easter-japanese

“Kesejahteraan dalam kehidupan adalah wajar, kemerosotan dalam kehidupan juga adalah wajar. Seseorang yang mencintai Dharma (kebenaran) akan sejahtera dan seseorang yang membenci Dharma akan merosot.” SUTTA NIPATA 92

Pada dasarnya, hidup dalam Dharma (kebenaran) adalah cikal bakal dari timbulnya kebahagiaan dan kesejahteraan dan juga merupakan dasar utama, sirnanya perbuatan-perbuatan tercela, yang menyebabkan munculnya penderitaan-penderitaan. Dalam kitab suci ANGUTTARA NIKAYA III : 262, Sang Buddha menyabdakan bahwa terdapat 5 (lima) jenis harta mulia, yang jika dikembangkan dengan baik akan menyebabkan makhluk – makhluk hidup terbebas dari jeratan-jeratan dukkha (derita) dan berhasil meraih sukkha (kebahagiaan). Kelima harta mulia tersebut adalah :

A. Silava: Mempunyai Moral Yang Baik.

Moralitas yang baik itu adalah meliputi :

  1. Menghindari segala bentuk dari pembunuhan. Dalam konsep Buddhis ditegaskan bahwa tiada suatu makhluk hiduppun yang dibenarkan atau pantas disakiti dan apalagi dibunuh. Sang Buddha menyabdakakan : “Ia yang membunuh akan mendapatkan seorang pembunuh. Ia yang merebut akan menjumpai seorang perebut. Ia yang mencaci maki akan memperoleh cacian. Jadi, sebagai akibat dari tindakannya sendiri, si pengganggu pada saatnya akan di ganggu pula.”
  2. Menghindari segala bentuk dari pencurian. Hukum karma itu adil adanya, siapa yang berbuat maka dialah yang akan menerima hasil dari akibatnya.
  3. Menghindari segala bentuk dari perzinahan. Sang Buddha menyabdakan : “Barang siapa membunuh makhluk hidup, berdusta, mencuri, berzinah dan suka mabuk mabukan; orang semacam ini seakan menggali liang kubur bagi dirinya sendiri, di dunia sekarang ini juga.”
  4. Menghindari segala bentuk dari kata-kata dusta. Sang Buddha menyabdakan : “Santo na te ye vadanti dhammam : orang yang berbicara yang tidak sesuai dengan Dharma (kebenaran), bukanlah orang Bijak.”
  5. Menghindari segala bentuk minuman / makanan yang mana bisa menyebabkan hilangnya kesadaran (mabuk). Sang Buddha menyabdakan : “Apabila mencintai diri sendiri, seseorang tidak selayaknya melibatkan dirinya dalam kejahatan.”

B. Bahusutta: Berpengetahuan Dharma dan Vinaya Yang Baik

Dharma adalah ajaran Sang Buddha dan Vinaya adalah peraturan-peraturan yang seharusnya dipedomani agar tidak sampai melanggar rambu-rambu ketidakbenaran.

“Memahami Dharma (kebenaran) dengan sepenuhnya akan terbebas dari kerinduan karena memiliki pandangan terang. Orang Bijak tersebut akan bebas dari semua nafsu keinginan dan tenang bagaikan kolam yang tidak terkacaukan oleh angin.” ITIVUTTAKA 91.

C. Kalyanavaca: Berbicara Lemah Lembut

“Seseorang seharusnya hanya mengucapkan kata-kata yang tidak membahayakan diri sendiri dan tidak menyebabkan bahaya bagi orang-orang lain. Itulah sesungguhnya ucapan yang indah.” SUTTA NIPATA 451.

Berpikirlah terlebih dahulu sebelum berucap. Itulah ciri khas dari orang yang Bijaksana. “Sang Buddha mengucapkan kata-kata yang membawa kepada pencapaian rasa aman, kepada akhir penderitaan dan pencapaian Nibbana. Sungguh, inilah ucapan yang utama.” SUTTA NIPATA 454

D. Dhammikathaya Sandassana: Mampu Menerangkan Dharma Vinaya Secara Jelas Dan Terperinci Sehingga Membangkitkan Semangat dan Memuaskan Umat

Dharma yang dipelajari, bukanlah semata-mata untuk diketahui tetapi yang terpenting adalah dipraktekkan dalam bentuk yang nyata. Ibarat obat, apakah akan memberikan hasil atau tidak, sangatlah ditentukan oleh, ada tidaknya kita mencoba atau memakannya. Demikian pula halnya dengan Dharma. Sang Buddha menyabdakan : “Dari semua obat di dunia, yang banyak dan beraneka jenis, tidak ada satupun yang menyamai obat Dharma (kebenaran). Karena itu, O para bhikkhu, minumlah obat ini. Setelah meminum obat Dharma ini, engkau tidak akan tua dan akan dapat mengatasi kematian. Setelah mengembangkan dan memahami kebenaran, engkau akan damai dan bebas dari nafsu keinginan.”

E. Jhanalabhi: Melaksanakan Samatha Bhavana Sehingga Mencapai Jhana

Keberhasilan di dalam pelaksanaan meditasi, dimana pikiran terpusat erat pada suatu objek (sasaran) yang dituju, itulah yang disebut dengan telah mencapai jhana. Indikator dari keberhasilan meditasi adalah berhasil mencapai jhana.

KESIMPULAN :

Selalulah berpedoman kepada Dharma (kebenaran) atas apapun yang terjadi dengan :

  1. Merawat, menjaga dan membina moralitas.
  2. Rajin belajar dan mendalami ajaran Sang Buddha.
  3. Memiliki ucapan benar, yang telah terbebaskan dari niat-niat jahat
  4. Membabarkan nilai-nilai kebajikan kepada siapapun juga
  5. Melaksanakan meditasi Semoga dengan dipedomaninya sifat-sifat mulia ini, hendaknya kehadiaran kita senantiasa bermanfaat bagi semua makhluk hidup.

Sabbe satta sabba dukkha pamuccntu – sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia…sadhu….sadhu…sadhu….