William Halim
Setiap saat kita menanam karma dalam bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan kita. Karma-karma baru terbentuk setiap saat, setiap detik dan kita yakin setiap karma ini akan berbuah pada kondisi yang tepat… “nantinya”.
Kalimat “nantinya” ini berarti dimasa yang akan datang. Bisa sebentar lagi, sehari lagi, bertahun-tahun lagi ataupun di kehidupan yang akan datang…. Bagi sebagian orang, kalimat “berbuah dimasa yang akan datang” sudah merupakan suatu alasan yang mujarab untuk menyepelekan suatu hasil. Sebagian orang tidak takut akan hasil “yang belum nampak”, atau hasil “yang belum pasti”. Otomatis, mereka tidak terlalu takut akan pikiran dan perbuatan jahat dan tidak terlalu optimis untuk berbuat kebaikan. Hukum Karma pada akhirnya menjadi suatu dogma saja, yang kadang-kadang diingat dan dilakukan, tetapi lebih sering dilupakan.
Itu semua bisa terjadi, karena kalimat sakti: “nantinya” tersebut.
Padahal, sebagian orang tidak sadar, bahwa hukum karma lebih dari sekedar memberikan efek pada masa yang akan datang. Hukum karma sebenarnya telah berbuah pada saat dilakukan, telah berefek pada saat ini juga (current time).
Bagaimana bisa?
Pada saat berpikir ataupun melakukan sesuatu, kita terlebih dahulu menimbulkan suatu niat di dalam bathin kita. Niat ini bisa berbentuk positif ataupun negatif. Bentuk-bentuk bathin ini (positif ataupun negatif) akan terakumulasi setiap saat, setiap detik dalam setiap aktifitas harian kita. Artinya, bathin kita setiap saat telah di “update”.
Kita ambil contoh, berdana. Dalam aktifitas berdana, kita perlu memunculkan bathin positif: sebelum berdana, saat berdana, dan setelah berdana. Otomatis, dalam kegiatan berdana ini, bathin kita telah terupgrade ke arah positif.
Tetapi, bisa juga, dalam berdana ini, harapan kita adalah agar dengan dana yang kita berikan, si subjek mau mengikuti kata-kata kita. Tetapi, ternyata kenyataan yang timbul, setelah kita berdana, si subjek tetap tidak mau mengikuti kata-kata kita, maka, harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan, kita menjadi kecewa, marah dsbnya. Ini disebabkan karena pada saat kita melakukan aktifitas berdana (yangt notabene adalah aktifitas positif) kita menanamkan bibit negatif dalam bathin kita dan langsung berkombinasi dan berakumulasi membentuk kecenderungan batin kita yang baru.
Pada kasus yang sama diatas dapat terjadi hasil yang berbeda (bahagia atau kecewa). Itu disebabkan karena bathin yang ditanam telah berbeda. Sebenarnya, apapun hasilnya, tergantung pada bathin yang telah dipersiapakan sebelumnya.
Dapat dilihat, bahwa, pada saat melakukan suatu kegiatan, sebenarnya kita telah menanamkan suatu kualitas tertentu pada bathin kita. Kita telah menanam suatu bibit pada bathin kita. Kita telah memberikan suatu energi potensial pada bathin, yang akan bekerja pada saatnya nanti sesuai dengan kondisi yang timbul.
Jika pada saat melakukan suatu kegiatan (karma) kita bermotif postif, maka kita TELAH memoles bathin kita menjadi lebih positif, pada saat itu juga.
Jika kita melakukan suatu kegiatan yang bermotifkan negatif, maka pada saat itu juga, kita TELAH memoles bathin kita menjadi negatif.
Terlepas dari apapun kondisi yang timbul nantinya, kenyataanya ialah, pada saat melakukan suatu karma., sebenarnya kita telah menerima hasilnya pada saat itu juga. Yaitu dalam bentuk: bathin kita menjadi lebih positif atau bathin kita menjadi lebih negatif. Bisa dikatakan juga bahwa, pada tingkatan bathin, karma telah berbuah pada saat ini.
Dalam istilah akuntansi dapat dikatakan juga Karma Cash Basis1.
Menyadari ini, menyadari efek karma secara Cash Basis pada bathin kita, maka perlulah kita segera melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam pikiran, ucapan dan perbuatan kita setiap saat, setiap detik dan dalam kewaspadaan yang berkesinambungan.
Wikipedia: Pencatatan dalam akuntansi pada umumnya berdasarkan dua sistem yaitu basis kas dan basis akrual. Pencatatan basis kas (Cash Basis) adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Teknik basis akrual (Acrual Basis) memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. ↩︎