easter-japanese

Di koran-koran, di televisi, di radio-radio, sungguh mudah sekali untuk menemukan berita-berita tentang bagaimana ketidaksabaran manusia-manusia modern telah membuat persoalan sepele menjadi berat.

Ada kejadian tentang bagaimana seorang pengendara motor menjadi begitu tidak sabar terhadap pengemudi mobil di depannya dan kemudian menganiaya pengemudi tersebut hanya karena sang pengemudi begitu lambat bereaksi ketika lampu hijau menyala. Ada cerita tentang seseorang yang menjadi korban penipuan dukun pengganda uang hanya karena orang itu tidak sabar untuk segera menjadi kaya. Ada banyak cerita tentang ketidaksabaran yang membawa sengsara.

Bila lalu kita coba menelusuri di manakah hulu dari segala ketidaksabaran itu berasal, mungkin salah satunya adalah kecenderungan serba instan yang melanda kehidupan kita selama ini.

Kecenderungan serba instan yang memangkas habis kemampuan untuk bersabar ini nampak jelas melalui iklan-iklan di tv, di Koran-koran, di radio dan juga melalui kemajuan teknologi yang semua itu berlomba-lomba menawarkan solusi serba instan kepada kita.

Para produsen minuman menawarkan minuman serba instan dan tidak lupa—tentu saja—diklaim tetap alami. Para produsen obat-obatan menawarkan obat flu, obat sakit kepala, obat batuk yang katanya mampu menyembuhkan penyakit seketika di minum langsung bles ewes..ewes..ilang penyakitnya. Para Paranormal di Koran-koran dan tabloid kuning, dengan penuh percaya diri menawarkan solusi serba instan terhadap semua masalah dunia, seakan-akan tiada masalah yang tidak dapat mereka tangani: mengatasi lemah syahwat, cinta di tolak dukun bicara, memisahkan suami/istri dari WIL/PIL, jimat kekebalan, jimat penglaris, jimat keperkasaan, pelet mani gajah, susuk bertuah, mengatasi segala masalah keluarga anda..dll

Begitu merasuknya kecenderungan serba instan ini ke dalam setiap sel-sel otak kita, ke dalam setiap pori-pori kesadaran kita hingga membuat kita tanpa sadar mulai menyepelekan proses, memandang remeh tahapan-tahapan yang harus kita lalui dalam kehidupan ini. Kita mulai terbiasa untuk menjadi tidak sabar, sebab kesabaran yang kita miliki tak pernah terasah dalam kondisi serba instan ini.

Chuang 200701