easter-japanese

Malam hari umumnya saya menyiapkan pakaian kerja untuk esok hari. Oleh “crew” di rumah, biasanya saya disiapkan bekal makan siang. Tentu saya juga harus menyiapkan uang yang cukup untuk ongkos transportasi dan antisipasi kebutuhan di perjalanan dan di kantor. Tidak ketinggalan berkas kerja maupun hal-hal lain yang barangkali dibutuhkan, saya siapkan.

Tidak hanya untuk pergi, selama, dan pulang kantor, saya membuat persiapan. Mau ceramah, kebaktian di vihara, pergi ke rumah orang tua dan saudara, piknik, ke mal, pasti saya membuat persiapan. Paling tidak memeriksa uang atau kartu ATM di dompet, membawa bekal makanan, pakaian, obat atau keperluan lain yang mungkin dibutuhkan sesuai dengan tujuan kepergian. Jangankan mau pergi, mau tidurpun saya memastikan diri sudah gosok gigi, anak-anak sudah tidur dengan baik, dan pintu serta jendela sudah terkunci.

Anehkah hal-hal di atas ? Tentu sudah jamak walau di antara kita bisa berbeda bekal dan persiapan yang dilakukan. Pokoknya kita tidak akan ngalor ngidul atau keluyuran tanpa tujuan dan tanpa persiapan.

Yang aneh, meskipun kita menerima dan menyakini Hukum Karma dan Punarbhava, dimana ada rangkaian karma yang sudah dan akan dilakukan, sehingga kita akan mengalami kelahiran berulang dalam rantai samsara, kebanyakan kita belum mempersiapkan “bekal” untuk kelahiran-kelahiran selanjutnya.

Berapa banyak dari kita yang memeriksa “bekal” apa yang harus dibawa dan berapa jumlah yang memadai untuk menjalani kehidupan-kehidupan nantinya ? “Bekal” tersebut tentunya buah perbuatan-perbuatan baik lewat pikiran-ucapan-badan jasmani yang sudah kita lakukan. Karena kita tidak tahu persis berapa banyak yang dibutuhkan, maka lebih baik cari aman dengan “menabung” sebanyak-banyaknya.

Kesempatan berbuat baik seringkali tidak disodorkan kepada kita, tetapi harus kita ciptakan. Perbuatan baik tidak harus yang besar dan mentereng tetapi banyak sekali dalam bentuk kecil, yang bisa dilakukan setiap hari.

Jangan sampai berlaku pepatah “sesal kemudian tiada guna”, mari kita mulai secara sungguh-sungguh menyiapkan “bekal” bagi kehidupan-kehidupan selanjutnya dengan cara memupuk diri dengan banyak perbuatan baik.