easter-japanese

Dari sebuah buku yang saya pinjam di perpustakaan vihara yang sering saya datangi, ada sebuah cerita cina klasik yang ringkasannya sebagai berikut :

Seorang hartawan meninggal dunia dengan sebelumnya telah menuliskan pembagian harta untuk kedua orang putranya. Istrinya sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya.

Si hartawan membagi dua hartanya dengan nilai kurang lebih sama. Akan tetapi karena jenis harta itu tidak persis sama yang diterima oleh masing-masing anak maka keduanya dengan iri menganggap bahwa anak yang lain mendapatkan warisan lebih banyak.

Setelah upacara penguburan, kedua putra tersebut segera saling ribut dan bersikeras bahwa yang lain mendapatkan harta warisan lebih banyak.

Orang-orang mengusulkan keduanya membawa masalah mereka ke pengadilan. Berharap bisa memenangkan pengadilan karena merasa dirinya menerima warisan lebih sedikit, kedua putra seakan melupakan persaudaraan mereka dan menempuh penyelesaian melalui jalur hukum.

Sang Hakim dengan sabar mendengarkan keterangan dari keduanya. Hakim kemudian berkata, “Tulislah semua harta warisanmu. Jangan ada yang ketinggalan karena harta yang tidak tercantum akan menjadi milik umum”.

Selanjutnya kedua putra diminta saling bertukar daftar dan memeriksa daftar dari saudaranya. “Apakah kalian masih merasa bahwa warisan yang diterima saudaramu lebih banyak dari yang kalian terima ?”. Tanpa ragu keduanya menjawab cepat, “Ya Pak Hakim, harta warisan saudaraku memang lebih banyak”. “Baiklah, karena kalian masing-masing menganggap bahwa daftar harta yang dimiliki oleh saudara kalian lebih banyak, silakan untuk saling menukarkan daftar masing-masing dan harta dalam daftar tersebut sekarang menjadi milik kalian”.

Sang Hakim mengecoh kedua putra tamak dengan keserakahan mereka sendiri.

Kita sering melihat orang lain lebih baik, lebih enak, lebih bahagia, lebih pandai, lebih menarik dan berbagai kelebihan lainnya. Bisa jadi malah orang lain yang kita pandang ‘lebih’ tersebut ternyata sebenarnya menganggap kitalah yang lebih.

Mulailah bisa menerima keadaan diri sendiri apa adanya, mempertahankan apa-apa yang sudah baik dan memperbaiki kekurangan yang ada. Jadilah orang yang percaya kepada Hukum Karma dan menerima karma masing-masing.