Chuang
Mengamati tingkah laku keponakan laki-laki saya, sungguh mengasyikkan. Hong-hong, nama anak itu, suka sekali dengan segala benda yang bagi saya sangatlah remeh. Ia misalnya, suka dengan segala macam kardus, karet gelang, tali, sapu, payung dan bahkan juga sandal jepit dekil milik saya.
Ketika ia mengambil sandal jepit dekil saya, saya biasanya akan berteriak kepadanya “Hus, itu eek lho!” Tetapi rupanya ia tidak peduli, atau belum mengerti bahwa sebaik-baiknya sandal, tetapnya kotor karena tempatnya dibawah. Ia hanya tahu sandal jepit dekil itu menarik hatinya.
Saya jadi teringat kembali pada kenangan masa kecil dulu. Ada seorang kakak sepupu saya yang juga suka sekali mengumpulkan benda-benda remeh temeh, dan menganggap benda-benda itu adalah harta kekayaannya. Seperti bungkus rokok (bungkus rokok Marlboro lebih berharga ketimbang bungkus rokok Gudang Garam), kartu-kartu bergambar (kartu bergambar Superman lebih sakti ketimbang kartu bergambar Robin) dan kelereng (kelereng dengan warna-warna tertentu nilainya bisa 2 kali kelereng biasa).
Saya tidak tahu bagaimana persisnya penjelasan tentang mengapa anak-anak kecil suka sekali dengan benda-benda yang bagi orang dewasa sangatlah remeh. Tetapi yang pasti, kita semua tidak berbeda dengan anak-anak kecil itu.
Kita hidup di dunia ini dan kita tertarik dengan segala macam benda-benda duniawi, yang bagi para suci, dipandang sebagai benda-benda remeh temeh. Kita menyukai kenikmatan hidup yang diberikan oleh materi duniawi, sama seperti anak-anak kecil menyukai benda-benda remeh temeh, dan menganggap hal itu sangat berharga.
Chuang 180801