Wedyanto Hanggoro
Tulisan ini diharapkan dapat memberi gambaran bahwa jadi Dharmaduta itu sebenarnya mudah dan buah kebajikannya juga sangat LUAR BIASA. Ada dua Dharmaduta yang saat ini cukup menonjol di Indonesia, Bhante Uttamo dan Suhu Xian Bing. Kebetulan mereka berdua sudah sering berduet dalam berbagai seminar-seminar Dharma berskala nasional. Dari kedua Dharmaduta yang istimewa ini, saya dapat memperoleh banyak hal serta pelajaran-pelajaran yang berharga bagaimana menyampaikan Dharma dengan baik dan benar. Kebetulan mereka berdua memiliki style yang sedikit berbeda. Apabila Suhu Xian Bing sangat piawai dalam menjelaskan konsep-konsep Buddhistic (teori-teori Dharma) maka Bhante Uttamo begitu indah dalam menjelaskan aplikasi Dharma di dalam kehidupan nyata (Dharma dalam praktek). Tidak semua orang memiliki kemampuan istimewa seperti itu. Ada banyak orang yang sangat menguasai teori Dharma (atau bahkan Dharma dalam praktek) namun kurang mampu dalam penyampaiannya, sehingga dalam kenyataannya (mohon maaf) saya sering melihat umat-umat yang ribut sendiri, tertidur atau bahkan berdoa semoga ceramahnya cepat selesai, pada saat seorang Dharmaduta sedang menyampaikan Dhammadesana.
Saya mengambil contoh kedua Dharmaduta dalam tulisan ini, sama sekali tidak mempunyai maksud apapun. Namun kebetulan, baik Bhante Uttamo maupun Suhu Xian Bing, saat ini sedang jadi pusat perhatian para umat, selain mereka kebetulan memiliki kemampuan public speaking yang sangat istimewa. Dengan menggunakan role model yang baik, diharapkan tulisan ini juga dapat mencapai sasarannya.
Berikutnya, saya mengambil asumsi bahwa meski keduanya memiliki style yang sedikit berbeda satu sama lain, namun mereka memiliki kesamaan yang nyaris kasat mata yaitu, kemauan keras untuk terus belajar (guna menambah wawasan mereka) dan sentuhan dari hati mereka.
Mengapa saya bisa menyampaikan hal itu? Tulisan berikut ini mudah-mudahan bisa menjelaskan alasan saya. Seperti diketahui bersama bahwa menjadi Dharmaduta adalah hal yang sangat luhur dan mulia karena tugas mereka adalah menyampaikan Dharma agar orang lain bisa memperoleh jalan keluar untuk kehidupan yang lebih baik. Selain itu dalam Berkah Utama dikatakan bahwa mendengarkan (mungkin juga termasuk berdiskusi) Dharma pada saat yang sesuai itu adalah Berkah Utama. Para Dharmaduta itu sendiri, saya yakin sudah pasti mengetahui tentang hal itu, namun pada kenyataannya tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Berangkat dari hal itu, saya menemukan ada empat tipe Dharmaduta:
1. Berwawasan Kuat tapi Hatinya belum terlalu Peka
Tipe Dharmaduta yang satu ini perlu dicontoh semangatnya untuk terus belajar dan juga mengasah wawasannya. Namun sayang, karena hatinya belum terlalu peka, sehingga ia kadang lupa untuk mengamati umat. Radar perasanya belum terlalu sensitif, sehingga ia tidak mengetahui apakah umatnya bisa mengerti atau tidak dengan apa yang disampaikannya (atau bahkan yang lebih lucu lagi, ia bahkan tidak bisa merasakan apakah umatnya nyaman atau tidak dengan apa yang ia sampaikan). Dalam kondisi yang demikian, ia baru mampu melihat kondisi di dalam dirinya sendiri (bahwa ia telah berbuat karma baik dengan cara memberikan Dharmadesana kepada umat) namun ia belum mampu melihat hal tersebut dari kacamata umat.
2. Berhati Peka namun Lemah dalam Wawasan
Tipe Dharmaduta berikut ini sangat memahami perasaan dan kondisi umat. Ia juag sudah mampu melihat sebuah situasi dari kacamata umat, namun kelemahannya justru adalah dirinya sendiri. Tipe seperti ini terkadang sudah merasa cukup puas karena umat menyenangi cara penyampaian (gaya ceramahnya), namun ia kurang dalam menambah wawasan (dan mungkin juga pengetahuannya dalam Dharma). Akibatnya sudah pasti, ia suatu saat akan kedodoran sendiri, karena umat tentu saja lama kelamaan akan bosan dengan bahan ceramahnya yang itu-itu saja. Kesan pertama mungkin begitu menggoda, namun selanjutnya…. ya gitu deh…;p
3. Lemah dalam Wawasan dan Hati
Tipe yang satu ini saya gak perlu bicarakan, karena kebetulan tipe semacam ini yang paling banyak saya temukan. Sekali lagi, untuk yang satu ini, saya mungkin terpaksa no comment, hehehe…
4. Kuat dalam Wawasan dan Hati
Ini adalah tipe Dharmaduta yang paling ideal, namun sayangnya sangat langka ditemukan. Dengan melihat contoh kedua Dharmaduta di atas, saya berharap mudah-mudahan teman sekalian sudah bisa membayangkan bagaimana bentuk contoh yang ideal itu seperti apa.
By the way, menjadi Dharmaduta itu selain berdana (Dharma) untuk membuat orang lain jadi lebih baik, juga untuk membuat diri sendiri jadi lebih baik. Mengapa? Jawabannya hanya satu yaitu: karena kondisi, kita akan memiliki kecenderungan untuk berusaha keras dalam menyesuaikan antara ucapan kita (ceramah kita) dengan tindakan dan pikiran kita. Sebab bila tidak ada kesadaran seperti itu, maka kita akan menjadi orang yang munafik dan tentu saja lama kelamaan umat yang tahu akan hal itu bisa jadi muak, hehehe… Setelah umat muak, kita tidak akan dipanggil lagi dan hilanglah salah satu kesempatan untuk berbuat kebajikan (berdana Dharma). Lagipula praktek kebajikan yang kita lakukan juga dapat menjadi salah satu bahan sharing Dharma kita kepada umat. Jadi, praktek kebajikan itu termasuk upgrading dalam menambah wawasan kita sebagai seorang Dharmaduta.
Teman-teman sekalian, sesungguhnya ceramah itu sangat gampang. Dengan seringnya kita melakukan praktek kebajikan setiap saat (baik melalui ucapan, pikiran maupun tindakan), maka telah tersedia begitu banyak stok bahan ceramah Dharma untuk anda sharingkan kepada orang lain. Namun satu hal yang tetap perlu dingat adalah gunakan hati anda dengan tulus, karena bila tidak, maka kegiatan Dharmadesana anda hanya akan menjadi ajang pamer praktek kebajikan anda (yang menurut Sang Buddha, itu akan menurunkan nilai dari kebajikan yang telah kita perbuat) atau bahkan bisa membuat umat stress karena ceramah kita begitu sangat membosankan, hehehe.. Di luar hal-hal tersebut di atas, memang tidak bisa dipungkiri perlunya kemampuan PUBLIC SPEAKING (Berbicara di Depan Umum) yang memadai. Namun kemampuan tersebut sesungguhnya sudah termasuk di dalam hal menambah wawasan. Intinya, dalam berceramah, kemampuan public speaking memang termasuk penting namun bukan termasuk hal yang utama. Sebab tugas Dharmaduta sangat berbeda dengan Orator (ahli pidato), Jurkam (Juru Kampanye) dan juga MC/Presenter. Bila mereka untuk menarik perhatian audiens sekaligus memberikan informasi kepada mereka, sedangkan Dharmaduta memiliki tugas ekstra yaitu menyebarkan keindahan Dharma guna kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Jadi dalam kegiatan berceramah, keindahan batin anda jauh lebih utama daripada keindahan kemampuan anda berbicara di depan umum.
Buat teman-teman sekalian, marilah kita sama-sama bersemangat untuk menjadi seorang Dharmaduta (yang baik tentunya, hehehe…), selain untuk memaksimalkan penyebaran Dharma agar lebih cepat (supaya makin banyak orang baik di muka bumi ini, hehehe…) juga untuk membuat diri kita sendiri jadi orang baik, hehehe… Selamat berbuat kebajikan dan semoga semua mahkluk hidup berbahagia, Saddhu.