Realita & Dhamma
Hendry Filcozwei Jan
Sebelum memulai artikel ini, penulis ingin berbagi sebuah kisah inspiratif. Kisah berjudul “Setiap Langkah adalah Anugerah” oleh Barbara Brown Taylor ini penulis dapatkan dari anggota milis Samaggi Phala.
Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Ralph.
Ralph yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
“Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu ?” tanya sang profesor. “Melakukan apa?” kata Ralph. “Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?” “Oh,” kata Ralph, “selama perang, saya kira.”
Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
“Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah,” katanya. “Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”
Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.
Membaca kembali kisah ini, membuat mata penulis berkaca-kaca. Apa yang dilakukan seorang Ralph, patut menjadi teladan bagi kita semua. Banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan, seperti yang dilakukan oleh Ralph. Dalam keseharian, meski termasuk langka, masih ada orang-orang seperti Ralph.
Waktu masih kuliah dulu, pergi dan pulang kuliah, penulis bersama teman-teman naik bis kota. Ada saja contoh nyata melakukan hal-hal kecil, yang mungkin tidak berarti di mata kita, tapi sangat berarti bagi orang lain.
Di tengah sesaknya penumpang bis, ada anak muda yang rela berdiri dan membiarkan orang tua, ibu-ibu (terutama wanita hamil), atau orang cacat untuk duduk. Anda mungkin pernah menyaksikan tayangan iklan rokok yang menggambarkan hal ini.
Ketika melintas di jalan raya dengan motor, penulis melihat pejalan kaki (seorang bapak) berjalan ke arah tengah jalan, hanya untuk menendang (menyingkirkan) sebuah batu ke tepi jalan. Bisa Anda bayangkan, apa yang akan terjadi bila mobil melindas batu dan batu terpental? Batu itu bisa mengenai siapa saja atau apa saja. Mungkin kaca etalase toko, kepala pejalan kaki, atau yang lainnya.
Lain lagi kisah yang penulis baca di majalah Senang, majalah yang menyajikan hal-hal unik, langka tapi nyata. Ada profil seorang kakek. Anda mungkin berpikir, kakek itu punya kekuatan super (misalnya giginya mampu mengangkat barang yang berat atau dengan rambutnya beliau bisa menarik mobil).
Ternyata tidak demikian. Kakek itu diwawancara hanya karena “ulahnya” yang tidak lazim. Menurut tetangganya, setiap hari kakek ini menaburkan beberapa genggam beras di halaman rumahnya. Untuk apa? Memberi makan burung-burung gereja! Bagi orang lain, perilaku ini termasuk aneh. Kalau suka memelihara burung, mengapa tidak membeli burung dalam sangkar, sehingga burung itu memang jadi milik pribadi dan suaranya bisa didengar setiap saat.
Sang kakek cuek saja dengan pandangan aneh orang di sekelilingnya. Ia bahagia bisa berbagi sedikit kebahagiaan bersama burung-burung gereja yang hidup bebas. Mirip dengan tradisi fang sen (melepaskan makhluk hidup ke habitatnya) yang sering dilakukan umat Buddha. Bedanya fang sen (fang = melepaskan, sen = hidup, melepaskan makhluk hidup yang dikurung/ tak bebas atau makhluk hidup yang nyawanya terancam menjadi hidangan atau hiasan manusia ke habitatnya), sedangkan sang kakek memberikan makanan untuk burung gereja dan membiarkan mereka terbang bebas.
Masih banyak hal-hal kecil (baik, tentunya) yang dilakukan orang-orang di sekitar Anda. Semoga saja artikel ini bisa menginspirasi kita semua melakukan hal yang sama. Jangan remehkan hal-hal kecil ini. Seperti yang tertulis dalam Dhammapada 121-122:
Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berkata: “Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat.” Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan setetes demi setetes, demikian pula orang bodoh, sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.
Janganlah meremehkan kebajikan walaupun kecil, dengan berkata: “Perbuatan bajik tidak akan membawa akibat.” Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan setetes demi setetes, demikian pula orang bijaksana, sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan.
Mari penuhi tempayan kita dengan hal-hal kecil (kebajikan-kebajikan kecil) yang dapat kita lakukan, karena semua hal-hal besar berawal dari hal-hal kecil.