easter-japanese

“Seseorang tidaklah hina karena kelahiran, tidak juga kelahiran yang menjadikan seseorang suci. Hanya perbuatan yang membuat orang menjadi rendah, hanya perbuatan yang membuat orang menjadi suci”. SUTTA NIPATA 136.

Dalam kitab suci DIGHA NIKAYA III : 163 – 267 dan ANGUTTARA NIKAYA IV : 5, sang Buddha menyabdakan bahwa terdapat 7 jenis harta kesucian yang “bisa” diperoleh oleh siapapun juga. Ketujuh jenis harta ini, selalu dimiliki oleh orang mulia, yang dampaknya adalah selain “sukkha : kebahagiaan” di kehidupan ini tetapi juga di kehidupan – kehidupan mendatang. Ketujuh harta tersebut adalah

Saddha : Keyakinan. Yang dimaksud dengan keyakinan adalah suatu kebenaran yang tanpa adanya lagi unsur – unsur keraguan. Lada atau cabe “berani” dikatakan pedas setelah dicoba dan bukan hanya di dengar dari pihak – pihak lain. Itulah makna dari keyakinan. Salah satu keyakinan yang seharusnya dimiliki adalah keyakinan akan Hukum Karma, yang menegaskan bahwa apapun yang diperbuat maka itulah yang akan dirasakan. Setiap makhluk hidup “pasti” akan mewarisi, memiliki, berhubung, terlahir dan terlindung oleh perbuatan nya masing – masing. “Dengan melakukan kejahatan, orang mengotori diri sendiri, dengan menghindari kejahatan, orang membersihkan diri sendiri. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tidak seorangpun yang akan dapat menyucikan orang lain”. ATTA VAGGA XII : 165.

Sila : Memiliki moralitas yang baik, yang menghindari pembunuhan, pencurian, perzinahan, pendustaan dan memakan atau meminum sesuatu yang “bisa” menyebabkan hilangnya kesadaran atau mabuk. “Tidak mencelakai makhluk lain, tidak berbohong, tidak mengambil apapun yang tidak diberikan. Juga tidak menggoda istri pria lain. Dan tidak pernah meminum minuman keras. Ia yang menghentikan lima perbuatan buruk ini dan tidak melakukan hal – hal tersebut adalah benar – benar disebut orang yang berbudi luhur”. ANGUTTARA NIKAYA III : 205 – 206.

Hiri : Memiliki rasa malu berbuat jahat.

Ottappa : Takut akan akibat dari perbuatan jahat. Berkenaan dengan “hiri dan Ottappa” ini, Sang Buddha menyabdakan bahwa dunia ini akan aman, damai dan tentram jika setiap orang telah memiliki “hiri dan Ottappa”. “Ia yang tidak memukul ataupun membuat orang lain dipukul, yang tidak merampas ataupun membuat orang lain dirampas tetapi membagi cinta kasih kepada semua makhluk hidup, ia tidak akan mempunyai permusuhan dengan siapapun”. ITIVUTTAKA 22.

Bahusacca : Banyak mendengar, mempelajari dan melaksanakan “dharma : kebenaran” dalam kehidupan sehari – hari. Dharma yang diwartakan Sang Buddha, bukanlah untuk difanatikana atau disombongkan tetapi dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari, yang dampaknya bukan saja membahagiakan diri sendiri tetapi juga makhluk – makhluk hidup lainnya. “Kesejahteraan dalam kehidupan adalah wajar, kemerosotan dalam kehidupan juga adalah wajar. Seseorang yang mencintai dharma akan sejahtera, seseorang yang membenci dharma akan merosot”. SUTTA NIPATA 92.

Caga : Keluhuran budi, yang senang memberikan kepada yang sepantasnya diberikan. Yang dimaksud dengan yang sepatasnya diberikan adalah orang – orang yang ber “sila : moral” yang baik. “Memberi makanan, seseorang memberi kekuatan. Memberi pakaian, seseorang memberi keindahan. Memberi penerangan, seseorang memberi penglihatan. Memberi angkutan, seseorang memberi kesenangan. Memberi perlindugnan, seseorang memberi semuanya. Tetapi seseorang yang mengajarkan dharma, ajaran Sang Buddha yang istimewa, orang seperti itu memberi makanan surgawi”. SAMYUTTA NIKAYA I : 32.

Panna : Kebijaksanaan, yang mampu membedakan perbuatan mana yang seharusnya diperbuat dan perbuatan mana pula yang seyogianya disirnakan. “Keinginan untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan meningkatkan kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan tujuan akan dapat diketahui. Mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan”. THERAGATA 141.

KESIMPULAN :

Harta yang dimiliki oleh orang mulia, selain dampaknya adalah kebahagiaan di kehidupan ini dan mendatang, juga tidak bisa dirampas atau hilang. “Apa yang orang lain sebut sebagai kebahagiaan, orang mulia menyebutnya sebagai penderitaan. Apa yang orang lain sebut sebagai penderitaan, orang mulia memahaminya sebagai kebahagiaan. Perhatikan dharma yang sulit untuk dipahami ini, yang mana orang bodoh benar – benar dibuatnya tercengang”. SAMYUTTA NIKAYA IV : 127. Semoga dengan dimengertinya kesunyataan ini, hendaknya kehadiran kita senantiasa membahagiakan bagi semua makhluk hidup. Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu – sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbaahgia, sadhu,…sadhu,…sadhu,….