak diberikan; mereka hanya mengambil apa yang diberikan, mengharapkan hanya apa yang diberikan, dan berdiam dengan jujur tanpa pikiran untuk mencuri. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari mengambil apa yang tidak diberikan; aku hanya mengambil apa yang diberikan, mengharapkan hanya apa yang diberikan, dan berdiam dengan jujur tanpa pikiran untuk mencuri. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke dua ini.
(3) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan aktivitas seksual dan menjalankan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari hubungan seksual, praktik orang biasa. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan aktivitas seksual dan menjalankan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari hubungan seksual, praktik orang biasa. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke tiga ini.
(4) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari berbohong; mereka mengucapkan kebenaran, setia pada kebenaran; mereka dapat dipercaya dan dapat diandalkan, bukan penipu dunia. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari berbohong; Aku akan mengucapkan kebenaran, setia pada kebenaran; aku akan dapat dipercaya dan dapat diandalkan, bukan penipu dunia. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke empat ini.
(5) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke lima ini.
(6) “‘Seumur hidupnya para Arahant makan sekali sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang selayaknya. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan makan sekali sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang selayaknya. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke enam ini.
(7) “‘Seumur hidupnya para Arahant menghindari tarian, nyanyian, musik instrumental, dan pertunjukan yang tidak layak, dan menghindari menghias dan mempercantik diri dengan mengenakan kalung bunga dan mengoleskan wewangian dan salep. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan menghindari tarian, nyanyian, musik instrumental, dan pertunjukan yang tidak layak, dan menghindari menghias dan mempercantik diriku dengan mengenakan kalung bunga dan mengoleskan wewangian dan salep. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke tujuh ini.
(8 ) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari menggunakan tempat tidur yang tinggi dan mewah; mereka berbaring di tempat tidur yang rendah, apakah tempat tidur kecil atau alas tidur jerami. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari menggunakan tempat tidur yang tinggi dan mewah; aku akan berbaring di tempat tidur yang rendah, apakah tempat tidur kecil atau alas tidur jerami. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini [251] dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke delapan ini.
“Adalah dengan cara ini, para bhikkhu, maka uposatha dijalankan lengkap dalam delapan faktor, sehingga berbuah dan bermanfaat besar, luar biasa cemerlang dan menyebar.”
— AN 8.41: Saṅkhittūposatha Sutta
Para bhikkhu, Ketika dijalankan dengan lengkap dalam sembilan faktor, uposatha adalah berbuah dan bermanfaat besar, luar biasa cemerlang dan menyebar. Dan bagaimanakah uposatha dijalankan dengan lengkap dalam sembilan faktor, sehingga berbuah dan bermanfaat besar, luar biasa cemerlang dan menyebar?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia merefleksikan sebagai berikut: ‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari pembunuhan; dengan tongkat pemukul dan senjata dikesampingkan, berhati-hati dan tulus, mereka berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk hidup. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari pembunuhan; dengan tongkat pemukul dan senjata dikesampingkan, berhati-hati dan tulus, aku juga akan berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk hidup. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor pertama ini.
(2) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari mengambil apa yang tidak diberikan; mereka hanya mengambil apa yang diberikan, mengharapkan hanya apa yang diberikan, dan berdiam dengan jujur tanpa pikiran untuk mencuri. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari mengambil apa yang tidak diberikan; aku hanya mengambil apa yang diberikan, mengharapkan hanya apa yang diberikan, dan berdiam dengan jujur tanpa pikiran untuk mencuri. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke dua ini. [389]
(3) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan aktivitas seksual dan menjalankan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari hubungan seksual, praktik orang biasa. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan aktivitas seksual dan menjalankan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari hubungan seksual, praktik orang biasa. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke tiga ini.
(4) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari berbohong; mereka mengucapkan kebenaran, setia pada kebenaran; mereka dapat dipercaya dan dapat diandalkan, bukan penipu dunia. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari berbohong; Aku akan mengucapkan kebenaran, setia pada kebenaran; aku akan dapat dipercaya dan dapat diandalkan, bukan penipu dunia. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke empat ini.
(5) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke lima ini.
(6) “‘Seumur hidupnya para Arahant makan sekali sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang selayaknya. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan makan sekali sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang selayaknya. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke enam ini.
(7) “‘Seumur hidupnya para Arahant menghindari tarian, nyanyian, musik instrumental, dan pertunjukan yang tidak layak, dan menghindari menghias dan mempercantik diri dengan mengenakan kalung bunga dan mengoleskan wewangian dan salep. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan menghindari tarian, nyanyian, musik instrumental, dan pertunjukan yang tidak layak, dan menghindari menghias dan mempercantik diriku dengan mengenakan kalung bunga dan mengoleskan wewangian dan salep. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke tujuh ini.
(8) “‘Seumur hidupnya para Arahant meninggalkan dan menghindari menggunakan tempat tidur yang tinggi dan mewah; mereka berbaring di tempat tidur yang rendah, [390] apakah tempat tidur kecil atau alas tidur jerami. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan meninggalkan dan menghindari menggunakan tempat tidur yang tinggi dan mewah; aku akan berbaring di tempat tidur yang rendah, apakah tempat tidur kecil atau alas tidur jerami. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke delapan ini.
(9) “Di sini, seorang siswa mulia berdiam dengan melingkupi satu arah dengan pikiran yang penuh dengan cinta-kasih, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran yang penuh dengan cinta kasih, luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Uposatha memiliki faktor ke sembilan ini.
— AN 9.18: Metta Sutta
Seseorang tidak boleh membunuh makhluk-makhluk hidup atau mengambil apa yang tidak diberikan; Ia seharusnya tidak berkata bohong atau meminum minuman memabukkan; Ia harus menahan diri dari aktivitas seksual, dari ketidak-sucian; Ia tidak boleh makan di malam hari atau pada waktu yang tidak tepat.
Ia tidak boleh mengenakan kalung bunga atau mengoleskan wangi-wangian; Ia harus tidur di tempat tidur [yang rendah] atau alas tidur di lantai; Ini, mereka katakan, adalah uposatha berfaktor delapan Yang dinyatakan oleh Sang Buddha, Yang telah mencapai akhir penderitaan.
Sejauh matahari dan rembulan berputar, Memancarkan cahaya, begitu indah dipandang, Penghalau kegelapan, bergerak di sepanjang cakrawala, Bersinar di angkasa, menerangi segala penjuru. [255]
Kekayaan apa pun yang ada di sini – Mutiara, permata, dan beryl yang baik, Emas tanduk dan emas gunung, Dan emas alami yang disebut haṭaka –
Semua itu tidak sebanding dengan seper enam belas bagian Dari uposatha yang lengkap dengan delapan faktor, Seperti halnya sekumpulan bintang [tidak dapat menandingi] cahaya rembulan.
Oleh karena itu seorang perempuan atau laki-laki yang bermoral Setelah menjalankan uposatha yang lengkap dengan delapan faktor, Dan setelah melakukan jasa yang menghasilkan kebahagiaan, Pergi tanpa cela menuju alam surga.
— AN 8.42: Vitthatūposatha Sutta
“Ada, Visākhā, tiga jenis uposatha. Apakah tiga ini? Uposatha penggembala, uposatha Nigaṇṭha,<474> dan uposatha para mulia.
(1) “Dan bagaimanakah, Visākhā, uposatha penggembala itu dijalankan? Misalkan, Visākhā, pada malam hari seorang penggembala mengembalikan sapi-sapinya kepada pemiliknya. Ia merenungkan sebagai berikut: ‘Hari ini sapi-sapi merumput di tempat-tempat ini dan itu dan meminum air dari tempat-tempat ini dan itu. Besok sapi-sapi merumput di tempat-tempat ini dan itu dan meminum air dari tempat-tempat ini dan itu.’ Demikian pula, seseorang di sini menjalankan uposatha dengan merenungkan sebagai berikut: ‘Hari ini aku memakan ini dan itu; hari ini aku memakan makanan jenis ini dan itu. [206] besok aku memakan ini dan itu; besok aku memakan makanan jenis ini dan itu. Dengan demikian ia melewatkan hari itu dengan keserakahan dan kerinduan dalam pikirannya. Adalah dengan cara demikian uposatha penggembala dijalankan. Uposatha penggembala, yang dijalankan demikian, tidak berbuah dan bermanfaat besar, juga tidak luar biasa cemerlang dan menyebar.
(2) “Dan bagaimanakah, Visākhā, uposatha Nigaṇṭha dijalankan? Ada, Visākhā, para petapa yang disebut para Nigaṇṭha. Mereka menginstruksikan para siswa mereka sebagai berikut: ‘Marilah, sahabat, letakkanlah tongkat pemukul terhadap makhluk-makhluk hidup yang berdiam dalam jarak lebih dari seratus yojana di arah timur.<475> Letakkanlah tongkat pemukul terhadap makhluk-makhluk hidup yang berdiam dalam jarak lebih dari seratus yojana di arah barat. Letakkanlah tongkat pemukul terhadap makhluk-makhluk hidup yang berdiam dalam jarak lebih dari seratus yojana di arah utara. Letakkanlah tongkat pemukul terhadap makhluk-makhluk hidup yang berdiam dalam jarak lebih dari seratus yojana di arah selatan.’ Demikianlah mereka menginstruksikan mereka agar bersimpati dan berbelas kasihan terhadap beberapa makhluk hidup, tetapi tidak pada yang lainnya. Pada hari uposatha, mereka menginstruksikan para siswa mereka sebagai berikut: ‘Marilah, sahabat, setelah menyingkirkan semua pakaian, ucapkan: ‘Aku sama sekali bukan milik siapa pun, juga segala sesuatu di mana pun juga sama sekali bukan milikku.’<476> Akan tetapi, orang tuanya mengetahui: ‘Ini adalah putera kami.’ Dan ia mengetahui: ‘Mereka ini adalah orang tuaku.’ Istri dan anak-anaknya mengetahui: ‘Ia adalah penyokong kami.’ Dan ia mengetahui: ‘Mereka ini adalah istri dan anak-anakku.’ Para budak, pekerja, dan pelayannya mengetahui: ‘Ia adalah majikan kami.’ Dan ia mengetahui: ‘Mereka ini adalah para budak, pekerja, dan pelayanku.’ Demikianlah pada suatu kesempatan di mana mereka seharusnya diajarkan dalam kejujuran, [para Nigaṇṭha] mengajarkan mereka dalam kebohongan. Ini, Aku katakan, adalah kebohongan. Ketika malam berlalu, ia menggunakan kepemilikan yang belum diberikan. Ini, aku katakan, adalah mengambil apa yang tidak diberikan. Adalah dengan cara ini uposatha para Nigaṇṭha dijalankan. Ketika seseorang menjalankan uposatha seperti cara para Nigaṇṭha, maka uposatha itu tidak berbuah dan bermanfaat besar, juga tidak luar biasa cemerlang dan menyebar.
(3) “Dan bagaimanakah, Visākhā, uposatha para mulia dijalankan? [207] pikiran yang kotor dibersihkan melalui usaha.
[Kemudian menjelaskan cara membersihkan pikiran melalui usaha dengan melakukan perenungan Tathāgata, Dhamma, Sangha, moralitasnya sendiri, dewata dan para Arahant yang telah meninggalkan delapan hal lalu menirunya.]
— AN 3.70: Uposatha Sutta