Bingkai Refleksi
Toni Yoyo
Dalam musim hujan, kita pasti sering mendengar petir/guntur. Selain kaget dan takut, pernahkah kita memaki atau memarahi petir/guntur yang biasanya nongol tanpa pemberitahuan terlebih dahulu itu ? Jika ini kita lakukan, salah-salah petir/guntur berikutnya akan mengarah ke kita.
Untuk sesuatu yang sudah dianggap ’given’ atau ’taken for granted’, yaitu yang sudah demikianlah seharusnya, sudah diterima secara umum seperti itu, maka kita bisa bersikap sabar. Tentu jika prinsip ini dapat diberlakukan kepada banyak hal dalam kehidupan, kesabaran akan lebih mudah kita perlihatkan.
Adalah lumrah kita menghadapi situasi dan kondisi kurang menyenangkan berikut ini, udara agak panas, penuh sesak orang, harus menunggu, agak macet, berisik, anak rewel, dikritik, dimaki orang, difitnah tanpa dasar, dilukai secara fisik maupun perasaan, kehilangan harta benda maupun orang-orang yang kita sayangi, dan lain-lain. Jika kita bisa mengganggap hal-hal itu sebagai kenyataan hidup, maka kesabaran lebih mudah kita tunjukkan.
Kualitas kesabaran dalam diri akan meningkat pesat jika dilatih ketika kita sedang dalam kondisi yang tidak menyenangkan, atau suasana batin dan pikiran kita sedang kurang baik (bad mood). Kita cenderung menutup toleransi kita terhadap ketidakbaikan atau ketidakenakan yang dihadapi selagi bad mood.
Hal ini berbeda jka kita sedang dalam kondisi yang menyenangkan, atau suasana batin dan pikiran kita sedang enak (good mood). Kita mudah memberikan toleransi terhadap ketidakbaikan atau ketidakenakan yang dihadapi selagi good mood.
Inilah pentingnya mempraktekkan upekkha (keseimbangan batin, pikiran) terhadap berbagai fenomena kehidupan sehari-hari. Melalui praktek upekkha, kita bisa lebih sering memunculkan good mood dalam diri sehingga toleransi dan kesabaran kita menjadi lebih besar terhadap segala ketidakbaikan dan ketidakenakan yang ditemui.
Jangan lupa, setelah kita mampu mempraktekkan kesabaran, tidaklah perlu berbangga hati apalagi kemudian memandang rendah kepada ketidaksabaran yang ditunjukkan oleh orang lain.
Kesabaran dan kemarahan seperti debu yang ditebarkan menentang arah angin. Keduanya akan kembali lagi kepada penebarnya. Jika kita sering membagikan kemarahan kepada orang lain dan lingkungan, maka jangan heran bahwa kemarahan pula yang akan sering kita temui dari orang maupun lingkungan yang berinteraksi dengan kita. Demikian pula jika praktek kesabaran yang sering kita perlihatkan, maka akan ada lebih banyak kesabaran yang mendatangi kita dalam kehidupan sehari-hari. Cobalah untuk lebih memperhatikan dan membuktikan Hukum Aksi-Reaksi ini.