//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cerita-Cerita Zen (Koan)  (Read 71752 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Cerita-Cerita Zen (Koan)
« on: 18 October 2007, 12:47:25 AM »
Apa itu Zen?

--------------------------------------------------------------------------------

Ikan kecil bertanya pada ikan besar :

Ikan kecil : Aku sering mendengar ikan lain bicara tentang laut. Tapi apa itu laut?
Ikan besar : Di sekelilingmu adalah laut.
Ikan kecil : Mengapa aku tidak bisa melihatnya ?
Ikan besar : Kamu tinggal, bergerak, dan hidup di laut. Laut ada di dalam dan di luarmu. Laut memberimu kehidupan dan pada saat kematian kamu kembali ke asalmu. Laut melingkupimu seperti dirimu sendiri.

Catatan : Ikan-ikan hidup di sungai dan didanau tidak menyadarinya. Manusia hidup di lautan ZEN tetapi tidak mengenal hakikat ZEN.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #1 on: 18 October 2007, 12:48:29 AM »
Cerita Zen 2 - Membawa gadis menyeberangi sungai

--------------------------------------------------------------------------------

Guru Zen Jepang Tanzan dan rahib muda Ekido bertemu dengan seorang gadis cantik yang tidak bisa menyeberangi sungai kecil.

Tanzan : Aku akan menggendongmu menyeberangi sungai. (kata Tanzan kepada gadis tersebut)

Setelah di seberang sungai.
Gadis : Guru, terima kasih dan selamat tinggal.

Tanzan dan rahib muda Ekido kemudian meneruskan perjalanan. Setelah setengah hari perjalanan. Rahib muda Ekido berkata

Ekido : Guru, kita bhiksu tidak boleh mendekati perempuan. Mengapa tadi anda menggendong gadis tersebut ?

Tanzan : Gadis mana yang kamu maksud ? Aku sudah menurunkannya sejak tadi. Mengapa anda masih memikirkannya ?

Catatan : : Orang yang menggendong gadis tersebut melakukan tanpa nafsu. Dia melakukannya dengan spontan dan tanpa pamrih. Bukankah rahib muda yang punya nafsu ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #2 on: 18 October 2007, 12:49:12 AM »
Cerita Zen 3 - Bila aku tidak masuk neraka, siapa yang mau ??

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang Umat bertanya pada master Zen.

Umat : Setelah hidup seratus tahun, kemana seorang bhiksu seperti anda akan berakhir ??

Master : Aku akan menjadi keledai atau kuda.

Umat : Dan setelah itu ?

Master : Aku akan masuk neraka.

Umat : Tapi anda adalah simbol kebajikan. Mengapa anda turun ke neraka ?

Master : Bila aku tidak masuk neraka, siapa yang akan masuk neraka untuk mencerahkanmu ?????

Catatan :
Bila orang menghubungkan dharma dengan tempat yang bersih saja, apakah ini berarti bahwa dharma tidak ada di tempat yang kotor seperti toilet jorok? Dharma meliputi semua dan tidak punya tempat yang tetap. Dharma ada di surga, tapi bukankah di neraka Dharma lebih diperlukan ???
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #3 on: 18 October 2007, 12:50:37 AM »
Cerita Zen 4 - Warna Bambu

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang kaya mengundang seorang pelukis ternama untuk melukis lukisan bambu.

Orang Kaya : Wah, lukisan bambunya sangat indah. Sayang warna bambu-nya merah. Salah.

Pelukis : Lantas, kamu mau bambu-mu warna apa ??

Orang Kaya : Hitam donk.

Pelukis : Siapa yang pernah tahu warna bambu hitam.

Catatan :
Kita sering menunjukkan kesalahan orang lain. Tetapi kesimpulan kita belum tentu juga benar.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #4 on: 18 October 2007, 12:51:21 AM »
Cerita Zen 5 - Berdamai dengan diri sendiri

--------------------------------------------------------------------------------

Ada seorang dokter militer yang mengikuti pasukan ke medan perang. Ia mengobati tentara yang terluka di medan perang.

Bila pasiennya sembuh dari luka, mereka di kirim kembali untuk bertempur. Akibatnya, mereka terluka lagi, lalu terbunuh.

Setelah melihat skenario ini berulang-ulang, dokter tersebut akhirnya mengalami patah semangat.

Pikirnya : Bila seseorang ditakdirkan untuk mati, mengapa aku harus menyelamatkannya ? Bila pengetahuian medisku ada gunanya, mengapa ia pergi ke medan perang dan kehilangan nyawanya.

Dokter tersebut tidak memahami apakah ada artinya ia menjadi dokter militer, dan ia sangat sedih sehingga ia tidak mampun menyembuhkan orang lagi.

Karenanya, ia naik gunung untuk mencari seorang master Zen.

Setelah bersama seorang master Zen selama beberapa bulan ...

Akhirnya, ia mengerti masalah dia sepenuhnya. Ia turun gunung untuk terus berpraktek sebagai dokter.

Katanya : INI KARENA AKU SEORANG DOKTER.

Catatan
Tidak meng-identifikasi diri sendiri dengan sesuatu atau menghubungkan sesuatu dengan "aku" dan mengerti bahwa ide adanya "aku" yang berbeda dari benda lain adalah noda, itulah kebijaksanaan sejati.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #5 on: 18 October 2007, 12:52:24 AM »
Cerita Zen 6 - Barang antik jenderal

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang Jendral perang sedang mengagumi barang antiknya yang sangat berharga. Tiba-Tiba...

Jendral : AIYAH !!! Hampir saja jatuh... (saking terkejutnya, keringat jendral bercucuran).

Kemudian dia berpikir : "Aku telah memimpin sepuluh ribu pasukan dalam medan perang, dan tak pernah takut, bahkan tidak pernah takut mati. Mengapa aku begitu cemas oleh cangkir sekecil ini ??? "

Ia akhirnya menyadari bahwa kecintaan yang membawa rasa takut kehilangan menyebabkan kecemasannya. Ia pun melempar cangkir itu melewati bahunya dan cangkir itu hancur.

Catatan
Dimana ada pengetahuan dan perasaan untung serta rugi, ada kesenangan dan kesedihan. Bisa mengatasi baik dan buruk, untung dan rugi adalah keberuntungan sejati.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #6 on: 18 October 2007, 12:53:08 AM »
Cerita Zen 7 - Ke mana orang pergi setelah mati ?

--------------------------------------------------------------------------------

Kaisar Jepang Goyozei sedang mempelajari Zen di bawah guru Zen Gudo Toshuku.

Raja : Dalam Zen, pikiran itu adalah Buddha, benar ??

Gudo : Jika kukatakan ya, kamu akan berpikir bahwa kamu mengerti tanpa berusaha memahami, Jika kukatakan tidak, aku terpaksa membantah fakta yang sudah dipahami orang banyak dengan baik.

Raja : Kemana orang suci pergi setelah mati ??

Gudo : Saya tidak tahu...

Raja : Mengapa kamu saja sampai tidak tahu ??

Gudo : Karena saya belum mati.

Catatan
Ketika hidup, orang harus menghargai keindahan dan misteri hidup menurut pandangan orang hidup. Tidak perlu memikirkan tentang dunia setelah mati. Hari ini, hiduplah untuk hari ini. Tidak perlu mencemaskan esok hari karena kejadian esok akan datang esok hari.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #7 on: 18 October 2007, 12:53:47 AM »
Cerita Zen 8 - Bagaimana berlatih Zen ?

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang umat bertanya kepada guru Zen.

Umat : Orang seperti apa yang mempraktekkan Zen ?

Guru : Orang seperti saya.

Umat : Guru, bagaimana kamu melatih Zen ?

Guru : Berlatih Zen adalah mengganti pakaian, mandi, tidur dan makan.

Umat : Tapi Itu kan pekerjaan duniawi. Pelajaran pikiran yang bagaimana yang bisa disebut dengan berlatih Zen ?

Guru : Menurutmu, apa yang aku lakukan setiap hari ?

Catatan
Latihan Zen berasal dari percakapan setiap hari, mencuci muka, makan dan hal-hal seperti itu. Orang harus melakukannya dengan penuh KESADARAN. Persepsi atas hakikat benda berasal dari melakukan hal-hal itu dengan sepenuh hati.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #8 on: 18 October 2007, 12:54:30 AM »
Cerita Zen 9 - Tidak ada pengganti...

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang umat bertanya kepada guru zen.

Umat : Bisakah anda membantu saya memahami arti Zen ?

Guru : Aku sangat ingin membantu, tapi sekarang aku harus buang air kecil dulu.

Guru beranjak dari tempat duduknya dan mendekati umat tersebut kemudian berkata dengan suara lirih.

Guru : Coba pikirkan, bahkan untuk hal sepele seperti ini aku harus melakukannya sendiri. Boleh tanya, bisakah kamu melakukannya untukku ???

Catatan
Untuk memahami masalah hidup dan mati, seseorang harus mengandalkan dirinya sendiri. Orang lain tidak bisa melakukannya untukmu. Hanya Mengandalkan penjelasan dari orang lain adalah seperti burung kakak tua belajar bicara. Ia mengatakan apa yang diajarkan tapi tidak tahu arti dari kata kata tersebut.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #9 on: 18 October 2007, 11:36:50 AM »
Cerita Zen -10 : Belajar Zen
-------------------------------------

Di sebuah monastery Zen terdapat seorang master Zen dan seorang muridnya.
Untuk mengajarkan kesunyataan, maka di depan murid, sang Guru mengangkat patung Buddha dari keramik dan kemudian menjatuhkannya hingga pecah.
Murid terbengong sejenak dan kemudian merasa tercerahkan.
Setelah peristiwa itu, si murid mohon diri untuk turun gunung.  Sang Guru sedih dan hendak menahannya, tapi si murid bersikeras. Tak lama kemudian, sang guru meninggal dan ada peristiwa2 yang menunjukkan bahwa beliau telah menjadi Bodhisattva.

Si murid mengajarkan hal itu kepada masyarakat desa di kaki gunung. Setiap ia menemukan pemilik rumah memiliki patung Buddha ia selalu membanting dan memecahkannya. Demikianlah seterusnya, penduduk2 desa itu mengajar ke desa-desa lain dimana orang2 semuanya mulai membanting dan memecahkan patung Buddha. Mereka berkata : patung is patung, buang ketahayulan!

Sampai suatu ketika terjadi gempa bumi dahsyat dan semua dari mereka mati. Ternyata si murid dan mereka semua terlahir di neraka.

Koan : Perbuatan yang sama, tapi terlahir di tempat yang berbeda. Mengapa???

Hints:
- Belajar Zen harus memahami esensinya, bukan sekedar meniru penampilan luarnya belaka.
- Apa yang nampak diluarnya mungkin sama, tapi proses dalam batin adalah tanggung jawab masing2 pribadi.
- Belajar memutuskan kemelekatan janganlah menjadi sebuah kemelekatan baru.
« Last Edit: 18 October 2007, 11:47:47 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #10 on: 07 November 2007, 02:00:02 AM »
Cerita Zen - 11 : DIALOG PERDAGANGAN UNTUK MENGINAP
--------------------------------------------------------------------
 
Asalkan memajukan dan memenangkan sebuah argumentasi tentang agama Buddha dengan orang-orang yang tinggal di sana, seorang bhikshu kelana boleh menginap di sebuah vihara Zen. Jika kalah, ia harus pergi dan melanjutkan perjalanan.
 
Di sebuah vihara di belahan utara Jepang, tinggallah dua orang bhikshu. Yang lebih tua adalah seorang terpelajar, sedangkan yang lebih muda adalah orang bodoh dan hanya mempunyai sebuah mata.
 
Seorang bhikshu datang dan memohon untuk menginap. Sebagaimana biasanya, ia menantang mereka untuk berdebat tentang ajaran yang tertinggi. Saudara yang lebih tua, karena keletihan belajar sepanjang hari itu, meminta saudara mudanya untuk menggantikannya. "Pergilah dan hadapi dialognya dengan tenang," ia memperingatkan.
 
Demikianlah, bhikshu muda dan orang asing itu pergi ke altar dan duduk. Tidak lama kemudian, pendatang itu bangkit dan menghampiri saudara tua dan berkata, "Saudara muda anda adalah seorang yang mengagumkan. Ia mengalahkan aku." "Ceritakan dialog itu kepadaku," kata saudara yang tua.
 
"Baiklah", jelas si pendatang, "Pertama-tama, saya mengacungkan sebuah jari,  melambangkan Buddha, Ia yang mencapai Pencerahan. Ia pun mengacungkan dua jari, melambangkan Buddha beserta ajaran Beliau. Saya mengacungkan tiga jari, melambangkan Buddha, ajaran, dan pengikut Beliau, yang hidup dalam keharmonisan. Kemudian, ia melayangkan kepalan tinjunya ke wajah saya, menunjukkan bahwa ketiga-tiganya berasal dari kebijaksanaan. Demikianlah dia menang dan saya tidak berhak untuk menetap." Setelah itu, si pendatang pun pergi.
 
"Kemanakah rekan itu?" tanya saudara muda, berlari menjumpai saudara tuanya.
"Saya tahu anda memenangkan perdebatan tadi."
"Menang apa! Saya ingin memukulnya."
"Ceritakanlah tentang perdebatan tadi," pinta saudara tua itu.
 
"Mengapa, begitu melihat saya, ia mengacungkan satu jari, menghina saya dengan menyindir bahwa saya hanya mempunyai sebuah mata. Oleh karena ia adalah pendatang, saya kira saya harus bertindak sopan terhadapnya, sehingga saya mengacungkan dua jari, bersyukur baginya karena mempunyai dua mata. Kemudian, bedebah yang tidak sopan itu mengacungkan tiga jari, menyiratkan bahwa di antara  kita berdua hanya ada tiga bola mata. Oleh karenanya, saya marah dan mulai meninjunya, tetapi ia berlari keluar dan perdebatan itu pun berakhir."


Sumber: Buku Daging Zen, Tulang Zen.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline oddiezz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 325
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • in vain
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #11 on: 09 November 2007, 03:59:01 PM »
Pemotong Batu

Pada jaman dahulu, di sebuah kaki gunung, hiduplah seorang pemotong batu untuk bahan bangunan yang merasa tidak puas akan kehidupan dan statusnya di dunia.

Suatu hari ia pergi ke kota dan melintasi rumah seorang saudagar kaya raya. "Betapa enaknya jadi orang berpunya, tinggal di rumah megah, berpengaruh dan tiada kurang suatu apa!", bathinnya. Ia merasa iri dan berharap bisa seperti saudagar itu. Alangkah kagetnya ia, entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi seorang saudagar hartawan, menikmati segala kemewahan, memiliki kekuasaan, serta diirikan oleh orang yang hidupnya kurang sejahtera.

Suatu hari orang pejabat tinggi negeri yang ditandu dalam sebuah joli mewah melewati rumahnya diiringi oleh para prajurit. Setiap orang di sepanjang jalan bagaimanapun status ekonominya harus berhenti,minggir ke tepi jalan, dan membungkuk menghormat kepadanya."Betapa berkuasanya dia," pikirnya, "Aku ingin menjadi pejabat tinggi negara!"Terjadilah! Seketika ia menjadi seorang pejabat tinggi negara yang berkuasa, ditandu kemana -mana di atas joli diiringi oleh sepasukan prajurit, dihormati sekaligus ditakuti rakyat. 

Suatu hari di musim panas, ketika melakukan inspeksi keliling, sengat matahari telah membuatnya tidak merasa nyaman dan gerah. Disibakkannya tirai joli, sambil memandang matahari yang tampak gagah di langit, ia berkata, "Betapa hebatnya matahari, andai aku bisa jadi matahari"Lalu ia menjadi matahari, bersinar sepanjang masa, menyengat segala sesuatu dan setiap orang dengan teriknya, serta diumpat kala musim panas oleh petani yang bekerja di ladang.

Tetapi sekali waktu segumpal awan hitam menghalanginya sehingga sinarnya tidak dapat mencapai bumi. "Betapa hebat awan hitam badai ini," pikirnya,"Aku berharap ingin jadi awan badai."Ia kemudian menjadi awan hitam, berarak kian kemari dari suatu tempat ke tempat lain dan dibenci oleh setiap orang. Namun suatu hari sebuah kekuatan besar telah membuatnya buyar. Angin. "Betapa kuatnya ia," bathinnya, "Semoga aku bisa jadi angin!"


Seketika ia berubah menjadi angin, yang bisa mengangkat atap-atap rumah, mencerabut pohon-pohon dari akarnya, serta menimbulkan ombak besar yang meneggelamkan perahu-perahu di lautan. Ditakuti oleh apapun yang ada di bawahnya. Tapi suatu hari, sesuatu yang besar dan kuat mampu menghalangi kekuatannya betapupun kuat ia meniupnya. Sebuah batu karang yang membukit. "Betapa kuatnya ia,"serunya," betapa ingin aku menjadi karang."

Ia kemudian berubah menjadi batu karang yang kuat. Tak bergeming dari tempatnya dari jaman ke jaman. Akan tetapi suatu hari, ia merasa ada sesuatu yang berubah pada dirinya, sebuah palu godam besar yang secara berirama dihantamkan pada sebuah pahat perlahan lahan telah melobangi permukannya yang keras, dan akhirnya memotong-motongnya bagian demi bagian. "Siapakah yang lebih kuat dari aku, sang karang?" herannya.


Ia menengok jauh ke bawah dan melihat seorang pemotong batu.

Eschew Obfuscation! Espouse Elucidation!

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #12 on: 07 January 2008, 09:35:16 AM »
Zen Buddha


Buddha berkata : " Bagiku kedudukan raja dan penguasa bagai butiran debu, Aku melihat harta emas permata bagai bata dan batu, Aku melihat jubah sutra terhalus bagai kain usang, Aku melihat alam semesta yang maha luas ini bagai seonggok bebijian, dan Danau terbesar di India bagai setetes minyak di kaki - Ku.
Bagiku pengetahuan tertinggi pembebasan bagai benang emas dalam mimpi, dan
memandang jalan mulia mereka yang tercerahkan bagai bunga-bunga yang muncul di mata seseorang.
Aku melihat meditasi sebagai pilar sebuah gunung, Nirvana bagai mimpi di siang bolong.
Aku melihat penilaian benar atau salah bagai liukan tarian seekor naga, dan memandang timbul tenggelamnya
keyakinan tak lain bagai jejak-jejak yang di tinggalkan oleh ke empat musim.

( di kutip dari buku 101 Koan Zen , Yayasan penerbit Karaniya )

:lotus:


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #13 on: 08 January 2008, 11:50:22 AM »
Cerita Zen 2 - Membawa gadis menyeberangi sungai

--------------------------------------------------------------------------------

Guru Zen Jepang Tanzan dan rahib muda Ekido bertemu dengan seorang gadis cantik yang tidak bisa menyeberangi sungai kecil.

Tanzan : Aku akan menggendongmu menyeberangi sungai. (kata Tanzan kepada gadis tersebut)

Setelah di seberang sungai.
Gadis : Guru, terima kasih dan selamat tinggal.

Tanzan dan rahib muda Ekido kemudian meneruskan perjalanan. Setelah setengah hari perjalanan. Rahib muda Ekido berkata

Ekido : Guru, kita bhiksu tidak boleh mendekati perempuan. Mengapa tadi anda menggendong gadis tersebut ?

Tanzan : Gadis mana yang kamu maksud ? Aku sudah menurunkannya sejak tadi. Mengapa anda masih memikirkannya ?

Catatan : : Orang yang menggendong gadis tersebut melakukan tanpa nafsu. Dia melakukannya dengan spontan dan tanpa pamrih. Bukankah rahib muda yang punya nafsu ?


keren... :D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #14 on: 08 January 2008, 01:55:45 PM »
hmmmm lanjutkan terus posting ini yah...
bagus... :)
apa lagi kalau di tambah dengan contoh dalam kehidupan sehari hari..
saya juga suka baca buku zen...
hanya kadang - kadang kurang paham..  :)

Offline oddiezz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 325
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • in vain
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #15 on: 08 January 2008, 02:43:14 PM »
hmmmm lanjutkan terus posting ini yah...
bagus... :)
apa lagi kalau di tambah dengan contoh dalam kehidupan sehari hari..
saya juga suka baca buku zen...
hanya kadang - kadang kurang paham..  :)
post juga dong sis,
terutama yg kurang paham, ntar sapa tau ada yg bisa jelasin.
Eschew Obfuscation! Espouse Elucidation!

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #16 on: 09 January 2008, 12:15:44 AM »
hmmmm lanjutkan terus posting ini yah...
bagus... :)
apa lagi kalau di tambah dengan contoh dalam kehidupan sehari hari..
saya juga suka baca buku zen...
hanya kadang - kadang kurang paham..  :)
post juga dong sis,
terutama yg kurang paham, ntar sapa tau ada yg bisa jelasin.

yg kurang paham, dipending aja metta. :)
semoga bisa bertemu Guru yang mampu dan berbaik hati menjelaskannya kepada anda.
_/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #17 on: 11 January 2008, 09:51:53 AM »
Seorang Buddha

Di Tokyo, pada masa pemerintahan Meiji, hiduplah dua orang guru hebat yang memilik perangai bertolak belakang. Yang satu bernama Unsho, seorang instruktur di Kota Shingon, ia sangat ketat menjalankan silanya. Ia tak pernah minum minuman beralkohol maupun makan setelah jam sebelas pagi. Guru yang satunya bernama Tanzan, ia adalah seorang profesor filsafat di Universitas Imperial, ia tak menjalankan silanya dengan ketat. Ia makan kapan pun ia mau dan tidur sesuka hatinya.

Suatu hari Unsho mengunjungi Tanzan, yang saat itu sedang minum anggur, padahal seharusnya tidak setetes pun yang boleh di minum oleh seorang umat Buddha.

" Halo, saudaraku," sapa Tanzan, " mau minum?"

" Aku tidak minum!" jawab Unsho dengan tenang.

" Orang yang tidak minum berarti bukan manusia," kata Tanzan.

" Maksudmu, kamu sebut aku bukan manusia hanya karena aku tidak minum cairan yang bikin mabuk itu?" hardik Unsho dengan marah. " Kalau aku bukan manusia, jadi aku ini apa?"

" Seorang Buddha, " jawab Tanzan.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline Fei Lun Hai

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 686
  • Reputasi: 24
  • Gender: Female
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #18 on: 24 March 2008, 09:12:24 AM »
Meniru Sang Guru

Ada suatu cerita dimana terdapat seorang bhiksu muda yang berguru kepada seorang Mahabhiksu Zen yang terkenal telah memperoleh Pencerahan, sehingga dinamakan Yang Tercerahkan. Namun sesudah mengikuti sekian tahun segala tingkah laku gurunya tersebut, mulai dari bangun siang, makan berisik, jalan seenaknya, sampai hal2 lainnya termasuk cara berteriak dan berbicara, tetap saja bhiksu muda ini merasa belum mencapai pencerahan. Akhirnya timbul keraguan dalam dirinya bahwa kemungkinan besar gurunya ini belum mencapai pencerahan sebagaimana julukan yang diberikan kepadanya.

Keesokan harinya, si bhiksu muda menemui gurunya dan telah memutuskan untuk pergi dengan berkata, "Guru, saya telah mengikuti guru sekian lama dan telah meniru segala perbuatan guru seperti bangun siang, makan berisik, dan berteriak seenaknya sampai kadang2 tiga hari tidak mandi juga sebagaimana kebiasaan guru, namun saya tetap merasakan belum memperoleh pencerahan. Dan saya sendiri ragu kalau guru telah mencapai pencerahan. Untuk itu saya memutuskan untuk meninggalkan guru".

Mendengar hal itu Sang Mahabhiksu tertawa, "Ha..ha..ha.., muridku yang malang. Siapa suruh engkau mencari pencerahan di luar dari dirimu sendiri. Masih untung saya tidak bertingkah laku seperti seorang suci yang telah mencapai pencerahan, karena kemungkinan engkau nantinya akan membenci semua orang suci yang kau temui". Begitulah akhirnya bhiksu muda itupun menyadari akan suatu Kebenaran Sejati dan langsung tercerahkan, kemudian dia membatalkan keputusannya untuk meninggalkan gurunya.

Kesimpulan: Pada saat kita menyadari Kebenaran Sejati, maka pada saat itulah kita telah memperoleh Pencerahan. Sering terdapat orang yang berusaha mencari kebahagiaan dari hal2 di luar dirinya, padahal Pencerahan itu sendiri ada dalam diri masing2. Bentuk luar hanyalah merupakan penampakan maya yang menghalangi pandangan sejati kita.
your life simple or complex is depend on yourself

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #19 on: 24 March 2008, 09:18:43 AM »
Cerita Zen 4 - Warna Bambu

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang kaya mengundang seorang pelukis ternama untuk melukis lukisan bambu.

Orang Kaya : Wah, lukisan bambunya sangat indah. Sayang warna bambu-nya merah. Salah.

Pelukis : Lantas, kamu mau bambu-mu warna apa ??

Orang Kaya : Hitam donk.

Pelukis : Siapa yang pernah tahu warna bambu hitam.

Catatan :
Kita sering menunjukkan kesalahan orang lain. Tetapi kesimpulan kita belum tentu juga benar.

bambu itu ijo..

pada buta warna yak? -_-"

Offline Fei Lun Hai

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 686
  • Reputasi: 24
  • Gender: Female
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #20 on: 24 March 2008, 09:21:03 AM »
Nilai

Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain."

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?" Melihat cincin Zen-sei yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." Zen-sei lalu berkata, "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya dan itu butuh proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas "


Quote from: el sol
bambu itu ijo..

pada buta warna yak? -_-"

 :)) :)) :))
« Last Edit: 24 March 2008, 09:24:26 AM by Fei Lun Hai »
your life simple or complex is depend on yourself

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #21 on: 24 March 2008, 09:21:27 AM »
Cerita Zen 7 - Ke mana orang pergi setelah mati ?

--------------------------------------------------------------------------------

Kaisar Jepang Goyozei sedang mempelajari Zen di bawah guru Zen Gudo Toshuku.

Raja : Dalam Zen, pikiran itu adalah Buddha, benar ??

Gudo : Jika kukatakan ya, kamu akan berpikir bahwa kamu mengerti tanpa berusaha memahami, Jika kukatakan tidak, aku terpaksa membantah fakta yang sudah dipahami orang banyak dengan baik.

Raja : Kemana orang suci pergi setelah mati ??

Gudo : Saya tidak tahu...

Raja : Mengapa kamu saja sampai tidak tahu ??

Gudo : Karena saya belum mati.

Catatan
Ketika hidup, orang harus menghargai keindahan dan misteri hidup menurut pandangan orang hidup. Tidak perlu memikirkan tentang dunia setelah mati. Hari ini, hiduplah untuk hari ini. Tidak perlu mencemaskan esok hari karena kejadian esok akan datang esok hari.

belum mencapai Jhana 4...

-_-"

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #22 on: 24 March 2008, 09:25:05 AM »
Cerita Zen -10 : Belajar Zen
-------------------------------------

Di sebuah monastery Zen terdapat seorang master Zen dan seorang muridnya.
Untuk mengajarkan kesunyataan, maka di depan murid, sang Guru mengangkat patung Buddha dari keramik dan kemudian menjatuhkannya hingga pecah.
Murid terbengong sejenak dan kemudian merasa tercerahkan.
Setelah peristiwa itu, si murid mohon diri untuk turun gunung.  Sang Guru sedih dan hendak menahannya, tapi si murid bersikeras. Tak lama kemudian, sang guru meninggal dan ada peristiwa2 yang menunjukkan bahwa beliau telah menjadi Bodhisattva.

Si murid mengajarkan hal itu kepada masyarakat desa di kaki gunung. Setiap ia menemukan pemilik rumah memiliki patung Buddha ia selalu membanting dan memecahkannya. Demikianlah seterusnya, penduduk2 desa itu mengajar ke desa-desa lain dimana orang2 semuanya mulai membanting dan memecahkan patung Buddha. Mereka berkata : patung is patung, buang ketahayulan!

Sampai suatu ketika terjadi gempa bumi dahsyat dan semua dari mereka mati. Ternyata si murid dan mereka semua terlahir di neraka.

Koan : Perbuatan yang sama, tapi terlahir di tempat yang berbeda. Mengapa???

Hints:
- Belajar Zen harus memahami esensinya, bukan sekedar meniru penampilan luarnya belaka.
- Apa yang nampak diluarnya mungkin sama, tapi proses dalam batin adalah tanggung jawab masing2 pribadi.
- Belajar memutuskan kemelekatan janganlah menjadi sebuah kemelekatan baru.
anu..

-_-"

ancurin patung masuk neraka? dan eniwei..gmana orang itu tao kalo 1 kampung masuk neraka?...

apakah gk kontradiksi ama cerita ke-7? -_-"

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #23 on: 24 March 2008, 10:16:12 AM »
Cerita Zen -10 : Belajar Zen
-------------------------------------

Di sebuah monastery Zen terdapat seorang master Zen dan seorang muridnya.
Untuk mengajarkan kesunyataan, maka di depan murid, sang Guru mengangkat patung Buddha dari keramik dan kemudian menjatuhkannya hingga pecah.
Murid terbengong sejenak dan kemudian merasa tercerahkan.
Setelah peristiwa itu, si murid mohon diri untuk turun gunung.  Sang Guru sedih dan hendak menahannya, tapi si murid bersikeras. Tak lama kemudian, sang guru meninggal dan ada peristiwa2 yang menunjukkan bahwa beliau telah menjadi Bodhisattva.

Si murid mengajarkan hal itu kepada masyarakat desa di kaki gunung. Setiap ia menemukan pemilik rumah memiliki patung Buddha ia selalu membanting dan memecahkannya. Demikianlah seterusnya, penduduk2 desa itu mengajar ke desa-desa lain dimana orang2 semuanya mulai membanting dan memecahkan patung Buddha. Mereka berkata : patung is patung, buang ketahayulan!

Sampai suatu ketika terjadi gempa bumi dahsyat dan semua dari mereka mati. Ternyata si murid dan mereka semua terlahir di neraka.

Koan : Perbuatan yang sama, tapi terlahir di tempat yang berbeda. Mengapa???

Hints:
- Belajar Zen harus memahami esensinya, bukan sekedar meniru penampilan luarnya belaka.
- Apa yang nampak diluarnya mungkin sama, tapi proses dalam batin adalah tanggung jawab masing2 pribadi.
- Belajar memutuskan kemelekatan janganlah menjadi sebuah kemelekatan baru.
anu..

-_-"

ancurin patung masuk neraka? dan eniwei..gmana orang itu tao kalo 1 kampung masuk neraka?...

apakah gk kontradiksi ama cerita ke-7? -_-"
Hm.. Kayaknya ini berkaitan dengan LDM.

Adanya MOHA yang menimbulkan pandangan salah (tidak mengerti makna dari guru yang memecahkan patung) dan disertai keinginan untuk melepas ketahyulan telah menjadi suatu DOSA (tidak ingin melekat pada objek ketahyuan) sehingga timbul kemelekatan baru alias LOBHA. Harusnya yang dikembangkan itu adalah sikap panna dan upekkha.

Jadi mereka masuk neraka bukan karena memecahkan patung, tetapi karena LDM tersebut. CMIIW



 
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #24 on: 24 March 2008, 10:33:18 AM »
??? kok cerita zen nya ada kesimpulan dan maknanya??
biasanya hanya cerita2 saja, tanpa makna dan kesimpulan..
wah nda rame neh...
 [at]  cerita ke 10, saya rasa tergantung dari cetana
dan sang guru menangis, saya rasa sang guru mengetahui bahwa sang murid belum memahami dgn benar2..
Samma Vayama

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #25 on: 26 March 2008, 07:25:17 PM »
Segelas Teh

Seorang pendeta Zen Nan yin, pada suatu hari kedatangan seorang dosen untuk bertanya tentang Zen. Sang pendeta menyambut tamunya hanya dengan segelas teh.
Beliau menuangkan teh ke dalam gelas tamunya sampai penuh dan masih terus menuangkannya.
Sang dosen terheran-heran melihat air teh meluber di atas meja, akhirnya ia tidak dapat berdiam diri lagi dan berkatalah: "Sudah penuh, jangan di tuang terus."
"Anda seperti gelas ini." Kata Nan Yin
"Di dalamnya sudah penuh dengan pandangan dan pemikiran dirimu sendiri. Bila gelasmu itu tidak dikosongkan lebih dulu, bagaimana saya dapat menjelaskan makna Zen kepada anda."
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline ariesz.pratama

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 11
  • Reputasi: 1
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #26 on: 15 June 2008, 08:59:10 PM »
kok cerita zen nya ada kesimpulan dan maknanya?
biasanya hanya cerita2 saja, tanpa makna dan kesimpulan..

Ya, benar sekali! Koan yang punya kesimpulan dan makna, itu bukan Koan!

Tujuan Koan adalah sebagai katalis, agar si murid mencari jawaban di dalam
dirinya sendiri. Bukan nya disuguhi jawaban, lalu tiba-tiba... PLAK!

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #27 on: 07 July 2008, 09:33:09 PM »
kok cerita zen nya ada kesimpulan dan maknanya?
biasanya hanya cerita2 saja, tanpa makna dan kesimpulan..

Ya, benar sekali! Koan yang punya kesimpulan dan makna, itu bukan Koan!

Tujuan Koan adalah sebagai katalis, agar si murid mencari jawaban di dalam
dirinya sendiri. Bukan nya disuguhi jawaban, lalu tiba-tiba... PLAK!

PLAKKKK !!!
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #28 on: 11 August 2008, 09:15:08 PM »
Ayah mati

Anak mati

Cucu mati

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #29 on: 11 August 2008, 09:27:51 PM »
Disini Senang

Disana Senang

Tiada yang Senang
There is no place like 127.0.0.1

Offline oddiezz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 325
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • in vain
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #30 on: 08 September 2008, 02:59:25 PM »
di sini senang

di sana senang

di mana mana hatiku senang

Eschew Obfuscation! Espouse Elucidation!

Offline thioboeki

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 122
  • Reputasi: 5
  • Dimana ada Kebahagian disitu ada Penderitaan,,
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #31 on: 25 September 2008, 07:25:37 PM »
ada lagi ngak postingnya?? memang tak paham,tapi rasanya di klitik2..
Dimana ada Kebahagian disana ada Penderitaan,,

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #32 on: 11 October 2008, 06:06:39 PM »
Patuh

Ajaran Guru Bankei tak hanya diikuti oleh murid-murid zen saja, tetapi juga oleh orang-orang dari berbagai kalangan dan aliran. Ia tidak pernah mengutip sutra-sutra atau asyik berteori ilmiah. Alih-alih, kata-katanya diucapkan langsung dari hatinya kepada hati para pendengarnya.

Banyaknya jumlah orang yang menjadi pengikut Bankei menimbulkan kemarahan dalam diri seorang pendeta aliran Nichiren karena orang-orang yang semula menjadi pengikutnya pergi untuk mendengarkan ajaran Zen. Pendeta Nichiren yang egois ini mendatangi kuil, bertekad untuk berdebat dengan Bankei.

"Hai,Guru Zen!" serunya. "Tunggu sebentar. Orang yang menghormatimu akan menuruti apa yang kau katakan, namun orang seperti aku ini tidak menghormatimu. Apa kau bisa membuatku mematuhimu?" "Marilah duduk di samping saya dan saya akan menunjukkan kepada anda," kata Bankei.

Dengan angkuhnya pendeta itu menyeruak kerumunan orang untuk mendekati sang guru. Bankei tersenyum, "Silakan duduk di sebelah kiri saya." Pendeta itu mematuhinya.

"Oh," kata Bankei lagi," kita bisa bicara lebih nyaman kalau anda duduk di sebelah kanan saya. Tolong pindah ke sini." Sang pendeta dengan angkuh pindah ke sebelah kanan.
"Coba lihat, ujar Bankei, "Anda mematuhi saya dan saya rasa anda orang yang sangat sopan. Sekarang, duduk dan dengarkan."
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #33 on: 11 October 2008, 06:07:28 PM »
Tidak Jauh dari Ke-Buddha-an

Ketika mengunjungi Gasan, seorang mahasiswa bertanya: "Pernahkah anda membaca Kitab Injil?" "Belum, tolong bacakan," jawab Gasan.

Mahasiswa tersebut membuka injil dan membaca dari Kitab Matius:  "Mengapa engkau khawatir tentang pakaianmu? Lihatlah bagaimana bunga-bunga bakung tumbuh di padang. Bunga-bunga itu tidak bekerja dan tidak menenun; dan kukatakan kepadamu, bahkan Raja Salomon yang begitu kaya pun, tidak memakai pakaian yang sebagus bunga-bunga itu! Oleh sebab itu, janganlah khawatir tentang hari esok, sebab esok akan mengatasi segala sesuatunya."

Gasan berkata: "Siapa pun yang mengatakan itu, saya rasa seorang yang tercerahkan."

Sang mahasiswa melanjukan membaca: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, mendapat; dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan,"

Gasan berkata: "Luar biasa. Siapa pun yang mengatakan itu, ia tidak jauh dari ke-Buddha-an."
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #34 on: 12 October 2008, 09:33:54 AM »
Tidak Jauh dari Ke-Buddha-an

Ketika mengunjungi Gasan, seorang mahasiswa bertanya: "Pernahkah anda membaca Kitab Injil?" "Belum, tolong bacakan," jawab Gasan.

Mahasiswa tersebut membuka injil dan membaca dari Kitab Matius:  "Mengapa engkau khawatir tentang pakaianmu? Lihatlah bagaimana bunga-bunga bakung tumbuh di padang. Bunga-bunga itu tidak bekerja dan tidak menenun; dan kukatakan kepadamu, bahkan Raja Salomon yang begitu kaya pun, tidak memakai pakaian yang sebagus bunga-bunga itu! Oleh sebab itu, janganlah khawatir tentang hari esok, sebab esok akan mengatasi segala sesuatunya."

Gasan berkata: "Siapa pun yang mengatakan itu, saya rasa seorang yang tercerahkan."

Sang mahasiswa melanjukan membaca: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, mendapat; dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan,"

Gasan berkata: "Luar biasa. Siapa pun yang mengatakan itu, ia tidak jauh dari ke-Buddha-an."


Uuuhhhh King of Solomon???

Bagaimana KEBIJAKSANAAN King of SOlomon dpt dikalahkan oleh cewek2 (cantik)?
Apa artinya kebijaksanaan? Pengedalian pikiran? Cewek cantik?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline chizz_roll

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.028
  • Reputasi: 74
  • Gender: Female
  • Be Mindful
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #35 on: 17 October 2008, 08:24:33 PM »
Bukan Karena Marah Lahir ke Dunia
Oleh : Tan Chau Ming

Cin Tai adalah seorang master Ch'an/Zen yang menyukai bunga anggrek. Beliau
telah menanam dan mengumpulkan banyak jenis anggrek di vihara. Pada suatu
hari beliau pergi bertugas dan berpesan kepada para siswanya untuk menjaga
serta merawat bunga anggrek tersebut dengan baik.

Suatu waktu, ketika salah seorang siswa beliau menyiram bunga, tanpa
disengaja dia tersandung rak bunga dan membuat beberapa pot anggrek terjatuh
dan pecah. Siswa tersebut sangat takut dan kebingungan.

Ketika Master Cin Tai kembali, dengan berlutut di hadapan sang master siswa
itu menyatakan penyesalan dan memohon pengampunan seraya berkata: "Guru,
maafkan saya. Saya telah memecahkan pot bunga anggrek kesayangan Anda. Saya bersedia menerima segala macam hukuman. Saya mohon welas asih sang guru agar tidak marah!"

Setelah mendengar laporan siswa itu Master Cin Tai dengan tenang menjawab:
"Saya menanam bunga anggrek, tujuan yang pertama adalah untuk memberikan
persembahan kepada Sang Buddha. Tujuan yang kedua untuk memperindah
lingkungan. Bukan bertujuan untuk melampiaskan amarah, saya menanam bunga anggrek ini"

Kita datang ke dunia ini, bukan untuk melampiaskan angkara murka dan juga
bukan untuk menikmati rasa kesal. Hubungan suami istri, mendidik anak,
hubungan antar teman dan relasi, jika dilakukan dengan menghayati kata-kata
yang diucapkan Master Cin Tai "BUKAN BERTUJUAN UNTUK MELAMPIASKAN AMARAH, SAYA MENANAM ANGGREK," maka kesalahpahaman dan ketegangan akan berkurang banyak.

Orang yang batinnya penuh dengan welas asih, melihat dan merasakan segala
sesuatu dengan perasaan tenang dan gembira. Orang yang batinnya dapat
merasakan keheningan di dalam jalan kebenaran akan merasakan keindahan hidup ini. Orang yang dapat mengerti dan menghayati Kebuddhaan di dalam batinnya akan selamanya berbahagia.

Bukan untuk melampiaskan amarah, kita datang ke dunia ini. Kata-kata
tersebut memusnahkan kabut kelam dalam sanubari, dan memberikan inspirasi,
kegembiraan, ketenangan serta kedamaian bagi batin kita.

Ps : Copas from email.. so kalo repost, pls delete  _/\_
ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #36 on: 17 November 2008, 01:00:18 AM »
Apa itu Zen?

--------------------------------------------------------------------------------

Ikan kecil bertanya pada ikan besar :

Ikan kecil : Aku sering mendengar ikan lain bicara tentang laut. Tapi apa itu laut?
Ikan besar : Di sekelilingmu adalah laut.
Ikan kecil : Mengapa aku tidak bisa melihatnya ?
Ikan besar : Kamu tinggal, bergerak, dan hidup di laut. Laut ada di dalam dan di luarmu. Laut memberimu kehidupan dan pada saat kematian kamu kembali ke asalmu. Laut melingkupimu seperti dirimu sendiri.

Catatan : Ikan-ikan hidup di sungai dan didanau tidak menyadarinya. Manusia hidup di lautan ZEN tetapi tidak mengenal hakikat ZEN.
Bagus sekali !
Maknanya dalam.

Jelas menunjuk bahwa ikan itu tidak tahu dunianya, sehingga ia bertanya, "apa itu laut?"

Ikan itu menunjuk manusia, sama seperti kita.
Yang juga tidak tahu dunianya.
Dimana hal yang begitu mudah ditemukan sehari-hari tidak ia sadari, lebih-lebih "dunia Zen".

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #37 on: 17 November 2008, 01:09:53 AM »
Cerita Zen 2 - Membawa gadis menyeberangi sungai

--------------------------------------------------------------------------------

Guru Zen Jepang Tanzan dan rahib muda Ekido bertemu dengan seorang gadis cantik yang tidak bisa menyeberangi sungai kecil.

Tanzan : Aku akan menggendongmu menyeberangi sungai. (kata Tanzan kepada gadis tersebut)

Setelah di seberang sungai.
Gadis : Guru, terima kasih dan selamat tinggal.

Tanzan dan rahib muda Ekido kemudian meneruskan perjalanan. Setelah setengah hari perjalanan. Rahib muda Ekido berkata

Ekido : Guru, kita bhiksu tidak boleh mendekati perempuan. Mengapa tadi anda menggendong gadis tersebut ?

Tanzan : Gadis mana yang kamu maksud ? Aku sudah menurunkannya sejak tadi. Mengapa anda masih memikirkannya ?

Catatan : : Orang yang menggendong gadis tersebut melakukan tanpa nafsu. Dia melakukannya dengan spontan dan tanpa pamrih. Bukankah rahib muda yang punya nafsu ?

Rahib muda masih ada sifat 'kemelekatan' bahkan setelah mereka berjam-jam meninggalkan wanita muda di belakangnya.

Apakah ini adalah hubungannya dengan konsep 'kemelekatan'?

Bahwa orang (seperti Zen atau Buddha) sudah memiliki tingkat tertinggi pencerahan sehingga beliau bisa mengendalikannya?

Bagaimana dengan "rasa haus", atau rasa lapar, rasa sakit, dst, yang merupakan kodrat kemanusiaannya, bisakah dikendalikan juga?

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #38 on: 17 November 2008, 01:37:49 AM »
Cerita Zen 3 - Bila aku tidak masuk neraka, siapa yang mau ??

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang Umat bertanya pada master Zen.

Umat : Setelah hidup seratus tahun, kemana seorang bhiksu seperti anda akan berakhir ??

Master : Aku akan menjadi keledai atau kuda.

Umat : Dan setelah itu ?

Master : Aku akan masuk neraka.

Umat : Tapi anda adalah simbol kebajikan. Mengapa anda turun ke neraka ?

Master : Bila aku tidak masuk neraka, siapa yang akan masuk neraka untuk mencerahkanmu ?????

Catatan :
Bila orang menghubungkan dharma dengan tempat yang bersih saja, apakah ini berarti bahwa dharma tidak ada di tempat yang kotor seperti toilet jorok? Dharma meliputi semua dan tidak punya tempat yang tetap. Dharma ada di surga, tapi bukankah di neraka Dharma lebih diperlukan ???

Aku melihatnya begini,

Umat itu bodoh dan bebal, dan sering bertanya hal-hal yang bodoh yang sering membuat kesal Master Zen. Seorang manusia normal tentu bisa saja kehilangan kesabaran dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang dilontarkan, dan tidak mengerti-mengerti apa yang sudah diajarkan oleh Master Zen kepadanya.

Sehingga Master Zen memilih dirinya sebagai contoh untuk menyindir umat nya yang bebal itu, bahwa Zen telah gagal mendidik dia.

Caranya bagus dan jitu, tetapi sasarannya tidak kena kepada umatnya yang (masih) bebal itu.
AKan lain bila umatnya pinter-pinter (yang sudah mendapat pencerahan).

Malahan dalam pikiran umatnya itu akan terpikir begini,

Wah.. bukankah dia seorang guru Zen?
Dia seorang guru, hebat, bijak, mendapat pencerahan tertinggi, dst, tetapi akhirnya dia masuk ke neraka!! Bagaimana dengan aku yang jauh lebih bodoh yang tidak mendapat-dapat pencerahan?? Ohh nasib..
Untuk apa aku berlatih diri, mencari pencerahan, melelahkan, dst, dst, bahkan nasibku lebih buruk daripada guru Zen? Aku akan membuang seluruh konsep ajarannya dan keluar mencari guru yang lebih baik !


Bagaimana tanggungjawab moral guru Zen membawa umatnya menuju pencerahan?

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #39 on: 17 November 2008, 01:44:12 AM »
Cerita Zen 4 - Warna Bambu

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang kaya mengundang seorang pelukis ternama untuk melukis lukisan bambu.

Orang Kaya : Wah, lukisan bambunya sangat indah. Sayang warna bambu-nya merah. Salah.

Pelukis : Lantas, kamu mau bambu-mu warna apa ??

Orang Kaya : Hitam donk.

Pelukis : Siapa yang pernah tahu warna bambu hitam.

Catatan :
Kita sering menunjukkan kesalahan orang lain. Tetapi kesimpulan kita belum tentu juga benar.

Umum dan wajar dan manusiawi, menjadi seorang kritikus.  :P

Tetapi menjadi seorang kritis tentu berbeda dengan yang 'cuma tukang kritik saja'. :P

Master Zen seorang kritis, pintar, dan dia rajin sekali melakukan kritik-kritik untuk mengajar, tetapi ada ajaran-ajarannya yang 'terlalu keras' untuk umatnya yang bebal, sehingga kritikan beliau malah menjadi mentah dan sia-sia.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #40 on: 17 November 2008, 01:52:20 AM »
Cerita Zen 5 - Berdamai dengan diri sendiri

--------------------------------------------------------------------------------

Ada seorang dokter militer yang mengikuti pasukan ke medan perang. Ia mengobati tentara yang terluka di medan perang.

Bila pasiennya sembuh dari luka, mereka di kirim kembali untuk bertempur. Akibatnya, mereka terluka lagi, lalu terbunuh.

Setelah melihat skenario ini berulang-ulang, dokter tersebut akhirnya mengalami patah semangat.

Pikirnya : Bila seseorang ditakdirkan untuk mati, mengapa aku harus menyelamatkannya ? Bila pengetahuian medisku ada gunanya, mengapa ia pergi ke medan perang dan kehilangan nyawanya.

Dokter tersebut tidak memahami apakah ada artinya ia menjadi dokter militer, dan ia sangat sedih sehingga ia tidak mampun menyembuhkan orang lagi.

Karenanya, ia naik gunung untuk mencari seorang master Zen.

Setelah bersama seorang master Zen selama beberapa bulan ...

Akhirnya, ia mengerti masalah dia sepenuhnya. Ia turun gunung untuk terus berpraktek sebagai dokter.

Katanya : INI KARENA AKU SEORANG DOKTER.

Catatan
Tidak meng-identifikasi diri sendiri dengan sesuatu atau menghubungkan sesuatu dengan "aku" dan mengerti bahwa ide adanya "aku" yang berbeda dari benda lain adalah noda, itulah kebijaksanaan sejati.

Aku kira, bentuk jatidiri, identitas seseorang (ego) sangatlah penting. Yang menunjuk bahwa dia (aku) tidaklah sama dengan si X. Sebab bila sama dengan si X, lantas bagaimana 'ego X' dan 'ego aku' hidup untuk berpikir, merasakan, bertindak, dst, bukankah mereka menjadi sama dengan suatu produk barang, alias, kodi an (sama semua)?

Kucing saja terlihat sama wajahnya. Tetapi masing-masing mempunyai 'ego' yang berbeda sehingga tidak mungkin kucing tetangga yang biasanya dipanggil 'pussy' lalu malah yang datang kucing jalanan?

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #41 on: 17 November 2008, 01:57:44 AM »
Cerita Zen 6 - Barang antik jenderal

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang Jendral perang sedang mengagumi barang antiknya yang sangat berharga. Tiba-Tiba...

Jendral : AIYAH !!! Hampir saja jatuh... (saking terkejutnya, keringat jendral bercucuran).

Kemudian dia berpikir : "Aku telah memimpin sepuluh ribu pasukan dalam medan perang, dan tak pernah takut, bahkan tidak pernah takut mati. Mengapa aku begitu cemas oleh cangkir sekecil ini ??? "

Ia akhirnya menyadari bahwa kecintaan yang membawa rasa takut kehilangan menyebabkan kecemasannya. Ia pun melempar cangkir itu melewati bahunya dan cangkir itu hancur.

Catatan
Dimana ada pengetahuan dan perasaan untung serta rugi, ada kesenangan dan kesedihan. Bisa mengatasi baik dan buruk, untung dan rugi adalah keberuntungan sejati.

Seorang jendral ...

Pangkat tinggi, pasti hidupnya kaya raya..

Untuk sampai mencapai pencerahan seperti itu, dia yang seorang jendral, harus melepaskan seluruh hartanya, membuang pangkat jendralnya, membuang kemewahan, lalu hidup menjadi seorang yang miskin berat. Bila tidak, setiap hari dia akan tergoda oleh harta kesayangannya dan tidak akan mendapatkan pencerahan.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #42 on: 17 November 2008, 02:01:01 AM »
Cerita Zen 7 - Ke mana orang pergi setelah mati ?

--------------------------------------------------------------------------------

Kaisar Jepang Goyozei sedang mempelajari Zen di bawah guru Zen Gudo Toshuku.

Raja : Dalam Zen, pikiran itu adalah Buddha, benar ??

Gudo : Jika kukatakan ya, kamu akan berpikir bahwa kamu mengerti tanpa berusaha memahami, Jika kukatakan tidak, aku terpaksa membantah fakta yang sudah dipahami orang banyak dengan baik.

Raja : Kemana orang suci pergi setelah mati ??

Gudo : Saya tidak tahu...

Raja : Mengapa kamu saja sampai tidak tahu ??

Gudo : Karena saya belum mati.

Catatan
Ketika hidup, orang harus menghargai keindahan dan misteri hidup menurut pandangan orang hidup. Tidak perlu memikirkan tentang dunia setelah mati. Hari ini, hiduplah untuk hari ini. Tidak perlu mencemaskan esok hari karena kejadian esok akan datang esok hari.

Bagus.

Cuma, dia seorang kaisar. Dia seorang pemimpin kerajaan.
Bila dia hanya memikirkan tentang hari ini, bisa-bisa kerajaannya akan berantakan.

Akan sangat bagus bila cerita itu mengambil kisah seorang petani tua yang khawatir tentang sawahnya yang terancam rusak oleh hujan deras berhari-hari..

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #43 on: 17 November 2008, 02:09:08 AM »
Cerita Zen 8 - Bagaimana berlatih Zen ?

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang umat bertanya kepada guru Zen.

Umat : Orang seperti apa yang mempraktekkan Zen ?

Guru : Orang seperti saya.

Umat : Guru, bagaimana kamu melatih Zen ?

Guru : Berlatih Zen adalah mengganti pakaian, mandi, tidur dan makan.

Umat : Tapi Itu kan pekerjaan duniawi. Pelajaran pikiran yang bagaimana yang bisa disebut dengan berlatih Zen ?

Guru : Menurutmu, apa yang aku lakukan setiap hari ?

Catatan
Latihan Zen berasal dari percakapan setiap hari, mencuci muka, makan dan hal-hal seperti itu. Orang harus melakukannya dengan penuh KESADARAN. Persepsi atas hakikat benda berasal dari melakukan hal-hal itu dengan sepenuh hati.

Bisa diartikan,

manusia melakukan tugas sehari-hari yang rutin cendrung menjadi terbiasa, serba otomatis, dan menjadi 'malas berpikir' (tidak sadar) akan setiap kebiasaannya itu. Mirip mesin. Dari pertama start, terus jalan sendiri dan berulang-ulang seperti kaset rusak. Akan lain bila kebiasaan menggosok gigi di pagi hari terganggu oleh habisnya pasta gigi yang kelupaan dibeli lagi. :P

Mirip dengan usaha orang-orang mencari pencerahan. Terbiasa dengan 'pola rutinnya' yang membawa dia pada ketidaksadaran akan arti dan fungsinya.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #44 on: 17 November 2008, 02:15:55 AM »
Cerita Zen 9 - Tidak ada pengganti...

--------------------------------------------------------------------------------

Seorang umat bertanya kepada guru zen.

Umat : Bisakah anda membantu saya memahami arti Zen ?

Guru : Aku sangat ingin membantu, tapi sekarang aku harus buang air kecil dulu.

Guru beranjak dari tempat duduknya dan mendekati umat tersebut kemudian berkata dengan suara lirih.

Guru : Coba pikirkan, bahkan untuk hal sepele seperti ini aku harus melakukannya sendiri. Boleh tanya, bisakah kamu melakukannya untukku ???

Catatan
Untuk memahami masalah hidup dan mati, seseorang harus mengandalkan dirinya sendiri. Orang lain tidak bisa melakukannya untukmu. Hanya Mengandalkan penjelasan dari orang lain adalah seperti burung kakak tua belajar bicara. Ia mengatakan apa yang diajarkan tapi tidak tahu arti dari kata kata tersebut.

Untuk seorang anak kecil, bayi, mula-mula yang dilakukan oleh orang tuanya untuk mengajar bayi itu berjalan adalah menuntunnya, bukan membiarkannya.

Begitu juga untuk seorang murid baru yang ingin memahami arti Zen ini.
Tanpa dibimbing, bagaimana murid itu akan tahu?
Tanpa sekolah, bagaimana seorang murid akan dapat membaca?

Atau, apakah Zen hanya menjadi milik orang-orang pintar saja? Atau Zen tidak jelas (tidak memiliki 'bentuknya') untuk bisa disampaikan, hanya ber-metode pada diri sendiri yang masing-masing itu?

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #45 on: 17 November 2008, 02:21:49 AM »
Cerita Zen -10 : Belajar Zen
-------------------------------------

Di sebuah monastery Zen terdapat seorang master Zen dan seorang muridnya.
Untuk mengajarkan kesunyataan, maka di depan murid, sang Guru mengangkat patung Buddha dari keramik dan kemudian menjatuhkannya hingga pecah.
Murid terbengong sejenak dan kemudian merasa tercerahkan.
Setelah peristiwa itu, si murid mohon diri untuk turun gunung.  Sang Guru sedih dan hendak menahannya, tapi si murid bersikeras. Tak lama kemudian, sang guru meninggal dan ada peristiwa2 yang menunjukkan bahwa beliau telah menjadi Bodhisattva.

Si murid mengajarkan hal itu kepada masyarakat desa di kaki gunung. Setiap ia menemukan pemilik rumah memiliki patung Buddha ia selalu membanting dan memecahkannya. Demikianlah seterusnya, penduduk2 desa itu mengajar ke desa-desa lain dimana orang2 semuanya mulai membanting dan memecahkan patung Buddha. Mereka berkata : patung is patung, buang ketahayulan!

Sampai suatu ketika terjadi gempa bumi dahsyat dan semua dari mereka mati. Ternyata si murid dan mereka semua terlahir di neraka.

Koan : Perbuatan yang sama, tapi terlahir di tempat yang berbeda. Mengapa???

Hints:
- Belajar Zen harus memahami esensinya, bukan sekedar meniru penampilan luarnya belaka.
- Apa yang nampak diluarnya mungkin sama, tapi proses dalam batin adalah tanggung jawab masing2 pribadi.
- Belajar memutuskan kemelekatan janganlah menjadi sebuah kemelekatan baru.
Tanggungjawab masing-masing??

Bagaimana bisa memahami suatu bentuk standard (default) Zen bila masing-masing hanya bertanggungjawab sendiri-sendiri??

Seorang guru Zen bernama X membuahkan sebuah konsep X.
Seorang guru Zen bernama Y membuahkan sebuah konsep Y.

Lantas, kepada siapa seorang murid akan bertanya?
Apakah kepada guru Zen X, atau kepada guru Zen Y?

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #46 on: 17 November 2008, 02:29:23 AM »
Cerita Zen - 11 : DIALOG PERDAGANGAN UNTUK MENGINAP
--------------------------------------------------------------------
 
Asalkan memajukan dan memenangkan sebuah argumentasi tentang agama Buddha dengan orang-orang yang tinggal di sana, seorang bhikshu kelana boleh menginap di sebuah vihara Zen. Jika kalah, ia harus pergi dan melanjutkan perjalanan.
 
Di sebuah vihara di belahan utara Jepang, tinggallah dua orang bhikshu. Yang lebih tua adalah seorang terpelajar, sedangkan yang lebih muda adalah orang bodoh dan hanya mempunyai sebuah mata.
 
Seorang bhikshu datang dan memohon untuk menginap. Sebagaimana biasanya, ia menantang mereka untuk berdebat tentang ajaran yang tertinggi. Saudara yang lebih tua, karena keletihan belajar sepanjang hari itu, meminta saudara mudanya untuk menggantikannya. "Pergilah dan hadapi dialognya dengan tenang," ia memperingatkan.
 
Demikianlah, bhikshu muda dan orang asing itu pergi ke altar dan duduk. Tidak lama kemudian, pendatang itu bangkit dan menghampiri saudara tua dan berkata, "Saudara muda anda adalah seorang yang mengagumkan. Ia mengalahkan aku." "Ceritakan dialog itu kepadaku," kata saudara yang tua.
 
"Baiklah", jelas si pendatang, "Pertama-tama, saya mengacungkan sebuah jari,  melambangkan Buddha, Ia yang mencapai Pencerahan. Ia pun mengacungkan dua jari, melambangkan Buddha beserta ajaran Beliau. Saya mengacungkan tiga jari, melambangkan Buddha, ajaran, dan pengikut Beliau, yang hidup dalam keharmonisan. Kemudian, ia melayangkan kepalan tinjunya ke wajah saya, menunjukkan bahwa ketiga-tiganya berasal dari kebijaksanaan. Demikianlah dia menang dan saya tidak berhak untuk menetap." Setelah itu, si pendatang pun pergi.
 
"Kemanakah rekan itu?" tanya saudara muda, berlari menjumpai saudara tuanya.
"Saya tahu anda memenangkan perdebatan tadi."
"Menang apa! Saya ingin memukulnya."
"Ceritakanlah tentang perdebatan tadi," pinta saudara tua itu.
 
"Mengapa, begitu melihat saya, ia mengacungkan satu jari, menghina saya dengan menyindir bahwa saya hanya mempunyai sebuah mata. Oleh karena ia adalah pendatang, saya kira saya harus bertindak sopan terhadapnya, sehingga saya mengacungkan dua jari, bersyukur baginya karena mempunyai dua mata. Kemudian, bedebah yang tidak sopan itu mengacungkan tiga jari, menyiratkan bahwa di antara  kita berdua hanya ada tiga bola mata. Oleh karenanya, saya marah dan mulai meninjunya, tetapi ia berlari keluar dan perdebatan itu pun berakhir."


Sumber: Buku Daging Zen, Tulang Zen.
;D ;D

Komunikasi tidak jelas dan tidak terarah (salah paham).
Kesalahan pahaman adalah kodrat manusia.
Itulah yang sering terjadi dalam cerita-cerita Zen (di atas).

Yang menunjuk tiap-tiap manusia memiliki keunikkan (ego) yang jelas (nyata). Sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak kebingungan dari murid-muridnya (umatnya) yang bertanya-tanya sebagai akibat masing-masing bertanggungjawab sendiri-sendiri.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #47 on: 17 November 2008, 02:44:30 AM »
Pemotong Batu

Pada jaman dahulu, di sebuah kaki gunung, hiduplah seorang pemotong batu untuk bahan bangunan yang merasa tidak puas akan kehidupan dan statusnya di dunia.

Suatu hari ia pergi ke kota dan melintasi rumah seorang saudagar kaya raya. "Betapa enaknya jadi orang berpunya, tinggal di rumah megah, berpengaruh dan tiada kurang suatu apa!", bathinnya. Ia merasa iri dan berharap bisa seperti saudagar itu. Alangkah kagetnya ia, entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi seorang saudagar hartawan, menikmati segala kemewahan, memiliki kekuasaan, serta diirikan oleh orang yang hidupnya kurang sejahtera.

Suatu hari orang pejabat tinggi negeri yang ditandu dalam sebuah joli mewah melewati rumahnya diiringi oleh para prajurit. Setiap orang di sepanjang jalan bagaimanapun status ekonominya harus berhenti,minggir ke tepi jalan, dan membungkuk menghormat kepadanya."Betapa berkuasanya dia," pikirnya, "Aku ingin menjadi pejabat tinggi negara!"Terjadilah! Seketika ia menjadi seorang pejabat tinggi negara yang berkuasa, ditandu kemana -mana di atas joli diiringi oleh sepasukan prajurit, dihormati sekaligus ditakuti rakyat. 

Suatu hari di musim panas, ketika melakukan inspeksi keliling, sengat matahari telah membuatnya tidak merasa nyaman dan gerah. Disibakkannya tirai joli, sambil memandang matahari yang tampak gagah di langit, ia berkata, "Betapa hebatnya matahari, andai aku bisa jadi matahari"Lalu ia menjadi matahari, bersinar sepanjang masa, menyengat segala sesuatu dan setiap orang dengan teriknya, serta diumpat kala musim panas oleh petani yang bekerja di ladang.

Tetapi sekali waktu segumpal awan hitam menghalanginya sehingga sinarnya tidak dapat mencapai bumi. "Betapa hebat awan hitam badai ini," pikirnya,"Aku berharap ingin jadi awan badai."Ia kemudian menjadi awan hitam, berarak kian kemari dari suatu tempat ke tempat lain dan dibenci oleh setiap orang. Namun suatu hari sebuah kekuatan besar telah membuatnya buyar. Angin. "Betapa kuatnya ia," bathinnya, "Semoga aku bisa jadi angin!"


Seketika ia berubah menjadi angin, yang bisa mengangkat atap-atap rumah, mencerabut pohon-pohon dari akarnya, serta menimbulkan ombak besar yang meneggelamkan perahu-perahu di lautan. Ditakuti oleh apapun yang ada di bawahnya. Tapi suatu hari, sesuatu yang besar dan kuat mampu menghalangi kekuatannya betapupun kuat ia meniupnya. Sebuah batu karang yang membukit. "Betapa kuatnya ia,"serunya," betapa ingin aku menjadi karang."

Ia kemudian berubah menjadi batu karang yang kuat. Tak bergeming dari tempatnya dari jaman ke jaman. Akan tetapi suatu hari, ia merasa ada sesuatu yang berubah pada dirinya, sebuah palu godam besar yang secara berirama dihantamkan pada sebuah pahat perlahan lahan telah melobangi permukannya yang keras, dan akhirnya memotong-motongnya bagian demi bagian. "Siapakah yang lebih kuat dari aku, sang karang?" herannya.


Ia menengok jauh ke bawah dan melihat seorang pemotong batu.

Hawa nafsu dan keinginan, selalu merusak jalan-jalan menuju pencerahan.
Dari sekian milyard manusia di dunia, ada berapa persen orang yang mampu memiliki pencerahan yang bisa dikendalikannya?

Bila guru Zen mampu mengendalikan dirinya, apakah murid-muridnya bisa?
Jelas, berbeda situasinya.
Bukannya tidak bisa, tetapi berbeda, berbeda dalam porsinya. Tergantung tanggungjawab masing-masing untuk mencarinya. Apakah nantinya dia akan mendapatkan pencerahan sebanyak 80%, 65%, 70%, 55%, dst dari jumlah porsi yang diperoleh guru Zen? Tidak diketahui pasti.. Serba buram..

Dan apakah setelah mendapatkan pencerahan itu, apakah akan berguna untuk sesama? Juga kurang jelas juga..

Seperti warisan yang diturunkan,
Zen Pertama = 100%
Zen A = 99%
Zen B = 98%
Zen C = 97%
Zen D
dst, dst.. sampai jaman sekarang..

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #48 on: 17 November 2008, 03:02:04 AM »
Zen Buddha


Buddha berkata : " Bagiku kedudukan raja dan penguasa bagai butiran debu, Aku melihat harta emas permata bagai bata dan batu, Aku melihat jubah sutra terhalus bagai kain usang, Aku melihat alam semesta yang maha luas ini bagai seonggok bebijian, dan Danau terbesar di India bagai setetes minyak di kaki - Ku.
Bagiku pengetahuan tertinggi pembebasan bagai benang emas dalam mimpi, dan
memandang jalan mulia mereka yang tercerahkan bagai bunga-bunga yang muncul di mata seseorang.
Aku melihat meditasi sebagai pilar sebuah gunung, Nirvana bagai mimpi di siang bolong.
Aku melihat penilaian benar atau salah bagai liukan tarian seekor naga, dan memandang timbul tenggelamnya keyakinan tak lain bagai jejak-jejak yang di tinggalkan oleh ke empat musim.

( di kutip dari buku 101 Koan Zen , Yayasan penerbit Karaniya )

:lotus:
Beliau seperti berada di angkasa tinggi melihat ke bumi.
Dia beruntung memiliki pencerahan yang bagus.
Dia menyadari batas-batas (limit) dirinya sebagai seorang manusia
Dia menyadari 'sebuah' kebijaksaan bisa terlihat dari pancaran mata seseorang
Dia menyadari bahwa kebijaksanaan akan membawa seseorang 'mampu' memandang surga dengan jelas
Dan kebijaksanaan jauh melebihi emas permata, atau semuanya menjadi tidak ada arti apa-apa
Karena keyakinan manusia bisa berubah-ubah sepanjang hidup maka kebijaksanaan sebagai pembimbingnya 

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #49 on: 17 November 2008, 03:16:20 AM »
Meniru Sang Guru

Ada suatu cerita dimana terdapat seorang bhiksu muda yang berguru kepada seorang Mahabhiksu Zen yang terkenal telah memperoleh Pencerahan, sehingga dinamakan Yang Tercerahkan. Namun sesudah mengikuti sekian tahun segala tingkah laku gurunya tersebut, mulai dari bangun siang, makan berisik, jalan seenaknya, sampai hal2 lainnya termasuk cara berteriak dan berbicara, tetap saja bhiksu muda ini merasa belum mencapai pencerahan. Akhirnya timbul keraguan dalam dirinya bahwa kemungkinan besar gurunya ini belum mencapai pencerahan sebagaimana julukan yang diberikan kepadanya.

Keesokan harinya, si bhiksu muda menemui gurunya dan telah memutuskan untuk pergi dengan berkata, "Guru, saya telah mengikuti guru sekian lama dan telah meniru segala perbuatan guru seperti bangun siang, makan berisik, dan berteriak seenaknya sampai kadang2 tiga hari tidak mandi juga sebagaimana kebiasaan guru, namun saya tetap merasakan belum memperoleh pencerahan. Dan saya sendiri ragu kalau guru telah mencapai pencerahan. Untuk itu saya memutuskan untuk meninggalkan guru".

Mendengar hal itu Sang Mahabhiksu tertawa, "Ha..ha..ha.., muridku yang malang. Siapa suruh engkau mencari pencerahan di luar dari dirimu sendiri. Masih untung saya tidak bertingkah laku seperti seorang suci yang telah mencapai pencerahan, karena kemungkinan engkau nantinya akan membenci semua orang suci yang kau temui". Begitulah akhirnya bhiksu muda itupun menyadari akan suatu Kebenaran Sejati dan langsung tercerahkan, kemudian dia membatalkan keputusannya untuk meninggalkan gurunya.

Kesimpulan: Pada saat kita menyadari Kebenaran Sejati, maka pada saat itulah kita telah memperoleh Pencerahan. Sering terdapat orang yang berusaha mencari kebahagiaan dari hal2 di luar dirinya, padahal Pencerahan itu sendiri ada dalam diri masing2. Bentuk luar hanyalah merupakan penampakan maya yang menghalangi pandangan sejati kita.


Seseorang tidak mungkin tercerahkan sepanjang hidupnya, bila ia tidak mau mencarinya.

Pencerahan harus dicari sepanjang hidup, tidak bisa berhenti, dan merasa sudah mendapatkan sebuah keutuhan pencerahan. Padahal pencerahan yang baru diperolehnya hanya sebatas dirinya.

Pencerahan lebih luas, lebih besar, daripada dirinya, makanya tiap-tiap orang menyebutnya 'pencerahan' yang artinya membuat cerah bukan pada dirinya sendiri saja tetapi kepada siapa saja yang mau mengenalnya dan mencarinya.

Sederhananya,
X menerima pencerahan X
Y menerima pencerahan Y

Pada saat yang sama, X dan Y masing-masing memperoleh 'sekeping' pencerahan, sebut saja 'sekeping pencerahan X' dan 'sekeping pencerahan Y'. Apakah X dan Y dapat disebut memperoleh 'sebuah' pencerahan?

Belum.
Belum cukup disebut demikian.
Masing-masing baru menerima 'sekeping'.
Belum 'seutuhnya'.

Maka X dan Y bersama-sama mencari pencerahan yang lebih tinggi lagi.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #50 on: 17 November 2008, 03:25:47 AM »
Patuh

Ajaran Guru Bankei tak hanya diikuti oleh murid-murid zen saja, tetapi juga oleh orang-orang dari berbagai kalangan dan aliran. Ia tidak pernah mengutip sutra-sutra atau asyik berteori ilmiah. Alih-alih, kata-katanya diucapkan langsung dari hatinya kepada hati para pendengarnya.

Banyaknya jumlah orang yang menjadi pengikut Bankei menimbulkan kemarahan dalam diri seorang pendeta aliran Nichiren karena orang-orang yang semula menjadi pengikutnya pergi untuk mendengarkan ajaran Zen. Pendeta Nichiren yang egois ini mendatangi kuil, bertekad untuk berdebat dengan Bankei.

"Hai,Guru Zen!" serunya. "Tunggu sebentar. Orang yang menghormatimu akan menuruti apa yang kau katakan, namun orang seperti aku ini tidak menghormatimu. Apa kau bisa membuatku mematuhimu?" "Marilah duduk di samping saya dan saya akan menunjukkan kepada anda," kata Bankei.

Dengan angkuhnya pendeta itu menyeruak kerumunan orang untuk mendekati sang guru. Bankei tersenyum, "Silakan duduk di sebelah kiri saya." Pendeta itu mematuhinya.

"Oh," kata Bankei lagi," kita bisa bicara lebih nyaman kalau anda duduk di sebelah kanan saya. Tolong pindah ke sini." Sang pendeta dengan angkuh pindah ke sebelah kanan.
"Coba lihat, ujar Bankei, "Anda mematuhi saya dan saya rasa anda orang yang sangat sopan. Sekarang, duduk dan dengarkan."
Nah ini yang sering terjadi pada orang-orang yang merasa sudah 'tercerahkan'.
Merasa sudah bisa 'berdiri sendiri' dari pencarian pencerahannya.

Dua orang ini masing-masing memiliki yang disebut, kelekatan nyata, dan ego nyata.
Jelas, masing-masing berusaha memberikan 'pengaruh', padahal hal ini berlawanan dengan bentuk 'kelekatan' (?), benar begitu?

Jangan sampe terjadi, nilai-nilai yang dibawakan oleh seorang guru adalah mencari popularitas (ego, kelekatan) yang mengabaikan esensi pencerahan itu sendiri. Dengan menyerap pengikut sebanyak-banyaknya untuk dirinya sendiri. Ini tidak adil dan tidak jujur, dan menjadikan 'makluk' pencerahan ini hanya sebagai 'sapi perah' bagi keuntungan 'ego' dan 'kelekatan' dirinya.


note:
Aku kurang paham konsep 'kelekatan' ini.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #51 on: 17 November 2008, 03:32:18 AM »
Tidak Jauh dari Ke-Buddha-an

Ketika mengunjungi Gasan, seorang mahasiswa bertanya: "Pernahkah anda membaca Kitab Injil?" "Belum, tolong bacakan," jawab Gasan.

Mahasiswa tersebut membuka injil dan membaca dari Kitab Matius:  "Mengapa engkau khawatir tentang pakaianmu? Lihatlah bagaimana bunga-bunga bakung tumbuh di padang. Bunga-bunga itu tidak bekerja dan tidak menenun; dan kukatakan kepadamu, bahkan Raja Salomon yang begitu kaya pun, tidak memakai pakaian yang sebagus bunga-bunga itu! Oleh sebab itu, janganlah khawatir tentang hari esok, sebab esok akan mengatasi segala sesuatunya."

Gasan berkata: "Siapa pun yang mengatakan itu, saya rasa seorang yang tercerahkan."

Sang mahasiswa melanjukan membaca: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, mendapat; dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan,"

Gasan berkata: "Luar biasa. Siapa pun yang mengatakan itu, ia tidak jauh dari ke-Buddha-an."

Gasan memahami arti sebuah 'ego' dirinya.
Dia memahami bahwa dirinya manusia terbatas, banyak kelemahan.
Tentunya dia akan berusaha mengatasi kelemahan dirinya ini. Wajar manusiawi.
Tetapi sewaktu dia mendengar dari Injil itu, dia langsung melihat bahwa 'kelemahan' dirinya ini berubah menjadi sebuah 'harapan' yang kuat dan baru. Dia sangat kagum.

Offline ZenMarco

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #52 on: 17 November 2008, 03:44:25 AM »
Bukan Karena Marah Lahir ke Dunia
Oleh : Tan Chau Ming

Cin Tai adalah seorang master Ch'an/Zen yang menyukai bunga anggrek. Beliau
telah menanam dan mengumpulkan banyak jenis anggrek di vihara. Pada suatu
hari beliau pergi bertugas dan berpesan kepada para siswanya untuk menjaga
serta merawat bunga anggrek tersebut dengan baik.

Suatu waktu, ketika salah seorang siswa beliau menyiram bunga, tanpa
disengaja dia tersandung rak bunga dan membuat beberapa pot anggrek terjatuh
dan pecah. Siswa tersebut sangat takut dan kebingungan.

Ketika Master Cin Tai kembali, dengan berlutut di hadapan sang master siswa
itu menyatakan penyesalan dan memohon pengampunan seraya berkata: "Guru,
maafkan saya. Saya telah memecahkan pot bunga anggrek kesayangan Anda. Saya bersedia menerima segala macam hukuman. Saya mohon welas asih sang guru agar tidak marah!"

Setelah mendengar laporan siswa itu Master Cin Tai dengan tenang menjawab:
"Saya menanam bunga anggrek, tujuan yang pertama adalah untuk memberikan
persembahan kepada Sang Buddha. Tujuan yang kedua untuk memperindah
lingkungan. Bukan bertujuan untuk melampiaskan amarah, saya menanam bunga anggrek ini"

Kita datang ke dunia ini, bukan untuk melampiaskan angkara murka dan juga
bukan untuk menikmati rasa kesal. Hubungan suami istri, mendidik anak,
hubungan antar teman dan relasi, jika dilakukan dengan menghayati kata-kata
yang diucapkan Master Cin Tai "BUKAN BERTUJUAN UNTUK MELAMPIASKAN AMARAH, SAYA MENANAM ANGGREK," maka kesalahpahaman dan ketegangan akan berkurang banyak.

Orang yang batinnya penuh dengan welas asih, melihat dan merasakan segala
sesuatu dengan perasaan tenang dan gembira. Orang yang batinnya dapat
merasakan keheningan di dalam jalan kebenaran akan merasakan keindahan hidup ini. Orang yang dapat mengerti dan menghayati Kebuddhaan di dalam batinnya akan selamanya berbahagia.

Bukan untuk melampiaskan amarah, kita datang ke dunia ini. Kata-kata
tersebut memusnahkan kabut kelam dalam sanubari, dan memberikan inspirasi,
kegembiraan, ketenangan serta kedamaian bagi batin kita.

Ps : Copas from email.. so kalo repost, pls delete  _/\_
Bagus.
Memang membuat damai.

Tujuan pertama adalah mempersembahkan, lalu membuat indah.

Begitu juga dengan memiliki sebuah piaraan, kucing misalnya.
Tujuan pertama adalah persembahan.
Tujuan kedua adalah menyayangi.

Maka sewaktu kucing itu ditabrak motor di jalanan yang membawa kematiannya, sebagai manusia normal, tentu hal ini berakibat menyakitkan. Timbul rasa kesal dan menyalahkan diri sendiri, menyalahkan lalu lintas yang semerawut, menyalahkan ketidakdisplinan, dst, dst. Rasa sedih ini membawa kekecewaan dan kemarahan. Lantas, dimanakah damai itu pergi? Apakah suatu pencerahan bisa membantunya?

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #53 on: 19 June 2009, 11:34:20 AM »
Ada 4 pelajar Zen sedang berlatih meditasi bersama2 didalam sebuah gua dengan sebuah lilin saja. mereka berkomitmen untuk tidak berbicara dan bermeditasi selama beberapa minggu.
Pada suatu malam, angin bertiup dan api lilin mulai padam..
Pelajar pertama berkata "Astaga, lilinnya padam!"
Pelajar kedua berkata "Eh, kamu tak seharusnya berbicara."
Pelajar ketiga menyahuti "Bodoh kalian berdua !! kenapa kalian bicara !."
Tak lama kemudian pelajar terakhir sambil tetap menutup matanya "Hanya aku saja yang tidak bicara"
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline samanthabhadra

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Samanthabadra
ReTanggungjawab masing-masing?? Bagaimana bisa memahami suatu bentuk standard (
« Reply #54 on: 02 September 2009, 06:12:51 PM »
Tanggungjawab masing-masing??

Bagaimana bisa memahami suatu bentuk standard (default) Zen bila masing-masing hanya bertanggungjawab sendiri-sendiri??

Seorang guru Zen bernama X membuahkan sebuah konsep X.
Seorang guru Zen bernama Y membuahkan sebuah konsep Y.

Lantas, kepada siapa seorang murid akan bertanya?
Apakah kepada guru Zen X, atau kepada guru Zen Y?

Seorang master zen hanyalah memberi pengarahan kepada murid tentang hakekat zen. pencerahan zen hanya akan muncul dari "hati murni" murid. sehingga dalam kasus siapa guru zen yang mampu untuk mencerahkan kita adalah sesuai denngan kecocokan pemamahaman antara guru dan murid.

Offline wi2liam

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #55 on: 21 September 2009, 01:07:51 PM »
PIKIRAN BATU

 Hogen,  seorang  guru  Zen  dari  China,  hidup sendirian di sebuah vihara kecil di sebuah desa. Suatu hari, empat  orang bhikshu  kelana  datang  dan  bertanya  apakah  mereka boleh menyalakan   api   unggun   di   halaman   viharanya   untuk menghangatkan tubuh mereka.
 Ketika  mereka  sedang  membuat  api unggun, Hogen mendengar mereka   sedang   bertengkar   tentang   subyektivitas   dan obyektivitas. Ia pun bergabung dan berkata, "Ada sebuah batu besar. Apakah anda menganggapnya berada  di  dalam  atau  di luar pikiran anda?"
 Salah  seorang  bhikshu  itu  menjawab,  "Dari sudut pandang agama Buddha segala sesuatu adalah obyek dari pikiran,  jadi saya bisa katakan bahwa batu itu ada di dalam pikiran."
 "Kepala  anda  pastilah  berat  sekali,"  demikian  pendapat Hogen, "Jika anda membawa bawa batu  seperti  itu  di  dalam pikiran."

Offline Sudhana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 0
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #56 on: 29 September 2009, 02:27:40 PM »
cuci piring kebanyakan sabun,
pyaarrrrrr......

Offline thioboeki

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 122
  • Reputasi: 5
  • Dimana ada Kebahagian disitu ada Penderitaan,,
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #57 on: 16 November 2009, 01:45:28 AM »
weeeiiiiii,,  :o mana guru2 zen kita,,,,! semuanya kemana??
PLANGGK!
« Last Edit: 16 November 2009, 01:47:09 AM by thioboeki »
Dimana ada Kebahagian disana ada Penderitaan,,

Madagascar

  • Guest
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #58 on: 06 January 2010, 09:21:40 AM »
Cerita nya aku copy yah....
Master Zen cerita lagi dong....

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #59 on: 27 April 2010, 04:44:38 PM »
A monk came to say good bye to Ch'an master Niaowo (Bird's Nest). He said:
-Thank you, Sir, for everything you've done for me. Now I got to go.
Niaowo asked:
-Where will you go?
-Any place where I can learn Buddha dharmas.
-Of Buddha dharmas, I got some.
-Where is it?
Niaowo pulled a thread out of his cloth sleeve, and asked:
-Is this not a Buddha dharma?
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline Madagascar168

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #60 on: 03 March 2013, 05:01:03 PM »
Namo Buddhaya

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Cerita-Cerita Zen (Koan)
« Reply #61 on: 12 April 2013, 12:05:38 PM »
sayang nih gak di update lagi kumpulan cerita zen nya.. mari yg punya cerita lain tlg di share di sini  :) kalo yg saya punya sudah ada semua di thread ini..
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..