//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 565166 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #45 on: 21 April 2008, 01:02:11 PM »
_/\_ berarti MMD adalah mengajarkan kita meditasi vipasana sama seperti pada saat Guru Buddha sedang berada di dunia,saat itu belum ada campur tangan simbol ini dan simbol itu,bentuk meditasinya seperti apa adanya Sang Buddha ajarkan.

Wah, tepat sekali! :D

Ingatkah Anda apa nasehat Sang Budha kepada para bhikkhu yang baru ditahbiskannya? Beliau menganjurkan agar para bhikkhu itu pergi ke hutan, atau ke dalam gua, menjalankan vipassana ... bukan pergi ke Vihara Jetavana dsb. ... Mana ada buddharupang di dalam hutan? :D

Bentuk meditasinya seperti apa yang kita baca sekarang dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:

"Bahiya/Malunkyaputta, lakukan ini: di dalam apa yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Di dalam apa yang terdengar, hanya ada yang terdengar. Di dalam apa yang tercerap melalui indra-indra yang lain, hanya ada yang tercerap, di dalam apa yang muncul dalam batin (ingatan), hanya ada ingatan. (Maksudnya: jangan bereaksi, jangan melekat, jangan menolak.) ... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dari dukkha ("padam", nibbana)."

Di sini tidak ada ritual apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada pencatatan, tidak ada memperlambat gerakan dengan sengaja.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 21 April 2008, 01:39:55 PM by hudoyo »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #46 on: 21 April 2008, 02:13:30 PM »
Bener2 mantap nih jawaban2nya. Dlm pemahaman saya juga sejalan nih sama bapak, thanks atas sharingnya.

_/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #47 on: 21 April 2008, 02:17:35 PM »
 _/\_ sangat membantu
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #48 on: 21 April 2008, 02:28:14 PM »
Quote
Kalau di dalam vipassana orang menyadari niatnya ingin menyembelih ayam, dia tidak jadi menyembelih ayam.
Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara, dia tidak jadi bernamaskara untuk dirinya sendiri.

lho kok bisa tidak jadi melakukan?

kalau dari pengalaman saya, ada beberapa kasus berbeda:

1. kondisi yg memaksakan kita melakukan perbuatan tsb.
kasus menyembelih ayam mungkin tidak cocok utk profesi kita pada umumnya. misalkan dalam pekerjaan ada kasus dimana kita harus melakukan perbuatan buruk seperti 'berbohong'. nah... walau sadar, tetapi perbuatan itu tetap berlangsung.

2. kasus kedua, saya sudah sadar saya ingin ini & itu. sudah tau ingin adalah nafsu. tapi tetap saja saya melakukan perbuatan utk memenuhi 'ingin' tadi karena kesadaran saya masih lebih kecil daripada nafsu. begitu bukan?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #49 on: 21 April 2008, 02:45:44 PM »
Pak Hud, nanti utk bahasan anapanasatinya ditunda dulu, perlu waktu khusus buat ngetiknya nih soalnya frameworknya agak panjang adan berbeda dengan buddhism umumnya.

Quote
Yang jelas: Benny Sumedho. Tanya, tuh, langkah-langkah MMD sama dia. Smiley

Salam,
hudoyo

PS: Apa saja "langkah-langkah" MMD dapat Anda baca pada posting kedua page 1 thread ini.
hehehe, Langkah2x ? Tidak ada langkah2xnya koq. Hanya amati, amati, amati dan amati, kemudian amati. bahasa sononya, sati.
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #50 on: 21 April 2008, 03:19:30 PM »
Pak Hud, nanti utk bahasan anapanasatinya ditunda dulu, perlu waktu khusus buat ngetiknya nih soalnya frameworknya agak panjang adan berbeda dengan buddhism umumnya.

Quote
Yang jelas: Benny Sumedho. Tanya, tuh, langkah-langkah MMD sama dia. Smiley

Salam,
hudoyo

PS: Apa saja "langkah-langkah" MMD dapat Anda baca pada posting kedua page 1 thread ini.
hehehe, Langkah2x ? Tidak ada langkah2xnya koq. Hanya amati, amati, amati dan amati, kemudian amati. bahasa sononya, sati.


Saking satinya Domokun nya jadi menganga terus tuh suhu :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #51 on: 21 April 2008, 04:50:28 PM »
engak dapat...

vipassana ya vipassana
baca paritta ya baca paritta
namaskara ya namaskara

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #52 on: 21 April 2008, 08:07:16 PM »
Quote
Kalau di dalam vipassana orang menyadari niatnya ingin menyembelih ayam, dia tidak jadi menyembelih ayam.
Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara, dia tidak jadi bernamaskara untuk dirinya sendiri.

lho kok bisa tidak jadi melakukan?

kalau dari pengalaman saya, ada beberapa kasus berbeda:

1. kondisi yg memaksakan kita melakukan perbuatan tsb.
kasus menyembelih ayam mungkin tidak cocok utk profesi kita pada umumnya. misalkan dalam pekerjaan ada kasus dimana kita harus melakukan perbuatan buruk seperti 'berbohong'. nah... walau sadar, tetapi perbuatan itu tetap berlangsung.

2. kasus kedua, saya sudah sadar saya ingin ini & itu. sudah tau ingin adalah nafsu. tapi tetap saja saya melakukan perbuatan utk memenuhi 'ingin' tadi karena kesadaran saya masih lebih kecil daripada nafsu. begitu bukan?

1. Pernyataan saya di atas kan saya awali dengan kata-kata: "Kalau di dalam vipassana ..." :)

Kalau di dalam kehidupan sehari-hari, ya sering orang tidak sadar terhadap isi batinnya sendiri yang terdalam: disuruh menyembelih ayam ya menyembelih, karena takut dipecat; disuruh berbohong (bagian Marketing), bicara tentang suatu produk di luar proporsi kebenaran yang sesungguhnya, ya dilakukan, karena takut dipecat. Itu bukan vipassana namanya. Sering kali orang mencari pembenaran atas perbuatannya, padahal singkat saja, ia takut kehilangan pekerjaan; mau tidak mau itu harus diakui.

2. 'Kesadaran' dan 'nafsu' tidak bisa berada bersama-sama dalam satu momen (saat). 'Kesadaran' (sati), 'nafsu' & bentuk-bentuk batin apa pun sifatnya seperti digital, '1' atau '0', 'ada' atau 'tidak ada'. Kalau 'sadar', berarti tidak ada 'nafsu'; kalau ada 'nafsu', berarti 'tidak sadar'. Jadi, dalam satu saat (moment) tidak ada, misalnya, 'sadar' 30% + 'nafsu' 70%, lalu melakukan perbuatan memenuhi nafsunya.

Yang beraneka ragam atau gradual adalah FREKUENSI 'sadar' itu sendiri: mulai dari yang 'sadarnya' jarang muncul ... menjadi semakin sering muncul ... semakin sering muncul ... sampai 'sadar' seterusnya. Selama frekuensi momen kesadarannya masih sedikit, orang mudah dikuasai nafsunya, termasuk nafsu yang baik, seperti ber-namaskara.

Kembali kepada pernyataan saya: "Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara ...", berarti frekuensi momen-momen kesadarannya sudah cukup sering, sehingga dalam bahasa sehari-hari orang itu bisa disebut "sadar", bukan "dikuasai nafsu". Dalam hal itu, maka keinginan untuk ber-namaskara yang muncul akan segera lenyap kembali, dan orang tidak akan melakukan perbuatan itu.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 21 April 2008, 08:19:12 PM by hudoyo »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #53 on: 21 April 2008, 09:11:57 PM »
1. Pernyataan saya di atas kan saya awali dengan kata-kata: "Kalau di dalam vipassana ..." :)

Kalau di dalam kehidupan sehari-hari, ya sering orang tidak sadar terhadap isi batinnya sendiri yang terdalam: disuruh menyembelih ayam ya menyembelih, karena takut dipecat; disuruh berbohong (bagian Marketing), bicara tentang suatu produk di luar proporsi kebenaran yang sesungguhnya, ya dilakukan, karena takut dipecat. Itu bukan vipassana namanya. Sering kali orang mencari pembenaran atas perbuatannya, padahal singkat saja, ia takut kehilangan pekerjaan; mau tidak mau itu harus diakui.
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Quote
2. 'Kesadaran' dan 'nafsu' tidak bisa berada bersama-sama dalam satu momen (saat). 'Kesadaran' (sati), 'nafsu' & bentuk-bentuk batin apa pun sifatnya seperti digital, '1' atau '0', 'ada' atau 'tidak ada'. Kalau 'sadar', berarti tidak ada 'nafsu'; kalau ada 'nafsu', berarti 'tidak sadar'. Jadi, dalam satu saat (moment) tidak ada, misalnya, 'sadar' 30% + 'nafsu' 70%, lalu melakukan perbuatan memenuhi nafsunya.
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

Quote
Kembali kepada pernyataan saya: "Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara ...", berarti frekuensi momen-momen kesadarannya sudah cukup sering, sehingga dalam bahasa sehari-hari orang itu bisa disebut "sadar", bukan "dikuasai nafsu". Dalam hal itu, maka keinginan untuk ber-namaskara yang muncul akan segera lenyap kembali, dan orang tidak akan melakukan perbuatan itu.
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb?
apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #54 on: 22 April 2008, 01:15:09 AM »
menurut hemat saya, ketika ada 'yah saya berbohong' disitu pikiran bergerak ke masa lalu, membandingkan antara apa itu jujur dan apa itu bohong.
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #55 on: 22 April 2008, 07:13:43 AM »
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Kalau saya berbohong ... lalu sadar bahwa saya berbohong ... maka otomatis bohong itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dilawan, tanpa ditekan (kecuali ada motif lain, misalnya takut kehilangan pekerjaan yang mengharuskan orang berbohong, seperti Marketing). Tapi sadar PADA WAKTU berbohong itu sendiri sudah "terlambat"; niat berbohong itu sendiri--SEBELUM berkembang menjadi ucapan--tidak disadari, karena vipassana-nya belum kuat; atau sudah menjadi kebiasaan, sehingga dianggap "tidak apa-apa", "toh semua orang berbohong dalam bisnis", dsb.

Lebih dini dari itu, ketika orang berada dalam kesadaran vipassana penuh, munculnya niat untuk berbohong itu sendiri sudah ketahuan, sehingga dengan sendirinya niat berbohong itu akan lenyap kembali, tidak jadi berbohong, tanpa dilawan, tanpa ditekan. Itulah vipassana yang sesungguhnya, yang seharusnya.


Quote
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

'Sadar' memang bukan harus selalu "bersih, baik, kusala dsb", 'sadar' adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik". Definisi yang Anda kemukakan tentang 'sadar' sudah betul. Jadi, 'sadar' itu bukan hanya menyadari Ucapan dan Perbuatan (baik dan buruk), tetapi termasuk juga menyadari 'niat' SEBELUM 'niat' itu berkembang menjadi 'ucapan' atau 'perbuatan'. "Niat itulah karma," kata Sang Buddha ("Cetanaham, bhikkhave, kammam vadami.")

Dalam vipassana yang seharusnya, 'sadar' itu menyadari adanya 'niat untuk berbohong' (yang "buruk"), juga menyadari adanya 'niat untuk ber-namaskara' (yang "baik"). Kalau 'niat' itu disadari SEBELUM berkembang menjadi 'ucapan' & 'perbuatan', maka 'niat-niat' itu akan lenyap kembali dengan sendirinya, tanpa ditekan, tanpa dilawan.


Quote
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb? apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla

Dengan kata lain, Anda bertanya tentang batin seorang Buddha, batin seorang arahat. :) ... Padahal, Sang Buddha wanti-wanti, ada empat hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir (acinteyya); "... kalau dipikir-pikir juga bisa membuat orang menjadi gila," kata Sang Buddha.

Apakah empat hal acinteyya (tidak seharusnya dipikir-pikir) itu: (1) hakikat seorang Buddha; (2) asal-mula alam semesta; (3) hakikat jhana; dan (4) seluk-beluk karma dan buahnya (vipaka).

Kita diajar bahwa di dalam batin seorang Buddha/arahat itu tidak ada lagi pikiran "ini milikku; ini aku; ini diriku"; tidak ada lagi kehendak/niat (cetana) yang = kamma (seorang Buddha/arahat tidak berbuat kamma lagi). ... Apakah itu berarti dia diam saja tanpa aktivitas, seperti tumbuhan?

Yang tidak ada lagi adalah 'aku'-nya, 'atta', sumber dari semua 'cetana' (niat), baik niat untuk berbohong, maupun niat untuk ber-namaskara dsb. ... Jadi apa yang ada? ... Sang Buddha berkata:

"Atthi, bhikkhave, ajatam, akatam, abhutam, asankhatam .." ("Para bhikkhu, ADA SESUATU yang tak dilahirkan, tak terbentuk, bukan makhluk, tak terkondisi ...")

Itulah yang mengambil-alih batin yang telah kosong dari aku, kosong dari kehendak/niat, di mana tidak ada lagi Tesla sekalipun tubuh yang bernama Tesla ini ada, tidak ada lagi Hudoyo sekalipun tubuh yang bernama Hudoyo ada. Seolah-olah tubuh & batin ini--di mana sudah tidak ada aku lagi, tidak ada kehendak/niat lagi--menjadi sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh Sang Dalang. Kira-kira seperti itulah batin seorang Buddha/arahat, sekalipun kita tidak bisa tahu persis bagaimana rasanya, sebelum kita mengalaminya sendiri.

Di dalam Mahayana, SESUATU itu disebut Tathagata-garbha (batin Buddha) atau Dharma-kaya (Tubuh Dharma); di dalam Vajrayana, SESUATU itu, kalau tidak salah, disebut Rigpa. (Mohon koreksi, Samanera Nyanabhadra. Terima kasih :)) Seorang Buddha/arahat batinnya SELAMANYA berada dalam Tathagata-garbha/Dharmakaya, segala pikiran, ucapan & perbuatannya berasal dari situ.

Di kalangan pejalan spiritual yang menganut agama-agama monoteistik (Islam & Keristen), SESUATU itu disebut TUHAN. Di dalam Alkitab Keristen ada kalimat: "Sekarang aku sudah disalibkan bersama Kristus, dan bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam ini." - Di dalam Al-Qur'an ada kalimat: "Segala sesuatu di alam semesta ini fana (tidak kekal), yang tetap ada hanyalah Wajah Tuhanmu." - Di dalam ajaran spiritual Jawa kuno ada kalimat: "Ketika orang mencapai keadaan 'mati di dalam hidup', maka di situ ada 'hidup di dalam mati."

Krishnamurti berkata, "Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh batin. ... Kalau orang bisa berada sejauh itu, maka orang akan masuk ke dalam keheningan dalam ruang yang mahaluas; itulah Kebebasan sempurna ... Lalu di situ ada Gerak dari Yang Mahaluas." - Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, apa itu 'Gerak dari Yang Mahaluas' itu.

Nah, Rekan Tesla, mohon jangan dipikir-pikir hal ini, "... bisa jadi gila nanti," kata Sang Buddha. - Tapi yang jelas itu bukan jhana; dalam jhana tidak ada gerak apa pun.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 22 April 2008, 08:17:57 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #56 on: 22 April 2008, 07:29:11 AM »
menurut hemat saya, ketika ada 'yah saya berbohong' disitu pikiran bergerak ke masa lalu, membandingkan antara apa itu jujur dan apa itu bohong.

Ya, kebanyakan manusia memang begitu, mengerti 'kebohongan' dengan membandingkannya dengan ajaran yang diterima dari orang tua maupun dari para pemuka agama, dengan kata lain, dengan menggunakan pikirannya.

Tetapi, kalau orang sudah berkembang kesadarannya, dia tidak perlu lagi menggunakan pikiran, 'bohong'-tidaknya suatu ucapan bisa langsung diketahuinya (bukan "bohong itu buruk" - itu kesimpulan pikiran). Bagaimana caranya ...? Saya tidak tahu bagaimana caranya, tapi yang jelas TAHU itu muncul dengan memintasi pikiran, tanpa dipikir.

Analoginya, seorang anak kecil tidak tahu kalau api itu panas. Ia melihat api lilin, lalu dicobanya untuk memegangnya. Ia harus belajar dari pengalaman pahit bahwa api itu tidak boleh dipegang. Lain kali kalau ia melihat api, dia tidak mau dekat-dekat lagi, tanpa memikir-mikir lagi bahwa api itu berbahaya.

Analogi lain, yang mempunyai sumber jauh lebih dalam ialah, kalau kita melihat seekor ular di hadapan kita, kita langsung mundur. Itu adalah gerak refleks yang memintasi pikiran, tidak dipikir-pikir, tanpa orang harus mengalami dulu pernah digigit ular. Dari mana sebabnya, saya tidak tahu. Mungkin dari kehidupan orang itu di masa lampau.

Jadi, mereka yang sudah berkembang vipassana-nya, akan bisa melihat niat untuk menyembelih ayam, niat untuk mencuri/korupsi, niat untuk berbuat asusila, niat untuk berbohong, niat untuk mabuk-mabukan, persis seperti orang melihat seekor ular, tanpa dipikir panjang lagi, tanpa harus mengatakan, "niat-niat itu buruk".

Salam,
hudoyo

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #57 on: 22 April 2008, 07:33:13 AM »
wah pak menarik sekali.....
ketika dalam proses hanya mengamatin batin...
tampa penilaian....hingga menyadari ada nya si 'aku'
dan mengalamin kekosongan...hening...tapi ada....
aku suka terbentur...lalu si apakah 'dia' ini
dari mana kah dia ini...karna dalam proses mengamatin itu kita bisa melihat dengan jelas fenomena kehidupan ini....kamma ataupun sebab akibat dan lain sebagainnya....
 

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #58 on: 22 April 2008, 09:34:06 AM »
PIKIRAN YANG BERGERAK MENCIPTAKAN SI AKU

wah pak menarik sekali.....
ketika dalam proses hanya mengamatin batin...
tampa penilaian....hingga menyadari ada nya si 'aku'
dan mengalamin kekosongan...hening...tapi ada....
aku suka terbentur...lalu si apakah 'dia' ini
dari mana kah dia ini...karna dalam proses mengamatin itu kita bisa melihat dengan jelas fenomena kehidupan ini....kamma ataupun sebab akibat dan lain sebagainnya....
 

Rekan Evo, Dhamma itu memang menarik, kalau direalisir, disadari dalam batin sendiri ... bukan cuma dihafalkan, yang cuma jadi beban pikiran ... :)  Bukankah Sang Buddha berkata, "Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, indah pada akhirnya ..."

Pertanyaan Anda, "Siapakah 'dia' yang menyadari semua ini?", adalah pertanyaan yang paling sering diajukan kepada saya dalam retret-retret MMD sampai sekarang (sekarang sudah mencapai retret ke-107).

Sebelum menjawab pertanyaan itu, marilah kita renungkan sedikit suatu peristiwa yang kita semua pernah mengalami. Yakni ketika kita menonton bioskop dan filmnya sangat bagus, sehingga perhatian kita sepenuhnya tertarik kepada jalan cerita film itu. Pada saat itu, di dalam kesadaran Anda, adakah si Evo? ... Tidak ada, bukan. ... Pada saat itu, di dalam kesadaran Anda, yang ada ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita film itu. ... Baru beberapa lama kemudian, lalu Anda sadar, "wah, filmnya bagus", Anda sadar bahwa Anda tengah duduk di dalam sebuah bioskop, Anda sadar akan penonton-penonton yang lain di kiri-kanan Anda, Anda sadar akan layar di depan Anda, dan Anda sadar akan diri Anda.

Dari peristiwa yang biasa ini, terkandung pelajaran bahwa si aku ini muncul ketika pikiran bergerak. Ketika pikiran diam--misalnya dalam keadaan terpukau oleh cerita film yang bagus--si aku tidak ada. Ketika Anda berada dalam kesadaran vipassana penuh, yang ada hanyalah tubuh ini, sensasi, perasaan, pikiran--yang begitu muncul lenyap kembali--keinginan dsb; di situ tidak ada aku, karena pikiran tidak sempat mendominasi. Tetapi, ketika sebuah pikiran masuk dan ia mendominasi, lalu ia bertanya: "Siapa yang sadar tadi?" ...

Mengapa pikiran bertanya "siapa"? ... Karena pikiranlah yang menciptakan aku! (Di dalam kata-tanya "siapa" itu sendiri sudah terkandung suatu ASUMSI bahwa ada suatu SUBYEK, yang sesungguhnya tidak ada; jadi sesungguhnya pertanyaan itu sudah mengandung jawabannya sendiri.) ... Si aku yang tadinya tidak ada, diciptakan oleh pikiran yang bergerak, lalu pikiran berfilsafat dan bertanya, "Siapakah yang sadar tadi?" ... Dari situlah muncul IDE tentang 'roh', tentang 'jiwa' dsb ... lalu dianggap 'roh'/'jiwa' itu kekal-abadi, karena manusia melihat segala sesuatu di sekitarnya tidak kekal (anicca), dan ia tidak mau mengakui bahwa dirinya sendiri juga tidak kekal. ... Sang Buddha mengatakan 'tidak ada aku', semua IDE itu cuma waham (delusi) saja.

*****

Sang Buddha mengajarkan bahwa si aku ini diciptakan pikiran dalam satu sutta yang sukar, yakni Mulapariyaya-sutta (sutta #1 dari kitab Majjhima-nikaya; bacalah sendiri terjemahannya dalam bahasa Indonesia, tapi hati-hati, terjemahan itu malah membingungkan, seperti terjemahan Inggrisnya).

Menurut Sang Buddha, pikiran adalah tanggapan (respons) terhadap suatu rangsangan (stimulus) yang masuk melalui salah satu dari pancaindra atau dari dalam batin kita sendiri sebagai ingatan.

Pikiran sebagai tanggapan ini terjadi melalui enam langkah yang berlangsung secepat kilat, tapi bisa terlihat dalam meditasi/konsentrasi yang kuat. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Mula-mula ada rangsangan masuk lewat pancaindra (atau muncul sebagai ingatan dari masa lampau). Contohnya: ada suatu wujud terlihat oleh mata. Di sini masih belum ada tanggapan, belum ada pikiran, belum ada aku. Bahkan wujud itu sendiri masih belum punya nama, belum punya identitas. Dalam bahasa modern, ini disebut 'persepsi murni' (pure perception).

Langkah 2: Pikiran mulai bergerak menanggapi wujud itu. Ia mencari di dalam database ingatannya, dan menyimpulkan bahwa wujud itu sebuah "bunga", mungkin lebih spesifik lagi, itu "bunga mawar", misalnya. Di sini pikiran mulai bergerak, mulai ada pelabelan, penamaan, identifikasi, dan pemilah-milahan (kategorisasi). Dalam bahasa modern, ini disebut 'konsep'.

Langkah 3: Muncul 'aku', tapi 'aku' itu masih menyatu dengan fenomena yang dicerap, belum terpisah.

Langkah 4: 'Aku' memisahkan diri dari fenomena yang dicerap. Di sinilah pertama kali muncul 'aku' sebagai SUBYEK, yang merasa terpisah dari & berhadapan dengan OBYEK ('bunga' yang dilihat). Di sinilah pertama kali muncul DUALITAS antara SUBYEK dan OBYEK, antara 'aku' (subyek) dan 'bukan-aku' (berbagai obyek di sekitar kita).

Langkah 5: 'Aku' (subyek) ber-relasi, membentuk hubungan dengan obyek. Kalau yang dilihat 'bunga', relasinya berbentuk "keinginan memetik", misalnya. Tapi kalau yang dilihat 'ular', relasinya lain lagi, yakni "mundur teratur" atau "lari".

Langkah 6: Muncul rasa senang (atau tidak senang) yang menyertai pikiran.

Begitulah Sang Buddha menjelaskan terjadinya proses berpikir, yang di dalamnya muncul si aku. Jadi ini bertentangan dengan pengertian kita sehari-hari, di mana kita berpikir: "Akulah yang berpikir." :)  Yang sesungguhnya terjadi ialah 'pikiranlah yang menciptakan aku'. Jadi 'aku' itu timbul-lenyap, tidak selalu ada: setiap kali pikiran bergerak, aku muncul; setiap kali pikiran diam, aku lenyap. Tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari, pikiran kita terus bergerak, maka rasanya aku itu selalu ada.

Itu belum selesai ... Dalam Mulapariyaya-sutta itu Sang Buddha menyarankan, bagi mereka yang berlatih vipassana agar melatih mengamati pikiran, sehingga akhirnya pikiran itu tidak berfungsi lagi untuk sementara. Artinya, dari keenam langkah proses berpikir di atas, yang ada hanyalah langkah ke-1: pencerapan dari pancaindra atau ingatan, tapi tidak ada langkah ke-2 dst, tidak ada pengenalan (recognition), identifikasi & penamaan (naming, labeling) dst. ... Itulah sebabnya di dalam retret MMD tidak ada pencatatan sama sekali dari sejak awal.

Akhirnya dalam sutta itu Sang Buddha mengatakan bahwa dalam batin seorang arahat atau Buddha tidak ada lagi langkah kedua dst selamanya. Saya rasa, di situ yang mengambil alih fungsi kehidupan adalah SESUATU yang dikatakan oleh Buddha "tak dilahirkan", "tak terbentuk", "bukan makhluk", "tak terkondisi" (ajatam, akatam, abhutam, asankhatam).

KESIMPULAN: Jawaban terhadap pertanyaan Anda adalah: "yang ada hanyalah kesadaran, tidak ada 'dia'/subyek yang menyadari."

Mengertikah Anda sekarang akan syair dalam kitab Visuddhi-magga:

"Ada dukkha, tapi tidak ada yang menderita,
Ada Jalan Suci, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada Nibbana (pembebasan), tapi tidak ada yang mencapainya."


*****

Rekan Evo, Anda mengatakan "menarik sekali". Padahal yang Anda baca baru uraian saya, yang tentu jauh berbeda dengan apa yang ada sebenarnya (yathabutam). Kalau Anda mengalami sendiri semua itu, tentu jauh "lebih indah" lagi. Dan Anda hanya bisa mengalaminya dalam keheningan yang mendalam. Kata YM Buddhadasa Mahathera, "Dalam keheningan yang mendalam, di mana tidak ada pikiran, tidak ada aku lagi, Anda mencicipi nibbana."

Nah, saran saya, ikutilah retret MMD (atau retret vipassana tradisional yang dibimbing oleh para bhante, kalau Anda mau). Hanya di situ Anda bisa mengalami semua ini.

Promosi dikit, ni yee. :)

Salam,
hudoyo





« Last Edit: 22 April 2008, 03:20:19 PM by hudoyo »

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #59 on: 22 April 2008, 09:56:29 AM »
pak apa yang aku tulis pengalam pribadi
suatu hari jika sudah waktunya
aku mau mengabdikan waktuku hanya untuk meditasi pak :)
ini keinginan terbesar ku....

aku merasakan benget yang namanya hening
segala sesuatu sumbet dari pikiran
pikiran ini luar biasa
bagaimana pikiran ini bekerja
benar-benar indah....

 

anything