easter-japanese

“Mengetahui bahwa orang lain marah, ia yang tetap memiliki perhatian murni & tenang, telah bertindak demi kebaikannya sendiri & demi kebaikan orang lain juga. Ia adalah pemulih untuk kedua belah pihak, dirinya sendiri & orang lain. Hanya orang-orang yang tidak mengerti dharma yang berpikir bahwa ia tolol.” SAMYUTTA NIKAYA I : 162.

Dalam kitab suci SAMYUTTA NIKAYA V : 59, Sang Buddha menyabdakan bahwa banjir yang terdasyat adalah banjir yang diakibatkan oleh kekototoran bathin, yang mana efek / dampaknya, selain menghancurkan diri sendiri tetapi juga makhluk – makhluk hidup lainnya.

Banjir jenis ini dikenal dengan disebut OGHA 4, yang terdiri dari :

I.- KAMOGHA : BANJIR KENAFSUAN, yang tidak “pernah” memiliki rasa puas atas apa yang telah dimiliki dan selalu menuntut yang diluar dari kapasitasnya. Jika dia :

  • Seorang pemimpin, selain “gila” akan penghormatan, sanjungan dan pujian, diapun ingin berkuasa selama – lamanya.
  • Seorang pedagang, selain “gila” akan keuntungan, diapun tidak mau disaingi oleh siapapun.
  • Seorang guru, selain “gila” akan penghormatan dan sanjungan, diapun ingin diperlakukan bagaikan seorang raja.
  • Seorang penguasa, selain “gila” kekuasaan, diapun mengharapkan semua orang takluk dan takut kepada dirinya.

“Nafsu keinginan selalu menghasut dan menipu, ia merupakan satu sumber kesakitan mental, ia merupakan jaring yang dilemparkan oleh “mara : si penggoda / si jahat” untuk menjerat dan mencemari para makhluk.” THERIGATHA 357.

Agar Kamogha sirna dari jalur kehidupan maka milikilah sedini mungkin rasa puas atas apa yang telah dimiliki dan jangan serakah dengan benda – benda yang sifatnya duniawi karena semuanya tidaklah kekal.

II.- BHAVOGHA : BANJIR PERWUJUDAN, yang mengharapkan kelahiran dengan kondisi / keadaan ini dan itu. Dalam konsepsi Buddhis ditegaskan bahwa adanya keinginan untuk terlahirkan dengan kondisi / keadaan ini dan itu, bukanlah suatu hal yang baik, karena itu adalah “upadana : kemelekatan”, yang pasti berdampak “dukkha : derita”.

“Mengerti dunia dalam segala arah, dunia keseluruhannya sebagaimana apa adanya, ia bebas dari dunia keseluruhannya, ia tidak terikat pada apapun diseluruh dunia. Orang Bijaksana ini sepenuhnya berhasil melepaskan semua ikatan, telah mencapai kedamaian sempurna; Nibbana yang terbebas dari ketakutan.” ITIVUTTAKA 122.

Agar terbebas Bhavogha ini maka senantiasalah bersemangat mempelajari, mendalami dan mengamalkan ajaran luhur Sang Buddha dalam kehiudpan sehari – hari.

“Tidak ada api yang menyamai nafsu, tidak ada kejahatan yang menyamai kebencian; tidak ada penderitaan yang menyamai lima kelompok kehidupan; tidak ada kebahagiaan yang melebihi kedamaian Nibbana.” SUKKHA VAGGA XV : 202

III.- DITTHOGHA : BANJIR PANDANGAN, yang mudah dihasut, diakali atau dikibuli untuk mau melakukan hal – hal yang sifatnya takhyul. Tipe manusia ini, jika sakit, bukannya ke dokter, malahan ke orang – orang sakti, yang “katanya” bisa kesurupan ini dan itu. Atau ke tempat – tempat angker untuk meraih kesembuhan.

“Mengerti dunia dalam segala arah, dunia keseluruhannya sebagaimana apa adanya, ia bebas dari dunia keseluruhannya, ia tidak terikat pada apapun di seluruh dunia. Orang bijaksana ini sepenuhnya berhasil melepaskan semua ikatan, telah mencapai kedamaian sempurna; Nibbana yang kosong dari ketakutan”. ITIVUTTAKA 122.

Agar terbebas dari Ditthogha ini, milikilah “Sammaditthi : pengertian benar”, yang mampu menerima kebenaran – kebenaran yang pasti terjadi di alam semesta ini dan tidak mengelak atau lari dari kenyataan.

IV.- AVIJJOGHA : BANJIR KETIDAKTAHUAN, yang tidak mampu membedakan perbuatan mana yang seharusnya diperbuat dan perbuatan mana pula yang sepantasnya disirnakan. Agar Avijjogha sirna dari jalur kehidupan ini maka milikilah “panna : kebijaksanaan”, di setiap pikiran, tutur kata maupun perbuatan badan jasmani. Sang Buddha menyabdakan : “Ia yang meneguk rasa “dharma: kebenaran” dan jernih bathinnya; niscaya akan hidup berbahagia. Orang Bijaksana senantiasa bergembira dalam “dharma : kebenaran” yang dibabarkan oleh Para Ariyawan / Suciwan”.

KESIMPULAN :

Semoga dengan sirnanya OGHA 4 (Kamogha : banjir enafsuan, Bhavogha : banjir perwujudan, Ditthogha : banjir pandangan dan Avijjogha : banjir ketidaktahuan) ini dari jalur kehidupan, hendaknya kwalitas bathin kita semakin baik dengan bertambahnya usia.

“Orang suci selalu berbahagia, yang bathinnya telah bebas sepenuhnya, yang tidak dikotori oleh keinginan – keinginan inderawi. Ia senantiasa tenang dan bebas dari kemelekatan”. SAMYUTTA NIKAYA I : 212.

Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu – sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia, sadhu, sadhu, sadhu,….