Bingkai Refleksi
Toni Yoyo
PIL di sini bukan singkatan dari ’Pria Idaman Lain’ melainkan ’Pasangan Idaman lain’.
Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat kerja, saya membaca berita menarik di satu harian nasional. Judulnya ’Selingkuh Online’.
”Sepasang suami istri di Bosnia memilih berpisah. Adnan Zenica (32 tahun) dan Sana Klaric (27 tahun) tanpa sadar telah saling curhat melalui internet. Mereka merasa telah menemukan belahan jiwa sejati. Sang suami online di kantor, sedangkan sang istri di kafe internet. Adnan memakai nama samaran Prince of Joy, sedangkan Sana menggunakan ’Sweetie’. Jalinan asmara via internet itu bermuara pada niat ”ngopi darat” di sebuah toko. Tak lupa setangkai mawar merah menjadi penanda pertemuan. ”Saat kulihat suamiku menggenggam mawar, hatiku hancur,” tutur Sana. Adnanpun kaget bukan kepalang saat menyadari tak ada wanita lain di toko itu yang membawa mawar kecuali istrinya. Akhirnya Adnan dan Sana saling menggugat cerai dengan alasan tidak setia.”
Saya bingung bagaimana harus merespon berita ini. Satu sisi merasa lucu, sisi lain prihatin. Berderet pertanyaan dalam otak saya. Benarkah berita ini ? Mengapa keduanya tidak melihat kenyataan positif pasangannya sehingga bisa ’rapat’ kembali ? Kenapa di kehidupan nyata keduanya tidak memperlihatkan sikap yang sama kepada pasangannya, seperti yang masing-masing tunjukkan di internet ?
Sang Buddha mengajarkan bahwa pasangan suami istri bisa harmonis dalam kehidupan saat ini dan dapat berkumpul kembali menjadi suami istri dalam kehidupan-kehidupan selanjutnya. Hal ini dapat terjadi jika keduanya memiliki empat hal berikut :
Keempat hal di atas juga bisa menjadi persyaratan sewaktu memilih pacar yang akan berlanjut ke jenjang pernikahan.
Selanjutnya dalam Sigalovada Sutta, Sang Buddha menjelaskan kewajiban suami dan istri.
Jika terdapat keempat keseimbangan di atas dan masing-masing melakukan kewajibannya dengan baik, niscaya perkawinan akan berjalan dengan bahagia dan tidak terjadi kisah seperti berita di harian tersebut.