Willy Yandi Wijaya
Salah satu kenyataan dunia ini yang mutlak adalah perubahan. Apa pun di dunia ini pasti selalu berubah. Kita bisa melihatnya dalam berbagai hal yang terjadi selama ini. Kita bisa melihatnya ke dalam diri kita sendiri. Mungkin kemarin-kemarin kita sedih, sekarang sudah tidak lagi. Atau beberapa hari yang lalu kita senang sekarang tidak lagi. Perubahan juga terjadi bukan hanya pada makhluk hidup yang bisa bergerak, bahkan benda mati pun selalu berubah. Barang-barang yang kita punyai semakin rusak. Batu, mobil, meja, atau apa pun di sekitar kita terus berubah. Entah itu berubah menjadi semakin baik atau buruk, yang pasti segala sesuatu di alam semesta ini selalu berubah!
Di dalam buddhisme, memahami perubahan menjadi tonggak penting bagi pengertian benar. Tiga corak kehidupan dalam ajaran Buddha tak lain adalah perubahan. Ketidakpuasan/penderitaan, ketidakkekalan, dan tanpa diri (yang selalu tetap)—tiga corak kehidupan tersebut semuanya adalah satu kesatuan dalam melihat realita dunia ini. Segala sesuatu adalah tidak kekal, berarti tidak mungkin ada sesuatu/diri (aku) yang selalu tetap, dan pastilah menimbulkan penderitaan/ketidakpuasan. Jadi tiga corak kehidupan tersebut saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu kesatuan tersebut dapat dimengerti jika kita memahami hakikat perubahan.
Perubahan sudah sangat jelas terasa dan seringkali kita alami—sadar atau tidak sadar. Namun, yang perlu kita lakukan adalah jangan dipengaruhi oleh pemikiran pesimis sehingga kita malah tidak berbuat sesuatu karena mengetahui bahwa kebahagiaan itu akan berakhir juga. Kita harus sadar dan berusaha mengontrol pikiran kita agar tidak terikat dengan kebahagiaan, namun bukan berarti tidak merasakan kebahagiaan. Kita bisa ‘menikmati’ kedamaian/kebahagiaan dengan ‘hidup saat ini’ namun memahami dan mengerti bahwa kedamaian tersebut suatu saat akan berubah. Sekali lagi, tindakan kita bukan dibuat menjadi pasif, namun tetaplah proaktif. Tindakan proaktif tersebut tentunya adalah tindakan yang tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Ketika tindakan tersebut merugikan orang lain pasti tindakan tersebut tidak akan membuat diri kita tenang karena membuat kekurangsukaan orang terhadap kita.
Cara menyikapi fenomena perubahan adalah dengan mengontrol pikiran agar selalu sadar, sehingga perubahan tersebut tidak membuat diri kita menjadi menderita. Untuk itulah diperlukan meditasi sehingga kesadaran kita selalu ada dan menjaga pikiran dari pengaruh arus perubahan. Jika meditasi terasa lebih sulit bagi kita yang pemula, pertama-tama untuk mengontrol pikiran agar selalu sadar adalah dengan melakukan renungan. Renungan dapat dilakukan dengan berpikir perbuatan yang sudah lewat, lalu mengambil makna positif dari masa lalu yang mungkin tidak bahagia karena perubahan. Sambil melakukan renungan, pikiran selalu diusahakan untuk berpikir dan berpikir. Sedikit renungan di bawah ini mungkin dapat bermanfaat bagi kita.
Walaupun saat ini saya sedang mengalami ketidakbahagiaan, namun ketidakbahagiaan saya ini akan segera berubah menjadi kebahagiaan. Kebahagiaan akan selalu menyertai diri saya mulai dari saat ini dan setiap saatnya. Kedamaian juga akan selalu menyertai diri saya setiap saat dimulai dari saat ini. Walaupun kebahagiaan dan kedamaian akan berubah menjadi ketidakbahagiaan, saya selalu menyadari bahwa ketidakbahagiaan tersebut akan berakhir dan menjadi bahagia juga. Saya menjadi damai dan mengalami kebahagiaan sejati dengan menyadari perubahan ini. Saya menyadari bahwa dunia ini selalu berubah. Saya menjadi bahagia dan damai dengan memahami perubahan tersebut. Saya selalu merasa bahagia dan damai. Contoh renungan diatas, walaupun sedikit asalkan seringkali diulang maka akan membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi diri kita. Tidak perlu menghapal persis renungan seperti contoh di atas. Intinya jika kita selalu atau sering berpikir tentang kebahagiaan—dengan memahami dan menyadari bahwa dunia ini selalu berubah, maka diri kita akan menjadi damai.
Coba kita andaikan jika dunia ini tidak pernah berubah. Semua dalam keadaan tetap. Maka tidak ada kehidupan. Semua mati dan dunia menjadi tidak indah. Gerak tak lain adalah perubahan. Sesuatu yang bergerak berarti berubah. Tanpa gerakan dunia akan menjadi mati. Di dalam biologi, evolusi adalah suatu perubahan. Perubahan diri dilakukan suatu spesies untuk menjadi lebih baik atau bertahan dari arus perubahan. Seperti itu pula manusia ketika menghadapi sebuah masalah. Ia harus berubah. Diri sendiri pasti dan akan selalu berubah. Ketika bisa beradaptasi dengan perubahan, maka ia pasti bahagia. Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan, ia harus bisa memahami perubahan. Untuk memahami perubahan, ia harus dapat mengontrol pikirannya agar selalu sadar. Pikiran harus terus bergerak agar dapat mengikuti perubahan. Gerak pikiran harus diarahkan ke arah positif. Jangan pernah berpikir negatif sekalipun!
Tiga fenomena alam (bisa disebut tiga sifat alam) atau Trilaksana (Sansekerta) atau Tilakkhana (Pali) Ketidakpuasan / Penderitaan = duhkha (Sansekerta) / dukkha (Pali), ketidakkekalan=anitya (Sansekerta)/anicca (pali), tanpa diri=anatman (Sansekerta) / anatta (Pali).