easter-japanese

Teringat sewaktu saya masih kecil di daerah asal. Setiap musim kemarau, air sulit didapat dan kualitasnya kurang bagus. Banyak penduduk secara tradisional menggunakan saringan biasa untuk mendapatkan air yang baik.

Kehidupan moderen saat ini ‘memaksa’ kita untuk terpapar dan berinteraksi tidak hanya dengan orang-orang dan lingkungan yang baik, tetapi sekaligus dengan yang tidak baik. Berbeda dengan saringan air yang hanya satu arah (one way), ’saringan’ diri kita haruslah dua arah (two way). ’Saringan’ diri diperlukan terhadap apa-apa yang boleh masuk dari luar ke dalam diri kita (outside-in) dan apa-apa yang boleh keluar dari dalam diri kita (inside-out).

Jika ’saringan’ diri kita sudah terpasang dengan tepat dan dalam ukuran yang cocok maka kita bisa menjadi semakin baik dari waktu ke waktu, dan dapat memupuk berbagai perbuatan baik dalam kehidupan ini.

Outside-in lebih dominan pada diri seseorang dibanding inside-out. Dari bayi sampai remaja, dewasa, dan menjadi tua, seseorang belajar banyak dari luar dirinya, dari orang lain maupun lingkungannya. Pelajaran yang diterima dari luar ini bisa yang baik, bisa juga yang buruk.

Jika kita lebih dominan berinteraksi dengan lingkungan atau orang-orang yang tidak baik, dan kita tidak memasang ‘saringan’ yang tepat, maka yang masuk ke dalam diri kita kemungkinan adalah yang negatif.

Tetapi jika pergaulan kita dengan lingkungan atau orang-orang baik, yang menjaga moralitas dan secara konsisten mempraktekkan pikiran-ucapan-perbuatan baik, apalagi ditambah ’saringan’ diri kita sudah cocok, maka apa yang masuk ke dalam diri kemungkinan adalah yang positif.

Untuk memastikan ’saringan’ diri sudah tepat, dapat dilakukan dengan cara memastikan pemahaman dan pikiran kita mampu membedakan mana yang baik dan tidak baik menurut standar kebaikan universal (Dhamma) dan bukan yang relatif. Sangat dianjurkan setiap orang selalu meng-kalibrasi pemahaman dan pikirannya, dengan rajin mengikuti kebaktian rutin, mendengarkan wejangan dari orang yang bijaksana, berdiskusi Dhamma, membaca buku-buku atau materi Dhamma lainnya, mendengarkan kaset ceramah, maupun cara-cara lain yang dirasa cocok.