Dāna (Pāli, Sanskrit: दान dāna) adalah kemurahan hati atau memberi. Dalam Buddhisme, Dana juga berarti latihan pengembangan kemurahan hati.
Dana merupakan salah satu dari 3 landasan perbuatan baik (punnakiriyavatthu), dimulai dari dana lalu Sīla/Moralitas lalu Bhavana/Pengembangan mental. Selain itu juga dalam berkhotbah, Sang Buddha mengajarkan dengan bertahap dan beliau selalu berkhotbah dimulai dengan Dana ini.
“Dan apakah harta kemurahan hati? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, kesadarannya bersih dari noda kekikiran, tinggal di rumah, murah hati tanpa paksaan, tangan terbuka, bersenang dalam memaafkan, tanggap terhadap permintaan-permintaan, bersenang dalam membagikan dana makanan (pindapatta). Inilah yang disebut harta kemurahan hati”
~ Aṅguttara Nikaya 7.6: Dhana Sutta - Harta
“Ketika mereka memberi dengan keyakinan Dengan hati percaya, Makanan kembali kepada [si pemberi] sendiri Baik di dunia ini maupun mendatang.
“Oleh karena itu, setelah melenyapkan kekikiran, Penakluk noda harus memberi. Jasa adalah penopang makhluk hidup [Ketika mereka terlahir] di dunia lain.”
~ SN 1.43: Anna Sutta
“Ketika rumah seseorang terbakar Peti yang dibawa keluar Adalah yang berguna, Bukan yang terbakar di dalam.
“Maka ketika dunia terbakar Oleh [api] usia tua dan kematian, Seseorang harus mengeluarkan [kekayaannya] dengan memberi: Apa yang diberikan akan terselamatkan dengan baik.
“Apa yang diberikan menghasilkan buah yang menyenangkan, Tetapi tidak demikian dengan apa yang tidak diberikan. Pencuri mengambilnya, atau raja, Terbakar oleh api atau hilang.
“Kemudian pada akhirnya seseorang meninggalkan jasmani ini, bersama dengan harta miliknya. Setelah memahami hal ini, orang bijaksana Harus bersenang-senang tetapi juga memberi. Setelah memberi dan menikmati sesuai keinginannya, Tanpa cela ia pergi menuju alam surga.”
~ Saṃyutta Nikaya 1.41: Aditta Sutta
[Devatā:]
“Memberikan apakah seseorang memperoleh kekuatan? Memberikan apakah seseorang memperoleh kecantikan? Memberikan apakah seseorang memperoleh kemudahan? Memberikan apakah seseorang memperoleh penglihatan? Siapakah pemberi segalanya? Karena ditanya, jelaskanlah kepadaku.”
[Sang Bhagavā:]
“Memberikan makanan, seseorang memperoleh kekuatan; Memberikan pakaian, seseorang memperoleh kecantikan; Memberikan kendaraan, seseorang memperoleh kemudahan; Memberikan pelita, seseorang memperoleh penglihatan.
“Seorang yang memberikan tempat tinggal Adalah pemberi segalanya. Tetapi seorang yang mengajarkan Dhamma Adalah pemberi Keabadian.”
~ SN 1.42: Kimdada Sutta
“Inilah lima hasil dari kemurahan hati: akan disukai dan menarik hati orang banyak, akan dikagumi oleh orang-orang baik, nama baiknya akan tersebar luas, tidak akan menyimpang dari tugasnya sebagai perumah-tangga, dan dengan hancurnya tubuh ketika mati, akan muncul ditempat yang baik, di alam-alam surgawi.”
~ Aṅguttara Nikāya 5.35
Tidak ada yang kikir yang pergi ke alam deva. Siapapun yang tidak memuji memberi adalah bodoh. Yang tercerahkan mengungkapkan persetujuannya untuk memberi agar menemukan kemudahan didunia setelah ini.
~ Dhammapada 177
[Sang Buddha:] “Ketika dimana ada kasus ada orang tertentu menahan diri dari pembunuhan, menahan dari mengambil apa yang tidak diberikan, menahan dari pemuasan inderawi yang salah, menahan dari ucapan yang salah, menahan dari ucapan yang memecah, menahan dari ucapan yang kasar, menahan dari ucapan yang tidak perlu, tidak serakah, tidak memiliki niat buruk, dan memiliki pandangan-pandangan benar.
Dan dia memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, kalungan bunga, wangi-wangian, krim, tempat tidur, tempat tinggal, & lampu kepada Brāhmaṇa & petapa. Dengan hancurnya tubuh, setelah mati, dia akan muncul ditengah para manusia. Dia akan mengalami pemuasan lima inderawi manusia [penglihatan, suara, bau-bauan, rasa, sentuhan yang menyenangkan].
[Demikian pula untuk kasus terlahir di tengah para deva]
[Brāhmaṇa Janussonin]: “Luar biasa, Tuan Gotama, mencengangkan, hal itu cukup untuk membuat seseorang ingin untuk memberikan hadiah, cukup untuk membuat seseorang ingin memberikan persembahan, dimana si pemberi tidak akan pergi tanpa hadiah/hasil.” “Memang demikian, Brāhmaṇa. Demikianlah adanya. Si pemberi tidak akan pergi tanpa hadiah/hasil.”
~ Aṅguttara Nikāya 10.177: Janussonin Sutta
[Devatā:]
“Mereka yang kikir, di sini, di dunia ini, Orang-orang pelit, pencaci, Orang-orang yang membuat rintangan Bagi orang lain yang suka memberikan persembahan:
“Akibat apakah yang mereka terima? Bagaimanakah kelahiran mendatang mereka? Kami datang untuk bertanya kepada Sang Bhagavā: Bagaimanakah kami memahami hal ini?”
[Sang Bhagavā:]
“Mereka yang kikir, di sini, di dunia ini, Orang-orang pelit, pencaci, Orang-orang yang membuat rintangan Bagi orang lain yang suka memberikan persembahan: Mereka akan terlahir kembali di neraka, Di alam binatang atau alam Yama.
“Jika mereka kembali ke alam manusia Mereka akan terlahir dalam keluarga miskin Di mana pakaian, makanan, dan aktivitas olahraga Diperoleh dengan susah-payah.
“Apa pun yang diharapkan oleh si dungu dari orang lain, Bahkan itu pun tidak mereka peroleh. Ini adalah akibat dalam kehidupan ini; Dan kelahiran yang buruk di masa depan.”
[Devatā:]
“Kami memahami apa yang Engkau katakan; Kami akan menanyakan, O, Gotama, pertanyaan lain: Mereka yang terlahir di alam manusia, Ramah dan dermawan, Yakin dalam Buddha dan Dhamma Dan sangat menghormati Sangha:
“Akibat apakah yang mereka terima? Bagaimanakah kelahiran mendatang mereka? Kami datang untuk bertanya kepada Sang Bhagavā: Bagaimanakah kami memahami hal ini?”
[Sang Bhagavā:]
“Bagi mereka yang terlahir di alam manusia Ramah dan dermawan, Yakin dalam Buddha dan Dhamma Dan sangat menghormati Sangha: Orang-orang ini menerangi alam surga Di mana mereka akan terlahir kembali.
“Jika mereka kembali ke alam manusia Mereka akan terlahir kembali dalam keluarga kaya Di mana pakaian, makanan, dan aktivitas olahraga Diperoleh tanpa susah-payah.
“Mereka bergembira bagaikan para dewa yang mengendalikan Barang-barang yang dikumpulkan oleh orang lain. Ini adalah akibat dalam kehidupan ini; Dan kelahiran yang baik di masa depan.”
~ Saṃyutta Nikaya 1.49: Macchari Sutta
Pada waktu yang tepat mereka memberi - mereka dengan pemahaman, responsif, bebas dari kekikiran. Telah memberi pada waktu yang tepat, dengan pikiran yang terinspirasi oleh Para Mulia
~ Aṅguttara Nikāya 5.36: Kaladana Sutta
“Si Pemberi, sebelum memberi, senang; ketika memberi, pikirannya terinspirasi; dan setelah memberi, puas. Ini adalah tiga faktor dari si pemberi…
“Si penerima bebas dari nafsu atau sedang melatih untuk mengatasi nafsu; bebas dari kebencian atau melatih untuk mengatasi kebencian; dan bebas dari delusi atau berlatih untuk mengatasi delusi. Inilah tiga faktor dari penerima.”
~ Aṅguttara Nikāya 6.37: Dana Sutta
“Bahkan ketika seseorang membuang air cucian mangkuk atau gelasnya kedalam kolam atau empang, dengan berpikir, ‘Semoga semua binatang yang hidup disini dapat memakan sisa makanan ini,’ itu merupakan sumber dari jasa baik, meskipun tidak diberikan kepada manusia. Tetapi aku katakan bahwa apa yang diberikan kepada orang yang bermoral akan bemiliki hasil yang besar, dan tidak banyak untuk apa yang diberikan kepada orang yang tidak bermoral. Dan orang bermoral telah meninggalkan lima faktor dan memiliki lima faktor.
“Apakah lima yang telah ditinggalkannya? Dia telah meninggalkan keinginan pemuasan indera… niat buruk… kemalasan & kelambanan … kegelisahan & keresahan… ketidakpastian. Ini adalah lima faktor yang dia telah tingalkan. Dan lima apakah dia miliki? Dia memiliki kumpulan moralitas seseorang yang telah berlatih… kumpulan konsentrasi seseorang yang telah berlatih… kumpulan pemahaman seseorang yang telah berlatih… kumpulan pembebasan seseorang yang telah berlatih… kumpulan pengetahuan & penglihatan seseorang yang telah berlatih. Ini adalah lima faktor yang dimilikinya.
“Saya katakan padamu: Apa yang telah diberikan kepada seseorang yang telah meinggalkan lima faktor itu dan memiliki lima faktor ini, memiliki hasil yang besar.”
~ Aṅguttara Nikāya 3.57
Ada 8 individual yang layak mendapatkan pemberian, layak mendapatkan keramah-tamahan, layak mendapatkan persembahan, layak mendapatkan penghormatan, tempat berbuat baik tak tertandingi di dunia. Apakah delapan itu?
Seseorang yang telah memasuki arus, seseorang yang telah memasuki realisasi hasil pemasuk arus, seorang yang-kembali-sekali-lagi, seseorang yang telah memasuki realisasi hasil dari yang-kembali-sekali-lagi, yang-tidak-kembali-lagi, seseorang yang telah merealisasikan hasil dari yang-tidak-kembali-lagi, seorang arahant, seseorang yang telah memasuki kearahantaan.
Ini adalah delapan individu yang layak mendapatkan pemberian, layak mendapatkan keramah-tamahan, layak mendapatkan persembahan, layak mendapatkan penghormatan, tempat berbuat baik tak tertandingi di dunia.
~ Aṅguttara Nikāya 8.59
“Sang empat mempraktikkan jalan Dan empat kokoh dalam buah: Ini adalah Saṅgha berperilaku lurus Memiliki kebijaksanaan dan moralitas.
“Bagi orang-orang yang memberikan dana makanan, Bagi makhluk-makhluk hidup yang mencari jasa kebajikan, Melakukan jasa berjenis duniawi, Pemberian kepada Saṅgha menghasilkan buah besar.”
~ SN 11.16: Yajamāna Sutta
“Bahkan ketika seseorang membuang air cucian mangkuk atau gelasnya kedalam kolam atau empang, dengan berpikir, ‘Semoga semua binatang yang hidup disini dapat memakan sisa makanan ini,’ itu merupakan sumber dari jasa baik.”
~ Aṅguttara Nikāya 3.57: Vacca Sutta
Jika mahluk-mahluk mengetahui, seperti yang aku ketahui, hasil dari memberi dan berbagi, mereka tidak akan makan tanpa sebelumnya memberi dahulu, ataupun akan membiarkan noda kekikiran mengotori pikirannya. Meskipun itu adalah gigitan terakhir, suapan terakhirnya, mereka tidak akan makan tanpa sebelumnya memberi dahulu, jika ada seseorang yang bisa menerima pemberiannya. Tetapi karena mahluk-mahluk lain tidak mengetahui, seperti yang aku ketahui, hasil dari memberi & berbagi, mereka makan tanpa sebelumnya memberi. Noda kekikiran menguasai pikirannya.
~ Khuddaka Nikaya, Itivuttaka 26
Mengatasi kemarahan dengan tidak ada amarah; buruk, dengan baik kekikiran, dengan pemberian; pembohong, dengan kebenaran
~ Dhammapada 253
“Apa yang ditakuti oleh si kikir ketika ia tidak memberi Adalah bahaya yang mendatangi ia yang tidak memberi. Lapar dan haus yang ditakuti oleh si kikir Menimpa si dungu di dunia ini dan berikutnya.
~ Saṃyutta Nikāya 1.32: Macchari Sutta
Tidak ada yang kikir pergi kealam para deva. Mereka yang tidak memuji memberi adalah bodoh. Yang tercerahkan mengungkapkan persetujuannya untuk memberi untuk menemukan kemudahan di kehidupan yang akan datang.
~ Dhammapada 171
“Tanpa meninggalkan 5 kualitas ini, seseorang tidak dapat memasuki & berdiam dalam jhana pertama… ke dua … ke tiga… ke empat; tidak dalam merealisasikan buah dari pemasuk arus… buah dari “yang kembali-sekali”… buah dari “yang-tidak kembali”… kearahantaan. Apakah lima itu? Kekikiran pada vihara [tempat tinggal], kekikiran pada keluarga [sebagai supporter], kekikiran pada apa yang didapatkannya, kekikiran pada statusnya, dan tidak tahu terima kasih.
~ Aṅguttara Nikāya 5.256-263: Macchariya Sutta - Kekikiran
“Sariputta, ada kasus dimana seseorang memberikan sebuah pemberian untuk keuntungan dirinya sendiri, dengan pikiran melekat [pada hasilnya], mengumpulkan untuk dirinya [dengan pikiran], ‘Saya akan menikmatinya setelah mati.’ Dia memberikan pemberiannya — makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalungan bunga, wangi-wangian & urapan; tempat tidur, tempat berteduh, & pelita — kepada biarawan atau petapa. Bagaimanakah menurutmu, Sariputta? Mungkinkan seseorang memberikan pemberian itu seperti ini?
“Ya, Yang Mulia.”
“Setelah memberikan pemberian ini untuk keuntungan dirinya sendiri, [dengan pikiran]. ‘Saya akan menikmatinya setelah mati’ — ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Empat Raja Deva Besar. Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang akan kembali, kembali ke dunia ini.
“Kemudian ada kasus diaman seseorang memerikan pemberian tidak untuk keuntungan dirinya sendiri, tidak dengan pikiran melekat [pada hasilnya], tidak mengumpulkna untuk dirinya sendiri, tidak juga [dengan pikiran], ‘Saya akan menikmatinya setelah mati.’ Tetapi, dia memberikan pemberian dengan pikiran ‘Memberikan itu baik.’ Dia memberikan pemberiannya — makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalungan bunga, wangi-wangian & urapan; tempat tidur, tempat berteduh, & pelita — kepada biarawan atau petapa. Bagaimanakah menurutmu, Sariputta? Mungkinkah seseorang memberikan pemberian itu seperti ini?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Setelah memberikan pemberian ini dengan pikiran, ‘Memberikan itu baik,’ ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Deva Tiga Puluh Tiga (Tavatimsa Deva). Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang akan kembali, kembali ke dunia ini.
“Atau, bukan dengan berpikir, ‘Memberi adalah baik.’ dia memberikan pemberiannya dengan pikiran. ‘Ini telah diberikan sebelumnya, telah dilakukan sebelumnya, oleh ayah & kakek-ku. Adalah hal yang salah jika saya membiarkan tradisi lama keluarga ini terhenti’… ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Deva Yama (Yama deva) Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang akan kembali, kembali ke dunia ini.
“Atau, bukan dengan berpikir… dia memberikan pemberiannya dengan pikiran, ‘Saya kaya raya. Mereka tidak kaya raya. Adalah hal yang salah, yang kaya raya, tidak memberikan pemberian kepada mereka yang tidak kaya raya’… ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Deva Yang Puas (Tusita Deva) Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang akan kembali, kembali ke dunia ini.
“Atau, bukan dengan berpikir… dia memberikan pemberiannya dengan pikiran, ‘Seperti pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh para bijaksana dimasa lalu — Atthaka, Vamaka, Vamadeva, Vessamitta, Yamataggi, Angirasa, Bharadvaja, Vasettha, Kassapa, & Bhagu — demikian pula pemberianku ini’… ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Deva Yang Bersenang Dalam Mencipta (Nimmanarati Deva) Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang akan kembali, kembali ke dunia ini.
“Atau, bukan dengan berpikir… dia memberikan pemberiannya dengan pikiran, ‘Ketika pemberianku ini diberikan, membuat batin pikiran tenang. Rasa puas & kebahagiaan muncul’… ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Deva Yang Berkuasa atas Ciptaan Yang Lain (Paranimmita-vasavatti Deva) Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang akan kembali, kembali ke dunia ini.
“Atau, bukan dengan berpikir, ‘Ketika pemberianku ini diberikan, membuat batin pikiran tenang. Rasa puas & kebahagiaan muncul,’ dia memberikan pemberiannya dengan pikiran, ‘Ini adalah untuk memperindah pikiran, mendukung pikiran.’ Dia memberikan pemberiannya — makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalungan bunga, wangi-wangian & urapan; tempat tidur, tempat berteduh, & pelita — kepada biarawan atau petapa. Bagaimanakah menurutmu, Sariputta? Mungkinkan seseorang memberikan pemberian itu seperti ini?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Setelah memberikan ini, tidak untuk keuntungannya sendiri, tidak dengan pikiran melekat [pada hasilnya], tidak untuk mengumpulkan untuk dirinya, tidak juga [dengan pikiran[, ‘Saya akan menikmatinya setelah mati,’
" — tidak juga dengan pikiran, ‘Memberi adalah baik,’
" — tidak juga dengan pikiran, ‘Ini telah diberikan sebelumnya, telah dilakukan sebelumnya, oleh ayah & kakek-ku. Adalah hal yang salah jika saya membiarkan tradisi lama keluarga ini terhenti,’
" — tetapi dengan pikiran, ‘Ini adalah untuk memperindah pikiran, mendukung pikiran’ — ketika hancurnya tubuh, setelah mati, muncul diantara para Brahma Pengiring (Brahma-parisajja deva) Kemudian, setelah habisnya perbuatan itu, kekuatan itu, status itu, kekuasaan itu, dia adalah seorang yang tidak kembali lagi. Dia tidak kembali ke dunia ini.
“Ini, Sariputta, adalah sebab, ini adalah alasan, mengapa seseorang memberikan pemberian tertentu dan tidak memberikan hasil yang besar atau manfaat yang besar, dimana orang lain memberikan pemberian yang sama dan memberikan hasil yang besar dan manfaat yang besar.”
~ Aṅguttara Nikāya 7.52: Dana Sutta
Pemberian Dhamma mengalahkan semua pemberian
~ Dhammapada 354