Willy Yandi Wijaya
Tinggalkanlah kejahatan, o para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi, karena hal itu dapat dilakukan maka kukatakan,”Tinggalkanlah kejahatan!” Seandainya saja meninggalkan kejahatan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian meninggalkan kejahatan. Tetapi, karena meninggalkan kejahatan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan,“Tinggalkan kejahatan!”
Kembangkan kebaikan, o para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat mengembangkan kebaikan. Seandainya saja manusia tidak mungkin mengembangkan kebaikan, maka aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi, karena hal itu dapat dilakukan maka kukatakan,”Kembangkanlah kebaikan!”
Seandainya saja mengembangkan kebaikan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian mengembangkannya. Tetapi, karena mengembangkan kebaikan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan,“ Kembangkanlah kebaikan!”
(Anguttara Nikaya II, ii, 9)
Sutta ini menyatakan bahwa manusia mempunyai potensi untuk berbuat kebaikan dan kejahatan. Potensi itu menjadi nyata bergantung pada pilihan kita. Sang Buddha dengan tegas menyatakan untuk meninggalkan kejahatan demi memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tidak hanya meninggalkan perilaku jahat, beliau pun menganjurkan pengembangan kebaikan! Jadi tidak cukup hanya dengan meninggalkan kejahatan untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Kita perlu melakukan tindakan lebih lanjut, yakni berbuat baik dan terus-menerus mengembangkannya.
Landasan untuk meninggalkan kejahatan karena mengakibatkan penderitaan bagi orang lain secara langsung dan memberikan tekanan psikilogis bagi diri sendiri. Tekanan psikologis itu bisa berupa perasaan bersalah, ketakutan, kesedihan atau rasa malu, sehingga hidup akan dijalani dengan ketidaktenangan dan jauh dari kebahagiaan. Sedangkan alasan kenapa seseorang harus mengembangkan kebaikan karena memberikan manfaat bagi orang lain dan efek psikologis yang positif bagi diri sendiri. Diri akan menjadi tenang dan bahagia karena tidak mempunyai musuh serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi pun akan menjadi lebih mudah karena bantuan dan dukungan dari orang lain.
Apapun pilihan tindakan yang dilakukan, diri sendiri yang akan menerima akibatnya. Sang Buddha telah menganjurkan dan mendorong kita untuk menghindari perbuatan jahat dan banyak berbuat baik, sisanya tergantung kepada diri sendiri untuk membuat pilihan mana yang mau dilakukan. Yang jelas pilihan tersebut akan menentukan akibat baik atau buruk yang akan diterima.
Dikutip dari buku “Petikan Anguttara Nikaya 1”, ed.1 cet. 1 2001, sutta no. 13 hal. 88, diterbitkan oleh Wisma Meditasi & Pelatihan DHAMMAGUNA, Klaten.