Willy Yandi Wijaya
Dalam hidup ini, seseorang tidak bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dan juga sebaliknya. Dasar itulah yang membuat seseorang untuk bekerjasama dengan yang lainnya. Konsep buddhisme (ajaran Buddha) yang mendasari semuanya adalah kesalingterkaitan antar segala sesuatu. Kesalingterkaitan itu bisa meliputi interaksi antara sesuatu dengan lainnya. Kerjasama adalah salah satu bentuknya.
Kerjasama berarti ada tujuan yang ingin dicapai oleh individu (kelompok) yang berbeda. Dalam hal apapun kerjasama diperlukan. Suami-istri bekerjasama membina rumah tangga mereka, menjaga dan merawat anak mereka. Perusahaan makanan bekerjasama dengan distributor atau toko-toko untuk memasarkan produk mereka. Negara Indonesia bekerjasama dengan negara lain dalam bidang militer dan keamanan, ekonomi maupun sosial-budaya. Di mana pun dapat ditemui adanya kerjasama. Bahkan kerjasama dapat dijumpai dalam hal yang negatif—seperti sekawanan pencuri yang bekerjasama untuk merampok bank.
Kerjasama yang baik adalah kerjasama yang saling menguntungkan pihak-pihak yang bekerjasama dan tidak berdampak negatif bagi apapun—makhluk hidup dan alam— di luar pihak-pihak yang terkait kerjasama. Artinya kerjasama tersebut bukan sekedar menguntungkan bagi pihak-pihak yang bekerjasama, namun orang yang melakukan kerjasama harus memerhatikan akibat dari kerjasamanya terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Kerjasama beberapa perusahaan dalam membangun sebuah area dengan membuka hutan—yang tidak seharusnya—akan berdampak terhadap kehancuran lingkungan. Apalagi dengan berbagai cara menyogok pejabat yang bersangkutan untuk melancarkan pembangunan rumah.
Dalam kerjasama juga perlu diperhatikan faktor internal yang bekerjasama. Pihak-pihak yang bekerjasama harus mematuhi aturan kerjasama yang mereka sepakati, sama seperti seorang buddhis menaati Pancasila-Buddhis dan seorang warga negara menaati hukum (sila). Selain itu masing-masing pihak yang bekerjasama harus mempunyai sifat yang jujur dan tulus dalam bekerjasama (ajjava), semangat dalam menjalankan kerjasamanya (viriya), tekad (additthana), kesabaran (khanti), ketenangan pikiran (upekkha) dan tidak dendam atau benci (akkodha). Penulis merangkum ke-7 sikap tersebut yang diperlukan dalam kerjasama dari konsep-konsep buddhisme yakni sepuluh perbuatan luhur (dasa paramita) dan sepuluh kualitas seorang raja (dasa raja dhamma).
Sila diperlukan seseorang dalam bekerjasama. Berusaha menaati aturan yang telah disepakati itu sangat utama dalam menjalankan kerjasama. Kejujuran yang tulus (ajjava) diperlukan sehingga ada rasa percaya antar pihak yang bekerjasama sehingga tujuan akan mudah tercapai. Selalu semangat (viriya) dan mempunyai tekad yang kuat (additthana) dalam melaksanakan pekerjaannya. Kesabaran (khanti) diperlukan ketika ada halangan atau kesulitan. Ketenangan pikiran (upekkha) berusaha mencari solusi atas masalah yang dihadapi dalam kerjaannya dengan berpikir secara tenang dan berhati-hati. Tidak membenci atau dendam (akkodha) menjadi penghalang kebencian seseorang ketika ia gagal dalam kerjasama atau ada masalah-masalah yang mengacaukan kerjasamanya.
Tujuh sikap tersebut diperlukan setiap kerjasama sehingga pihak-pihak yang bekerjasama tersebut dapat memperoleh keuntungan. Tanpa ke tujuh sikap hidup tersebut, kerjasama tidak akan berlangsung dengan baik dan pada akhirnya mungkin saja menjadi saling membenci. Selain ke-7 sikap tersebut, tak lupa seseorang harus melihat ke luar dirinya dengan cinta-kasih (metta/maitri) dan kebijaksanaan (pannya/prajna). Jadi kerjasama bukan hanya menguntungkan pihah-pihak yang bersangkutan. Kerjasama yang baik dalam buddhisme juga harus mempertimbangkan akibat dari kerjasama tersebut.