easter-japanese

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kesulitan untuk mengenali dan mempraktekkan Metta (cinta kasih) sesuai dengan Ajaran Sang Buddha.

Kita mengenal adanya Dewa Brahma, yaitu makhluk-makhluk yang sudah mengembangkan empat sifat luhur yang sangat luas dan tanpa batas (appamañña) atau biasa disebut juga empat brahma vihara (kediaman luhur) atau catur paramita, yaitu metta, karuna, mudita, dan upekkha.

Mett? adalah cinta kasih yang merupakan sifat luhur untuk mengharapkan semua makhluk tanpa kecuali apakah dikenal atau tidak, terlihat atau tidak, saat sekarang sedang berbahagia atau menderita, agar semuanya berbahagia dan terbebas dari penderitaan.

Praktek Metta yang paling terkenal adalah pengucapan kalimat ’sabbe satta bhavantu sukkhitatta’ yang berarti ‘semoga semua makhluk berbahagia’ baik melalui pikiran maupun ucapan.

Metta berbeda dengan cinta kasih antara satu orang dengan orang lainnya, satu orang dengan kelompok, atau satu kelompok dengan kelompok lainnya. Cinta kasih seperti ini adalah cinta terbatas, hanya kepada yang dikenal dan disukai, memiliki sifat ego demi kepentingan diri atau kelompoknya. Cinta terbatas ini dapat berubah bersamaan dengan berjalannya waktu, atau berubahnya situasi dan kondisi. Cinta kasih terbatas ini bersyarat. Apabila semua persyaratannya tidak terpenuhi maka cinta terbatas ini dapat berubah. Akhirnya muncul penderitaan seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha, ”Berpisah dengan orang yang dicintai adalah tidak menyenangkan”. Jika Metta yang kita miliki dan pancarkan kepada orang lain atau kelompok maka tidak akan muncul penderitaan dari perpisahan dengan mereka.

Dalam Karaniya Metta Sutta, Sang Buddha mengajarkan praktek Metta, ”…………. Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan kuat tanpa kecuali, yang panjang atau besar, yang sedang, pendek, kecil atau gemuk, yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun dekat, yang terlahir atau yang akan lahir, semoga semua makhluk berbahagia………..”.

Sedangkan dalam Atthaka Nipata Pali, Anguttara Nikaya, Sutta Pitaka, Sang Buddha mengatakan, ”Ada delapan manfaat yang diperoleh dari praktek meditasi cinta kasih: tidur akan nyenyak, terbangun dengan segar dan sehat, tidak terganggu mimpi buruk, diperlakukan dengan hormat oleh manusia, diperlakukan dengan hormat oleh non-manusia, dilindungi oleh para dewa, tidak terluka oleh api, racun atau senjata tajam, dan akan terlahir lagi di alam Brahma.”.

Metta merupakan senjata ampuh untuk mengalahkan kemarahan, seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha dalam Dhammapada bait 223, ”Atasilah kemarahan dengan cinta kasih, atasi kejahatan dengan kebajikan, atasi kedengkian dengan kemurahan hati, atasilah kebohongan dengan kejujuran.”.

Metta dikembangkan dengan jalan mempertimbangkan buruknya kemarahan dan kebencian, dan manfaat membuang keduanya.