Victor Alexander Liem
Kira-kira 7-10 tahun belakangan ini marak buku-buku tentang entreprenuer. Pada intinya seseorang diarahkan untuk memiliki impian, dan sering impian itu selalu mengarah pada masa depan finansial yang lebih baik.
Pertanyaannya, bolehkah Seorang Buddhis memiliki Visi seperti itu?
Bukankah seorang Buddhis lebih pada upaya menerima keadaan apa adanya. Secara otomatis hal ini berarti pengendalian diri untuk tidak mencari sesuatu diluar sana. Bukan begitu?
Baru-baru ini saya baca buku “Attractor Factor”, karangan Joe Vitale. Dijelaskan cara-cara meraih impian dengan pendekatan spiritual. Mungkin sedikit aneh. Tapi dari apa yang saya baca, semuanya masuk akal.
Salah satu pelajaran utamanya, adalah jangan menyebutkan sesuatu yang tidak Anda inginkan. Misalkan: Anda kini bekerja dalam perusahaan yang menjengkelkan Anda. Anda mungkin berkata: “Kerja di sini gak enak. Payah. Bossnya begini….bla..bla..”
Menurut Joe Vitale, akan lebih baik jika kita mengubahnya menjadi kata-kata yang lebih positif. “Sayaingin kerja pada bidang yang saya sukai”.
Jangan mensugesti sesuatu yang ingin anda hindari, tapi sebaliknya. Lakukan afirmasi pada sesuatu yang betul-betul kita inginkan.
Cara-cara seperti ini menurutnya 100% akan berhasil. Wah, over claim.
Tapi jika kita bandingkan dengan Dharma, sebenarnya gak salah juga jika seseorang punya afirmasi. Menurut saya, malah harus ada tuh Visi, Afirmasi, Impian, apapun istilahnya.
8 tahun yang lalu saya pernah mendengar ceramah Bhante Pannya. Beliau bercerita tentang kehidupan masa lalu Arya Kondanna. Konon dimsa lalu beliau terlahir sebagai umat awam dan selalu berdana pada saat pertamakali mendapatkan sesuatu. Misal, jika kebun mangga panen nih. Beliau berikrar. “Saya akan mendanakan panen pertama ini. Semoga suatu saat saya meraih pencerahan yang pertama dibawah bimbingan guru”.
Setiap ada petikan kamma baik yang dialami, beliau selalu berusaha “menanamkannya” kembali sambil berikrar seperti itu.
Hasilnya pada jaman Sang Buddha Gotama, Kondanna adalah seorang Arahat pertama yang menjadi murid Sang Buddha. Tentu banyak faktor yang membuat seseorang mencapai pencerahan. Bukan hanya dana paramita, ada paramita-paramita yang lain (tentu saja).
Namun ketika Visi betul-betul diikrarkan, hidup kita benar-benar akan mengarah pada visi itu.
Kisah kehidupan lalu Sang Buddha Gotama yang menjadi seorang pertapa bernama Sumedha berikrar dihadapan Buddha Dipankara untuk menjadi Sammasambuddha demi kebahagiaan mahkluk lain. Kisah ini menggambarkan betapa pentingnya sebuah Visi Spiritual.
Kisah pertemuan Pertapa Gotama dengan Raja Bimbisara juga menjelasakan tentang Visi. Waktu itu Pertapa Gotama belum mencapai Ke-Buddha-an. Raja Bimbisara memohon agar setelah mencapai Ke-Buddha-an, beliau mengajarkan Dharma ke kerajaannya. Impian Raja Bimbisara (jauh sebelum bertemu Pertapa Gotama) adalah ingin mendapat bimbingan Dharma dari yang tercerahkan.
Sekali Visi ditetapkan. Dan Anda benar-benar inginmencapainya. Dalam istilah Joe Vitale, itu adalah Faktor Daya Penarik (Attractor Factor) yang akan mengarahkan Anda menuju pada jalur yang sudah Anda tentukan itu.
Dalam “Attractor Factor”, banyak kisah tentang hal-hal sederhana. Masalah terlilit hutang, rumah tangga yang kacau, kesehatan yang memburuk. Setelah melakukan afirmasi positif seperti yang saya sebutkan tadi. Ternyata keadaan menjadi berubah.
Buah Kamma baik ternyata bisa dikondisikan untuk berbuah, tentu selama benih-benih kebajikan itu masih ada.
Fenomena seperti ini mirip dengan Fengsui. Padahaltertentu memang Kamma Baik bisa dikondisikan untuk berbuah. Namun syaratnya sama. Harus ada benih kebajikan dimasa lalu dulu.
Benih kebajikan versi Joe Vitale adalah dengan always happy. Selalu tenang, senantiasa afirmasi, dan pasrah.
Istilah “pasrah” memang gak begitu dikenal dalam komunitas Buddhis. Namun maksud Joe itu adalah melepas. Analoginya seperti ketika menanam benih. Ketika benih ditanam, pasrah saja. Biarkan alam semesta bekerja dengan sendirinya. Benih itu akan tumbuh. Jika kita ngotot merasa gak sabar, maka itu menjadi hawa negatifyang memperlambat tumbuh berkembangnya benih.
Ternyata “Attractor Factor” juga mengajarkan konsep tentang ketanpa melekatan.
Tampaknya sudah banyak materi-materi Dharma yang dikemas bagi masyarakat modern, termasuk yang dilakukan Joe Vitale. Spiritualitas dan profesionalitas, bukanlah dua hal yang tidak bisa bertemu.
Bravo Joe Vitale!