easter-japanese

KRT disini sama dengan PRT, singkatan dari ‘Karyawan Rumah Tangga’. KRT adalah istilah yang biasa kita pakai bagi para ’mbak’, ’mbok’, ’bibi’, yang membantu pekerjaan rumah tangga kita atau mengurus anak-anak, juga mengurus orang dewasa.

Setiap tahun terutama sebelum, selama, dan setelah Lebaran, banyak keluarga yang kelimpungan karena ditinggal oleh KRT-nya. Jika KRT tidak kembali, kesibukan berlanjut dengan pencarian ala detektif untuk menemukan KRT yang tepat seperti yang diharapkan.

Ritual ini juga saya alami sejak berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri sekitar tahun 1997an. Akan tetapi patut disyukuri sebagai karma baik, selama ini walaupun terjadi pergantian KRT di rumah saya, tetapi tidak ada kejadian buruk yang tidak dikehendaki terjadi, baik terhadap harta benda maupun anggota keluarga saya. KRT tidak hanya singgah sebentar di rumah saya, tapi sebagian besar bekerja sampai beberapa tahun. Jikapun harus berpisah, biasanya mereka pamit baik-baik. Alhasil saya dan istri tidak terlalu dipusingkan dengan masalah KRT, sebagaimana yang banyak dialami oleh keluarga lainnya.

Salah satu teman saya berkeluh kesah dan menyampaikan ’iri hatinya’ kenapa KRT saya kebanyakan betah, sedang rumahnya seakan hanya sekadar tempat mampir sehingga kadang PRT-nya hanya bekerja beberapa bulan, selanjutnya ’kabur’ dengan baik-baik atau malahan kurang baik. Dia ingin tahu resepnya.

Jawaban saya adalah tidak ada resep khusus. KRT juga manusia seperti majikannya. Jika mereka diperlakukan secara manusiawi, maka merekapun akan memperlakukan majikannya secara manusiawi pula. Mereka juga seperti kita punya perasaan dan daya tahan tubuh terbatas. Karena itu batasilah diri kita dalam menyinggung perasaan dan menggunakan tenaga mereka. Di awal masa bakti setiap KRT, sampaikan tata aturan yang berlaku dan jalankanlah kesepakatan ini dengan konsisten, niscaya dunia ke-KRT-an di rumah kita akan damai tenteram.

Salah satu yang Sang Buddha ajarkan dalam Sigalovada Sutta adalah penghormatan kepada mereka yang berada di ’bawah’ kita, yaitu kepada pelayan, buruh, dan anak buah kita. Walaupun ada di ‘bawah’, mereka memiliki kontribusi dalam keberhasilan yang kita raih di kehidupan ini.