Helicopter Eyes
Gunasaro Fang
Semalam saya nonton berita di Indosiar; cameramannya sempat merekam kejadian antrian pembelian operasi beras murah oleh Bulog. Ada kejadian di mana petugas & warga protes karena ada “joky” yg beberapa kali antri; ternyata mereka membelikan utk pihak lain. Kasusnya saat itu adalah 2 orang wanita keturunan Tionghua yg terlibat; mereka mengaku memang menggunakan jasa joky & berasnya bukan utk dijual sebagaimana yg dicurigai. Wanita ini [saya punya feeling pernah bertemu beberapa kali lho] tantang mereka yg “menuduh” beras pesanan dia itu utk dijual lagi…
Meskipun dengan dalil yang nampaknya memang tidak salah [alias benar], dia menghindari sorotan kamera supaya tidak terekam. Dia sangat pemberani & samperin beberapa orang yg “menuduhnya”; mereka adu-mulut cukup sengit. Yang “nuduh” karena “kalah debat”, malah melampiaskan amarahnya kepada si joky, ditempeleng. Si joky ngakunya cuma dibayar Rp 1,500 utk setiap karung beras yg dia papah… Kasihan sekali melihat perlakuan yg diterimanya; yah, itulah konsekuensinya…
Nah, apakah wanita itu salah? Tidak juga jika kita merujuk kepada: operasi beras murah tidak memberikan larangan dibeli oleh orang agak mampu atau boleh pakai joky atau tidak. Di mata hukum memang tidak salah yah… Merujuk kepada value dari B3:
Apakah baik? Jika benar berasnya tdk utk dia jual kembali & hanya konsumsi sendiri, tentunya baik-baik saja motivasinya.
Jadi, dari contoh di atas, sebenarnya kita bisa belajar akan asas B3 tersebut. Tidak sederhana memang, namun bisa kita praktikkan. Utk itu saya juga mengajak para kalyana-mitta khususnya yg memiliki status: pedangan, warga keturunan, & ekonomi sedang [tdk miskin] ~ atau disekeliling kita ada yang melakukan hal tersebut di atas. Dengan baik & benar, kita perlu berikan “warning” lah… Saya jadi prihatin dengan kejadian itu, wanitanya saya pernah ketemu lagi ~ jadi cukup berkesan lah kejadian tsb…
Semoga kita senantiasa bisa mempraktikkan prinsip B3 ini…