//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Etika Diskusi  (Read 61933 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Etika Diskusi
« on: 15 February 2010, 08:04:13 PM »
Berhubung diskusi di forum ini kadang terhambat karena adanya tanggapan yang memancing reaksi secara emosional, maka pd kesempatan ini, moderator akan berusaha menjernihkan permasalahan yang sedang didiskusikan. Salah satunya adalah dari topik tentang Tantra, dan karena telah membuat suasana diskusi berlangsung tidak nyaman ,maka surat peringatan pun telah dilayangkan kepada  bro Truth.
Sebelumnya telah dikirimkan melalui PM, namun atas permintaan bro Truth sendiri utk dimasukkan ke forum dengan alasan biarkan opini umum saja yang menilainya, maka melalui topik ini, surat tersebut akan disalin kembali di sini:


Bro Truth yth
Tidak ada maksud utk menutupi sejarah. Itu tidak diperlukan bagi kami. Mohon tidak terus menerus memandang dengan penuh rasa curiga terhadap smua hal yg berbasis mahayana hanya karena sudah membangun mindset yang serba negatif terhadapnya. Akibatnya anda hanya menggeneralisasinya. Ini diumpamakan bila ada seorang bhikkhu yang menginjak semut tanpa sengaja, seseorang lalu menilai buruk semua hal yg dilakukannya tanpa mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi, lalu ketika dia berjalan , orang itu mengkritiknya, ketika berdiri, duduk ataupun berbaring, orang itu mencari kesalahannya. Alih-alih tidak hanya akan menghalangi dalam pengembangan batin, tetapi juga bertentangan dengan dhamma yang dilatihnya sendiri.

Mungkin anda menganggap ini tidak ada relevansinya dengan topik ini, tetapi pada dasarnya anda yang membangun sebuah diskusi tanpa melalui etika dan kaidah diskusi yang berlaku , telah menunjukkan sikap kepicikan.
Membangun mindset serba negatif terhadap pandangan/aliran orang adalah hak anda, tetapi bila anda telah melanggar ketertiban umum dengan nada2 tidak sopan anda (seperti melontarkan kata-kata  MEMALUKAN, Buruk Muka) , dimohon introspeksi diri, dan ini merupakan peringatan terhormat buat anda.
Memang benar dalam melatih diri , kita harus menguji setiap latihan dan dhamma yang kita pelajari seperti menguji emas, tetapi jangan lupa bahwa emas itu murni atau tidak, bukan diukur sebatas dari parameter pribadi anda.  Singkat kata, sebenarnya dari argumen anda selama ini,  jadi terlihat sekali anda  anti-pluralis,  hanya merasa aliran sendiri paling benar dan orang lain adalah sesat. Sehingga Tidak ada bedanya dengan seorang fundamentalis radikal. Mungkin penilaian saya salah, tetapi setidaknya anda telah membuatnya seperti itu dan tentu mohon maaf bila penilaian saya salah dan menyinggung anda.

  Padahal dalam forum buddhist international, semua aliran dapat berjalan berdampingan, karena masing2 menyadari memiliki perbedaan dan saling menghormati doktrin/metode masing2, dan saling mengakui, bukan saling mencela. Ini adalah sikap yang ditunjukkan oleh para Mahahthera dan sesepuh dari masing2 aliran. Mengapa tidak bercermin dari sini?

SEmua tanggapan kami ini bukan ingin memperlihatkan bahwa kami berada di sisi benar atau tidak atau sebaliknya, tapi ini merupakan reaksi wajar dari aksi pendahuluan anda. Mohon dimaklumi dan silakan berdiskusi kembali dengan sikap sopan.
Kepada rekan2 mahayana juga mohon tidak bereaksi secara emosi juga, karena sama2 menghambat kemajuan batin. Dengan demikian sebagai sesama pengagum guru agung Buddha, kita dapat berlatih dengan tenang dan bahagia.
Terima kasih.
 Namaste





Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #1 on: 15 February 2010, 08:58:27 PM »
bro truth :

lebih baik mengakui kesalahan sendiri daripada susah payah mencari kesalahan orang lain..
hormatilah org lain terlebih dahulu, maka kita akan dihormati oleh orang lain..

without any offense...
_/\_

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #2 on: 15 February 2010, 10:08:18 PM »
Berhubung diskusi di forum ini kadang terhambat karena adanya tanggapan yang memancing reaksi secara emosional, maka pd kesempatan ini, moderator akan berusaha menjernihkan permasalahan yang sedang didiskusikan. Salah satunya adalah dari topik tentang Tantra, dan karena telah membuat suasana diskusi berlangsung tidak nyaman ,maka surat peringatan pun telah dilayangkan kepada  bro Truth.
Sebelumnya telah dikirimkan melalui PM, namun atas permintaan bro Truth sendiri utk dimasukkan ke forum dengan alasan biarkan opini umum saja yang menilainya, maka melalui topik ini, surat tersebut akan disalin kembali di sini:


Bro Truth yth
Tidak ada maksud utk menutupi sejarah. Itu tidak diperlukan bagi kami. Mohon tidak terus menerus memandang dengan penuh rasa curiga terhadap smua hal yg berbasis mahayana hanya karena sudah membangun mindset yang serba negatif terhadapnya. Akibatnya anda hanya menggeneralisasinya. Ini diumpamakan bila ada seorang bhikkhu yang menginjak semut tanpa sengaja, seseorang lalu menilai buruk semua hal yg dilakukannya tanpa mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi, lalu ketika dia berjalan , orang itu mengkritiknya, ketika berdiri, duduk ataupun berbaring, orang itu mencari kesalahannya. Alih-alih tidak hanya akan menghalangi dalam pengembangan batin, tetapi juga bertentangan dengan dhamma yang dilatihnya sendiri.

Mungkin anda menganggap ini tidak ada relevansinya dengan topik ini, tetapi pada dasarnya anda yang membangun sebuah diskusi tanpa melalui etika dan kaidah diskusi yang berlaku , telah menunjukkan sikap kepicikan.
Membangun mindset serba negatif terhadap pandangan/aliran orang adalah hak anda, tetapi bila anda telah melanggar ketertiban umum dengan nada2 tidak sopan anda (seperti melontarkan kata-kata  MEMALUKAN, Buruk Muka) , dimohon introspeksi diri, dan ini merupakan peringatan terhormat buat anda.
Memang benar dalam melatih diri , kita harus menguji setiap latihan dan dhamma yang kita pelajari seperti menguji emas, tetapi jangan lupa bahwa emas itu murni atau tidak, bukan diukur sebatas dari parameter pribadi anda.  Singkat kata, sebenarnya dari argumen anda selama ini,  jadi terlihat sekali anda  anti-pluralis,  hanya merasa aliran sendiri paling benar dan orang lain adalah sesat. Sehingga Tidak ada bedanya dengan seorang fundamentalis radikal. Mungkin penilaian saya salah, tetapi setidaknya anda telah membuatnya seperti itu dan tentu mohon maaf bila penilaian saya salah dan menyinggung anda.

  Padahal dalam forum buddhist international, semua aliran dapat berjalan berdampingan, karena masing2 menyadari memiliki perbedaan dan saling menghormati doktrin/metode masing2, dan saling mengakui, bukan saling mencela. Ini adalah sikap yang ditunjukkan oleh para Mahahthera dan sesepuh dari masing2 aliran. Mengapa tidak bercermin dari sini?

SEmua tanggapan kami ini bukan ingin memperlihatkan bahwa kami berada di sisi benar atau tidak atau sebaliknya, tapi ini merupakan reaksi wajar dari aksi pendahuluan anda. Mohon dimaklumi dan silakan berdiskusi kembali dengan sikap sopan.
Kepada rekan2 mahayana juga mohon tidak bereaksi secara emosi juga, karena sama2 menghambat kemajuan batin. Dengan demikian sebagai sesama pengagum guru agung Buddha, kita dapat berlatih dengan tenang dan bahagia.
Terima kasih.
 Namaste


mas Chingik ada hal-hal  menarik yang kita sukai dan ada hal menarik yang  tidak kita sukai tergantung pandangan kita.
Sebenarnya sikap over reaktiflah yang menyebabkan semua ini.

Sudah saya katakan berkali-kali sampai bosan, suatu artikel yang disertai rujukan yang kredibel apakah salah sehingga perlu di hapus?

Tahukah anda bahwa bagi sebagian orang menulis artikel yang panjang menguras tenaga dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengetiknya? Saya mengharapkan para moderator untuk lebih menghargai jerih payah orang lain menulis, dan jangan asal hapus, kecuali artikelnya buruk dan tanpa disertai rujukan yang valid.

Saya mengambil kembali contoh artikel saya pada thread Padmasambhava dan wajah asli tibetan yang terakhir (reply 166):

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.

This is clearly a direct link to Vajrayogini, the red Queen of the Dakinis who is frequently depicted drinking her own menstrual blood from a skullcup held in her left hand. The essential female bodily substance, menstrual blood, is shown here to be spiritual nourishment par excellence, creating a striking metaphor for female-to-female direct transmission in a lineage of wisdom, in this case from the deity, Vajrayogini, to a dakini, Yeshe Tsogyal, in human form.

Ini secara jelas adalah kaitan langsung ke vajrayogini, ratu dakini merah yang sering digambarkan meminum darah menstruasinya sendiri dari mangkuk kepala (kapala) yang dipegang di tangan kirinya. sari penting substansi tubuh wanita, darah menstruasi, diperlihatkan disini sebagai nutrisi spiritual tak terbandingkan, menciptakan metafora jitu penerusan langsung  pada garis warisan kebijaksanaan, dalam hal ini dari dewa, vajrayhogini, kepada dakini, yeshe tsogyal dalam bentuk manusia.

Sekarang katakan  kepada saya, saya mengutip ucapan Prof Miranda  Shaw, apakah anda harus marah kepada saya atau marah kepada Miranda Shaw? Bila menurut anda ada sumber yang lebih valid dari Miranda Shaw tunjukkan saja kan?

Miranda Shaw menuliskan itu di buku, tetapi orang barat bisa  menerima karena mereka dapat menerima suatu argumen disertai data-data valid. Tidak over reaktif seperti disini. Warga DC bisa menerima pernyataan Miranda Shaw sebagai suatu kebenaran atau bukan kebenaran terserah tergantung bagaimana mereka menilai kan? Saya hanya copy paste.
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #3 on: 15 February 2010, 10:15:27 PM »
bro truth :

lebih baik mengakui kesalahan sendiri daripada susah payah mencari kesalahan orang lain..
hormatilah org lain terlebih dahulu, maka kita akan dihormati oleh orang lain..

without any offense...
_/\_

Saya bukan mencari penghormatan, saya hanya ingin mengungkapkan kebenaran sesuai motto saya, apakah saudara Elin keberatan jika kebenaran diungkapkan? Apakah salah berbicara mengungkapkan kebenaran?

The truth, and nothing but the truth...

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Etika Diskusi
« Reply #4 on: 15 February 2010, 10:16:01 PM »
diskusi yg baik tidak meresahkan, menyudutkan, meremehkan pihak lain. tidak menggunakan kata2 sifat yg gak semestinya. Apakah begitu?

Merasa pandangan sendiri paling benar... juga udah merupakan suatu kesalahan.

Merasa sendiri paling pinter... juga udah merupakan suatu kesalahan.

semoga semua mahluk bahagia (ingat yg ini)  ^:)^ ^:)^
« Last Edit: 15 February 2010, 10:21:38 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #5 on: 15 February 2010, 10:22:02 PM »
diskusi yg baik tidak meresahkan, menyudutkan, meremehkan pihak lain. tidak menggunakan kata2 sifat yg gak semestinya. Apakah begitu?

Merasa pandangan sendiri paling benar... juga udah merupakan suatu kesalahan.

Setuju mas Johan, mereka yang tidak merasa paling benar tentu bisa menerima kekurangan sendiri (bila ada) ya  kan?

Bila saya mengatakan "mas Johan bajunya tidak rapi", mas Johan bisa menganggap saya merendahkan, mengejek, mengritik, atau bila mas Johan berpikir positif bisa berterima kasih kepada saya karena memberitahu sehingga mas Johan bisa lebih dahulu merapikan bajunya, ya kan?

jadi tergantung bagaimana cara kita memandang suatu persoalan.
« Last Edit: 15 February 2010, 10:27:33 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Etika Diskusi
« Reply #6 on: 15 February 2010, 10:32:16 PM »
Sangatlah mudah mencari kesalahan orang lain tapi alangkah sulitnya mencari kesalahan diri sendiri.
maka marilah cari kesalahan orang lain ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #7 on: 15 February 2010, 11:16:32 PM »
Wkwkwkwkwk.. Bro ryuuu saya setujuuuuuuuuuuuuuu ama ente  ;D ;D ;D...

sampai gampangnya cr kesalahan org lain, kesalahan sendiri udh nga nampak lagii. merasa benar sendiri.

Btw saya mao sampaikan, rujukan seperti tulisan tulisan itu jg ditulis oleh org,,, so apa bedanya dgn kita yg menulis gt lohhh.  :whistle: :whistle: :whistle:

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #8 on: 16 February 2010, 06:30:55 AM »
diskusi yg baik tidak meresahkan, menyudutkan, meremehkan pihak lain. tidak menggunakan kata2 sifat yg gak semestinya. Apakah begitu?

Merasa pandangan sendiri paling benar... juga udah merupakan suatu kesalahan.

Setuju mas Johan, mereka yang tidak merasa paling benar tentu bisa menerima kekurangan sendiri (bila ada) ya  kan?

Bila saya mengatakan "mas Johan bajunya tidak rapi", mas Johan bisa menganggap saya merendahkan, mengejek, mengritik, atau bila mas Johan berpikir positif bisa berterima kasih kepada saya karena memberitahu sehingga mas Johan bisa lebih dahulu merapikan bajunya, ya kan?

jadi tergantung bagaimana cara kita memandang suatu persoalan.

tapi Abang Truth sebelum menegur baju orang lain, baju sendiri udah rapi juga donk ! kalau ndak ntar di balikin, sendiri belum rapi mau tegur orang =))

memang begitulah abang Truth, diboard ini ada beberapa 'Tuhan Mod' sangat berkuasa lho ! bisa menghapus dan menciptakan walaupun kamu senang atau tidak senang.
terima saja apa adanya. ^:)^

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Etika Diskusi
« Reply #9 on: 16 February 2010, 06:43:35 AM »
^
^
bro sukuhong..
ada baiknya kita yang gak mengerti titik persoalan masalah yang terjadi di board mahayana, kita idealnya membantu mengademin, jika tidak bisa bantu, ya dibaca saja, tidak perlu menulis postingan yang kontroversi seperti ini :

memang begitulah abang Truth, diboard ini ada beberapa 'Tuhan Mod' sangat berkuasa lho ! bisa menghapus dan menciptakan walaupun kamu senang atau tidak senang.

dan misal bro ada keberatan dengan seputar sepak terjang mod terkait, bisa membuka thread lain di board Pengembangan Dhammacitta.. jadi lebih rapi karena problema yang ada diselesaikan satu persatu dan semoga semua keberatan bro bisa ditampung dan didiskusikan dengan baik.
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #10 on: 16 February 2010, 07:38:20 AM »
Quote
Wkwkwkwkwk.. Bro ryuuu saya setujuuuuuuuuuuuuuu ama ente  ;D ;D ;D...

sampai gampangnya cr kesalahan org lain, kesalahan sendiri udh nga nampak lagii. merasa benar sendiri.


Kalau orang merasa salah biasanya bereaksi berlebihan over reaktif istilahnya, bila tidak merasa bersalah sih tenang-tenang saja. Apakah menurut sampeyan

postingan saya berikut ini salah?

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.

This is clearly a direct link to Vajrayogini, the red Queen of the Dakinis who is frequently depicted drinking her own menstrual blood from a skullcup held in her left hand. The essential female bodily substance, menstrual blood, is shown here to be spiritual nourishment par excellence, creating a striking metaphor for female-to-female direct transmission in a lineage of wisdom, in this case from the deity, Vajrayogini, to a dakini, Yeshe Tsogyal, in human form.

Ini secara jelas adalah kaitan langsung ke vajrayogini, ratu dakini merah yang sering digambarkan meminum darah menstruasinya sendiri dari mangkuk kepala (kapala) yang dipegang di tangan kirinya. sari penting substansi tubuh wanita, darah menstruasi, diperlihatkan disini sebagai nutrisi spiritual tak terbandingkan, menciptakan metafora jitu penerusan langsung  pada garis warisan kebijaksanaan, dalam hal ini dari dewa, vajrayhogini, kepada dakini, yeshe tsogyal dalam bentuk manusia.

Tidak ada yang salah kan? Fakta bahwa Vajrayogini minum darah menstruasi di Tibet diterima biasa-biasa saja. Begitu juga fakta-fakta yang lain. Mengapa sampeyan seperti kebakaran jenggot?

Quote
Btw saya mao sampaikan, rujukan seperti tulisan tulisan itu jg ditulis oleh org,,, so apa bedanya dgn kita yg menulis gt lohhh.  :whistle: :whistle: :whistle:

Anak TK dan SD juga bisa bilang apa bedanya tulisan mereka dengan tulisan sampeyan? Sama-sama orang kan? ;)
« Last Edit: 16 February 2010, 07:41:57 AM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #11 on: 16 February 2010, 09:09:17 AM »
hendaklah postingan
BAIK
BENAR
BIJAK

mangga di cerna doelo
Samma Vayama

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Etika Diskusi
« Reply #12 on: 16 February 2010, 09:27:40 AM »
Hanya kutipan saja ( NETRAL )

Confusius berkata :

" Zaman dahulu, orang sengaja mencari ilmu pengetahuan untuk mengembangkan diri sendiri.
  Sekarang, orang mencari ilmu pengetahuan untuk membuat orang lain mengagumi dirinya. "

" Manusia pasti memiliki kesalahan. Tetapi, jika manusia mau memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya,    maka semuanya akan berjalan dengan baik.
Memiliki kesalahan dan tidak menyesalinya, perbuatan itu salah."

" Astaga, Saya belum pernah melihat orang yang menyadari kesalahannya dan ingin memperbaiki kesalahan itu."

" Tidak berbicara dengan orang yang dapat diajak bicara berarti kehilangan seseorang,
   Berbicara dengan orang yang tidak dapat diajak bicara, berarti membuang kata-kata bermanfaat,
   Orang yang bijaksana tidak akan mau kehilangan seseorang atau membuang kata-katanya tanpa guna."

Semoga Bermanfaat

 _/\_

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Etika Diskusi
« Reply #13 on: 16 February 2010, 10:01:57 AM »
Untuk melengkapi tulisan dari Confucius, mengenai etika didalam berdiskusi, maka sikap dan perilaku yang harus dimiliki.
Catatan : saya yang mengutip artikel ini juga dalam proses belajar.

KEANGKUHAN BERSUMBER DARI KETIDAKTAHUAN

Para pakar ilmuwan seperti Newton, Einstein dan yang lainnya setelah mencapai puncak ilmu pengetahuan, mereka masih tetap berpikir dengan penuh rasa hormat dan segan terhadap hukum alam semesta, mereka semuanya bukan hanya memiliki sikap agung, bermurah hati dan lapang dada dalam menerima kritikan dari orang lain, sikap mereka terhadap orang lain juga semakin rendah hati.

Sebenarnya orang berpengetahuan tinggi di dunia ini, mereka semua mengerti prinsip untuk bersikap rendah hati terhadap orang lain. Hanya mereka yang buta pengetahuan barulah bisa bersikap congkak, sombong; dengan memandang rendah keberadaan hukum alam yang juga merupakan semacam manifestasi dari kecongkakan dan ketidaktahuan.

Dalam realita kehidupan, tidak sedikit contoh seperti ini. Menurut cerita, pada abad-19, ada seorang pelukis ternama dari Perancis bernama Elie Delaunay (1828-1891), suatu saat dia pergi berlibur ke Swiss, setiap hari memikul rak gambarnya pergi ke semua tempat untuk melukis dan membuat sketsa dari alam.

Suatu hari ketika dia sedang melukis dengan serius di pinggir danau Jenewa, di sebelahnya datang mendekat tiga orang turis dari Inggris, setelah melihat pada lukisannya, mereka lalu menuding-nuding pada lukisan itu dan mengritik sana sini.

Yang satu mengatakan bahwa di sebelah sini kurang bagus, yang lain bilang di bagian yang sana kurang bagus, semua kritikan yang dilontarkan ditampung oleh Delaunay dan satu per satu lukisan itu lalu diperbaiki sesuai kritikan yang diterimanya, dan pada akhirnya masih mengucapkan “Terima kasih” kepada mereka bertiga.

Keesokannya, Delaunay sedang ada urusan pergi ke tempat lain, di stasiun kereta api, dia berjumpa lagi dengan ketiga orang yang kemarin bertemu di pinggir danau itu, mereka sedang kasak-kusuk mendiskusikan sesuatu.
Sejenak kemudian, ketiga orang turis dari Inggris itu juga melihat dia, mereka lalu datang menghampiri Delaunay dan bertanya, “Tuan, kami mendengar kabar bahwa pelukis besar Delaunay sedang berlibur di sini, maka kami bermaksud mengunjunginya. Tolong tanya apakah Anda tahu dia sekarang berada dimana?”.

Delaunay berdiri agak membongkok menghadap ke mereka dan menjawab, ”Sungguh tidak patut saya menerima segala ini, saya adalah Delaunay.” Setelah mendengar ucapan ini, ketiganya menjadi sangat terkejut, teringat ketidak-sopanan mereka kemarin, wajah mereka menjadi merah dan satu persatu pergi meninggalkan tempat itu.

Berbalikan dengan contoh di atas, di Jepang saya juga pernah menjumpai seorang anak muda yang berparas menawan, tetapi berwatak pongah dan congkak.

Walaupun dia lulus dari universitas ternama dan bekerja di sebuah perusahaan yang ternama pula, tetapi beberapa kali, saat diperkenalkan untuk dijodohkan selalu ditolak oleh pihak perempuan. Ibunya sangat cemas, karena ingin mengetahui duduk permasalahannya ada dimana, ia lalu mempercayakan saya untuk berdiskusi dengan anak laki-laki-nya itu.

Setelah melalui suatu perbincangan dengannya, saya segera mengetahui dan memahami sebab dari penolakan para perempuan yang diperkenalkan kepada dia. Yaitu dia selalu menganggap dirinya sendiri paling hebat, perkataan yang dilontarkan penuh dengan kecongkakan dan rasa ingin mengunggulkan diri. Dia tidak mengetahui bahwa kesombongan itu menandakan ketidaktahuan, dengan bualan dan omongan kosong hanya ingin untuk mengambil hati perempuan, akhirnya malahan mendatangkan antipati dari para perempuan itu.

Walaupun Anda seorang yang memiliki bakat yang menonjol, jikalau Anda merasa sombong karena memiliki kemampuan, dan tiada henti-hentinya menyombongkan diri, maka kemampuan yang Anda miliki itu hanya bisa membawa kesedihan atau PENDERITAAN bagi Anda sendiri.

Seseorang yang hanya ingin membual untuk menarik kepercayaan dari orang lain, tidak peduli dia memiliki kemampuan yang sesungguhnya atau tidak, juga tidak peduli dia memiliki kedudukan yang seberapa tinggi, pada akhirnya juga akan mengungkapkan kekurangan dirinya sendiri karena over actingnya itu.  
 

Sebaliknya, orang yang sangat berbakat tetapi terlihat bodoh acapkali membawakan kekaguman kepada orang lain, orang yang sopan dan rendah hati selalu akan membuat orang lain memuji dan menaruh hormat, dan orang yang congkak dan pongah, oleh karena ketidak-tahuannya mudah menjadi bahan tertawaan orang di seluruh dunia.

Semoga Bermanfaat

 _/\_
  

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #14 on: 16 February 2010, 10:14:27 AM »
^
^
bro sukuhong..
ada baiknya kita yang gak mengerti titik persoalan masalah yang terjadi di board mahayana, kita idealnya membantu mengademin, jika tidak bisa bantu, ya dibaca saja, tidak perlu menulis postingan yang kontroversi seperti ini :

memang begitulah abang Truth, diboard ini ada beberapa 'Tuhan Mod' sangat berkuasa lho ! bisa menghapus dan menciptakan walaupun kamu senang atau tidak senang.

dan misal bro ada keberatan dengan seputar sepak terjang mod terkait, bisa membuka thread lain di board Pengembangan Dhammacitta.. jadi lebih rapi karena problema yang ada diselesaikan satu persatu dan semoga semua keberatan bro bisa ditampung dan didiskusikan dengan baik.

Ndak perlu buka thread lain abang Forte

mengenai abang Truth masalahnya dari awal tulisan mengenai sejarah Tantra & Hindu di Bali, kemudian mengenai Buddha Padma........ dst...... masih banyak yang lain dikritisi/disindir sama abang Truth.
tapi karena abang Truth tidak bisa terima tulisan & jawaban para mod2, sah2 saja toh.
namanya juga proses belajar abang Forte
penghuni2 di Dhammacitta juga semua juga proses belajar ! :))
saya ndak tahu ! kalau ada yang sudah mencapai pencerahan kasih tahu yang mana!
saya akan datangin untuk berbuat Kebajikan  ^-^ supaya dapat Kamma baik.

Kalau masalah thread baru, saya sudah pernah buka thread 'khusus mod abang Gandalf percaya Tuhan !', tapi masalah sudah selesai(closed) karena sudah mendapat tanggapan/pernyataan dari abang Gandalf.

Sekarang saya hanya memberi komentar saja, juga tidak boleh ?????
Kenyataan memang begitu abang Forte ! para Mod2 bisa menghapus tulisan/thread, apakah ini salah ???

Saya disini mau diskusi & belajar. Dalam proses belajar dan diskusi, pernahkah saya memakai kata2 kasar, menghina, memarahi para pembaca/penulis/moderator ! tolong searh/cari abang Forte  !!!, kalau ada kata2 kasar/menghina boleh tegur saya, dan saya akan langsung minta maaf.

salah & tidak salah hanya masalah toleransi pikiran masing2 abang Forte

kalau bang Forte menegur saya masalah ini sah2 saja. saya juga terima
kemudian saya juga boleh memberi alasan saya untuk memberi komentar ini.

begitulah abang Forte
saya tidak bermaksud memperkeruh masalah ! masalah sudah timbul dan bukan saya penyebabnya
tapi ada penyebab dari 'makhluk lain' yang tidak senang akan jawaban, tindakan, dari para mod2.
itu saja abagn Forte.
kam sia ya ^:)^



« Last Edit: 16 February 2010, 10:20:45 AM by sukuhong »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Etika Diskusi
« Reply #15 on: 16 February 2010, 10:18:55 AM »
mengenai masalah penghapusan thread.. mungkin sedang dalam tahap pembicaraan internal pengurus dc..
mudah2an keputusan yang diambil bisa memuaskan pihak kebanyakan..
jadi bro sukuhong bersabar ya.. :)
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Etika Diskusi
« Reply #16 on: 16 February 2010, 10:21:44 AM »
Quote
Vajrayogini, the red Queen of the Dakinis who is frequently depicted drinking her own menstrual blood from a skullcup held in her left hand.

How truth will you go ?
1. Apakah itu Red Quieen (Vajrayogini) ? ada berapakah didunia RQ tsb?
2. Lebih tepat dilokasi manakah dan kapankah (musim?) dapat menemukan RQ ?
3. Kenapa RQ itu ada? asalnya dari manakah RQ ?
4. Secara rinci tahap demi tahap bagaimanakah RQ menjadi Tantra di Tibet ?
5. Apakah ada laporan yg lebih (mungkin lebih berbobot) tentang adanya RQ ?

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.

6. beberapa skolar India, Siapakah mereka (nama) ? dan bukti dari mana mereka mengatakan (menulis) tentang hal tsb RQ ?
7. Benefit apa yg didapat dari riset/pencari tau Prof. Miranda Shaw bagi umat/aliran Buddha tertentu?
8. Apakah meminun Strawbery Juice saat ini dapat mempermudah/mempercepat PENCERAHAN ?

Quote
TrueLover : Bila saya mengatakan "mas Johan bajunya tidak rapi"
1. akan gw katakan thanks, tapi secara Buddhist, lebih penting bajunya bro TL rapi.
    pencapaian kebebasan adalah tentang diri kita sendiri, pikiran, ucapan, tindakan
    kita sendiri...melatih diri kita sendiri dan udah tentu ::::
    tidak ada sangkut pautnya dgn baju org lain rapi atau tidak.
2. Setiap manusia memiliki pengetahuan, jodoh, karma, kesukaan tersendiri utk memilih kepercayaan/aliran (termasuk aliran Buddhist) yg dia merasa nyaman dan cocok. Jadi tidak tepat utk "mencari2/membeberkan" sesuatu yg kurang bermanfaat bagi perkembangan batin kita masin2.... terutama mengenai MEMINUM WILD STRAWBERY JUICE tsb..., malah2 nanti yg lain gak napsu makan siang. hahahaaa
3. Bila kita memperhatikan Buddha Gautama, pernahkah dia melakukan sharing informasi dari aliran lain yg kurang bermanfaat ?

Quote
MOD Chingik :
Padahal dalam forum buddhist international, semua aliran dapat berjalan berdampingan, karena masing2 menyadari memiliki perbedaan dan saling menghormati doktrin/metode masing2, dan saling mengakui, bukan saling mencela.
Setuju dgn Mod Chingik, tidak saling memberikan info2 negatip yg gak bermanfaat bagi pengembangan batin. (Strawberry Juice)!


 _/\_ 8) 8)

« Last Edit: 16 February 2010, 10:45:46 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #17 on: 16 February 2010, 10:32:19 AM »
hendaklah postingan
BAIK
BENAR
BIJAK

mangga di cerna doelo

Setuju sekali. Tapi:

BAIK MENURUT SIAPA?
BENAR MENURUT SIAPA?
BIJAK MENURUT SIAPA?

Mungkin ada baiknya mas Andry merumuskan batasannya demi kebaikan kita semua, ok?
The truth, and nothing but the truth...

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #18 on: 16 February 2010, 10:34:11 AM »
Kagak disangka ada org yg tdk sadar diri disini. menyedihkan sekali, padahal belajar Dhamma,atau jgn jgn pihak luar yg ingin memecah belah Buddist... sampai sampai tindakannya tdk sesuai Dhamma,
Dhamma mengajarkan agar kita lebih weles asih, bertindak sopan santun, lemah lembut, tdk kasar, namun yang saya liat postingan Truth lover udh dikatagorikan kasar..
Kemudian jg Dhamma tdk pernah mengajarkan bahwa kita harus menjelekkan suatu aliran, bahkan di jaman Buddha sekalipun, byk aliran aliran yg muncul, namun Sang Buddha sama sekali tdk pernah berusaha untuk menjelek jelekkan aliran mereka, ataupun berusaha menjatuhkan aliran lain, tp sebaliknya truth lover malah melakukan hal yg berlawanan...

Soal penulisan, bisa saja u anggap penulisan kita SD dibandingkan dgn penulisan dari Truth lover yg diambil dr sumber yg ditulis oleh seseorg yg sudah dianggap SMA ataupun udh kuliah, namun tulisan itu tdk menjamin kebenaran. ATas dasar apa Truth lover mengclaim bahwa hal itu benar, dan mati matian membela serta menjelekkan yang lainnya, dgn mengatakan pendapat kalian tdk bermutu, pendapat kalian hanya penafsiran kalian...
Jika truth lover bisa berpikir secara matang, dan memandang dr semua sudut pandang, maka truth lover tdk akan berpikir demikian adanya. tdk mentah mentah menerima tulisan org yg hanya bersifat kontraversi..  :whistle:

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #19 on: 16 February 2010, 10:49:15 AM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.

- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah

hidup saya jadi serba salah  :))

« Last Edit: 16 February 2010, 10:52:17 AM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #20 on: 16 February 2010, 10:51:24 AM »
Kagak disangka ada org yg tdk sadar diri disini. menyedihkan sekali, padahal belajar Dhamma,atau jgn jgn pihak luar yg ingin memecah belah Buddist... sampai sampai tindakannya tdk sesuai Dhamma,
Dhamma mengajarkan agar kita lebih weles asih, bertindak sopan santun, lemah lembut, tdk kasar, namun yang saya liat postingan Truth lover udh dikatagorikan kasar..
Kemudian jg Dhamma tdk pernah mengajarkan bahwa kita harus menjelekkan suatu aliran, bahkan di jaman Buddha sekalipun, byk aliran aliran yg muncul, namun Sang Buddha sama sekali tdk pernah berusaha untuk menjelek jelekkan aliran mereka, ataupun berusaha menjatuhkan aliran lain, tp sebaliknya truth lover malah melakukan hal yg berlawanan...

Soal penulisan, bisa saja u anggap penulisan kita SD dibandingkan dgn penulisan dari Truth lover yg diambil dr sumber yg ditulis oleh seseorg yg sudah dianggap SMA ataupun udh kuliah, namun tulisan itu tdk menjamin kebenaran. ATas dasar apa Truth lover mengclaim bahwa hal itu benar, dan mati matian membela serta menjelekkan yang lainnya, dgn mengatakan pendapat kalian tdk bermutu, pendapat kalian hanya penafsiran kalian...
Jika truth lover bisa berpikir secara matang, dan memandang dr semua sudut pandang, maka truth lover tdk akan berpikir demikian adanya. tdk mentah mentah menerima tulisan org yg hanya bersifat kontraversi..  :whistle:

komentar abang Katsu terhadap abang Truth saya tidak setuju !
saya membaca komentar abang Truth mengenai postingan dari abang andry mengenai 'BAIK BENAR & BIJAK'
tidak salah ! bisa dibenarkan juga
BAIK, BENAR, BIJAK di ukur dari siapa menilai ?, memang ini benar ! kenyataan yang harus diterima.
kalau penilaian dari kacamata pengetahuan abang Truth lain dengan para mod/pemirsa Dhammacitta, sah2 saja !

yang abang Katsu nilai itu Kebaikan Umum, ok lah !
tapi belum tentu Kebaikan Umum sama dengan Dhamma Sejati.
pernah saya mendengar pengetahuan kata2 dari kursus Dasar Abhidhamma, bahwa ternyata selama ini yang kita anggap INDAH (SUBHA) ternyata TIDAK INDAH (ASUBHA), kira2 sperti ini abang Katsu.
kam sia abang Katsu



Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #21 on: 16 February 2010, 10:53:58 AM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.
- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah
hidup saya jadi serba salah  :))

Memang demikian abang Truth terima saja ^:)^ kamma buruk berbuah :))
hitung2 nambah ilmu untuk mengenal 'batin makhluk lain' supaya lebih mantep :))
kam sia ya
« Last Edit: 16 February 2010, 10:55:50 AM by sukuhong »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #22 on: 16 February 2010, 11:07:49 AM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.

- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah

hidup saya jadi serba salah  :))



Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?


Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #23 on: 16 February 2010, 11:14:07 AM »
hendaklah postingan
BAIK
BENAR
BIJAK

mangga di cerna doelo

Setuju sekali. Tapi:

BAIK MENURUT SIAPA?
BENAR MENURUT SIAPA?
BIJAK MENURUT SIAPA?

Mungkin ada baiknya mas Andry merumuskan batasannya demi kebaikan kita semua, ok?

mungkin maksud bro andry,

sesuatu dikerjakan dengan 3B, dengan tujuan 3B, maka hasilnya akan 3B.
walaupun masih ada faktor ketidaktahuan dan ketidakpahaman, hasilnya akan tetap 3B bila masing2 mau bertindak 3B.

*3B = BAIK, BENAR, & BIJAK
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #24 on: 16 February 2010, 11:28:23 AM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.

- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah

hidup saya jadi serba salah  :))



Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?



Jika demikian Deva19, candramukti , coedabgf tidak perlu diperingati bahkan sampai dibanned. Postingan mereka tidak salah tapi lawan diskusinya yg salah.  Dan maka mereka tidak perlu dibanned juga. ;D  Apakah begitu Moral rules of gamesnya. Jika demikian rules of gamenya maka tidak perlu banned, tidak perlu edit dsb...biarkan waktu yg membuktikan...apakah begitu? Jika demikian maka ada ketidak konsistenan dalam penerapan rules.

 [at] all
Alasan  penghapusan sudah jelas. Pemostingan isinya itu2 saja dan sering tidak nyambung dengan topik, dan isinya adalah menjelek2an aliran dithread ini. walaupun penjelasan sudah diberikan, pertanyaannya diulang2. sikap tidak menghargai perbedaan pendapat terlihat. Karena secara Nyata memang berbeda. Intinya ada unsur rasis agama yg dilakukan ekstrimis aliran tertentu yg mirip taliban. dan keberpihakan juga terlihat jelas sekali. Hanya ada beberapa bisa menahan diri, dan yang lainnya memback-up rasisme ini secara terselubung(terlihat ada indikasi intervensi tertentu) dan ada yg netral, bahkan ada klonengan yg memperkeruh suasana. Saya harap diforum ini tidak terjadi preseden buruk. Jika memang dibiarkan maka ya monggo saja hancur2an.Jika kalian dengan hati melihat Dhamma, maka praktekanlah apa yg kalian anggap cocok bagi diri kalian sendiri bukan memaksakan ajaran dengan kedok membuka kebenaran dengan berbagai alasan. Kebobrokan bisa terlihat dari perilaku. Kalau masih tidak sadar, ya memang begitulah yg dipelajarinya dan begitulah agama yg dipelajarinya.


Ini informasi yg perlu member ketahui dan silakan mempertimbangkan kembali. Ketegasan seharusnya bersifat netral tidak berpihak.

Konklusinya tau diri . _/\_
« Last Edit: 16 February 2010, 12:01:19 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #25 on: 16 February 2010, 11:37:15 AM »
bro truth :

lebih baik mengakui kesalahan sendiri daripada susah payah mencari kesalahan orang lain..
hormatilah org lain terlebih dahulu, maka kita akan dihormati oleh orang lain..

without any offense...
_/\_

Saya bukan mencari penghormatan, saya hanya ingin mengungkapkan kebenaran sesuai motto saya, apakah saudara Elin keberatan jika kebenaran diungkapkan? Apakah salah berbicara mengungkapkan kebenaran?

Setiap orang pasti ingin mengungkapkan kebenaran jika ia menemukan kesalahan dlm sudut pandang nya..
Ia akan mencari bbrp pandangan org lain yg serupa dgn pemikiran dirinya, guna meyakinkan bahwa pandangan nya lah yang paling benar..
Dari sini bisa dilihat bahwa motif intinya adalah mencari pembenaran diri dan menyalahkan pandangan org lain, padahal belum tentu pandangan dirinya lah yang paling benar..

Tidak lah salah jika kita memberitahukan yang benar kepada org yg selama ini tidak tahu mana kebenaran tsb, akan tetapi jika kita telah berusaha untuk memberitahukan nya dan org tersebut memiliki pandangan bahwa yg selama ini ia yakini adalah benar, hal apa lagi yg bisa kita perbuat??

Berbesar hati lah, hargai pendapatnya (meskipun bagi kita tetap saja masih salah).
Apakah kita harus berkeras kepala untuk meluruskan pandangan nya? Sampai kapan?

Toh apa yg kita lakukan sudah benar, membantu meluruskan pandangan yg salah..
Apakah kita mengalami kerugian besar dgn pandangan salah nya??
Jika tidak, biarkan lah mereka dgn segala pandangan dan prinsip nya..

Kita lakukan apa yg terbaik untuk diri kita tanpa mengganggu org lain lagi..
Justru bukannya menghasilkan perbuatan baik, malah bisa menimbulkan rasa kecewa dari pihak lain thd diri kita..
Bukan kah itu menjadi kamma buruk bagi kita juga?

So, whats ur mission??
Hanya sekedar mengungkapkan kebenaran, atau ada misi lain?

Perlukah Elin kasih contoh lbh lanjut? :)
« Last Edit: 16 February 2010, 11:39:18 AM by Elin »

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #26 on: 16 February 2010, 12:17:44 PM »
Quote
Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?


Memang benar mas Kainyn, percuma kalau nggak  nyambung, saya tidak mengharapkan konklusi, saya cuma tidak terima tindakan sepihak tanpa peringatan dan tanpa bertanya lebih dahulu. Memang saya rasa diteruskan juga percuma, saya anggap banyak member kita belum siap diskusi ilmiah berdasarkan rujukan yang kredibel. Karena masih berbicara berdasarkan tafsir pribadi.

Quote
Setiap orang pasti ingin mengungkapkan kebenaran jika ia menemukan kesalahan dlm sudut pandang nya..
Ia akan mencari bbrp pandangan org lain yg serupa dgn pemikiran dirinya, guna meyakinkan bahwa pandangan nya lah yang paling benar..
Dari sini bisa dilihat bahwa motif intinya adalah mencari pembenaran diri dan menyalahkan pandangan org lain, padahal belum tentu pandangan dirinya lah yang paling benar..

Tidak lah salah jika kita memberitahukan yang benar kepada org yg selama ini tidak tahu mana kebenaran tsb, akan tetapi jika kita telah berusaha untuk memberitahukan nya dan org tersebut memiliki pandangan bahwa yg selama ini ia yakini adalah benar, hal apa lagi yg bisa kita perbuat??

Berbesar hati lah, hargai pendapatnya (meskipun bagi kita tetap saja masih salah).
Apakah kita harus berkeras kepala untuk meluruskan pandangan nya? Sampai kapan?

Toh apa yg kita lakukan sudah benar, membantu meluruskan pandangan yg salah..
Apakah kita mengalami kerugian besar dgn pandangan salah nya??
Jika tidak, biarkan lah mereka dgn segala pandangan dan prinsip nya..

ya saya setuju sama mas Elin, memang mudah sekali menghakimi orang  lain salah, menganggap diri sendiri lebih tinggi disebabkan kecongkakan, keyakinan juga demikian, keyakinan yang satu menganggap keyakinannya tertinggi diantara yang lainnya.

Itulah sebabnya saya menentang perbuatan sewenang-wenang, karena banyak doktrin yang menganggap mereka sendiri paling benar atau paling tinggi. Jadi pengikutnya juga cenderung demikian.

Quote
Memang demikian abang Truth terima saja ^:)^ kamma buruk berbuah :))
hitung2 nambah ilmu untuk mengenal 'batin makhluk lain' supaya lebih mantep :))
kam sia ya

memang kamma buruk lagi berbuah, kamsia juga  :))

The truth, and nothing but the truth...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Etika Diskusi
« Reply #27 on: 16 February 2010, 12:22:21 PM »
Quote
Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?


Memang benar mas Kainyn, percuma kalau nggak  nyambung, saya tidak mengharapkan konklusi, saya cuma tidak terima tindakan sepihak tanpa peringatan dan tanpa bertanya lebih dahulu. Memang saya rasa diteruskan juga percuma, saya anggap banyak member kita belum siap diskusi ilmiah berdasarkan rujukan yang kredibel. Karena masih berbicara berdasarkan tafsir pribadi.

Quote
Setiap orang pasti ingin mengungkapkan kebenaran jika ia menemukan kesalahan dlm sudut pandang nya..
Ia akan mencari bbrp pandangan org lain yg serupa dgn pemikiran dirinya, guna meyakinkan bahwa pandangan nya lah yang paling benar..
Dari sini bisa dilihat bahwa motif intinya adalah mencari pembenaran diri dan menyalahkan pandangan org lain, padahal belum tentu pandangan dirinya lah yang paling benar..

Tidak lah salah jika kita memberitahukan yang benar kepada org yg selama ini tidak tahu mana kebenaran tsb, akan tetapi jika kita telah berusaha untuk memberitahukan nya dan org tersebut memiliki pandangan bahwa yg selama ini ia yakini adalah benar, hal apa lagi yg bisa kita perbuat??

Berbesar hati lah, hargai pendapatnya (meskipun bagi kita tetap saja masih salah).
Apakah kita harus berkeras kepala untuk meluruskan pandangan nya? Sampai kapan?

Toh apa yg kita lakukan sudah benar, membantu meluruskan pandangan yg salah..
Apakah kita mengalami kerugian besar dgn pandangan salah nya??
Jika tidak, biarkan lah mereka dgn segala pandangan dan prinsip nya..

ya saya setuju sama mas Elin, memang mudah sekali menghakimi orang  lain salah, menganggap diri sendiri lebih tinggi disebabkan kecongkakan, keyakinan juga demikian, keyakinan yang satu menganggap keyakinannya tertinggi diantara yang lainnya.

Itulah sebabnya saya menentang perbuatan sewenang-wenang, karena banyak doktrin yang menganggap mereka sendiri paling benar atau paling tinggi. Jadi pengikutnya juga cenderung demikian.

Quote
Memang demikian abang Truth terima saja ^:)^ kamma buruk berbuah :))
hitung2 nambah ilmu untuk mengenal 'batin makhluk lain' supaya lebih mantep :))
kam sia ya

memang kamma buruk lagi berbuah, kamsia juga  :))


anda salah mas truth... coba anda baca dibawah :




































































































































































































































































































































































Elin itu cewe mas, bukan cowo  ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #28 on: 16 February 2010, 12:30:40 PM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.

- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah

hidup saya jadi serba salah  :))



Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?



Jika demikian Deva19, candramukti , coedabgf tidak perlu diperingati bahkan sampai dibanned. Postingan mereka tidak salah tapi lawan diskusinya yg salah.  Dan maka mereka tidak perlu dibanned juga. ;D  Apakah begitu Moral rules of gamesnya. Jika demikian rules of gamenya maka tidak perlu banned, tidak perlu edit dsb...biarkan waktu yg membuktikan...apakah begitu? Jika demikian maka ada ketidak konsistenan dalam penerapan rules. [/quote]
Apakah saya memutar balikkan fakta sehingga anda membandingkan dengan deva 19, candramukti dan coedabgf?

Quote
[at] all
Alasan  penghapusan sudah jelas. Pemostingan isinya itu2 saja dan sering tidak nyambung dengan topik, dan isinya adalah menjelek2an aliran dithread ini. walaupun penjelasan sudah diberikan, pertanyaannya diulang2. sikap tidak menghargai perbedaan pendapat terlihat. Karena secara Nyata memang berbeda. Intinya ada unsur rasis agama yg dilakukan ekstrimis aliran tertentu yg mirip taliban. dan keberpihakan juga terlihat jelas sekali.

Silahkan anda berkaca apakah anda merasa netral?

Quote
Hanya ada beberapa bisa menahan diri, dan yang lainnya memback-up rasisme ini secara terselubung(terlihat ada indikasi intervensi tertentu) dan ada yg netral, bahkan ada klonengan yg memperkeruh suasana. Saya harap diforum ini tidak terjadi preseden buruk. Jika memang dibiarkan maka ya monggo saja hancur2an.Jika kalian dengan hati melihat Dhamma, maka praktekanlah apa yg kalian anggap cocok bagi diri kalian sendiri bukan memaksakan ajaran dengan kedok membuka kebenaran dengan berbagai alasan. Kebobrokan bisa terlihat dari perilaku. Kalau masih tidak sadar, ya memang begitulah yg dipelajarinya dan begitulah agama yg dipelajarinya.

Apakah yang tidak setuju dengan anda dianggap rasisme? dan ingat mas Bond anda sendiri merupakan bagian yang memperkeruh suasana.

Quote
Ini informasi yg perlu member ketahui dan silakan mempertimbangkan kembali. Ketegasan seharusnya bersifat netral tidak berpihak.

Konklusinya tau diri . _/\_

Ya seharusnya ketegasan juga berlaku untuk orang yang menuduh orang lain seperti taliban !!!
« Last Edit: 16 February 2010, 12:35:57 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #29 on: 16 February 2010, 12:32:32 PM »
Oh gitu? Terima kasih mas Ryu, maaf mbak elin, kirain mas   ^:)^  :-[
« Last Edit: 16 February 2010, 12:37:14 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Etika Diskusi
« Reply #30 on: 16 February 2010, 12:49:12 PM »
bro truth :

lebih baik mengakui kesalahan sendiri daripada susah payah mencari kesalahan orang lain..
hormatilah org lain terlebih dahulu, maka kita akan dihormati oleh orang lain..

without any offense...
_/\_

Saya bukan mencari penghormatan, saya hanya ingin mengungkapkan kebenaran sesuai motto saya, apakah saudara Elin keberatan jika kebenaran diungkapkan? Apakah salah berbicara mengungkapkan kebenaran?

Setiap orang pasti ingin mengungkapkan kebenaran jika ia menemukan kesalahan dlm sudut pandang nya..
Ia akan mencari bbrp pandangan org lain yg serupa dgn pemikiran dirinya, guna meyakinkan bahwa pandangan nya lah yang paling benar..
Dari sini bisa dilihat bahwa motif intinya adalah mencari pembenaran diri dan menyalahkan pandangan org lain, padahal belum tentu pandangan dirinya lah yang paling benar..

Tidak lah salah jika kita memberitahukan yang benar kepada org yg selama ini tidak tahu mana kebenaran tsb, akan tetapi jika kita telah berusaha untuk memberitahukan nya dan org tersebut memiliki pandangan bahwa yg selama ini ia yakini adalah benar, hal apa lagi yg bisa kita perbuat??

Berbesar hati lah, hargai pendapatnya (meskipun bagi kita tetap saja masih salah).
Apakah kita harus berkeras kepala untuk meluruskan pandangan nya? Sampai kapan?

Toh apa yg kita lakukan sudah benar, membantu meluruskan pandangan yg salah..
Apakah kita mengalami kerugian besar dgn pandangan salah nya??
Jika tidak, biarkan lah mereka dgn segala pandangan dan prinsip nya..

Kita lakukan apa yg terbaik untuk diri kita tanpa mengganggu org lain lagi..
Justru bukannya menghasilkan perbuatan baik, malah bisa menimbulkan rasa kecewa dari pihak lain thd diri kita..
Bukan kah itu menjadi kamma buruk bagi kita juga?

So, whats ur mission??
Hanya sekedar mengungkapkan kebenaran, atau ada misi lain?

Perlukah Elin kasih contoh lbh lanjut? :)

Sungguh Bagus dan setuju, mungkin saya menambahkan sedikit humor kehidupan saja, supaya fresh.....

Si A : "Tetangga yang lama itu sungguh jahat, kemarin tengah malam dia datang ke rumah saya dan terus menerus menekan bel di rumah saya."

Si B : "Memang sungguh jahat! Adakah Anda segera melapor polisi?"

Si A : "Tidak. Saya menganggap mereka orang gila, dan saya  terus menerus meniup terompet kecil saya seperti biasanya pada saat baru pindah ke sini."   :)

Semua kejadian pasti ada sebabnya, jika sebelumnya kita bisa melihat kekurangan kita sendiri, maka jawabannya pasti berbeda dan mungkin lebih bijaksana.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #31 on: 16 February 2010, 12:51:01 PM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.

- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah

hidup saya jadi serba salah  :))



Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?



Jika demikian Deva19, candramukti , coedabgf tidak perlu diperingati bahkan sampai dibanned. Postingan mereka tidak salah tapi lawan diskusinya yg salah.  Dan maka mereka tidak perlu dibanned juga. ;D  Apakah begitu Moral rules of gamesnya. Jika demikian rules of gamenya maka tidak perlu banned, tidak perlu edit dsb...biarkan waktu yg membuktikan...apakah begitu? Jika demikian maka ada ketidak konsistenan dalam penerapan rules.

Apakah saya memutar balikkan fakta sehingga anda membandingkan dengan deva 19, candramukti dan coedabgf?

Terserah apa kata lu dah. Fact is fact  ^-^..

Quote
[at] all
Alasan  penghapusan sudah jelas. Pemostingan isinya itu2 saja dan sering tidak nyambung dengan topik, dan isinya adalah menjelek2an aliran dithread ini. walaupun penjelasan sudah diberikan, pertanyaannya diulang2. sikap tidak menghargai perbedaan pendapat terlihat. Karena secara Nyata memang berbeda. Intinya ada unsur rasis agama yg dilakukan ekstrimis aliran tertentu yg mirip taliban. dan keberpihakan juga terlihat jelas sekali.

Sialhkan anda berkaca apakah anda merasa netral?

Secara jujur saya katakan saya tidak netral karena terlibat dalam suasana ini. Tetapi saya tidak rasis. Niat saya adalah agar saling menghormati dan perlu diingat yg mau belajar dengan kondusif di thread ini tidak hanya anda saja.

Quote
Hanya ada beberapa bisa menahan diri, dan yang lainnya memback-up rasisme ini secara terselubung(terlihat ada indikasi intervensi tertentu) dan ada yg netral, bahkan ada klonengan yg memperkeruh suasana. Saya harap diforum ini tidak terjadi preseden buruk. Jika memang dibiarkan maka ya monggo saja hancur2an.Jika kalian dengan hati melihat Dhamma, maka praktekanlah apa yg kalian anggap cocok bagi diri kalian sendiri bukan memaksakan ajaran dengan kedok membuka kebenaran dengan berbagai alasan. Kebobrokan bisa terlihat dari perilaku. Kalau masih tidak sadar, ya memang begitulah yg dipelajarinya dan begitulah agama yg dipelajarinya.

Apakah yang tidak setuju dengan anda dianggap rasisme? dan ingat mas Bond anda sendiri merupakan bagian yang memperkeruh suasana.

Tidak setuju tidak rasis, tapi perilaku menjelek2an karena ketidaksetujuan Anda bahkan melecehkan agama tertentu . Itulah yg disebut rasis. kalau masih ngak ngerti capee..deh ^-^

Quote
Ini informasi yg perlu member ketahui dan silakan mempertimbangkan kembali. Ketegasan seharusnya bersifat netral tidak berpihak.

Konklusinya tau diri . _/\_

Ya seharusnya ketegasan juga berlaku untuk orang yang menuduh orang lain seperti taliban !!!

Tentu saja.....dan mudah2an tuduhan itu ada yg merasa dan terlihat realitanya kan :)) :))

Baiklah saya rasa apa yg saya utarakan sudah cukup menguak belang harimau. terima kasih..semoga diskusi di thread ini menjadi lancar dan penuh metta.
[/quote]
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #32 on: 16 February 2010, 12:55:49 PM »
Saya kira sudah cukup saya menjelaskan posisi saya. semoga di lain waktu dalam diskusi kita tidak terlalu reaktif terhadap pendapat yang berbeda dengan kita, memang harus ada aturan dan batasan, mungkin mas-mas yang mengelola DC akan lebih mempertimbangkan, dan tidak secara impulsif menghapus postingan orang lain, demi menghargai jerih payah mereka memberikan masukkan. untuk pembelajaran bagi kami semua.

Sebagai tambahan sedikit:
berbeda pendapat kadang tidak menyenangkan
menyatukan pendapat sering terjadi peperangan
saling menghargai pendapat berarti menerima perbedaan pendapat apa adanya.
Tanpa saling menyalahkan.

 _/\_
« Last Edit: 16 February 2010, 01:03:34 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #33 on: 16 February 2010, 01:38:56 PM »
Jika demikian Deva19, candramukti , coedabgf tidak perlu diperingati bahkan sampai dibanned. Postingan mereka tidak salah tapi lawan diskusinya yg salah.  Dan maka mereka tidak perlu dibanned juga. ;D  Apakah begitu Moral rules of gamesnya. Jika demikian rules of gamenya maka tidak perlu banned, tidak perlu edit dsb...biarkan waktu yg membuktikan...apakah begitu? Jika demikian maka ada ketidak konsistenan dalam penerapan rules.

Betul, seingat saya, saya menolak vote untuk ban mereka. Saya katakan jika tidak merusuh, tidak perlu di-ban. Bahkan saya katakan postingan mereka "menarik". Kalau saya pribadi akan memberikan tanggapan dan argumen balik. Nanti biar pembaca yang menilai. Seperti terakhir Deva19 menuduh saya memfitnah dia membenarkan pembunuhan dan saya menunjukkan buktinya bahwa memang benar dulu "candra_mukti19" mengatakan hal tersebut. Tidak perlu saya paksa dia mengaku salah, biarkan semua orang di sini menilai.
Dia juga "mendewakan" logikanya, lalu saya kembalikan lagi logika berdasarkan tulisannya sendiri (tentang pendiskusi forum adalah "manusia") dan dia tidak bisa jawab, malah berlindung di balik "mod melakukan 'ad hominem'". Lagi-lagi saya tidak perlu pernyataan pembenaran atau meminta pembersihan nama baik. Biarkan semua orang yang menilai.

Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati. 

Apakah itu yang namanya konsistensi? Ataukah memang konsisten itu hanya berlaku untuk ke luar, bukan ke sesuatu yang "aku" dan "milikku"?




Memang benar mas Kainyn, percuma kalau nggak  nyambung, saya tidak mengharapkan konklusi, saya cuma tidak terima tindakan sepihak tanpa peringatan dan tanpa bertanya lebih dahulu. Memang saya rasa diteruskan juga percuma, saya anggap banyak member kita belum siap diskusi ilmiah berdasarkan rujukan yang kredibel. Karena masih berbicara berdasarkan tafsir pribadi.

Moderator memang mengambil tindakan berdasarkan apa yang menurutnya penting. Hampir selalu tidak dapat memuaskan semua orang. Jadi memang sebaiknya untuk hal ini diterima saja. Lebih baik lanjut ke topik baru daripada memperpanjang yang di sini, bukan?


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #34 on: 16 February 2010, 01:51:48 PM »
Quote
Betul, seingat saya, saya menolak vote untuk ban mereka. Saya katakan jika tidak merusuh, tidak perlu di-ban. Bahkan saya katakan postingan mereka "menarik". Kalau saya pribadi akan memberikan tanggapan dan argumen balik. Nanti biar pembaca yang menilai. Seperti terakhir Deva19 menuduh saya memfitnah dia membenarkan pembunuhan dan saya menunjukkan buktinya bahwa memang benar dulu "candra_mukti19" mengatakan hal tersebut. Tidak perlu saya paksa dia mengaku salah, biarkan semua orang di sini menilai.
Dia juga "mendewakan" logikanya, lalu saya kembalikan lagi logika berdasarkan tulisannya sendiri (tentang pendiskusi forum adalah "manusia") dan dia tidak bisa jawab, malah berlindung di balik "mod melakukan 'ad hominem'". Lagi-lagi saya tidak perlu pernyataan pembenaran atau meminta pembersihan nama baik. Biarkan semua orang yang menilai.

Dalam hal ini Anda konsisten dengan pendapat Anda. Anda org yg selalu konsisten. Tetapi rules telah ada dan kita semua seharusnya menghargai rules itu . Dan mungkin tidak bisa sesempurna yg kita harapkan. Paling tidak ada usaha kesana.

Quote
Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati.

Betul sekali itulah yg terjadi. Manusia hendaknya sadar kekeliruan dirinya  dan senantiasa mengubah apa yg salah dalam dirinya.

Quote
Apakah itu yang namanya konsistensi? Ataukah memang konsisten itu hanya berlaku untuk ke luar, bukan ke sesuatu yang "aku" dan "milikku"?

Renungan yg bagus. _/\_
« Last Edit: 16 February 2010, 01:55:39 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #35 on: 16 February 2010, 01:55:20 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?
Samma Vayama

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #36 on: 16 February 2010, 01:56:58 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?

Kalo aye uda clear .. ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #37 on: 16 February 2010, 02:13:21 PM »
Dalam hal ini Anda konsisten dengan pendapat Anda. Anda org yg selalu konsisten. Tetapi rules telah ada dan kita semua seharusnya menghargai rules itu . Dan mungkin tidak bisa sesempurna yg kita harapkan. Paling tidak ada usaha kesana.
Memang untuk mencapai kesepakatan bersama itu sulit sekali. Maka setidaknya saya selalu ikut keputusan "mayoritas". Mengenai penerapan rules juga pasti setiap moderator punya penilaian berbeda dan menurut saya, memang seorang moderator berhak mengedit atau menghapus berdasarkan penilaiannya. Jika ada pihak yang tidak setuju, silahkan dibicarakan lagi dan dijadikan pembelajaran semua pihak, baik dari yang tidak setuju maupun moderator itu sendiri.



Quote
Quote
Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati.

Betul sekali itulah yg terjadi. Manusia hendaknya sadar kekeliruan dirinya  dan senantiasa mengubah apa yg salah dalam dirinya.
Untuk itulah kita semua diskusi di forum ini. Semoga demikian adanya.
 _/\_




jadi sekarang sudah ada titik temu?
Saya pribadi sekadar berpendapat saja, tidak menuntut apa-apa. Jadi seperti bro bond, sudah clear.
Sepertinya dan semoga bagi truth lover sendiri juga sudah selesai.


Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #38 on: 16 February 2010, 02:17:21 PM »
kalau saya sedang berlatih tidak mengungkit 'masalah2' yang sudah berlalu walaupun hanya 1 menit yang lalu. ^-^
kalau mengulang baca Sutta boleh lah berulang2 untuk memahami. ^:)^
kam sia ya

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #39 on: 16 February 2010, 02:24:27 PM »
Dalam hal ini Anda konsisten dengan pendapat Anda. Anda org yg selalu konsisten. Tetapi rules telah ada dan kita semua seharusnya menghargai rules itu . Dan mungkin tidak bisa sesempurna yg kita harapkan. Paling tidak ada usaha kesana.
Memang untuk mencapai kesepakatan bersama itu sulit sekali. Maka setidaknya saya selalu ikut keputusan "mayoritas". Mengenai penerapan rules juga pasti setiap moderator punya penilaian berbeda dan menurut saya, memang seorang moderator berhak mengedit atau menghapus berdasarkan penilaiannya. Jika ada pihak yang tidak setuju, silahkan dibicarakan lagi dan dijadikan pembelajaran semua pihak, baik dari yang tidak setuju maupun moderator itu sendiri.

Quote
Quote
Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati.

Betul sekali itulah yg terjadi. Manusia hendaknya sadar kekeliruan dirinya  dan senantiasa mengubah apa yg salah dalam dirinya.
Untuk itulah kita semua diskusi di forum ini. Semoga demikian adanya.
 _/\_
jadi sekarang sudah ada titik temu?
Saya pribadi sekadar berpendapat saja, tidak menuntut apa-apa. Jadi seperti bro bond, sudah clear.
Sepertinya dan semoga bagi truth lover sendiri juga sudah selesai.

Semoga cita2 luhur berupa 'perdamaian tercapai di negara tercinta 'Dhammacitta'  ^:)^! sehingga suasana kembali kondusif dan damai, sadhu 3x !
kam sia ya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Etika Diskusi
« Reply #40 on: 16 February 2010, 02:26:37 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.


6. beberapa skolar India, Siapakah mereka (nama) ?

kalau yg ini gw belum mendptkan jawabannya... apakah Prof. Miranda Shaw melihat sendiri atau cuma mendengar dari skolar India yg gak jelas namanya....  :P

diskusi yg baik harus didukung dgn data2 yg akurat dan terpecaya!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #41 on: 16 February 2010, 02:30:02 PM »
ya saya setuju sama mas Elin, memang mudah sekali menghakimi orang  lain salah, menganggap diri sendiri lebih tinggi disebabkan kecongkakan, keyakinan juga demikian, keyakinan yang satu menganggap keyakinannya tertinggi diantara yang lainnya.

Itulah sebabnya saya menentang perbuatan sewenang-wenang, karena banyak doktrin yang menganggap mereka sendiri paling benar atau paling tinggi. Jadi pengikutnya juga cenderung demikian.

Heh..?? Mas Elin..?? :o
:hammer:   :hammer:   :hammer:
look at my gender please!

Jadi pengikutnya juga cenderung demikian. -----> maksud dari pengikutnya ini siapa bro??



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #42 on: 16 February 2010, 02:31:55 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.


6. beberapa skolar India, Siapakah mereka (nama) ?

kalau yg ini gw belum mendptkan jawabannya... apakah Prof. Miranda Shaw melihat sendiri atau cuma mendengar dari skolar India yg gak jelas namanya....  :P

diskusi yg baik harus didukung dgn data2 yg akurat dan terpecaya!


Nah, ini dia maksudnya reaksi dan tanggapan yang baik. Kadang dalam menanggapi, tidak perlu menimpali satu referensi dengan referensi lain atau langsung menunjuk "referensi itu tidak valid", tapi dengan mempertanyakan dan mengkaji validitas referensi itu sendiri.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Etika Diskusi
« Reply #43 on: 16 February 2010, 02:46:34 PM »
OKE, saya interupsi sebentar,  hehe ..tampaknya masih ada upaya mencari pembenaran diri yaa..
Pada intinya, permintaan di sini sangat simple dan lugas, bukan ingin melanjutkan polemik2 masa lalu, bukan ingin mengatakan siapa yang salah dan benar. Surat dilayangkan utk mengingatkan agar menggunakan kata2 sesuai kaidah diskusi dan asas moral. 

Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?
jika tidak sanggup memenuhinya, maka tidak perlu lagi bicara tentang Sila, Moral, apalagi Samadhi, dan Panna??
Kalo semuanya menegakkan prinsip2 ini, maka diskusi menjadi lancar tanpa ada gangguan.

Oke, masih ada pertanyaan mengenai Etika ini?  :)


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #44 on: 16 February 2010, 02:48:42 PM »
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif.



Saya setuju ini dijadikan salah satu pasal dalam UUDC

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #45 on: 16 February 2010, 02:51:21 PM »
Dear Bro Truth,

IMO anda postingan ada tidak ada yang salah kog.
tapi perlu kita ketahui, dimana bumi berpijak disitu langit dijunjung.
tetap semangat yah bro TL...  _/\_
hanya 1 tips dari gw :
disini adalah tempat belajar, jadi anda bisa berdiskusi apa saja, bukan untuk saling menjatuhkan.
bila suatu diskusi tidak membawa manfaat lagi malah sebaliknya memancing suasana kontroversial dan amarah, sebaiknya dihentikan walaupun anda sendiri mungkin merasa belum puas.
orang yang membaca postingan jawaban atas pertanyaan anda sudah pasti bisa menilai sendiri kalau jawaban itu kurang bagus.

mengenai SP yang diberikan saya rasa cukup pantas jika dengan alasan  postingan anda membuahkan kekacauan.

aliran orang lain kalau kita setuju, kita ikuti, kalau tidak setuju di abaikan. asal anda tetap mempunyai keyakinan anda sendiri, maka tidaklah perlu mencampuri keyakinan org lain.

hendaklah postingan
BAIK
BENAR
BIJAK

mangga di cerna doelo

Bila sesuatu perbuatan setelah selesai dilakukan tidak membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu adalah baik. Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati gembira dan puas

Dhammapada - V:9 68

seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana hanya karena ia banyak bicara tetapi orang yang damai, tanpa rasa benci dan tanpa rasa takut dapat disebut orang bijaksana.
Dhammapada - XIX:2 258

kebenaran itu sendiri adalah sesuai dengan dhamma...  :)

semoga bermanfaat syair yg Rina kutip ini.



The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Etika Diskusi
« Reply #46 on: 16 February 2010, 02:58:49 PM »
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif.



Saya setuju ini dijadikan salah satu pasal dalam UUDC

Bagus, bagus
Bila prinsip ini dapat ditegakkan,maka DC akan mendapatkan manfaatnya:
1. Mengalami kemajuan, bukan kemunduran
2. Semua orang akan menaruh respek pada DC
3. DC dapat berkembang menjadi website Buddhis yang Buddhistik, bisa diterima secara global, umat agama lain akan memandang DC secara segan , karena anggotanya dapat bersikap baik, bijak dan benar.
4. DC akan dilirik oleh para cendikiawan, rohaniawan, bahkan donatur sebagai rujukan yg dapat dipercaya , kredibel dan bonafit. 
5. Para anggota DC akan tertarik untuk terus aktif memberi kontribusi atas pengembangannya.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Etika Diskusi
« Reply #47 on: 16 February 2010, 03:07:22 PM »
Dhammapada - V:9 68
seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana hanya karena ia banyak bicara tetapi orang yang damai, tanpa rasa benci dan tanpa rasa takut dapat disebut orang bijaksana.
Dhammapada - XIX:2 258

Kutipannya bagus, sis  :)

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #48 on: 16 February 2010, 03:10:24 PM »
Quote
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif.

Deal bos..

Kalau bisa tambahin sanksinya apa saja...jadi dan jika penyebab muncul bisa diantisipasi terlebih dahulu sebelum meluas. Dan Setiap mod dan glomod harus konsisten dalam menegakkan rule tadi dan tidak tebang pilih. Dan member seyogyanya juga menaati demi ketertiban bersama. _/\_
« Last Edit: 16 February 2010, 03:15:24 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #49 on: 16 February 2010, 03:21:59 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?

Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?

Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #50 on: 16 February 2010, 03:30:00 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?

Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?

Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".


nah ini jadi dilematis lagi, makanya sejak awal saya usulkan agar penilaian ini dilakukan oleh lebih dari 1 mod spy lebih obyektif

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #51 on: 16 February 2010, 03:35:41 PM »
kalo emank udah sensitif, sopan juga dianggap menyidir.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #52 on: 16 February 2010, 03:47:58 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?

Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?

Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".


nah ini jadi dilematis lagi, makanya sejak awal saya usulkan agar penilaian ini dilakukan oleh lebih dari 1 mod spy lebih obyektif

berarti apakah penghapusan postingan, memindahkan dan sebagainya yg dianggap tidak layak diperlukan banyaknya pendapat dalam memberi penilaian baru action atau dalam kapasitas tertentu baru diadakan voting?. Setau saya Voting/penilaian bersama baru mengambil keputusan sudah ada aturan mainnya. Dan ada  kebijakan moderator or glomod yg menangani masalah tanpa voting sesuai dengan job desk masing2. Memang dilematis sih  ;D. Tuhan malah anteng dalam kediamannya  ^-^

IMO pendapat bro Chingik sudah baik.. tinggal dilihat eskalasi postingannya berapa banyak dan efeknya yg dapat memicu point2 kekacauan. Kalau baru satu postingan lsg di berikan penilaian juga kurang bijak. Ini sekaligus menjadi evaluasi dari masukan bro kainyn.
« Last Edit: 16 February 2010, 03:54:12 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #53 on: 16 February 2010, 03:57:21 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?
Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?
Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".

betul tuh ! setuju abang Kayin
relatif sekali !

kalau udah namanya forum, pasti ada sindiran dan kritikan !
yang penting kata2 sindirian atau kritikan haruslah sopan, janganlah memakai kata2 kasar.
kalau tidak ada kata2 sindirian dan kritikan bukan 'nama forum' tapi melihat dan mendengar news/berita :))
kam sia ya

« Last Edit: 16 February 2010, 03:58:53 PM by sukuhong »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #54 on: 16 February 2010, 03:57:58 PM »
sejujurnya saya kesulitan dalam mendefinisikan bagaimana yg disebut sopan, tertib,  tidak menyindir, tidak mencela, dsb. apa yg menurut seseorang menyindir, etc bagi orang lain mungkin bukan, jadi penilaian siapa yg menjadi patokan?

kalau seorang moderator menghapus, etc suatu postingan, dengan penilaiannya bahwa postingan menyindir, sementara orang lain tidak sependapat, tentu akan berakibat munculnya kembali thread spt ini.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #55 on: 16 February 2010, 04:01:01 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?

Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?

Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".

Saya mau ikut berpendapat. Untuk kesekian kalinya, saya pikir tata-cara melontarkan argumen (komentar) yang perlu dilarang adalah komentar yang masuk dalam kategori abusive ad hominem.

Argumentum ad hominem => melontarkan argumen, komentar, pendapat, pernyataan, maupun pertanyaan yang sifatnya adalah meyinggung, mendesak, dan dalam skala lebih berat adalah menyerang pribadi lawan diskusi.

Ada 3 jenis argumentum ad hominem, yaitu:
1) Abusive ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi secara frontal, dan kandungan argumen itu tidak berhubungan dengan pembahasan diskusi.
Misalnya => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
            => "Lucu sekali. Rupanya dia hanya tahu soal hal mesum."

2) Circumstantial ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi dengan cara menunjukkan kontradiksi yang tidak berhubungan antara lawan diskusi dengan argumennya.
Misalnya => "Komentar dan referensi Anda tidak valid, karena Anda sendiri bukan dari Aliran X"
            => "Postingan dia tidak berbobot, sebab dari kemarin dia hanya berusaha menjatuhkan kami"

3) Tu quoque ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi dengan cara menunjukkan kontradiksi yang berhubungan antara lawan diskusi dengan argumennya.
Misalnya => "Penjelasan Anda kontradiktif, sebab tempo hari Anda tidak menyatakan hal itu"
            => "Memang demikian. Tapi kemarin ada teman kita yang menyatakan kalau dia sudah menjadi 'buddha' di DC"


Menurut saya, yang perlu dilarang penggunaannya di Forum DhammaCitta adalah abusive ad hominem. Jika ada penggunaan argumen ini, maka pihak Moderator berhak untuk mengubah penggunaan kata-kata, mensensor, menghapus, atau melempar topik ke Karantina.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Etika Diskusi
« Reply #56 on: 16 February 2010, 04:08:13 PM »
kalo emank udah sensitif, sopan juga dianggap menyidir.

Selain itu juga dilarang mengumbar umbar RAYUAN2, kata manis yg terus menerus pada member yg berlain jenis maupun sejenis!...

ini juga bakal kena tilang!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #57 on: 16 February 2010, 04:09:00 PM »
dari bang Upasaka boleh jadi referensi tuh !
kam sia ya

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #58 on: 16 February 2010, 04:10:30 PM »
kalo emank udah sensitif, sopan juga dianggap menyidir.

nah ini non Rina, betul sekali kau !
kam sia ya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #59 on: 16 February 2010, 04:18:38 PM »
nah ini jadi dilematis lagi, makanya sejak awal saya usulkan agar penilaian ini dilakukan oleh lebih dari 1 mod spy lebih obyektif

Banyak-sedikitnya mod yang menilai juga tidak menjamin objektifitas. Sebaiknya memang mod yang bersangkutan yang mengambil tindakan yang dianggap perlu. Bukankah memang seseorang dipilih jadi moderator karena dipercaya penilaiannya?
Nanti baru mod/member lain memberikan masukan karena memang semua orang juga pasti masih bisa keliru mengambil keputusan. Kalau hanya edit-hapus perlu persetujuan ramai-ramai, terlalu berbelit-belit.


kalo emank udah sensitif, sopan juga dianggap menyidir.
Betul, karena itulah saya bilang susah menentukan batasan "mencela".

Mengenai menyindir, dulu pernah ada umat lain mengolok jalan petapa sebagai "menyia-nyiakan kesenangan". Saya bercerita begini:
'seseorang yang berada di penjara, ketika ia melekat pada kenikmatan penjara yang sarat kekerasan, pelecehan seksual, melihat kehidupan penjara sebagai menyenangkan. Jika hidup di masyarakat, kejahatan dilakukan diam-diam, kalau di sana, benar-benar "feels like home". Ketika orang sudah tidak melekat lagi pada kehidupan penjara tersebut, dia tidak melihat kehidupan di penjara sebagai menyenangkan. Ketika waktunya dia keluar penjara, maka teman-teman penjaranya itu mungkin berpikir, "orang itu sungguh bodoh menyia-nyiakan kesempatan bersenang-senang di sini" tapi apakah orang itu sendiri merasa menyia-nyiakan kesenangan?'

Tentu saja semua orang juga menangkap dari cerita itu, saya menyindir lawan bicara saya sebagai "penghuni penjara" yang melekat pada penjara. Tapi apakah kira-kira itu berlawanan dengan etika?



Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #60 on: 16 February 2010, 04:20:04 PM »
hmm....
saya setubuh dengan anda2 semua.., eitss setujuh..  (apakah hal demikian termasuk pelanggaran)
ada baiknya di buatkan peraturan yg cukup simple
[Anda memasuki kawasan tibetan silahkan pergunakan "kacamata" tibetan]

mengenai memindahkan thread, saya pikir hal tersebut tidak terlalu bermasalah. karena hanya beda penempatan.
Namun dalam hal penghapusan thread/isi thread/penguncian thread, hal tersebut cukup menjadi masalh yg pelik.
harus dibuat aturan baku,
-sudah muncul benih2 api (diawasi)
-sudah muncul asap (di nasehati)
-sudah muncul api (di tutup/lock)
Jadi, jangan hanya baru buka thread (baru mau main api), sudah di lock.
kan member yg lain pun harus tahu... apa isi,dan tujuan

Okelahkalaubegituh
Samma Vayama

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #61 on: 16 February 2010, 04:20:16 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?

Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?

Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".

Saya mau ikut berpendapat. Untuk kesekian kalinya, saya pikir tata-cara melontarkan argumen (komentar) yang perlu dilarang adalah komentar yang masuk dalam kategori abusive ad hominem.

Argumentum ad hominem => melontarkan argumen, komentar, pendapat, pernyataan, maupun pertanyaan yang sifatnya adalah meyinggung, mendesak, dan dalam skala lebih berat adalah menyerang pribadi lawan diskusi.

Ada 3 jenis argumentum ad hominem, yaitu:
1) Abusive ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi secara frontal, dan kandungan argumen itu tidak berhubungan dengan pembahasan diskusi.
Misalnya => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
            => "Lucu sekali. Rupanya dia hanya tahu soal hal mesum."

2) Circumstantial ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi dengan cara menunjukkan kontradiksi yang tidak berhubungan antara lawan diskusi dengan argumennya.
Misalnya => "Komentar dan referensi Anda tidak valid, karena Anda sendiri bukan dari Aliran X"
            => "Postingan dia tidak berbobot, sebab dari kemarin dia hanya berusaha menjatuhkan kami"

3) Tu quoque ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi dengan cara menunjukkan kontradiksi yang berhubungan antara lawan diskusi dengan argumennya.
Misalnya => "Penjelasan Anda kontradiktif, sebab tempo hari Anda tidak menyatakan hal itu"
            => "Memang demikian. Tapi kemarin ada teman kita yang menyatakan kalau dia sudah menjadi 'buddha' di DC"


Menurut saya, yang perlu dilarang penggunaannya di Forum DhammaCitta adalah abusive ad hominem. Jika ada penggunaan argumen ini, maka pihak Moderator berhak untuk mengubah penggunaan kata-kata, mensensor, menghapus, atau melempar topik ke Karantina.

Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha. Sehingga suatu kebijakan jika hanya mengacu pada abusive add hominem maka tindakan kita para dewan mod dan glomod sudah tidak konsisten. Tidak ada bedanya menyerang agama Buddha dan menyerang aliran yg ada didalam agama Buddha, keduanya adalah agama.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.
« Last Edit: 16 February 2010, 04:24:22 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #62 on: 16 February 2010, 04:30:38 PM »
Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.

Argumentum ad hominem adalah melontarkan argumen yang sifatnya menyinggung atau menyerang pribadi lawan diskusi. Pribadi lawan diskusi ini adalah personal maupun kelompok.

Saya kasih perbedaan contoh penggunaan abusive ad hominem supaya lebih jelas.
Contoh abusive ad hominem => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
Contoh circumstantial ad hominem=> "Menurut saya Anda itu tolol dan jelek. Apakah Anda setuju?"

Coba cermati perbedaan penggunaan kedua argumen di atas. Kalau masih belum paham, saya akan coba jelaskan lagi.

coedabgf tidak mengina Agama Buddha pada awalnya. Dia hanya melontarkan intepretasinya sendiri. Kalau candra_mukti19 dulu memang sering melakukan abusive ad hominem. :)

Dalam berdiskusi formil maupun non-formil, sebenarnya kita sering melontarkan banyak argumentum ad hominem. Argumentum ad hominem perlu diketahui dengan jelas, untuk membedakan mana argumen yang kondusif dalam pembahasan diskusi; mana yang tidak. Kalau mau dipelajari, sebenarnya ada banyak sekali jenis-jenis argumen dalam berdiskusi; contoh jenis argumen lainnya adalah argumentum ad populum, argumentum ad baculum, argumentum ad absurdum, argumentum ad ignorantium, dan sebagainya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #63 on: 16 February 2010, 04:32:42 PM »
Quote
Banyak-sedikitnya mod yang menilai juga tidak menjamin objektifitas. Sebaiknya memang mod yang bersangkutan yang mengambil tindakan yang dianggap perlu. Bukankah memang seseorang dipilih jadi moderator karena dipercaya penilaiannya?
Nanti baru mod/member lain memberikan masukan karena memang semua orang juga pasti masih bisa keliru mengambil keputusan. Kalau hanya edit-hapus perlu persetujuan ramai-ramai, terlalu berbelit-belit.

Pada point ini saya setuju..
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #64 on: 16 February 2010, 04:34:32 PM »
kalau kasus candramukti, coedabgf lain dengan bang Truth
cand & coe memanglah bukan orang Buddhis dan mereka mencampur aduk ajaran tetangga dengan ajaran Buddhis sehingga 'keluar dari jalur semestinya'.

Bang Truth, karena dia tidak setuju dengan postingan2 yang tidak berkenan dengan pengetahuan yang dia kuasai makanya bertanya dan mengkritisi tulisan/postingan tersebut

Bang Truth tidak keluar jalur dari Buddha Dhamma & tidak pernah memakai kata2 kasar dan jorok, jadi saya anggap sah sah saja, kalau tanggapan Mod lain ndak tahu deh ! masing2 penilaian.
kam sia ya. ^:)^

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #65 on: 16 February 2010, 04:36:33 PM »
Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha. Sehingga suatu kebijakan jika hanya mengacu pada abusive add hominem maka tindakan kita para dewan mod dan glomod sudah tidak konsisten. Tidak ada bedanya menyerang agama Buddha dan menyerang aliran yg ada didalam agama Buddha, keduanya adalah agama.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.

Mengenai kemunculan "Samma Sambuddha" itu saya pikir memang harus ditentukan apakah mau "banned" atau dibiarkan saja selama dalam board tertentu, misalnya thread pribadi. Jadi di situ dibiarkan "Samma Sambuddha" itu menentukan "dhamma-vinaya-nya" sendiri, asal jangan bawa-bawa di board lain.
Sebagai contoh, dulu candra_mukti19 mengatakan Buddha melarang pembunuhan, namun tidak mengatakan semua jenis pembunuhan. Lalu saya tanya referensi dari sutta mana pembunuhan itu ada type-type-nya dan tidak dijawab.
Mungkin sebaiknya jika menolak atau tidak mampu menjawab hal-hal tersebut, maka tidak boleh menggunakan "dhamma-vinaya" tersebut untuk diskusi yang berkenaan dengan Buddhisme. Jika tetap membandel, maka baru di-banned.



Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #66 on: 16 February 2010, 04:40:50 PM »
kalau kasus candramukti, coedabgf lain dengan bang Truth
cand & coe memanglah bukan orang Buddhis dan mereka mencampur aduk ajaran tetangga dengan ajaran Buddhis sehingga 'keluar dari jalur semestinya'.

Bang Truth, karena dia tidak setuju dengan postingan2 yang tidak berkenan dengan pengetahuan yang dia kuasai makanya bertanya dan mengkritisi tulisan/postingan tersebut

Bang Truth tidak keluar jalur dari Buddha Dhamma & tidak pernah memakai kata2 kasar dan jorok, jadi saya anggap sah sah saja, kalau tanggapan Mod lain ndak tahu deh ! masing2 penilaian.
kam sia ya. ^:)^

 :)) dibela mati-matian nih yee...
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #67 on: 16 February 2010, 04:45:30 PM »
Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.

Argumentum ad hominem adalah melontarkan argumen yang sifatnya menyinggung atau menyerang pribadi lawan diskusi. Pribadi lawan diskusi ini adalah personal maupun kelompok.

Saya kasih perbedaan contoh penggunaan abusive ad hominem supaya lebih jelas.
Contoh abusive ad hominem => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
Contoh circumstantial ad hominem=> "Menurut saya Anda itu tolol dan jelek. Apakah Anda setuju?"

Coba cermati perbedaan penggunaan kedua argumen di atas. Kalau masih belum paham, saya akan coba jelaskan lagi.

coedabgf tidak mengina Agama Buddha pada awalnya. Dia hanya melontarkan intepretasinya sendiri. Kalau candra_mukti19 dulu memang sering melakukan abusive ad hominem. :)

Dalam berdiskusi formil maupun non-formil, sebenarnya kita sering melontarkan banyak argumentum ad hominem. Argumentum ad hominem perlu diketahui dengan jelas, untuk membedakan mana argumen yang kondusif dalam pembahasan diskusi; mana yang tidak. Kalau mau dipelajari, sebenarnya ada banyak sekali jenis-jenis argumen dalam berdiskusi; contoh jenis argumen lainnya adalah argumentum ad populum, argumentum ad baculum, argumentum ad absurdum, argumentum ad ignorantium, dan sebagainya.

Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha  Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya maka saya setuju.

Saya tidak mau berdebat panjang lebar pada masalah. Yang terpenting solusi yg adil bagi kedua belah pihak. Karena dan mungkin banyak tidak tahu keluhan moderator mahayanis tentang tugas mereka juga. Dan tidak hanya itu bahkan ada member mahayanis yg mengeluh. Jadi tampunglah kedua aspirasi member secara proposional dan netral. Saya berharap mod mahayana jangan ragu atas tindakan pengacau , kode etik yg barusan bro Chingik tulis, jalankan dengan tegas dan konsisten. Jika ada yg tidak setuju paling tidak Anda para moderator mahayana telah menjalankan Keetisan apa yg diajarkan Sang Buddha.

« Last Edit: 16 February 2010, 05:03:04 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #68 on: 16 February 2010, 04:51:51 PM »
 [at] BOND: saia setujuh,
dengan demikian thread2 yg mengindikasikan adanya pertikaian di dalamnye, lsg di masukan ke suatu board khusus "ajang tinju"
1.tidak akan menggangu kelangsungan DC
2.tidak menutup HAM member
Samma Vayama

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #69 on: 16 February 2010, 04:58:36 PM »
setelah dimasukin, trus dicuekin aja... kayak org ngelantur gitu loh..ga ada yg jawab postingan dia soalne udah cape, diam sendiri kan...?? anjing bergonggong kapila berlalu ;D

apa begini???
apa dengan begini bisa menyelesaikan?

setau gw agama buddha bisa memberikan jawaban dari segala pertanyaan... kenapa tidak dicoba  jawab aja.. pake kesaktian keg... 

ajang tinju apa ga bisa terbaca pemula? jadi apa fungsi dipidahkan...

bukankah tujuan di blok itu supaya tidak terjadi penyindiran, penghinaan, keributan, dsb.
kalo setelah dipindahin masih ribut yah percuma saja.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #70 on: 16 February 2010, 05:01:27 PM »
Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha  Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya.

Memangnya menurut Anda, kesepakatan argumentum ad hominem secara internasional ini tidak mempertimbangkan apa penyebab maupun pemicu munculnya argumen abusive ad hominem?

Argumentum ad hominem hanya berbicara dalam muatan argumen. Argumen ini tidak membahas dalam koridor etis atau tidak etis. Etis atau tidak etis adalah perihal kesepakatan yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain. Yang perlu diperhatikan adalah kandungan argumen itu, apakah masuk dalam kategori abusive atau tidak.

Jika ada yang menyatakan Thervada aliran Buddhis palsu, Mahayana dan Tantrayana sesat; kita perlu melihat bagaimana komentar yang dilontarkan.

Contoh abusive ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat."
Contoh circumstantial ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat. Apakah menurut Anda seperti itu?"

Di luar abusive ad hominem, saya pikir tidak bertentangan dengan etika Buddhisme kok. Sang Buddha sendiri sering melontarkan komentar yang termasuk dalam kategori argumentum circumstantial ad hominem dan argumentum tu quoque ad hominem.

Kalau Anda keberatan, silakan saja. Saya sangat menghargai kebebasan berpendapat setiap orang.
« Last Edit: 16 February 2010, 05:12:15 PM by upasaka »

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Etika Diskusi
« Reply #71 on: 16 February 2010, 05:04:29 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks



Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #72 on: 16 February 2010, 05:12:26 PM »
Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha  Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya.

Memangnya menurut Anda, kesepakatan argumentum ad hominem secara internasional ini tidak mempertimbangkan apa penyebab maupun pemicu munculnya argumen abusive ad hominem?

Argumentum ad hominem hanya berbicara dalam muatan argumen. Argumen ini tidak membahas dalam koridor etis atau tidak etis. Etis atau tidak etis adalah perihal kesepakatan yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain. Namun kandungan argumen itu yang perlu dianalisa, apakah masuk dalam kategori abusivr atau tidak.

Jika ada yang menyatakan Thervada aliran Buddhis palsu, Mahayana dan Tantrayana sesat; kita perlu melihat bagaimana komentar yang dilontarkan.

Contoh abusive ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat."
Contoh circumstantial ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat. Apakah menurut Anda seperti itu?"

Di luar abusive ad hominem, saya pikir tidak bertentangan dengan etika Buddhisme kok. Sang Buddha sendiri sering melontarkan komentar yang termasuk dalam kategori argumentum circumstantial ad hominem dan argumentum tu quoque ad hominem.

Kalau Anda keberatan, silakan saja. Saya sangat menghargai kebebasan berpendapat setiap orang.

Ya itu pendapat anda juga silakan saja. Paling tidak ada informasi berimbang agar member bisa menimbang suatu pertimbangan apa2 saja yg terjadi dan implikasinya. Seperti hukum dan apa2 celah2 hukumnya.  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Etika Diskusi
« Reply #73 on: 16 February 2010, 05:16:56 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks



berarti mencela orang yang berbuat jahat tidak boleh ya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #74 on: 16 February 2010, 05:17:24 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks

Menurut saya, tidak ada jawaban langsung untuk hal ini. Yang pasti, mencela sesuatu yang tidak pantas dicela atau memuji sesuatu yang tercela adalah akusala kamma. Sisanya terlalu luas untuk disama-ratakan.


Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #75 on: 16 February 2010, 05:18:09 PM »
Ya itu pendapat anda juga silakan saja. Paling tidak ada informasi berimbang agar member bisa menimbang suatu pertimbangan apa2 saja yg terjadi dan implikasinya. Seperti hukum dan apa2 celah2 hukumnya.  _/\_

:)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #76 on: 16 February 2010, 05:18:49 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks

Lagi-lagi akusala ataupun kamma buruk dijadikan fatalis.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #77 on: 16 February 2010, 05:41:54 PM »
ASTAGA!!!  :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #78 on: 16 February 2010, 05:46:09 PM »
Lagi-lagi akusala ataupun kamma buruk dijadikan fatalis.

Mungkin bukan maksudnya bro chingik menjadikan semacam "fatalisme", tetapi mencoba menentukan patokan etis atau tidaknya berdasarkan kamma baik/buruk. Hal ini memang susah dilakukan karena bisa saja diskusi itu etis, namun didasari niat yang tidak baik.


Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Etika Diskusi
« Reply #79 on: 16 February 2010, 05:55:38 PM »
 [at] ryu
Kejahatan seseorang diungkapkan bukan dengan cara mencelanya, tetapi memberi tahunya.
Contoh mencela: "hai engkau penjahat kotor yg telah mencuri sepeda teman ku"
Contoh memberitahu, "hai sdr.xx, mencuri adalah perbuatan yang tercela"  

 
 [at] Kainyn
Salah satu pembelajaran dhamma adalah mengembangkan kusala kamma dan mengurangi akusala kamma.
Ini bukan sikap fatalis.


Oke, karena ini adalah topik warning utk bro.Truth, dan agar tidak melebar ke mana-mana, maka thread ini akan ditutup, dan diharapkan rekan2 dapat mentaati aturan yang berlaku.
Bagi yg ingin melanjutkan silakan bukan thread baru.
Dengan adanya aturan ini, maka Moderator berhak memberi warning, menghapus , meremove posting-postingnya yang tentu akan diberitahu lewat PM  terlebih dahulu.
Thanks
« Last Edit: 16 February 2010, 06:02:17 PM by chingik »

 

anything