easter-japanese

“Jangan menyerah!”…ya, ini adalah kata-kata yang sering sekali digunakan untuk menyemangati seseorang yang sedang mengalami kegagalan/masalah. Sebagai manusia biasa, yang masih diliputi dengan karma buruk masa lampau kita, kegagalan-kegagalan atau masalah-masalah sering sekali kita temukan, baik yang kita alami atau yang orang lain alami.

Bagi seorang manusia beragama, terutama Buddhis, dalam keadaan susah kita biasanya akan membaca Paritta, Dharani, atau mungkin Gatha-Gatha, dengan harapan perbuatan baik kita membaca “Syair Suci” tersebut bisa cepat berbuah dan membantu masalah kita. Mungkin bagi seseorang yang istrinya akan melahirkan, ia akan membaca Angulimala Paritta untuk istrinya, atau bagi yang sedang dalam ketakutan akan serangan hewan buas/makhluk peta, seseorang membaca Karaniya Metta Sutta. Namun, tidak jarang kita masih belum merasakan efek dari “Syair Suci” tersebut…sebagai contoh, rumah kita dihuni oleh makhluk ashura, dan kita sering diganggu oleh mereka. Agar mereka tidak mengganggu dan bisa hidup damai dengan kita, kita mungkin membacakan Karaniya Metta Sutta agar mereka bisa merasakan metta yang terpancar dari diri kita dan “berdamai” dengan kita. Namun ternyata makhluk ashura tersebut masih saja menyerang kita. Atau mungkin bagi seseorang yang sedang banyak masalah, lalu setiap malam membaca Ko Ong Kwan Si Im Keng, Maha Karuna Dharani, atau lainnya, namun masalah yang ia alami tidak juga berkurang.

Atau kadang kita sering berbuat baik, seperti menghibur teman yang susah, berdana kepada yang membutuhkan, dan lainnya, namun kita masih juga sering diurung masalah…padahal sila dan kelakuan kita sudah baik sekali. Ada apa, mengapa dan bagaimana?

JANGAN MENYERAH! Itu saran dari saya. Perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan ini bukannya tidak berguna dan tidak ada hasilnya (jika kita telah melakukannya dengan baik), sebenarnya manfaatnya besar sekali, mungkin kita saja yang tidak dapat merasakan, maksudnya? Maksudnya, mungkin saja perbuatan-perbuatan baik tersebut sebenarnya telah berbuah dan digunakan untuk meringankan karma buruk kita di masa lampau. Contohnya, menurut karma buruk di masa lampaunya, si A seharusnya akan mengalami kerampokan, tangannya akan putus akibat diserang dengan celurit oleh para perampok, dan ia akan kehilangan seluruh hartanya. Namun karena si A ini senang berdana, membantu, dan silanya baik, buah karma buruknya “diringankan” oleh hasil dari perbuatan baiknya dan ternyata buah karma buruk yang diterima dia pada saatnya hanya kehilangan sebagian hartanya saja, dan badannya masih utuh.

Seberat apapun masalah kita, teruskanlah berbuat baik, percayalah bahwa itu akan menghasilkan hal yang berguna bagi kita. Jangan menyerah!