"Sebagian orang beranggapan, rugi jadi orang baik. Dari perspektif orang biasa dia dirugikan, sebaliknya dia telah memperoleh benda yang tidak mungkin didapatkan manusia biasa, itu adalah “De” – subtansi putih, itu adalah benda yang ekstrem berharga. Tidak ada De tidak akan ada Gong, itu adalah kebenaran absolut. Mengapa banyak orang berlatih Gong namun tidak tumbuh Gong? Karena mereka tidak mengkultivasikan De. Banyak orang juga berbicara prinsip De, juga mensyaratkan De, tetapi tidak mengajarkan prinsip sejati yang mentransformasikan De menjadi Gong, tergantung pada individu untuk Wu (menyadari) Telah ditulis 10.000 jilid kitab dalam Tripitaka, Dharma yang diajarkan lebih dari 40 tahun dalam masa hidup Sakyamuni, semua berbicara pada satu De ini. Kitab kultivasi Tiongkok kuno semua juga berbicara pada satu De. Lima ribu kata “Tao Te Ching” yang ditulis Lao Zi juga berbicara pada satu De, namun sebagian orang memang tidak Wu." (Li Hongzhi, Falun Gong)"
(Sumber: Li Hongzhi, Falun Gong, Bab III, hal. 56. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)
"I.6. Qigong Aliran Buddha dan Agama Buddha
Sekali kita membicarkan Qigong aliran Buddha, banyak orang akan terasosiasi pada sebuah masalah: Aliran Buddha adalah berkultivasi Buddha, lalu terpikir pada urusan agama Buddha. Di sini saya dengan serius menjelaskan, Falun Gong adalah Qigong aliran Buddha, adalah Dafa ortodoks, tidak ada relevansi dengan agama Buddha. Qigong aliran Buddha adalah Qigong aliran Buddha, agama Buddha adalah agama Buddha, walaupun tujuan Xiulian adalah sama, tetapi tidak mengikuti jalan yang sama, bukan aliran Fa yang sama, punya ketentuan yang berbeda. Di sini saya menyebut sebuah istilah “Buddha”, dalam mengajar Gong tingkat tinggi dikemudian hari masih akan menyebut-Nya, perkataan itu sendiri tidak punya corak takhayul. Sebagian orang begitu mendengar “Buddha” benar-benar bukan main, anda dikatakan sedang berpropaganda takhayul, bukan demikian. “Buddha” berasal dari bahasa Sansekerta, dibawa ke Tiongkok dari India, transliterasi dalam bahasa Tionghoa adalah “Fo Tuo” (Buddha) dua huruf, orang telah mempersingkat huruf “Tuo”, dan hanaya menyebut “Fo”, diterjemahkan dalam bahasa Tionghoa berarti “Sang Sadar”, orang yang telah sadar (lihat kamus “Cihai”).
I.6.1. Qigong Aliran Buddha
Dewasa ini Qigong aliran Buddha yang dipublikasikan ada dua macam. Salah satu adalah yang memisah dari agama Buddha, perkembangannya dalam ribuan tahun telah menghasilkan banyak biksu tinggi, dalam proses Xiulian mereka, ketika kultivasi mencapai tingkat sangat tinggi, maka akan ada guru di atas yang memberi mereka beberapa pelajaran, sehingga memperoleh ajaran sejati dari tingkat lebih tinggi. Kesemuanya ini dahulu kala selalu diwariskan secara tunggal dalam agama Buddha, ketika biksu tinggi hampir meninggal baru diwariskan pada seorang pengikut, dikultivasikan mengikuti teori agama Buddha, secara menyeluruh meningkat naik. Qigong semacam ini, kelihatannya erat berhubungan dengan agama Buddha. Kemudian biksu diusir ke luar biara, misalnya pada masa “revolusi besar kebudayaan”, kesemua metode Gong ini lalu beredar di kalangan rakyat, sehingga berkembang luas di kalangan rakyat.
Satu macam lainnya juga adalah Qigong aliran Buddha, Qigong aliran Buddha semacam ini secara historis belum pernah masuk ke dalam agama Buddha, senantiasa berkultivasi diam-diam di kalangan rakyat atau dalam pegunungan yang jauh terpencil. Metode Gong semacam ini selalu punya kekhasan sendiri, ia punya ketentuan memilih seorang pengikut yang baik, benar-benar orang bijak dengan De besar yang mampu Xiulian menuju ke tingkat tinggi. Orang semacam ini baru dilahirkan seorang setelah sekian tahun. Metode Gong ini tidak boleh dipublikasikan secara terbuka, mensyaratkan Xinxing (watak; kualitas moral) sangat tinggi, tumbuh Gong juga luar biasa cepat, metode Gong ini sangat jarang sekali. Aliran Tao juga sama, sesama Gong aliran Tao ada faksi: Kunlun, Ermei, Wudang dan lain-lain. Setiap faksi masih punya aliran Fa yang berbeda, setiap aliran metode Gong punya perbedaan sangat jauh, semuanya tidak boleh dilatih campur-aduk"
(Sumber: Li Hongzhi, Falun Gong, Bab I, hal. 21-23. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)
"Jadi, apa sebenarnya "Fa Buddha" itu? Apakah agama? Apakah filsafat? Semua ini hanya merupakan pengertian dari "para akademisi agama Buddha yang telah dipermodern". Mereka hanya mempelajari teori, menganggapnya sebagai kategori bahan filsafat untuk studi kritik dan sebagai apa yang disebut riset. Sesungguhnya "Fa Buddha" tidak hanya sedikit seperti yang ada pada kitab suci, itu hanya merupakan "Fa Buddha" pada tingkat permulaan. "Fa Buddha" secara jelas dan gamblang memperlihatkan segala misteri, mulai dari partikel, molekul sampai alam semesta, dari yang lebih kecil sampai yang lebih besar, meliputi segala-galanya, tidak ada yang tertinggal. Dia adalah karakter alam semesta "Zhen-Shan-Ren" yang diuraikan secara berbeda pada tingkat yang berbeda, yang disebut "Dao" oleh aliran Dao, dan disebut "Fa" oleh aliran Buddha."
(Sumber: Li Hongzhi, Zhuan Falun, Bab Lunyu (Kata Ulasan), hal.vii Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)
"Saya juga masih akan menekankan suatu masalah, bahwa Xiulian kami adalah perlu mengajar Gong dan mengajar Fa. Ada biksu dari beberapa kuil, terutama dari aliran Zen, mungkin punya beberapa pendapat. Begitu mendengar pelajaran Fa, dia lalu tidak suka mendengarkan. Apa sebabnya? Aliran Zen berpendirian bahwa Fa tidak boleh dibicarakan. Sekali Fa dibicarakan, ia sudah bukan Fa lagi, tidak ada Fa yang boleh dibicarakan, hanya boleh dimengerti dengan diam, sehingga sampai kini aliran Zen tidak mengajar Fa apa pun. Apa yang diajarkan Boddhidarma dari aliran Zen, adalah berdasarkan sebuah pernyataan Sakyamuni. Sakyamuni berkata, "Tidak ada Dharma yang definitif." Berdasarkan ucapan Sakyamuni ini dia mendirikan aliran Zen. Kami katakan aliran ini bagai menyusup ke ujung tanduk lembu. Mengapa disebut menyusup ke ujung tanduk lembu? Ketika Boddhidarma mulai menyusup ke dalam, masih terasa agak luas, saat pemimpin generasi kedua menyusup sudah terasa tidak terlalu luas, saat pemimpin generasi ketiga juga masih terasa cukup, saat pemimpin generasi keempat sudah terasa sangat sempit, buat pemimpin generasi kelima pada dasarnya sudah tidak dapat menyusup lagi, giliran Huineng--selaku pemimpin generasi keenam--sudah sampai di ujung, sudah tidak dapat masuk lagi. Sekarang bila anda ingin belajar Fa pada aliran Zen, jangan anda bertanya, bila anda bertanya padanya, balasannya adalah sebuah tongkat yang mendarat di kepala anda, ini disebut "hardikan tongkat." Artinya anda jangan bertanya, harus mencari pemahaman sendiri. Anda berkata, "Saya belajar kemari justru karena tidak tahu apa-apa, paham tentang apa, kok malah anda memukul saya?" Ini mengindikasikan ujung tanduk lembu sudah disusupi sampai ke ujung, sudah tidak ada yang dapat dibicarakan lagi. Boddhidarma juga sudah mengatakan hanya dapat diturunkan sampai enam generasi, selanjutnya sudah tidak berlaku lagi. Ratusan tahun telah lewat, namun sekarang masih ada yang berpegang teguh pada prinsip Zen. "
(Sumber: Li Hongzhi, Zhuan Falun, Ceramah 1, hal.10-11 Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Silahkan teman-teman cek kebenarannya...