//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ASK] TAMRAPARNIYA  (Read 34764 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
[ASK] TAMRAPARNIYA
« on: 08 December 2013, 01:52:33 PM »
loha.. mo numpang nanya dunk, ada yg tau TAMRAPARNIYA itu apa ga? ktnya salah satu aliran buddhisme awal.
soalnya ada yang nanya gue tau  TAMRAPARNIYA ga, jelas aje gue ga tau, wong om gugel aja gue tanyak ndak tau  :P

mohon sharingnya. aligato....



Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #1 on: 08 December 2013, 02:03:27 PM »
loha.. mo numpang nanya dunk, ada yg tau TAMRAPARNIYA itu apa ga? ktnya salah satu aliran buddhisme awal.
soalnya ada yang nanya gue tau  TAMRAPARNIYA ga, jelas aje gue ga tau, wong om gugel aja gue tanyak ndak tau  :P

mohon sharingnya. aligato....




Tamraparniya = silsilah Tamraparni/Tamrapanni [nama kuno Sri Lanka], sub-aliran Vibhajjavada yang berkembang di Sri Lanka dan merupakan cikal bakal aliran Theravada saat ini. Selengkapnya pernah dibahas di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24695.0.html
« Last Edit: 08 December 2013, 02:06:36 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #2 on: 09 December 2013, 10:33:32 AM »
loha.. mo numpang nanya dunk, ada yg tau TAMRAPARNIYA itu apa ga? ktnya salah satu aliran buddhisme awal.
soalnya ada yang nanya gue tau  TAMRAPARNIYA ga, jelas aje gue ga tau, wong om gugel aja gue tanyak ndak tau  :P

mohon sharingnya. aligato....
Pertama-tama kalau belajar sejarah Buddhisme, perlu diketahui bahwa mengenai masa-masa awal Buddhisme -termasuk perpecahan pertama- tidak ada catatan pastinya. Beberapa sumber yang bertahan memberikan keterangan yang berbeda-beda.

Walaupun banyak perbedaan, tapi hampir semua setuju bahwa perpecahan awal membentuk Mahasanghika dan Sthaviravada. Waktu dan penyebab perpecahan juga tidak pasti. Kemudian berangsur muncul perbedaan pendapat dalam interpretasi dharma, maka muncullah istilah seperti "Pudgalavada", "Sarvastivada", dan lain-lain. Kemunculan ini bukan serta-merta ada aliran baru, tapi merujuk pada kelompok yang menganut ajaran tersebut. Misalnya Sthaviravada yang selalu menuntut penjelasan detail disebut Vibhajyavada.

Kelompok Vibhajyavada ini (dan sebagian kecil Mahisasaka yang belakangan bergabung) yang juga menyebar ke Sri Lanka, dan kelompok yang tinggal di sini disebut Tamraparniya. (Tambapanni/Tamraparni adalah nama kerajaan di Sri Lanka kuno.) Karena Buddha melarang "kultus" bahasa dan menganjurkan penyebaran dharma dalam masing-masing dialek (Vin. Cv.V.33.1), maka lain daerah, lain pula dialek ajarannya, dan kebetulan kelompok Tamraparni ini mengusung dialek Prakrit dari Avanti, yaitu Pali. "Sthavira" atau sesepuh, dalam Pali disebut "Thera", maka mereka disebut "Theravada" karena mereka menganggap diri mereka mewakili aliran Sthaviravada. (Namun tentu saja pada kenyataannya Sthaviravada dan Theravada sudah jauh berbeda.)

Tradisi yang pertama menetap di sini adalah Mahavihara, namun seperti di daratan asalnya, Theravada ini mengembangkan ajaran-ajarannya masing-masing. Abhayagiri mengadopsi ajaran Mahayana dan Vajrayana, dan pada abad ke 3, menjadi ajaran yang dominan dan didukung oleh para pemimpin. Mahavihara menolak konsep Mahayana, maka dikenal sebagai Theravada Hinayana dan memang minoritas. Hal ini berlanjut sampai pada pergantian penguasa sekitar abad ke 12 di mana raja Parakkamabāhu, seorang pendukung Mahavihara, berkuasa. Mulai saat itu, terjadilah sapu-bersih terhadap non-Mahavihara. Ajaran Mahayana, Vajrayana, Vetullavada, dan lain-lain yang tidak sesuai dengan standard Mahavihara, dianggap sesat, kitab-kitabnya dibakar, dan dilarang berkembang. Bhikkhu-bhikkhunya diwajibkan tahbis ulang jadi samanera atau lepas jubah.

Jadi "Tamraparniya" merujuk pada pecahan dari Sangha Awal yang disebut Sthaviravada, yang terbagi lagi dalam kelompok bernama Vibhajyavada, yang sebagian menyebar ke Sri Lanka. Kelompok ini mencakup Theravada Mahayana yang berpusat di Abhayagirivihara, dan Theravada Hinayana di Mahavihara. Mahavihara ini menghabisi saingan-saingannya dan bertahan menjadi Theravada yang kita kenal sekarang ini.


Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #3 on: 10 December 2013, 11:21:13 AM »
Pertama-tama kalau belajar sejarah Buddhisme, perlu diketahui bahwa mengenai masa-masa awal Buddhisme -termasuk perpecahan pertama- tidak ada catatan pastinya. Beberapa sumber yang bertahan memberikan keterangan yang berbeda-beda.

Walaupun banyak perbedaan, tapi hampir semua setuju bahwa perpecahan awal membentuk Mahasanghika dan Sthaviravada. Waktu dan penyebab perpecahan juga tidak pasti. Kemudian berangsur muncul perbedaan pendapat dalam interpretasi dharma, maka muncullah istilah seperti "Pudgalavada", "Sarvastivada", dan lain-lain.---> apa arti istilah tersebut? Kemunculan ini bukan serta-merta ada aliran baru, tapi merujuk pada kelompok yang menganut ajaran tersebut. Misalnya Sthaviravada yang selalu menuntut penjelasan detail disebut Vibhajyavada.---> penjelasan detail apa maksudny?

Kelompok Vibhajyavada ini (dan sebagian kecil Mahisasaka yang belakangan bergabung) yang juga menyebar ke Sri Lanka, dan kelompok yang tinggal di sini disebut Tamraparniya. (Tambapanni/Tamraparni adalah nama kerajaan di Sri Lanka kuno.) Karena Buddha melarang "kultus" bahasa dan menganjurkan penyebaran dharma dalam masing-masing dialek (Vin. Cv.V.33.1), maka lain daerah, lain pula dialek ajarannya, dan kebetulan kelompok Tamraparni ini mengusung dialek Prakrit dari Avanti, yaitu Pali. "Sthavira" atau sesepuh, dalam Pali disebut "Thera", maka mereka disebut "Theravada" karena mereka menganggap diri mereka mewakili aliran Sthaviravada. (Namun tentu saja pada kenyataannya Sthaviravada dan Theravada sudah jauh berbeda.)---> jauh berbeda gimana? jadi theravada itu sebenarnya aliran sthaviravada?

Tradisi yang pertama menetap di sini adalah Mahavihara,---> banyak banget sih alirannya, bisa tolong di list satu satu ga?dan di beri penjelasan, jadi ga bingung. hehe.. mahavira berbeda dengan sthaviravada ? namun seperti di daratan asalnya, Theravada ini mengembangkan ajaran-ajarannya masing-masing. Abhayagiri mengadopsi ajaran Mahayana dan Vajrayana, dan pada abad ke 3, menjadi ajaran yang dominan dan didukung oleh para pemimpin. Mahavihara menolak konsep Mahayana, maka dikenal sebagai Theravada Hinayana dan memang minoritas. Hal ini berlanjut sampai pada pergantian penguasa sekitar abad ke 12 di mana raja Parakkamabāhu, seorang pendukung Mahavihara, berkuasa. Mulai saat itu, terjadilah sapu-bersih terhadap non-Mahavihara. Ajaran Mahayana, Vajrayana, Vetullavada,---> vetullavada ?? dan lain-lain yang tidak sesuai dengan standard Mahavihara, dianggap sesat, kitab-kitabnya dibakar, dan dilarang berkembang. Bhikkhu-bhikkhunya diwajibkan tahbis ulang jadi samanera atau lepas jubah.

Jadi "Tamraparniya" merujuk pada pecahan dari Sangha Awal yang disebut Sthaviravada, yang terbagi lagi dalam kelompok bernama Vibhajyavada, yang sebagian menyebar ke Sri Lanka. Kelompok ini mencakup Theravada Mahayana yang berpusat di Abhayagirivihara, dan Theravada Hinayana di Mahavihara.---> mksdnya apaan theravada mahayana dan hinayana? perasaan dulunya belajar hinayana itu nama lain dari theravada. Mahavihara ini menghabisi saingan-saingannya dan bertahan menjadi Theravada yang kita kenal sekarang ini.---> menghabisi saingan -saingannya gimana maksudny?




jadi mahavira itu dari sthaviravada? *confused*

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #4 on: 10 December 2013, 11:48:14 AM »
 [at] Chandra Rasmi:

Beberapa penjelasan tentang aliran-aliran Buddhisme awal bisa dibaca di link yang saya berikan pada Reply #1 di atas
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #5 on: 10 December 2013, 04:12:31 PM »
 [at] Chandra Rasmi:

1. Istilah "vada" itu berarti ajaran. Semenjak perpecahan awal, masing-masing kelompok mengembangkan ajaran-ajaran khas mereka masing-masing, maka kelompok mereka dikenal dengan nama ajarannya.

Misalnya sekelompok orang mengemukakan ada suatu identitas makhluk yang di luar nama-rupa, namun tentu saja tidak kekal dan bukan roh/diri. Identitas makhluk ini yang membedakan satu makhluk dengan makhluk lainnya. Ajaran ini disebut Pudgalavada (pudgala/puggala=personal; vada=ajaran).

Sarvastivada = "Sarva/sabba" (=semua) + "asti/atthi" (=ada) + "vada", ajaran ini mengemukakan eksistensi makhluk (sebelum nirvana) ada dalam 3 masa: lalu, sekarang, dan akan datang.


2. Vibhajya (=pembagian/analisis) + vada. Ini adalah kelompok yang membahas dhamma dengan cara menganalisa dan membagi objek menjadi lebih detail. Model ini bisa kita lihat gambarannya dari turunannya, Theravada dengan ajaran khas sektariannya, Abhidhamma, yang selalu berusaha membagi fenomena sampai sekecil-kecilnya.


3. Jauh berbeda karena Sthaviravada adalah aliran yang muncul sekitar 3 SM, sedangkan Theravada (yang kita kenal sekarang) adalah keturunan dari aliran yang muncul belakangan sekitar 3 M. Pada masa antaranya, begitu banyak "pergolakan", baik segi ajaran, budaya, dan politik yang menyebabkan perubahan-perubahan.
Ya, Theravada itu turunan dari Sthaviravada.


4. Ga bisa, terlalu banyak dan karena catatan tidak lengkap, beberapa aliran tidak diketahui asal-usul pastinya bagaimana. Tapi Wikipedia ada list hipotetis yang menggabungkan berbagai sumber:

Sthaviravāda
      Pudgalavāda ('Personalist') (c. 280 BCE)
            Vatsīputrīya (during Aśoka) later name: Saṃmitīya
            Dharmottarīya
            Bhadrayānīya
            Sannāgarika
      Vibhajjavāda (prior to 240 BCE; during Aśoka)
            Theravāda (c. 240 BCE)
            Mahīśāsaka (after 232 BCE)
                Dharmaguptaka (after 232 BCE)
      Sarvāstivāda (c. 237 BCE)
            Kāśyapīya (after 232 BCE)
            Sautrāntika (between 50 BCE and c. 100 CE)
            Mūlasarvāstivāda (3rd and 4th centuries)
            Vaibhāṣika
--------------------------------------------------------------
Mahāsāṃghika
      Ekavyahārikas (during Aśoka)
            Lokottaravāda
      Gokulika (during Aśoka)
            Bahuśrutīya (late third century BCE)
            Prajñaptivāda (late third century BCE)
      Caitika (mid-first century BCE)
            Apara Śaila
            Uttara Śaila


5. Sekte Buddhisme memang jumlahnya sangat banyak. Ini baru yang berakar pada sekte mula-mula, belum termasuk sub dari sub aliran seperti Vibhasika, Darstantika, dll.; atau aliran baru yang berbasis teks Mahayana seperti Madhyamaka, Yogacara, Pure Land, dll. Cukup "mengharukan" melihat kondisi umat Buddha di Indonesia yang kebanyakan menganggap aliran Buddhisme hanya 3: yang berbasis tradisi India (Theravada), Tiongkok (Mahayana), dan Tibet (Vajrayana/Tantrayana).

Sekelompok orang dari Sthaviravada memisahkan diri membentuk Vibhajyavada, kemudian sebagian Vibhajyavada pergi ke Sri Lanka. Di Sri Lanka, berkembang menjadi 3 aliran utama di vihara berbeda: Abhayagirivihara, Mahavihara, dan Jetavanavihara. Jadi mana mungkin keduanya identik?



6. Vetullavada ini tidak ada catatan pasti mengenai isinya, hanya disebut-sebut sebagai salah satu ajaran sesat yang dimusnahkan.


7. "Mahayana" secara teknis BUKAN nama aliran, tapi seperti sebutan bagi mereka yang mengambil doktrin "Bodhisatva". Sedangkan istilah pejoratif "Hinayana" muncul untuk melecehkan mereka yang tidak mau mengambil doktrin tersebut. Jadi di Sri Lanka itu, Theravada yang di Abhayagiri menganut doktrin bodhisatva, maka disebut "Theravada Mahayana", sedangkan di Mahavihara menolaknya, jadi disebut "Theravada Hinayana".

(Setahu saya, sekarang ini sudah berangsur ditinggalkan istilah "hinayana" tersebut, dan Mahayanis menyebut Non-Mahayanis sebagai "Sravakayana". Walaupun secara teknis sebetulnya sama, tapi tidak ada tendensi 'melecehkan'.)


8. Itu udah dijelaskan. Semua ajarannya dianggap sesat, dilarang, kitab-kitabnya dimusnahkan (seperti kira-kira ajaran komunis di era ORBA), lalu bhikkhu-bhikkhunya harus tahbis ulang jadi Samanera di Mahavihara atau kembali ke umat awam.

« Last Edit: 10 December 2013, 04:14:11 PM by Kainyn_Kutho »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #6 on: 10 December 2013, 05:29:40 PM »
1. Istilah "vada" itu berarti ajaran. Semenjak perpecahan awal, masing-masing kelompok mengembangkan ajaran-ajaran khas mereka masing-masing, maka kelompok mereka dikenal dengan nama ajarannya.

Misalnya sekelompok orang mengemukakan ada suatu identitas makhluk yang di luar nama-rupa, namun tentu saja tidak kekal dan bukan roh/diri. Identitas makhluk ini yang membedakan satu makhluk dengan makhluk lainnya. Ajaran ini disebut Pudgalavada (pudgala/puggala=personal; vada=ajaran).

Sarvastivada = "Sarva/sabba" (=semua) + "asti/atthi" (=ada) + "vada", ajaran ini mengemukakan eksistensi makhluk (sebelum nirvana) ada dalam 3 masa: lalu, sekarang, dan akan datang.


2. Vibhajya (=pembagian/analisis) + vada. Ini adalah kelompok yang membahas dhamma dengan cara menganalisa dan membagi objek menjadi lebih detail. Model ini bisa kita lihat gambarannya dari turunannya, Theravada dengan ajaran khas sektariannya, Abhidhamma, yang selalu berusaha membagi fenomena sampai sekecil-kecilnya.
Mbok ya kalo ngasih tanggapan itu jangan bernada apriori lah, khususnya kepada Theravada dan Abhidhamma.  Masa sampai perlu memberikan penekanan: "ajaran khas sektariannya (Abhidhamma)" ? :o

Kalau begitu, aliran lain (Mahayana, --di sini gw pake istilah secara umum saja biar gampang) yang juga ada Abhidharma-nya seharusnya anda tulis juga ajaran khas sektarian.

Lalu bagaimana dengan ajaran khas Mahayana lain seperti Sukhavati, Chan (Zen), Avalokitesvara, dll perlu anda komentari juga dengan kalimat: ajaran khas sektariannya?


Quote
3. Jauh berbeda karena Sthaviravada adalah aliran yang muncul sekitar 3 SM, sedangkan Theravada (yang kita kenal sekarang) adalah keturunan dari aliran yang muncul belakangan sekitar 3 M.  Pada masa antaranya, begitu banyak "pergolakan", baik segi ajaran, budaya, dan politik yang menyebabkan perubahan-perubahan.
Ya, Theravada itu turunan dari Sthaviravada.
Apa ada perbedaan antara Sthaviravada dengan Theravada?  Bisa ditunjukkan sedikit saja (banyak juga boleh), di mana jauhnya perbedaan yg anda katakan di antara keduanya?

Secara silsilah, IMO, Theravada adalah kesinambungan yang tak terputus dari sangha yg dibentuk Sang Buddha sendiri dengan Dhamma-Vinaya yang tak dikurangi.

Ibarat kota Jakarta dulu jaman Fatahillah disebut Jayakarta, jaman kompeni disebut Batavia.  Beda2 nama namun barangnya ya sami mawon, tergantung eranya mana.


Quote
4. Ga bisa, terlalu banyak dan karena catatan tidak lengkap, beberapa aliran tidak diketahui asal-usul pastinya bagaimana. Tapi Wikipedia ada list hipotetis yang menggabungkan berbagai sumber:

Sthaviravāda
      Pudgalavāda ('Personalist') (c. 280 BCE)
            Vatsīputrīya (during Aśoka) later name: Saṃmitīya
            Dharmottarīya
            Bhadrayānīya
            Sannāgarika
      Vibhajjavāda (prior to 240 BCE; during Aśoka)
            Theravāda (c. 240 BCE)
            Mahīśāsaka (after 232 BCE)
                Dharmaguptaka (after 232 BCE)
      Sarvāstivāda (c. 237 BCE)
            Kāśyapīya (after 232 BCE)
            Sautrāntika (between 50 BCE and c. 100 CE)
            Mūlasarvāstivāda (3rd and 4th centuries)
            Vaibhāṣika
Yg dibold di atas saja (Theravāda (c. 240 BCE)) sudah beda dengan pendapat Anda di nomor 3 yg Anda tulis:  'muncul belakangan sekitar 3 M'.   

Piye iki, koq bisa?


Quote
5. Sekte Buddhisme memang jumlahnya sangat banyak. Ini baru yang berakar pada sekte mula-mula, belum termasuk sub dari sub aliran seperti Vibhasika, Darstantika, dll.; atau aliran baru yang berbasis teks Mahayana seperti Madhyamaka, Yogacara, Pure Land, dll. Cukup "mengharukan" melihat kondisi umat Buddha di Indonesia yang kebanyakan menganggap aliran Buddhisme hanya 3: yang berbasis tradisi India (Theravada), Tiongkok (Mahayana), dan Tibet (Vajrayana/Tantrayana).
Gw juga 'prihatin' dengan tulisan Anda di atas.  Pada kenyataannya, secara umum scholar memang membagi 3 besar Buddhism yaitu tradisi Selatan (Theravada), Utara (Mahayana), yg kemudian pecah lagi menjadi Tantra/Vajrayana di daerah Tibet.  Tentu saja pembicaraan ini dalam konteks masa sekarang (present) bukan bicara sejarah masa lalu saat perpecahan2 terjadi (past).


Quote
7. "Mahayana" secara teknis BUKAN nama aliran, tapi seperti sebutan bagi mereka yang mengambil doktrin "Bodhisatva". Sedangkan istilah pejoratif "Hinayana" muncul untuk melecehkan mereka yang tidak mau mengambil doktrin tersebut. Jadi di Sri Lanka itu, Theravada yang di Abhayagiri menganut doktrin bodhisatva, maka disebut "Theravada Mahayana", sedangkan di Mahavihara menolaknya, jadi disebut "Theravada Hinayana".

(Setahu saya, sekarang ini sudah berangsur ditinggalkan istilah "hinayana" tersebut, dan Mahayanis menyebut Non-Mahayanis sebagai "Sravakayana". Walaupun secara teknis sebetulnya sama, tapi tidak ada tendensi 'melecehkan'.)
Terlalu dangkal kalau Anda menyebut hanya seperti itu, harusnya anda mampu menganalisa lebih dalam lagi dengan dasar literatur Anda yang lengkap dan tidak ditutup-tutupi.

Pertanyaannya adalah:  Mengapa Mahayana menyebut yg non doktrin bodhisatva sebagai Hinayana?
Jawab : karena doktrin arahat mereka pandang lebih inferior, selfish, dan Mahayana sendiri menganggap bahwa mencapai arahat saja belumlah final atau belum yg tertinggi dalam hal kesucian.  Dan ini sangat bertentangan dengan doktrin Theravada aseli

Membaca tulisan anda bahwa "Jadi di Sri Lanka itu, Theravada yang di Abhayagiri menganut doktrin bodhisatva, maka disebut "Theravada Mahayana", sedangkan di Mahavihara menolaknya, jadi disebut "Theravada Hinayana"  koq jadi mirip2 analoginya sama Sangha Agung Indonesia (SAI) yg punya pembagian: SAI-Sangha Mahayana, SAI-Sangha Theravada, SAI-Sangha Tantrayana khasnya Sagin (sekte Buddhayana)?.  ^-^ :whistle:
« Last Edit: 10 December 2013, 05:43:48 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #7 on: 11 December 2013, 11:01:42 AM »
Mbok ya kalo ngasih tanggapan itu jangan bernada apriori lah, khususnya kepada Theravada dan Abhidhamma.  Masa sampai perlu memberikan penekanan: "ajaran khas sektariannya (Abhidhamma)" ? :o
Semua sekte awal memiliki banyak sekali kesamaan doktrin sebab berasal dari sumber yang sama. Namun ada interpretasi berbeda dan kemudian dituangkan dalam doktrin sektarian tertentu yang membedakan satu sekte dengan sekte lainnya, dan untuk kasus Vibhajyavada, doktrin sektariannya memang Abhidharma. Beberapa sekte lain juga memiliki Abhidharma, namun lainnya ada juga yang tidak punya Abhidharma.

Jadi memang adalah kenyataan Abhidharma adalah sebuah doktrin sektarian Vibhajyavada (dan beberapa sekte lainnya), tidak ada nada negatif di sini, hanya tergantung persepsi pembaca saja.


Quote
Kalau begitu, aliran lain (Mahayana, --di sini gw pake istilah secara umum saja biar gampang) yang juga ada Abhidharma-nya seharusnya anda tulis juga ajaran khas sektarian.
Betul, misalnya Sarvastivada juga dikenal dari doktrin sektariannya yang tertuang dalam Abhidharma, Mahasanghika dikenal dari doktrin sektarian "ajaran transendental di luar kata" (seperti cikal-bakal Zen), jika itu membantu anda merasa lebih nyaman.

Sebagai ulangan, "Mahayana" bukanlah sekte dan tidak dikenal dalam sekte awal manapun.


Quote
Lalu bagaimana dengan ajaran khas Mahayana lain seperti Sukhavati, Chan (Zen), Avalokitesvara, dll perlu anda komentari juga dengan kalimat: ajaran khas sektariannya?
Ya, jika ditanyakan tentang aliran lain dan ajaran khas sektariannya, maka saya akan menjawab dengan kalimat serupa.


Quote
Apa ada perbedaan antara Sthaviravada dengan Theravada?  Bisa ditunjukkan sedikit saja (banyak juga boleh), di mana jauhnya perbedaan yg anda katakan di antara keduanya?
Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian. 


Quote
Secara silsilah, IMO, Theravada adalah kesinambungan yang tak terputus dari sangha yg dibentuk Sang Buddha sendiri dengan Dhamma-Vinaya yang tak dikurangi.

Ibarat kota Jakarta dulu jaman Fatahillah disebut Jayakarta, jaman kompeni disebut Batavia.  Beda2 nama namun barangnya ya sami mawon, tergantung eranya mana.
Yang saya sebut "sejarah sektarian" di atas, ini adalah salah satu contohnya. Pola pikir yang mayoritas beredar di kalangan Theravada bersumber dari Dipavamsa.

Dipavamsa ini mencatat -tidak tanggung-tanggung- kejadian era Buddha langsung. Diceritakan mengenai sewaktu Buddha mencapai penerangan sempurna, ia melihat Sri Lanka akan menjadi Dhammadipa (pulau dhamma), kemudian menyempatkan diri mampir ke sana membersihkan Yakkha dan Naga jahat agar bisa ditinggali manusia, dan atas permintaan Dewa, meninggalkan Siripada di puncak gunung. Kemudian pada masa mahaparinibbana, Buddha juga melihat pada hari itu juga Vijaya, manusia pertama memulai peradaban di Sri Lanka, maka secara khusus meminta Sakka pergi ke sana melindunginya, dan Sakka menugaskan Deva Uppalavana.

Jauh di depan, ada kisah konsili ke 2 di mana Vajjiputtaka korting vinaya, dikeluarkan dan membentuk Mahasanghika. Kemudian juga mengindikasikan bahwa Moggalliputtatissa adalah "Theravada" dan merumuskan semua kesesatan aliran lain dalam kathavatthu, kitab Abhidhamma ke 4. Kemudian berlanjut tentang tokoh-tokoh yang diutus, salah satunya ke Sri Lanka, yang intinya menekankan pada "kemurnian ajaran" dan "kemurnian silsilah" yang tak terputus sejak jaman Buddha.

Nyaman dengan kisah tersebut? Sepenuhnya sah. Namun jika ingin mengetahui fakta sejarah, anda harus berlapang-dada merelakan kenyamanan tersebut.


Quote
Yg dibold di atas saja (Theravāda (c. 240 BCE)) sudah beda dengan pendapat Anda di nomor 3 yg Anda tulis:  'muncul belakangan sekitar 3 M'.   

Piye iki, koq bisa?
Theravada di sekte mula-mula (240 BCE) itu sama sekali bukan Theravada (Sri Lanka) yang kita kenal sekarang. Itu adalah kategorisasi Vibhajyavada yang tidak menganut doktrin Mahisasaka.

Saya perjelas: Vibhajyavada yang pergi ke Sri Lanka (termasuk sebagian Mahisasaka yang belakangan bergabung) dan menetap di Mahavihara (bukan Abhayagirivihara ataupun Jetavanavihara) sekitar abad 3M, itulah yang menjadi cikal-bakal Theravada yang sekarang.

Jadi walaupun ada kesamaan nama seperti Sthaviravada dengan Theravada, Theravada (sekte awal) dan Theravada (Sri Lanka), pahami konteksnya, jangan sampai tercampur.


Quote
Gw juga 'prihatin' dengan tulisan Anda di atas.  Pada kenyataannya, secara umum scholar memang membagi 3 besar Buddhism yaitu tradisi Selatan (Theravada), Utara (Mahayana), yg kemudian pecah lagi menjadi Tantra/Vajrayana di daerah Tibet.  Tentu saja pembicaraan ini dalam konteks masa sekarang (present) bukan bicara sejarah masa lalu saat perpecahan2 terjadi (past).
;D Cukup manis anda yang "sangat berpengatahuan tentang sejarah sekte" prihatin terhadap saya. Terima kasih perhatiannya.


Quote
Terlalu dangkal kalau Anda menyebut hanya seperti itu, harusnya anda mampu menganalisa lebih dalam lagi dengan dasar literatur Anda yang lengkap dan tidak ditutup-tutupi.
Kalau saya tidak tutup-tutupi sebagian, maka anda bisa lebih kebakaran jenggot lagi.

Tapi silahkan kalau anda mampu memberikan analisa yang dalam dengan dasar literatur lengkap. Di sini terbuka untuk diskusi.


Quote
Pertanyaannya adalah:  Mengapa Mahayana menyebut yg non doktrin bodhisatva sebagai Hinayana?
Jawab : karena doktrin arahat mereka pandang lebih inferior, selfish, dan Mahayana sendiri menganggap bahwa mencapai arahat saja belumlah final atau belum yg tertinggi dalam hal kesucian.  Dan ini sangat bertentangan dengan doktrin Theravada aseli

Membaca tulisan anda bahwa "Jadi di Sri Lanka itu, Theravada yang di Abhayagiri menganut doktrin bodhisatva, maka disebut "Theravada Mahayana", sedangkan di Mahavihara menolaknya, jadi disebut "Theravada Hinayana"  koq jadi mirip2 analoginya sama Sangha Agung Indonesia (SAI) yg punya pembagian: SAI-Sangha Mahayana, SAI-Sangha Theravada, SAI-Sangha Tantrayana khasnya Sagin (sekte Buddhayana)?.  ^-^ :whistle:

Saran saya: sering-sering belajar dari sumber netral. Dan kalau ada sesuatu yang aneh, tanyakan, diskusikan, kita cari solusinya, tidak perlu sok tahu.


Untuk post berikutnya, jika anda bersikap sok tahu, tidak akan saya ladeni. Jika tidak sopan atau memberi informasi menyesatkan/tanpa referensi, akan saya hapus/pindahkan. Buddhisme Awal bukan tempat orang kekanak-kanakan ataupun sektarian fanatik, tapi untuk orang yang ingin mencari tahu kebenaran sejarah.


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #8 on: 11 December 2013, 12:38:56 PM »
banyak yang gak sadar kalo kebenaran versi theravada hanya bersumber pada dipavamsa dan mahavamsa yang keduanya merupakan kitab2 keluaran srilanka.

kedua kitab ini bukanlah sumber netral dan bertentangan dengan sumber2 netral lainnya. seperti memegang kebenaran sejarah indonesia dengan memakai sumber buku2 sejarah keluaran orba...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #9 on: 11 December 2013, 12:54:14 PM »
Saya cuma mau komen yang ini:


Secara silsilah, IMO, Theravada adalah kesinambungan yang tak terputus dari sangha yg dibentuk Sang Buddha sendiri dengan Dhamma-Vinaya yang tak dikurangi.


Menurut Bhikkhu Sujato dalam Sects and Sectarianism:

Tetapi adalah biasa bagi para bhikkhu untuk melakukan perjalanan di sekitar vihara-vihara yang berbeda, berdiam dengan persaudaraan yang berbeda. Ini pasti telah terjadi bahkan lebih banyak dengan vihara Abhayagiri, yang dikatakan oleh Mahāvihāravāsin menerima para bhikkhu India dari tradisi yang berbeda. Tetapi Abhayagirivāsin belakangan bergabung dengan Mahāvihāravāsin, walaupun ketidakmurnian yang diduga benar ini dalam silsilah penahbisan mereka.

Situasi yang sama pasti telah terjadi di seluruh Buddhisme Asia Tenggara, karena kita mengetahui bahwa wilayah Thailand, Burma, dan Kamboja di mana Theravāda sekarang berkembang sebelumnya didominasi Mahāyāna, atau Buddhisme Śrāvakayāna Sanskrit. Kita mencatat menyebarluasnya kejadian kultus Upagupta di seluruh wilayah ini, yang sepenuhnya tidak ada dari Sri Lanka, dan membayangkan apakah ini memberikan suatu petunjuk pada jenis Buddhisme yang ada sebelum Theravāda yang ortodoks. Menurut I-Tsing, di daratan pada perbatasan timur India semua empat aliran utama berkembang, sedangkan di wilayah pulau Mūlasarvāstivāda menonjol.[98]

Ketika wilayah-wilayah ini “diubah keyakinannya” menjadi Theravāda (yang terutama terjadi sekitar abad ke-11 s/d 12), tidak mungkin bahwa semua bhikkhu mengambil penahbisan baru. Tentu saja, sejarah resmi akan menyatakan bahwa ketika agama [Buddha] direformasi sehingga semua bhikkhu menyesuaikan diri dengan sistem baru. Tetapi kepraktisan dari hal ini tidak masuk akal: mengirimkan para bhikkhu administrasi kota yang berjalan sejauh ribuan mil dari intaian macan, penuh penjahat, jejak hutan-hutan yang berhantu mencari tak terhitung desa kecil, berusaha membujuk para bhikkhu senior bahwa penahbisan mereka tidak sah atau tidak tepat dan harus dilakukan lagi, semuanya berdasarkan beberapa kompromi politik di sebuah ibukota yang jauh, di sebuah wilayah yang perbatasan dan kesetiaannya selalu bergeser. Sebagai sejarah ini hanyalah khayalan, dan kenyataannya pasti bahwa reformasi itu secara langsung mempengaruhi vihara-vihara pusat tertentu. Yang lain mungkin menggunakan suatu prosedur informal seperti daḷhikamma (tindakan memperkuat), yang hanya merupakan prosedur ad hoc [dengan maksud khusus] yang ditemukan sebagai pengganti saṅghakamma yang sebenarnya. Tetapi bagi kebanyakan reformasi tidak relevan, bahkan jika mereka pernah mendengarnya. Hanya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa silsilah “Theravāda” yang saat ini, seperti semua yang lain, pasti merupakan campuran dari banyak untaian yang berbeda.

Penelitan Bizot di daerah ini menunjukkan bahwa situasi saat ini dalam Theravāda kenyataannya mempertahankan dua gaya penahbisan yang berbeda.[99] Satu melibatkan pembacaan perlindungan selama pabbajjā; yang lain, perlindungan dibacakan dua kali, satu mengakhiri kata-kata dengan anusvāra –ṁ (dilafalkan –ng), dan lagi dengan nasal labial –m. Dua pernyataan pabbajjā memiliki akarnya dalam Buddhisme Mon kuno dari masa Dvāravatī (abad ke-7 s/d 8 ), yang mungkin diperkenalkan ke Asia Tenggara (“Suvaṇṇabhūmi”) dari India Selatan. Bizot meyakini bahwa pabbajjā dua-pernyataan ini berhubungan dengan praktek meditasi esoterik tertentu. Pabbajjā satu-pernyataan dari Mahāvihāra diperkenalkan kemudian, sekitar abad ke-14 s/d 15, oleh para bhikkhu yang berhubungan dengan Sri Lanka. Tetapi ketika silsilah Sri Lanka didirikan kembali dari Thailand, ini dengan pabbajjā dua-pernyataan dari Mon. Sementara itu, pabbajjā satu-pernyataan secara terus-menerus dipaksakan dalam Sangha di Asia Tenggara, khususnya mengikuti reformasi Dhammayuttika yang modernis dari Pangeran Mongkut pada abad ke-19. Dalam salah satu ironi sejarah yang lezat ini, pabbajjā dua-pernyataan Mon sekarang hanya bertahan di Sri Lanka, sedangkan pabbajjā satu-pernyataan tersebar luas di seluruh Asia Tenggara.

Kerumitan situasi ini diakui oleh Somdet Ñāṇasaṁvara, Saṅgharāja Thailand saat ini, dalam suatu karya penting Buddha Sāsana Vaṁsa. Karya ini membahas silsilah penahbisan Thai modern dan reformasi yang diperkenalkan pada abad ke-19 ketika Dhammayuttika Nikāya dibentuk berdasarkan tradisi Burma Mon. diyakini bahwa tradisi ini berasal dari misi Soṇa and Uttara ke Suvaṇṇabhūmi pada masa Aśoka. Berikut adalah beberapa pernyataan Somdet Ñāṇasaṁvara:

“Sejak Mahāparinibbāna Sang Buddha sampai saat ini, lebih dari 2000 tahun telah berlalu, dengan demikian sulit untuk mengetahui apakah silsilah murni yang diturunkan kepada kita masih utuh atau tidak.” (16)

“Jika silsilah ini telah lenyap, ini tidaklah merugikan, seperti halnya pengabdian Pukkusāti[100] dalam kehidupan tanpa rumah tidaklah merugikan.” (18)

“Sasana dalam kedua negeri [Sri Lanka dan Suvaṇṇabhūmi] melebur menjadi satu sehingga silsilah mereka berasal dari sasana yang sama yang telah dikirimkan raja Aśoka dari ibukotanya di Pāṭaliputta.” (30)

[Setelah masa raja Parakkamabāhu dari Sri Lanka] “Para bhikkhu Sri Lanka diberikan [penahbisan] dengan para bhikkhu Rāmañña [Mon] dan ada pendapat bahwa karena para bhikkhu Sri Lanka berasal dari garis [silsilah] Soṇa dan Uttara, mereka berasal dari komuni yang sama.[101] Dengan demikian para sesepuh saling mengundang untuk berpartisipasi dalam saṅghakamma dan bersama-sama memberikan penahbisan yang lebih tinggi.” (31)

[Silsilah tersebut memasuki Thailand] “Berulang kali melalui banyak masa... seraya Buddhisme memasuki negeri ini dalam periode-periode, aliran, dan bentuk yang berbeda-beda, adalah sangat sulit mengetahui bagaimana mereka melebur dan bagaimana mereka mengalami kemunduran.” (76)

[Dhammayuttika Nikāya menghidupkan kembali Buddhisme Thai melalui] “pendirian kembali di Siam suatu silsilah dari Yang Mulia Mahinda, Soṇa, dan Uttara.” (77)

Jadi sementara terdapat beberapa yang kelihatannya hampir seperti kepercayaan mistis terhadap kemurnian silsilah penahbisan, suara-suara waras masih ditemukan. Tidak ada bhikkhu yang hidup sekarang dapat menjamin silsilah penahbisannya sendiri. Dalam situasi ini lebih aman dan lebih masuk akal untuk berfokus pada cara kehidupan suci dijalankan alih-alih pada klaim yang tidak dapat diverifikasi atas masa lalu yang sebagian besar tidak tercatat.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #10 on: 11 December 2013, 02:12:52 PM »
Secara historis, isi Dipavamsa yang bisa dianggap lumayan tepat adalah setelah masa kematian Asoka ke belakang saja.
Untuk masa Asoka, terutama tentang konsili 3, sudah meragukan. Dipavamsa mencatat bahwa ada 18 sekte, 17 sekte "sesat" (karena bersifat memecah-belah bagaikan duri pada pohon) dan hanya 1 sekte yang diakui, tidak bersifat memecah-belah, paling unggul, dan lengkap seperti ajaran Sang Penakluk, tidak lebih dan tidak kurang (yang pastinya kita tahu sekte mana). Namun secara bukti peninggalan sejarah, konsili 3 hanya mengurus para bhikkhu yang memanfaatkan kebhikkhuan untuk mendapatkan kekayaan (sebab Asoka adalah pendukung Buddhisme yang dermawan), yang korup-korup itu sudah dibuat memakai jubah awam, dan sangha kembali "bersih". Tidak ada menyinggung adanya aliran-aliran yang "sesat" vs "asli". Dan kenyataannya, aliran-aliran lain tetap saja berkembang di India, termasuk kemunculan dan penyebaran gerakan Mahayana. Sarvastivada sendiri bahkan sempat menjalankan konsili 4 di Kashmir.

Mundur ke konsili 2, Mahasanghika yang dikenal sebagai koruptor 10 point vinaya itu, ternyata sampai sekarang melestarikan vinayanya yang sama sekali tidak menghilangkan 10 point itu. Dan "ironisnya", dilihat dari penyusunannya, para sarjana Buddhis menilai penyusunan vinaya Mahasanghika adalah format yang paling tua [dengan format seperti Ekottarika Agama] dan tidak/sedikit diubah.
Jadi menyamakan Vajjiputtaka dan Mahasanghika adalah suatu kesalahan, entah sengaja atau tidak.

Mundur lagi ke jaman Buddha, merujuk ke Kanon Pali (dan komentar), tidak ada disinggung tentang ramalan Buddha mengenai dhammadipa ataupun kunjungan yang meninggalkan Siripada tersebut.


Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #11 on: 11 December 2013, 02:50:25 PM »
Secara historis, isi Dipavamsa yang bisa dianggap lumayan tepat adalah setelah masa kematian Asoka ke belakang saja. Untuk masa Asoka, terutama tentang konsili 3, sudah meragukan. Dipavamsa mencatat bahwa ada 18 sekte, 17 sekte "sesat" (karena bersifat memecah-belah bagaikan duri pada pohon) dan hanya 1 sekte yang diakui, tidak bersifat memecah-belah, paling unggul, dan lengkap seperti ajaran Sang Penakluk, tidak lebih dan tidak kurang (yang pastinya kita tahu sekte mana). Namun secara bukti peninggalan sejarah, konsili 3 hanya mengurus para bhikkhu yang memanfaatkan kebhikkhuan untuk mendapatkan kekayaan (sebab Asoka adalah pendukung Buddhisme yang dermawan), yang korup-korup itu sudah dibuat memakai jubah awam, dan sangha kembali "bersih". Tidak ada menyinggung adanya aliran-aliran yang "sesat" vs "asli". Dan kenyataannya, aliran-aliran lain tetap saja berkembang di India, termasuk kemunculan dan penyebaran gerakan Mahayana. Sarvastivada sendiri bahkan sempat menjalankan konsili 4 di Kashmir.

Mundur ke konsili 2, Mahasanghika yang dikenal sebagai koruptor 10 point vinaya itu, ternyata sampai sekarang melestarikan vinayanya yang sama sekali tidak menghilangkan 10 point itu. Dan "ironisnya", dilihat dari penyusunannya, para sarjana Buddhis menilai penyusunan vinaya Mahasanghika adalah format yang paling tua [dengan format seperti Ekottarika Agama] dan tidak/sedikit diubah.
Jadi menyamakan Vajjiputtaka dan Mahasanghika adalah suatu kesalahan, entah sengaja atau tidak.

Mundur lagi ke jaman Buddha, merujuk ke Kanon Pali (dan komentar), tidak ada disinggung tentang ramalan Buddha mengenai dhammadipa ataupun kunjungan yang meninggalkan Siripada tersebut.
Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.

Sedangkan Pencatatan tsb diawali dengan Kunjungan pertama sang Buddha sekitar 8 bulan setelah pencapaian keBuddhaan nya, yaitu ke Nagadipa (pulau kecil sekali di utara Sri Lanka, pulau tsb berada diantara India dan Sri Lanka), dst hingga kunjungan 2 Mahiyangana, kunjungan 3 (Siripada, Kalaniya/Kelaniya), dan ramalan sang Buddha kelak Sri Lanka menjadi pulau yang bertugas menjaga keaslian Dhamma (maka dari itu mereka selalu bersikeras bahwa merekalah yang menjaga keaslian ajaran Dhamma ^:)^ )

Catatan Dipavamsa menyebutkan kedatangan Thera Mahinda yang merupakan anak kandung raja Asoka untuk membawa ajaran Sang Buddha ke Sri Lanka dan mengembangkan disana, juga dapat dicocokan di Prasasti Asoka yang juga menyebutkan mengirim Thera Mahinda ke Lanka Dipa, jadi catatan ini cocok padahal jaman dulu blm ada sms ato BBM untuk saling mencocokkan satu sama lain.
« Last Edit: 11 December 2013, 02:52:40 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #12 on: 11 December 2013, 03:00:45 PM »
Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.

Sedangkan Pencatatan tsb diawali dengan Kunjungan pertama sang Buddha sekitar 8 bulan setelah pencapaian keBuddhaan nya, yaitu ke Nagadipa (pulau kecil sekali di utara Sri Lanka, pulau tsb berada diantara India dan Sri Lanka), dst hingga kunjungan 2 Mahiyangana, kunjungan 3 (Siripada, Kalaniya/Kelaniya), dan ramalan sang Buddha kelak Sri Lanka menjadi pulau yang bertugas menjaga keaslian Dhamma (maka dari itu mereka selalu bersikeras bahwa merekalah yang menjaga keaslian ajaran Dhamma ^:)^ )

Catatan Dipavamsa menyebutkan kedatangan Thera Mahinda yang merupakan anak kandung raja Asoka untuk membawa ajaran Sang Buddha ke Sri Lanka dan mengembangkan disana, juga dapat dicocokan di Prasasti Asoka yang juga menyebutkan mengirim Thera Mahinda ke Lanka Dipa, jadi catatan ini cocok padahal jaman dulu blm ada sms ato BBM untuk saling mencocokkan satu sama lain.
Untuk catatan tentang sejarah pengiriman Mahinda ke Sri Lanka, ini memang cocok. Beberapa keterangan tentang tokoh-tokoh bhikkhu seperti Moggalliputtatissa memang ada. Yang tidak cocok adalah kisah-kisah yang mencakup sekte seperti pemutusan sesatnya 17 aliran lain, dan seolah Moggalliputtatissa mengukuhkan "Theravada" sebagai satu-satunya ajaran yang benar.


Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #13 on: 11 December 2013, 03:03:59 PM »
Untuk catatan tentang sejarah pengiriman Mahinda ke Sri Lanka, ini memang cocok. Beberapa keterangan tentang tokoh-tokoh bhikkhu seperti Moggalliputtatissa memang ada. Yang tidak cocok adalah kisah-kisah yang mencakup sekte seperti pemutusan sesatnya 17 aliran lain, dan seolah Moggalliputtatissa mengukuhkan "Theravada" sebagai satu-satunya ajaran yang benar.
BENAR juga bro, karena karya Theravada  ;D
I'm an ordinary human only

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #14 on: 11 December 2013, 06:11:46 PM »
Untuk post berikutnya, jika anda bersikap sok tahu, tidak akan saya ladeni. Jika tidak sopan atau memberi informasi menyesatkan/tanpa referensi, akan saya hapus/pindahkan. Buddhisme Awal bukan tempat orang kekanak-kanakan ataupun sektarian fanatik, tapi untuk orang yang ingin mencari tahu kebenaran sejarah.

^^ Dengan ancaman dan kuasa anda sebagai global moderator DC, kiranya gw sudah tidak perlu lagi meneruskan.   


Tanggapan gw yg terakhir :

Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian. 

Apa ada yg salah dengan Komentar?  Visuddhimagga?  Sejarah Sektarian?
Apakah sebelumnya tidak ada komentar2 dan penjelasan yang lebih detail seperti yg ada di kitab komentar?  Sutta thok, Vinaya thok?  Dan bhikkhu2 Thera hanya menghafal buta dhamma-vinaya tanpa tahu seperti apa perinciannya?

Betapa kering dan hambarnya agama Buddha tanpa adanya komentar dan kitab yg katanya ditulis belakangan.
1.  Dari mana umat Buddha menjelaskan 31 alam kehidupan secara terperinci tanpa Abhidhamma?
2.  Usia alam2 surga (dewa) dari mana anda tahu?  Oh komentar Jataka, oh Abhidhamma. :whistle:
3.  Dari mana menjelaskan Mayadevi lahir ke mana setelah meninggal ?
4.  Dari mana umat Buddha menjelaskan riwayat 25 Sammasambuddha tanpa Buddhavamsa?
     Sepertinya gw pernah lihat nama anda dan om Indra (RIP) :( di buku itu (RAPB) ::)
5.  Dari mana menjelaskan penyebaran Theravada yg dibawa Anak Raja Asoka tanpa kitab sejarah semacam Dipavamsa? 
      Menurut sutta dan sejarah India mana yg bisa menjelaskan?
6. dst....

Itu baru sebagian kecil sejarah dan cerita Buddhis, dan nampaknya mulai ada tanda2 pemikiran ala Wahabi di buddhis yang anti segala macam "kitab kuning." :-?   Menarik untuk melihat bagaimana Khainyn Kutho menjawab dan menulis soal apapun di dc TANPA PERNAH menggunakan isi kitab komentar, ataupun Abhidhamma.  Semoga anda konsisten dan tidak mencla-mencle dengan keapriorian anda itu.


Kutipan Wikipedia:
According to traditional Sri Lankan chronicles (such as the Dipavamsa), Buddhism was introduced into Sri Lanka in the 4th century BCE by Venerable Mahinda, the son of Indian Emperor Ashoka, during the reign of Sri Lanka's King Devanampiya Tissa. During this time, a sapling of the Bodhi Tree was brought to Sri Lanka and the first monasteries and Buddhist monuments were established. Among these, the Isurumuni-vihaara and the Vessagiri-vihaara remain important centers of worship. He is also credited with the construction of the Pathamaka-cetiya, the Jambukola-vihaara and the Hatthaalhaka-vihaara, and the refectory. The Pali Canon, having previously been preserved as an oral tradition, was first committed to writing in Sri Lanka around 30 BCE.

Sri Lanka has the longest continuous history of Buddhism of any Buddhist nation, with the Sangha having existed in a largely unbroken lineage since its introduction in the 4th century (BCE).



Satu lagi....
;D Cukup manis anda yang "sangat berpengatahuan tentang sejarah sekte" prihatin terhadap saya. Terima kasih perhatiannya.

Gw bicara present, anda bicara past.  Jaka sembung bawa golok.... ^-^

Baca dan bandingkan yg gw tulis sebelumnya dengan Wiki, sesuai bukan?
.... Pada kenyataannya, secara umum scholar memang membagi 3 besar Buddhism yaitu tradisi Selatan (Theravada), Utara (Mahayana), yg kemudian pecah lagi menjadi Tantra/Vajrayana di daerah Tibet.  Tentu saja pembicaraan ini dalam konteks masa sekarang (present) bukan bicara sejarah masa lalu saat perpecahan2 terjadi (past).

Wiki: From a largely English language standpoint, and to some extent in most of Western academia, Buddhism is separated into two groups at its foundation: Theravāda literally, "the Teaching of the Elders" or "the Ancient Teaching," and Mahāyāna, literally the "Great Vehicle." The most common classification among scholars is threefold, with Mahāyāna itself between the traditional Mahāyāna teachings, and the Vajrayāna teachings which emphasize esotericism.


Last, terima kasih atas lemparan BRP anda.  Senang mengetahui dan menyaksikan bagaimana gaya diskusi anda di DC.

 _/\_
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #15 on: 12 December 2013, 09:57:02 AM »
^^ Dengan ancaman dan kuasa anda sebagai global moderator DC, kiranya gw sudah tidak perlu lagi meneruskan.   
Wah, saya cuma ajak diskusi dengan sopan dan pakai referensi, kenapa merasa terancam? Kecuali anda merasa diri seorang sektarian fanatik yang tidak sopan, dan bicara seenaknya, seharusnya tidak perlu merasa terancam.


Quote
Tanggapan gw yg terakhir :

Apa ada yg salah dengan Komentar?  Visuddhimagga?  Sejarah Sektarian?
Apakah sebelumnya tidak ada komentar2 dan penjelasan yang lebih detail seperti yg ada di kitab komentar?  Sutta thok, Vinaya thok?  Dan bhikkhu2 Thera hanya menghafal buta dhamma-vinaya tanpa tahu seperti apa perinciannya?
Oh, jadi mengatakan sesuatu muncul duluan dan belakangan berarti menyatakan "salah/benar" yah? ;D

Entahlah apa isi kepala anda, kalau saya sih tidak merasa begitu.


Quote
Betapa kering dan hambarnya agama Buddha tanpa adanya komentar dan kitab yg katanya ditulis belakangan.
1.  Dari mana umat Buddha menjelaskan 31 alam kehidupan secara terperinci tanpa Abhidhamma?
2.  Usia alam2 surga (dewa) dari mana anda tahu?  Oh komentar Jataka, oh Abhidhamma. :whistle:
3.  Dari mana menjelaskan Mayadevi lahir ke mana setelah meninggal ?
4.  Dari mana umat Buddha menjelaskan riwayat 25 Sammasambuddha tanpa Buddhavamsa?
     Sepertinya gw pernah lihat nama anda dan om Indra (RIP) :( di buku itu (RAPB) ::)
5.  Dari mana menjelaskan penyebaran Theravada yg dibawa Anak Raja Asoka tanpa kitab sejarah semacam Dipavamsa? 
      Menurut sutta dan sejarah India mana yg bisa menjelaskan?
6. dst....
Q: Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?
A: Buddhavamsa lah!
Q: Mana ada Amitabha dalam Buddhavamsa?
A: Amitabha mah ajaran SESAT!!
---
Q: Berapa jumlah alam?
A: Pasti 31, Abhidhamma udah menyatakannya.
Q: Tapi menurut Abhidharma aliran X ada 33
A: Yah Abhidharma laen mah SESAT, nambah-nambahin 2 alam!!
---
Q: Banyak bener perbedaan yah, jadi aliran yang mendekati Sangha Awal yang mana yah?
A: Udah jelas Dipavamsa bilang 17 aliran lain sesat, yang asli yah cuma satu.
Q: Tapi Sariputrapariprccha bilang semua aliran OK, beda pendekatan aja
A: Yah Sariputrapariprccha mah SESAT!!
---

 :whistle:


Quote
Itu baru sebagian kecil sejarah dan cerita Buddhis, dan nampaknya mulai ada tanda2 pemikiran ala Wahabi di buddhis yang anti segala macam "kitab kuning." :-?   Menarik untuk melihat bagaimana Khainyn Kutho menjawab dan menulis soal apapun di dc TANPA PERNAH menggunakan isi kitab komentar, ataupun Abhidhamma.  Semoga anda konsisten dan tidak mencla-mencle dengan keapriorian anda itu.
Saya sangat sering menggunakan komentar untuk membahas sutta & latar belakangnya (misalnya penjelasan perbedaan indriya Sariputta & Mahamoggallana dari komentar MN; atau kisah kepiting raksasa yang diinjak Bodhisatta waktu terlahir sebagai gajah dan akhirnya dibuat genderang dan kemudian dibuat perumpamaan berdasar genderang tersebut, itu diambil dari komentar Dhammapada, komentar Jataka, SN dan komentar SN). Dalam pembahasan kappa atau Buddha masa depan, saya juga menggunakan Buddhavamsa & Anagatavamsa. Untuk mengulas definisi istilah-istilah sulit, saya juga kadang menggunakan Abhidhamma.

Lucu sekali melihat anda menganggap saya seorang anti-komentar/literatur belakangan/Abhidhamma hanya karena saya menyatakan itu muncul belakangan. Saya tidak anti literatur manapun dari aliran manapun. Tapi kalau memang mau bahas, harus objektif dan netral, sesuai dengan konteks. Yang belakangan muncul akan saya katakan muncul belakangan.


Quote
Kutipan Wikipedia:
According to traditional Sri Lankan chronicles (such as the Dipavamsa), Buddhism was introduced into Sri Lanka in the 4th century BCE by Venerable Mahinda, the son of Indian Emperor Ashoka, during the reign of Sri Lanka's King Devanampiya Tissa. During this time, a sapling of the Bodhi Tree was brought to Sri Lanka and the first monasteries and Buddhist monuments were established. Among these, the Isurumuni-vihaara and the Vessagiri-vihaara remain important centers of worship. He is also credited with the construction of the Pathamaka-cetiya, the Jambukola-vihaara and the Hatthaalhaka-vihaara, and the refectory. The Pali Canon, having previously been preserved as an oral tradition, was first committed to writing in Sri Lanka around 30 BCE.

Sri Lanka has the longest continuous history of Buddhism of any Buddhist nation, with the Sangha having existed in a largely unbroken lineage since its introduction in the 4th century (BCE).

Dhammakaya, secara tradisi tidak terputus, ditahbiskan secara sah oleh bhikkhu tradisi Theravada, bisa dirunut silsilahnya. Berarti Dhammakaya itu murni Theravada, ajarannya persis tidak berubah, tidak ada penambahan atau pengurangan. Mengapakah? Karena tradisinya tidak terputus.

;D


Quote
Gw bicara present, anda bicara past.  Jaka sembung bawa golok....
Jaka Sembung berbaju ungu...

Spoiler: ShowHide
Dari dulu sampai sekarang, aliran Buddhis ada BUKAN karena perbedaan tempat berkembang. Baik Theravada, Mahayana, dan Vajrayana/Tantrayana, berkembang di daratan India. Dan sampai sekarangpun aliran lain sebetulnya masih ada (seperti Mulasarvastivada), hanya saja Buddhis di negara ini yang tidak tahu apa-apa selain 3 aliran tersebut.

Nyambung, dungu!



Quote
Last, terima kasih atas lemparan BRP anda.  Senang mengetahui dan menyaksikan bagaimana gaya diskusi anda di DC.
Kemarin saya hanya sekali klik ke seseorang, itupun GRP. Tapi sepertinya anda girang kalau diberi BRP, jadi saya kabulkan hari ini. Terima kasih kembali.


Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #16 on: 12 December 2013, 05:26:41 PM »
[at] Chandra Rasmi:

Beberapa penjelasan tentang aliran-aliran Buddhisme awal bisa dibaca di link yang saya berikan pada Reply #1 di atas

thanks linknya bro, hanya saja yg di link itu, saya agak bingung bacanya, karena susunannya menurut saya tidak beraturan. makanya saya nanya lagi. hehehe..

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #17 on: 12 December 2013, 05:49:25 PM »
[at] Kainyn Kutho

apa perbedaan aliran sthaviravada dan mahasanghika?


Quote
Sthaviravāda
      Pudgalavāda ('Personalist') (c. 280 BCE)
            Vatsīputrīya (during Aśoka) later name: Saṃmitīya
            Dharmottarīya
            Bhadrayānīya
            Sannāgarika
      Vibhajjavāda (prior to 240 BCE; during Aśoka)
            Theravāda (c. 240 BCE)
            Mahīśāsaka (after 232 BCE)
                Dharmaguptaka (after 232 BCE)
      Sarvāstivāda (c. 237 BCE)
            Kāśyapīya (after 232 BCE)
            Sautrāntika (between 50 BCE and c. 100 CE)
            Mūlasarvāstivāda (3rd and 4th centuries)
            Vaibhāṣika

Quote
Sekelompok orang dari Sthaviravada memisahkan diri membentuk Vibhajyavada, kemudian sebagian Vibhajyavada pergi ke Sri Lanka. Di Sri Lanka, berkembang menjadi 3 aliran utama di vihara berbeda: Abhayagirivihara, Mahavihara, dan Jetavanavihara. Jadi mana mungkin keduanya identik?

jadi setiap turunan kelompok tersebut, mempunyai ajaran2 yang berbeda? mengapa?




Quote
Yang saya sebut "sejarah sektarian" di atas, ini adalah salah satu contohnya. Pola pikir yang mayoritas beredar di kalangan Theravada bersumber dari Dipavamsa.

Dipavamsa ini mencatat -tidak tanggung-tanggung- kejadian era Buddha langsung. Diceritakan mengenai sewaktu Buddha mencapai penerangan sempurna, ia melihat Sri Lanka akan menjadi Dhammadipa (pulau dhamma), kemudian menyempatkan diri mampir ke sana membersihkan Yakkha dan Naga jahat agar bisa ditinggali manusia, dan atas permintaan Dewa, meninggalkan Siripada di puncak gunung. Kemudian pada masa mahaparinibbana, Buddha juga melihat pada hari itu juga Vijaya, manusia pertama memulai peradaban di Sri Lanka, maka secara khusus meminta Sakka pergi ke sana melindunginya, dan Sakka menugaskan Deva Uppalavana.

Jauh di depan, ada kisah konsili ke 2 di mana Vajjiputtaka korting vinaya, dikeluarkan dan membentuk Mahasanghika. Kemudian juga mengindikasikan bahwa Moggalliputtatissa adalah "Theravada" dan merumuskan semua kesesatan aliran lain dalam kathavatthu, kitab Abhidhamma ke 4. Kemudian berlanjut tentang tokoh-tokoh yang diutus, salah satunya ke Sri Lanka, yang intinya menekankan pada "kemurnian ajaran" dan "kemurnian silsilah" yang tak terputus sejak jaman Buddha.

Nyaman dengan kisah tersebut? Sepenuhnya sah. Namun jika ingin mengetahui fakta sejarah, anda harus berlapang-dada merelakan kenyamanan tersebut.

Quote
Secara historis, isi Dipavamsa yang bisa dianggap lumayan tepat adalah setelah masa kematian Asoka ke belakang saja.
Untuk masa Asoka, terutama tentang konsili 3, sudah meragukan. Dipavamsa mencatat bahwa ada 18 sekte, 17 sekte "sesat" (karena bersifat memecah-belah bagaikan duri pada pohon) dan hanya 1 sekte yang diakui, tidak bersifat memecah-belah, paling unggul, dan lengkap seperti ajaran Sang Penakluk, tidak lebih dan tidak kurang (yang pastinya kita tahu sekte mana). Namun secara bukti peninggalan sejarah, konsili 3 hanya mengurus para bhikkhu yang memanfaatkan kebhikkhuan untuk mendapatkan kekayaan (sebab Asoka adalah pendukung Buddhisme yang dermawan), yang korup-korup itu sudah dibuat memakai jubah awam, dan sangha kembali "bersih". Tidak ada menyinggung adanya aliran-aliran yang "sesat" vs "asli". Dan kenyataannya, aliran-aliran lain tetap saja berkembang di India, termasuk kemunculan dan penyebaran gerakan Mahayana. Sarvastivada sendiri bahkan sempat menjalankan konsili 4 di Kashmir.

Mundur ke konsili 2, Mahasanghika yang dikenal sebagai koruptor 10 point vinaya itu, ternyata sampai sekarang melestarikan vinayanya yang sama sekali tidak menghilangkan 10 point itu. Dan "ironisnya", dilihat dari penyusunannya, para sarjana Buddhis menilai penyusunan vinaya Mahasanghika adalah format yang paling tua [dengan format seperti Ekottarika Agama] dan tidak/sedikit diubah.
Jadi menyamakan Vajjiputtaka dan Mahasanghika adalah suatu kesalahan, entah sengaja atau tidak.

Mundur lagi ke jaman Buddha, merujuk ke Kanon Pali (dan komentar), tidak ada disinggung tentang ramalan Buddha mengenai dhammadipa ataupun kunjungan yang meninggalkan Siripada tersebut.

Quote
Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.

Sedangkan Pencatatan tsb diawali dengan Kunjungan pertama sang Buddha sekitar 8 bulan setelah pencapaian keBuddhaan nya, yaitu ke Nagadipa (pulau kecil sekali di utara Sri Lanka, pulau tsb berada diantara India dan Sri Lanka), dst hingga kunjungan 2 Mahiyangana, kunjungan 3 (Siripada, Kalaniya/Kelaniya), dan ramalan sang Buddha kelak Sri Lanka menjadi pulau yang bertugas menjaga keaslian Dhamma (maka dari itu mereka selalu bersikeras bahwa merekalah yang menjaga keaslian ajaran Dhamma ^:)^ )

Catatan Dipavamsa menyebutkan kedatangan Thera Mahinda yang merupakan anak kandung raja Asoka untuk membawa ajaran Sang Buddha ke Sri Lanka dan mengembangkan disana, juga dapat dicocokan di Prasasti Asoka yang juga menyebutkan mengirim Thera Mahinda ke Lanka Dipa, jadi catatan ini cocok padahal jaman dulu blm ada sms ato BBM untuk saling mencocokkan satu sama lain.


wuahh... sy baru tau ada byk kisah menarik. hhahha... dari dulu tuh waktu sekolah, buku yang dipegang cuma satu, riwayat hidup buddha gotama. tapi kayaknya ndak ada crita spy yang anda-anda paparkan diatas. trus drmn anda-anda sekalian menilai ada yang cocok dan ada yang tidak cocok?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #18 on: 13 December 2013, 10:47:50 AM »
[at] Kainyn Kutho

apa perbedaan aliran sthaviravada dan mahasanghika?
Mengenai penyebab perpecahan, tidak ada yang tahu hal apa yang menyebabkan mereka berbeda jalan. Mengenai vinaya, pihak Sthaviravada mengatakan Mahasanghika mau memangkas vinaya, sedangkan pihak Mahasanghika mengatakan Sthaviravada mau menyisipkan vinaya baru. Tapi kalau dilihat dari Pratimoksha-nya, tidak juga ada perbedaan berarti dalam peraturan-peraturan mayor, paling beda soal minor (yang saya ingat ukuran kain untuk luka dan sejenisnya). IMO, sepertinya pembeda mereka bukan dari vinaya.

Dari segi ajaran, Mahasanghika juga menggunakan sistem matika dharma (=metode seperti di abhidharma) dan juga menyusun abhidharmanya sendiri, tapi tidak mengotorisasinya sebagai "sabda" Buddha ataupun doktrin inti. Bagi mereka dharma bukanlah sesuatu yang bisa "diukur/dijelaskan" secara definitif oleh bahasa yang adalah kebenaran konvensional (samvrti dharma) semata.

Sthaviravada di lain pihak, mengotorisasi sistem matika itu sebagai doktrin inti, di samping vinaya & sutra. Salah satu pecahan Sthaviravada, Sarvastivada, memiliki Abhidharma yang masih lengkap terlestari. Ketujuh buku ini mereka kategorikan sebagai sastra, karya siswa Buddha (baik siswa langsung seperti Sariputra, Mahakausthila, Mahamaudgalyayana, Purna Maitriyaniputra; maupun siswa tidak langsung di masa belakangan seperti Vasumitra, Devasarman, dan Katyayaniputra), kontras dengan Abhidhamma Mahavihara yang kita kenal sekarang, yang diklaim sebagai ajaran langsung Buddha di Tavatimsa.

Namun kalau dibilang pembedanya hanya karena otorisasi Abhidharma, sepertinya tidak juga, sebab turunan dari Sarvastivada juga ada yang tidak mengotorisasinya. Jadi sebetulnya memang rumit. Tidak bisa ditentukan secara sederhana.


Quote
jadi setiap turunan kelompok tersebut, mempunyai ajaran2 yang berbeda? mengapa?
Kalau dalam masa Sangha Buddha, ketika ada permasalahan baru, tinggal dibawa ke hadapan Buddha, maka diselesaikan langsung. Setelah Buddha parinirvana, masih ada siswa-siswa langsung yang terkenal dan memang dipuji oleh Buddha. Apa yang mereka putuskan akan dipatuhi oleh para siswa lainnya. Namun seiring waktu, para siswa yang dihormati itu juga meninggal/parinirvana. Ketika terjadi perbedaan pendapat, karena tidak ada satu otoritas yang menentukan, maka bisa terjadi perbedaan penafsiran yang membawa pada perbedaan aplikasi ajaran dalam kehidupan itu sendiri. Makin jauh ke belakang, tentu penafsirannya juga jadi lebih berbeda lagi, akhirnya muncullah cabang-cabang aliran ini.

Dan perlu diketahui satu hal yang menyejukkan pada masa sekte awal adalah walaupun mereka bisa saling berdebat sengit masalah ajaran, mereka tidak saling menunjuk sesat atau bahkan menunggangi kekuatan politik untuk menekan kelompok lain. Karena iklim yang kondusif untuk bebas berpendapat dan berdebat ini maka kelompok-kelompok baru juga bisa muncul dan berkembang dengan pendapatnya sendiri sampai akhirnya menjadi sekte baru.


Quote
wuahh... sy baru tau ada byk kisah menarik. hhahha... dari dulu tuh waktu sekolah, buku yang dipegang cuma satu, riwayat hidup buddha gotama. tapi kayaknya ndak ada crita spy yang anda-anda paparkan diatas. trus drmn anda-anda sekalian menilai ada yang cocok dan ada yang tidak cocok?

Di sini pembahasannya lebih pada sejarah apa adanya saja. Untuk mana ajaran cocok dan tidak cocok, sepenuhnya subjektif masing-masing orang. Tapi ada baiknya walau sudah cocok dengan satu sekte, lihatlah sekte lain dari sudut netral untuk dibandingkan, jangan berpikiran sempit melihat semua eksklusif sektenya sendiri.
Saya sendiri melihat semua doktrin sektarian awal, masing-masing punya landasan yang sangat masuk akal, bukan asal cuap-cuap.

« Last Edit: 13 December 2013, 10:52:03 AM by Kainyn_Kutho »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #19 on: 13 December 2013, 11:51:06 AM »
 [at] KK:

Maaf, kalo boleh OOT sejenak, mau nanya, menurut om KK, apa manfaatnya kita mempelajari sejarah perpecahan Buddhisme awal dan pembentukan sekte2 ini atau secara umum studi tentang Buddhisme awal ini apa sih manfaatnya bagi kemajuan spiritual? Apakah bisa membawa pada akhir dukkha seperti yang diamanatkan Sang Buddha?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #20 on: 13 December 2013, 01:59:34 PM »
[at] KK:

Maaf, kalo boleh OOT sejenak, mau nanya, menurut om KK, apa manfaatnya kita mempelajari sejarah perpecahan Buddhisme awal dan pembentukan sekte2 ini atau secara umum studi tentang Buddhisme awal ini apa sih manfaatnya bagi kemajuan spiritual? Apakah bisa membawa pada akhir dukkha seperti yang diamanatkan Sang Buddha?
Begitu kita omong akhir duhkha/dukkha, "nirvana/nibbana" saja, sebetulnya persepsi dan konsep tiap orang sudah berbeda. Berbagai aliran juga berbeda-beda definisinya. Jadi kalau ditanyakan, "apakah belajar aliran X bisa membawa pada Nirvana versi aliran Y?", jawabnya pasti ga bisa.

Tujuan membahas aliran-aliran awal ini, IMO adalah memperluas wawasan, mendapatkan hal-hal yang mungkin saja selama ini tidak ditemukan dalam sekte yang kita pelajari.

Contohnya saya dulu melihat kehidupan di alam-alam menurut Theravada, berdasarkan kelipatan umurnya biasanya tiap naik satu tingkat dikali 2 atau 4, tapi kenapa dari Subhakinha (Jhana 3 tertinggi) ke Jhana 4 (Vehaphala/Asannasatta) lompatnya jauh sekali langsung kelipatan 8 dari 64 MK langsung 500 MK. Di "Mahayana" ternyata ada tambahan lagi, namun masuk ke Suddhavasa (di atas Akanittha), jadi tidak menjawab. Belakangan saya baru tahu ternyata di Sarvastivada mencatat ada Anabhraka & Punyaprasava di Jhana 4 dengan umur 125 & 250 MK. Klop dengan yang saya cari. Walaupun tetap saja yang mana yang benar tidak tahu, tapi menimal menambah khazanah pengetahuan.

Selain itu, dengan membandingkan berbagai aliran, kita bisa melihat bagaimana kesamaan dan perbedaan antar aliran, melihat latar belakang pembentukannya, sehingga bisa mendapatkan gambaran kira-kira Ajaran Buddha dan Sangha Awal, sebelum diinterpretasikan secara berbeda (oleh para siswa belakangan) dan terpecah menjadi aneka aliran.

Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #21 on: 13 December 2013, 02:33:06 PM »
 [at] Kai... Jika kata-nya sthaviravada dan Theravada itu berbeda... dimana-kah perbedaannya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #22 on: 13 December 2013, 02:35:28 PM »

Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.


malah ada 4 cara kalau merujuk ke Yuganadha Sutta...

-------------------------------

Anguttara Nikaya 4.170
Yuganaddha Sutta
Berpasangan

Pada suatu waktu YM Ānanda sedang tinggal di Kosambi, di Vihara di Taman Ghosita. Disana beliau berbicara pada para bhikkhu, "Teman-teman!"

"Ya, teman," jawab para bhikkhu.

YM Ananda berkata: "Teman-teman, siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya didepan hadapanku, mereka semua melalui satu dari empat jalan. Apakah empat itu?

(1) "Ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Seiring dia mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(2) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(3) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan bersama-sama dengan pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(4) "Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Komentar: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya dihadapanku, mereka semua melakukannya melalui salah satu dari empat jalan ini.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #23 on: 13 December 2013, 02:48:47 PM »
[at] Kai... Jika kata-nya sthaviravada dan Theravada itu berbeda... dimana-kah perbedaannya ?
Sudah saya singgung sebelumnya:

Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian. 


malah ada 4 cara kalau merujuk ke Yuganadha Sutta...

-------------------------------

Anguttara Nikaya 4.170
Yuganaddha Sutta
Berpasangan

Pada suatu waktu YM Ānanda sedang tinggal di Kosambi, di Vihara di Taman Ghosita. Disana beliau berbicara pada para bhikkhu, "Teman-teman!"

"Ya, teman," jawab para bhikkhu.

YM Ananda berkata: "Teman-teman, siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya didepan hadapanku, mereka semua melalui satu dari empat jalan. Apakah empat itu?

(1) "Ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Seiring dia mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(2) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(3) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan bersama-sama dengan pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(4) "Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Komentar: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya dihadapanku, mereka semua melakukannya melalui salah satu dari empat jalan ini.
;D
Bagaimana bang dilbert mengartikan sutta tersebut sehubungan dengan pendapat praktisi sekarang?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #24 on: 13 December 2013, 03:17:09 PM »
Begitu kita omong akhir duhkha/dukkha, "nirvana/nibbana" saja, sebetulnya persepsi dan konsep tiap orang sudah berbeda. Berbagai aliran juga berbeda-beda definisinya. Jadi kalau ditanyakan, "apakah belajar aliran X bisa membawa pada Nirvana versi aliran Y?", jawabnya pasti ga bisa.

IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?

Quote
Tujuan membahas aliran-aliran awal ini, IMO adalah memperluas wawasan, mendapatkan hal-hal yang mungkin saja selama ini tidak ditemukan dalam sekte yang kita pelajari.

Contohnya saya dulu melihat kehidupan di alam-alam menurut Theravada, berdasarkan kelipatan umurnya biasanya tiap naik satu tingkat dikali 2 atau 4, tapi kenapa dari Subhakinha (Jhana 3 tertinggi) ke Jhana 4 (Vehaphala/Asannasatta) lompatnya jauh sekali langsung kelipatan 8 dari 64 MK langsung 500 MK. Di "Mahayana" ternyata ada tambahan lagi, namun masuk ke Suddhavasa (di atas Akanittha), jadi tidak menjawab. Belakangan saya baru tahu ternyata di Sarvastivada mencatat ada Anabhraka & Punyaprasava di Jhana 4 dengan umur 125 & 250 MK. Klop dengan yang saya cari. Walaupun tetap saja yang mana yang benar tidak tahu, tapi menimal menambah khazanah pengetahuan.

Selain itu, dengan membandingkan berbagai aliran, kita bisa melihat bagaimana kesamaan dan perbedaan antar aliran, melihat latar belakang pembentukannya, sehingga bisa mendapatkan gambaran kira-kira Ajaran Buddha dan Sangha Awal, sebelum diinterpretasikan secara berbeda (oleh para siswa belakangan) dan terpecah menjadi aneka aliran.

Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.



Kalo menambah pengetahuan, saya setuju, tetapi apakah ada manfaat praktis dari pengetahuan seperti ini? Dengan kata lain, apakah pengetahuan tentang Buddhisme awal bisa mendukung praktek sebagai seorang Buddhis?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #25 on: 13 December 2013, 03:43:15 PM »
IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?
Benar. Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias.
Di sini tujuannya adalah meminimalisasi bias. Pendeknya, daripada menafsirkan tafsiran dari tafsiran dari tafsiran dari tafsiran, lebih baik menafsirkan tafsiran.


Quote
Kalo menambah pengetahuan, saya setuju, tetapi apakah ada manfaat praktis dari pengetahuan seperti ini? Dengan kata lain, apakah pengetahuan tentang Buddhisme awal bisa mendukung praktek sebagai seorang Buddhis?
Tentu pengetahuan teori Buddhisme Awal bisa sangat mendukung praktek sebagai seorang Buddhis "yang memiliki pandangan sesuai Buddhisme Awal".


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #26 on: 13 December 2013, 04:31:33 PM »
Benar. Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias.
Di sini tujuannya adalah meminimalisasi bias. Pendeknya, daripada menafsirkan tafsiran dari tafsiran dari tafsiran dari tafsiran, lebih baik menafsirkan tafsiran.

Bagaimana caranya meminimalkan bias dalam studi Buddhisme awal? Mengingat "Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias"

Quote
Tentu pengetahuan teori Buddhisme Awal bisa sangat mendukung praktek sebagai seorang Buddhis "yang memiliki pandangan sesuai Buddhisme Awal".

Maaf, bisa dalam bentuk contoh yang konkrit?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #27 on: 13 December 2013, 05:43:49 PM »
Bagaimana caranya meminimalkan bias dalam studi Buddhisme awal? Mengingat "Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias"
Misalkan ada satu sumber lagi bicara didengarkan 10 orang, A, B, C, ... , J. Setiap orang menceritakannya kepada orang lain, A ke A1, B ke B1, ... , J ke J1. Kemudian diceritakan lagi ke orang lain, dan diceritakan lagi sampai kita dapat A10, B10, C10, ... , J10, yang masing-masing ngomongnya sangat jauh berbeda. Lalu bagaimana mengetahui apa yang dikatakan si sumber? Pilih salah satu dari 10 orang terakhir itu dan mengimaninya? Sah-sah saja.

Namun kalau saya pribadi akan mencoba melihat dan membandingkan semua rantai (A, B, C, ... , J) dan semua perubahan (1, 2, 3, ... 10), membandingkannya. Pada akhirnya, hasil yang didapat pun belum tentu persis seperti yang dikatakan si sumber, namun setidaknya bisa menilai lebih akurat.


Quote
Maaf, bisa dalam bentuk contoh yang konkrit?
Saya pikir salah satu contoh manfaatnya adalah sebagai sarana menilai diri: "apakah selama ini saya memiliki saddha yang bermanfaat, ataukah sekadar sikap fanatik membuta?"


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #28 on: 13 December 2013, 05:59:21 PM »
 [at] KK: Ok, thx.... ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #29 on: 13 December 2013, 06:28:03 PM »
Sudah saya singgung sebelumnya:

;D
Bagaimana bang dilbert mengartikan (yuganadha) sutta tersebut sehubungan dengan pendapat praktisi sekarang?


mungkin beberapa praktisi belum pernah membaca Yuganadha sutta, jadi merasa yang dijalani-nya adalah yang PALING BENAR, yang lain SALAH. hehehehe
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #30 on: 13 December 2013, 06:37:27 PM »
[at] KK: Ok, thx.... ;D
:)

mungkin beberapa praktisi belum pernah membaca Yuganadha sutta, jadi merasa yang dijalani-nya adalah yang PALING BENAR, yang lain SALAH. hehehehe
Saya yakin kebanyakan mereka sudah baca kok, hanya saja punya interpretasi yang berbeda sendiri atau mungkin diabaikan.   :D


Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #31 on: 13 December 2013, 09:43:46 PM »
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?

Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?

Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.

menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?

_______________
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian dan jhana ketenangan itu beriringan.
« Last Edit: 13 December 2013, 10:07:16 PM by dhammadinna »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #32 on: 14 December 2013, 08:26:19 AM »
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?

IMO, yang digunakan adalah sutta-sutta awal dalam empat Nikaya dan padanannya dalam Agama Sutra serta bisa juga mengacu pada teks-teks belakangan (komentar, Abhidhamma/Abhidharma, dst) yang tidak bertentangan dengan sutta-sutta awal.

Quote
Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?

Jhana kayaknya gak masalah karena definisi standar konsentrasi benar (samma-samadhi) dari JMB8 adalah keempat jhana

Quote
Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.

menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?

Setahuku ketenangan memang benar = samatha, yaitu samma-samadhi, tetapi utk vipassana (pandangan terang) seharusnya = pandangan benar (samma ditthi) bukan satipatthana karena 4 satipatthana adalah definisi standar utk samma-sati (lihat http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_45.8:_Vibhanga_Sutta).

Karena satipatthana adalah samma-sati yang jika dikembangkan bisa mendukung samma-samadhi (lihat MN 117 Mahacattarisaka Sutta), maka IMO seharusnya satipatthana juga termasuk latihan samatha.

Quote
_______________
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian dan jhana ketenangan itu beriringan.

Benar, perhatian benar atau satipatthana jika dikembangkan mendukung pada konsentrasi benar atau samatha. Setelah mencapai konsentrasi benar yang adalah jhana-jhana, seseorang baru bisa mengembangkan pandangan benar pada tahapan yang lebih tinggi (disebut pandangan benar/vipassana) dengan pikiran yang terkonsentrasi penuh dalam jhana melihat dukkha, sebab dukkha, akhir dukkha dan jalan menuju akhir dukkha (seperti yang disebutkan dalam sistem pelatihan bertahap dalam banyak sutta awal).

Ketenangan dan pandangan terang itu seharusnya beriringan spt dlm AN 2.31:

“Para bhikkhu, kedua hal ini berhubungan dengan pengetahuan sejati.<249> Apakah dua ini? Ketenangan dan pandangan terang. Ketika ketenangan terkembang, manfaat apakah yang dialami seseorang? Pikirannya terkembang. Ketika pikirannya terkembang, manfaat apakah yang ia alami? Nafsu ditinggalkan. Ketika pandangan terang terkembang, manfaat apakah yang ia alami? Kebijaksanaan terkembang. Ketika kebijaksanaan terkembang, manfaat apakah yang ia alami? Ketidak-tahuan ditinggalkan.<250>

“Pikiran yang dikotori oleh nafsu adalah tidak terbebaskan, dan kebijaksanaan yang dikotori oleh ketidak-tahuan adalah tidak terkembang. Demikianlah, para bhikkhu, melalui meluruhnya nafsu maka ada kebebasan pikiran, dan melalui meluruhnya ketidak-tahuan maka ada kebebasan melalui kebijaksanaan.”<251>


Mereka yang hanya memiliki ketenangan saja atau pandangan terang saja pun dianjurkan untuk menyelami sisi pengembangan yang tidak ada tsb spt dlm AN 4.94:

“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini? (1) Di sini, seseorang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena. [94] (2) Seseorang lainnya memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. (3) Seseorang lainnya lagi tidak memperoleh memperoleh ketenangan pikiran internal juga tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena. (4) Dan seorang lainnya lagi memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena.

(1) “Para bhikkhu, seorang yang di antara mereka yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena harus mendatangi seorang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena dan bertanya kepadanya: ‘Bagaimanakah, teman, fenomena-fenomena terkondisi itu harus dilihat? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu diperiksa? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu dilihat melalui pandangan terang?’ Kemudian orang itu akan menjawabnya sesuai dengan apa yang ia lihat dan pahami sehubungan dengan hal tersebut sebagai berikut: ‘Fenomena-fenomena terkondisi harus dilihat dengan cara demikian, diperiksa dengan cara demikian, dilihat melalui pandangan terang dengan cara demikian.’<788> Maka, beberapa lama kemudian, ia memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena.

(2) Seorang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal harus mendatangi seorang yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan bertanya kepadanya: ‘Bagaimanakah, teman, pikiran dikokohkan? Bagaimanakah pikiran ditenangkan? Bagaimanakah pikiran dipersatukan? Bagaimanakah pikiran dikonsentrasikan?’ Kemudian orang itu akan menjawabnya sesuai dengan apa yang ia lihat dan pahami sehubungan dengan hal tersebut sebagai berikut: ‘Pikiran harus dikokohkan dengan cara demikian, ditenangkan dengan cara demikian, dipersatukan dengan cara demikian, dikonsentrasikan dengan cara demikian.’<789> Maka, beberapa lama kemudian, ia memperoleh memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena serta ketenangan pikiran internal.

(3) “Seorang yang tidak memperoleh memperoleh ketenangan pikiran internal juga tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena harus mendatangi seorang yang memperoleh keduanya dan bertanya kepadanya: ‘‘Bagaimanakah, teman, pikiran dikokohkan? Bagaimanakah pikiran ditenangkan? Bagaimanakah pikiran dipersatukan? Bagaimanakah pikiran dikonsentrasikan? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu harus dilihat? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu diperiksa? Bagaimanakah fenomena-fenomena terkondisi itu dilihat melalui pandangan terang?’ Kemudian orang itu akan menjawabnya sesuai dengan apa yang ia lihat dan pahami sehubungan dengan hal tersebut sebagai berikut: ‘Pikiran harus dikokohkan dengan cara demikian, ditenangkan dengan cara demikian, dipersatukan dengan cara demikian, dikonsentrasikan dengan cara demikian. Fenomena-fenomena terkondisi harus dilihat dengan cara demikian, diperiksa dengan cara demikian, dilihat melalui pandangan terang dengan cara demikian.’ Maka, beberapa lama kemudian, [95] ia memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena.

(4) “Seorang yang memperoleh ketenangan pikiran internal serta memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi ke dalam fenomena-fenomena harus mendasarkan dirinya pada kualitas-kualitas bermanfaat yang sama itu untuk berusaha lebih jauh untuk mencapai hancurnya noda-noda.

“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #33 on: 14 December 2013, 09:05:44 AM »
^ ^ ^

i c.. Thanks atas tambahan perspektifnya.. Nanti saya renungkan..

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #34 on: 14 December 2013, 12:31:56 PM »
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?

Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?

Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.

menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?

_______________
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian dan jhana ketenangan itu beriringan.

cara-nya utk mencapai Jhana bukan-kah dengan fokus ke satu objek ? atau bukan ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #35 on: 14 December 2013, 02:13:32 PM »


Saya pikir salah satu contoh manfaatnya adalah sebagai sarana menilai diri: "apakah selama ini saya memiliki saddha yang bermanfaat, ataukah sekadar sikap fanatik membuta?"



saddha bermanfaat yang bagaimana maksudnya?

IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?

jangankan yang sektarian atau yang pra sektarian atau apa. sy mau tanya, apakah sudah ada yang pernah capai nibbana hanya dengan ajaran2 yang ada selama ini dari sutta dll?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #36 on: 14 December 2013, 02:27:29 PM »
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?
Kita di sini mempelajari Buddhisme Awal bukan menentukan mana sahih mana tidak, mana benar mana salah, tapi memahami yang mana ajaran awal, yang mana interpretasi belakangan, mengapa bisa muncul interpretasi demikian. Jadi hanya seputar informasi dan fakta saja, bukan semacam satu "sekte" baru bermerk Buddhisme Awal.


Quote
Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?

Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.

menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?
Ini yang menarik. Mungkin ada yang bisa info di sini teks rujukan asal mula yang menyatakan Samatha/Vipassana sebagai jenis meditasi?


Quote
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian dan jhana ketenangan itu beriringan.
Kalau dari sutta, memang samma samadhi merujuk pada jhana, khususnya jhana 4, dan itu memiliki 4 faktor: kemurnian perhatian (satiparisuddhi), kemurnian keseimbangan, perasaan bukan-menyakitkan-bukan-menyenangkan, konsentrasi.

Saya ada buat catatan perbandingan jhana-jhana menurut Sutta (kanon Pali), Abhidhamma Theravada, dan Abhidharma Sarvastivada. Bisa diperhatikan perbedaannya.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #37 on: 14 December 2013, 02:30:10 PM »
cara-nya utk mencapai Jhana bukan-kah dengan fokus ke satu objek ? atau bukan ?

afaik, yes.. (Imho, dengan fondasi sila + perhatian ya.. Karena konsentrasi tidak bisa dipaksakan)

Maksud postingan saya sebelumnya, itu hanya mau konfirm aja apakah ada penafsiran yg kurang tepat dalam ranah Buddhisme Awal atau tidak.
« Last Edit: 14 December 2013, 02:35:09 PM by dhammadinna »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #38 on: 14 December 2013, 02:36:27 PM »
saddha bermanfaat yang bagaimana maksudnya?
Yang berdasarkan kebenaran dan pemahaman, bukan "katanya-katanya" dan digenggam secara membuta.


Quote
jangankan yang sektarian atau yang pra sektarian atau apa. sy mau tanya, apakah sudah ada yang pernah capai nibbana hanya dengan ajaran2 yang ada selama ini dari sutta dll?
Kalau untuk kemajuan batin, itu seharusnya memang urusan masing-masing. Jika belajar Buddhisme tentu tahu ada yang namanya Pratyeka/Pacceka Buddha, yang tidak belajar Buddhisme namun merealisasi Nirvana.

Yang perlu benar-benar dipahami secara objektif: mempelajari hal-hal seperti 32 tanda manusia besar, proses kelahiran kembali, bahkan teori karma, semua juga sama tidak-membawa-pada-pencerahannya dengan belajar perbandingan doktrin.

Hanya saja, jangan sampai standard ganda, kalau belajar dongeng yang menguatkan kehebatan sekte sendiri dianggap bermanfaat, namun belajar sejarah yang mengungkap fakta dijegal dan dipertanyakan manfaatnya dengan ketat. Ini juga sifat kekanak-kanakan, dan saya harap tidak terjadi di sini.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #39 on: 14 December 2013, 02:48:52 PM »
jangankan yang sektarian atau yang pra sektarian atau apa. sy mau tanya, apakah sudah ada yang pernah capai nibbana hanya dengan ajaran2 yang ada selama ini dari sutta dll?

Harus dengan kemahatahuan seorang sammasambuddha utk me-mindai (scan) seluruh makhluk di 31 alam baru bisa dijawab...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #40 on: 14 December 2013, 03:13:05 PM »
Kita di sini mempelajari Buddhisme Awal bukan menentukan mana sahih mana tidak, mana benar mana salah,

* tapi memahami yang mana ajaran awal, yang mana interpretasi belakangan,

* * mengapa bisa muncul interpretasi demikian.

dari yang saya pahami, kalau yang * , cukup patokan ke sutta saja kalau mau tau ajaran awal..

Tapi kalau yang * * , memang perlu peninjauan ke variasi interpretasi / sekte.
« Last Edit: 14 December 2013, 03:15:06 PM by dhammadinna »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #41 on: 14 December 2013, 03:34:57 PM »
dari yang saya pahami, kalau yang * , cukup patokan ke sutta saja kalau mau tau ajaran awal..

Tapi kalau yang * * , memang perlu peninjauan ke variasi interpretasi / sekte.
Secara kasarnya, memang patokan ajaran yang awal kalau dari kanon Pali adalah DN, MN, SN, AN, Suttanipata, Dhammapada, Udana, Itivuttaka, Theragatha, Therigatha, dan sebagian Jataka. Namun dalam pembahasan lebih terperinci oleh para sarjana Buddhis, ditemukan juga sutta-sutta yang diduga disisipkan konten tertentu.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #42 on: 14 December 2013, 03:47:02 PM »
dari yang saya pahami, kalau yang * , cukup patokan ke sutta saja kalau mau tau ajaran awal..

Tapi kalau yang * * , memang perlu peninjauan ke variasi interpretasi / sekte.

kalau saya, kecuali ada yang bisa membuktikan ada yang lebih awal dari theravada (khusus-nya 4 nikaya awal), maka sampai saat ini seharus-nya 4 nikaya awal yang paling awal.

(walaupun ada klaim dari Sekte Tiantai bahwa Avatamsaka Sutra adalah Sutra yang dibabarkan lebih dahulu dibandingkan dengan Dhammacakkapavatana Sutta).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #43 on: 16 December 2013, 09:04:54 AM »
kalau saya, kecuali ada yang bisa membuktikan ada yang lebih awal dari theravada (khusus-nya 4 nikaya awal), maka sampai saat ini seharus-nya 4 nikaya awal yang paling awal.

(walaupun ada klaim dari Sekte Tiantai bahwa Avatamsaka Sutra adalah Sutra yang dibabarkan lebih dahulu dibandingkan dengan Dhammacakkapavatana Sutta).
Bukan hanya Avatamsaka Sutra, namun semua teks yang memiliki setting "khotbah Buddha" pasti disertai klaim sebagai teks awal oleh penganutnya. Bagaimana caranya teks awal tidak muncul pada masa awal, masing-masing punya cerita pembenarannya sendiri yang biasanya berkisar kisah gegabahnya otoritas pencatat melewatkan teks itu atau kisah "rahasia-rahasiaan" eksklusif untuk kelompok tertentu. Semua teks Mahayana, termasuk Avatamsaka Sutra ini, munculnya tidak lebih awal dari abad 1 SM.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #44 on: 16 December 2013, 11:49:03 AM »
Bukan hanya Avatamsaka Sutra, namun semua teks yang memiliki setting "khotbah Buddha" pasti disertai klaim sebagai teks awal oleh penganutnya. Bagaimana caranya teks awal tidak muncul pada masa awal, masing-masing punya cerita pembenarannya sendiri yang biasanya berkisar kisah gegabahnya otoritas pencatat melewatkan teks itu atau kisah "rahasia-rahasiaan" eksklusif untuk kelompok tertentu. Semua teks Mahayana, termasuk Avatamsaka Sutra ini, munculnya tidak lebih awal dari abad 1 SM.



Berarti 4 nikaya awal itu dokumentasi yang paling awal yang bisa di-trace ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #45 on: 16 December 2013, 04:31:28 PM »
Berarti 4 nikaya awal itu dokumentasi yang paling awal yang bisa di-trace ?
Ya, paralel dari 4 Nikaya awal (=Agama Sutra) ditemukan di semua aliran awal dan memang di-trace sebagai "akar" dari teks-teks lain yang muncul belakangan. Selain itu juga bisa di-trace pratimoksha/patimokkha antara sekte-sekte yang sangat mirip. Untuk vinaya, isinya juga "tua", tapi penyusunannya dilakukan belakangan jadi susunan dan pembagian antara aliran berbeda.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #46 on: 17 December 2013, 12:41:14 PM »
Ya, paralel dari 4 Nikaya awal (=Agama Sutra) ditemukan di semua aliran awal dan memang di-trace sebagai "akar" dari teks-teks lain yang muncul belakangan. Selain itu juga bisa di-trace pratimoksha/patimokkha antara sekte-sekte yang sangat mirip. Untuk vinaya, isinya juga "tua", tapi penyusunannya dilakukan belakangan jadi susunan dan pembagian antara aliran berbeda.


itu kalau kajian dari kronologis-nya... kalau kajian dari isi-nya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #47 on: 17 December 2013, 03:37:59 PM »
itu kalau kajian dari kronologis-nya... kalau kajian dari isi-nya ?

Kalau dari isi, sama juga bisa dibandingkan antara satu dengan lainnya sesuai kemunculan, maka bisa diperkirakan latar belakangnya. Misalnya konsep Dasa Parami yang tidak ada pada masa Buddhisme Awal, namun muncul belakangan kira-kira sejaman dengan konsep Sad Paramita dari Mahayana, maka bisa diperkirakan adalah sebuah reaksi terhadap, atau adaptasi dari Mahayana.


Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #48 on: 17 December 2013, 03:54:45 PM »
Secara kasarnya, memang patokan ajaran yang awal kalau dari kanon Pali adalah DN, MN, SN, AN, Suttanipata, Dhammapada, Udana, Itivuttaka, Theragatha, Therigatha, dan sebagian Jataka. Namun dalam pembahasan lebih terperinci oleh para sarjana Buddhis, ditemukan juga sutta-sutta yang diduga disisipkan konten tertentu.

yang diduga disisipkan yang mana aja, bro?

*kalau ada link-nya, share aja. Nanti ta' baca sendiri..

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #49 on: 17 December 2013, 04:05:23 PM »
yang diduga disisipkan yang mana aja, bro?

*kalau ada link-nya, share aja. Nanti ta' baca sendiri..
Gak inget karena memang belum dipastikan juga, jadi masih sebatas opini dan argumen. Nanti kalau kebetulan ketemu lagi, saya info.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #50 on: 17 December 2013, 04:10:57 PM »
^ ^ ^

sipp...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #51 on: 18 December 2013, 10:33:31 AM »
 [at] dhammadinna

Tentang sutta yang muncul belakangan, ada titipan dari "almarhum" Kalyanamitta untuk cek ke MN 124. Bakkulasutta. Sutta itu terjadi sewaktu Bakkula menjelang wafat pada umur 160 tahun (Komentar Digha Nikaya juga mengatakan umur tersebut). Diceritakan bahwa ia menjadi bhikkhu pada umur 80 tahun, 7 hari sebagai penghutang*, lalu 80 tahun tanpa noda. Jadi seandainyapun kita hitung Bakkula masuk Sangha pada tahun pertama Buddha mengajar, berarti sutta itu dibabarkan 35 tahun setelah Mahaparinibbana, dan jelas tidak ada dalam pengulangan konsili 1 yang hanya berjarak 3 bulan Mahaparinibbana.


*Dalam bahasa Bakkula, orang belum suci belum pantas menerima dana, maka semua makanan itu adalah hutang.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #52 on: 18 December 2013, 11:19:10 AM »
Bakkula sutta apakah ada padanannya dlm Madhyama Agama atau Agama lainnya?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #53 on: 18 December 2013, 11:45:34 AM »
ada di section 4 no. 34
There is no place like 127.0.0.1

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #54 on: 18 December 2013, 12:18:29 PM »
[at] dhammadinna

Tentang sutta yang muncul belakangan, ada titipan dari "almarhum" Kalyanamitta untuk cek ke MN 124. Bakkulasutta. Sutta itu terjadi sewaktu Bakkula menjelang wafat pada umur 160 tahun (Komentar Digha Nikaya juga mengatakan umur tersebut). Diceritakan bahwa ia menjadi bhikkhu pada umur 80 tahun, 7 hari sebagai penghutang*, lalu 80 tahun tanpa noda. Jadi seandainyapun kita hitung Bakkula masuk Sangha pada tahun pertama Buddha mengajar, berarti sutta itu dibabarkan 35 tahun setelah Mahaparinibbana, dan jelas tidak ada dalam pengulangan konsili 1 yang hanya berjarak 3 bulan Mahaparinibbana.


*Dalam bahasa Bakkula, orang belum suci belum pantas menerima dana, maka semua makanan itu adalah hutang.
[at] bro KK,
Tetapi bila kita berdana dengan NIAT berdana kepada Sangha, maka dana ini akan menjadi dana sangha baik sangha sejak dahulu hingga sekarang. ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #55 on: 18 December 2013, 01:53:58 PM »
[at] bro KK,
Tetapi bila kita berdana dengan NIAT berdana kepada Sangha, maka dana ini akan menjadi dana sangha baik sangha sejak dahulu hingga sekarang. ^:)^

Iya, tapi itu 'kan Bakkula yang omong, bukan saya.

IMO, bukan berarti yang puthujjana ga perlu dikasih dana, tapi dari bhikkhunya sendiri harus sadar diri dan terus bertekad untuk menembus kesucian sehingga bisa menerima dana tanpa perasaan berhutang.
« Last Edit: 18 December 2013, 02:02:20 PM by Kainyn_Kutho »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #56 on: 18 December 2013, 02:17:29 PM »
yang diduga disisipkan yang mana aja, bro?

*kalau ada link-nya, share aja. Nanti ta' baca sendiri..

Ada juga katanya MN 117 telah disisipi materi2 yang belakangan dari Abhidhamma: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24018.msg441077.html#msg441077
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #57 on: 19 December 2013, 12:42:05 AM »
Iya, tapi itu 'kan Bakkula yang omong, bukan saya.

IMO, bukan berarti yang puthujjana ga perlu dikasih dana, tapi dari bhikkhunya sendiri harus sadar diri dan terus bertekad untuk menembus kesucian sehingga bisa menerima dana tanpa perasaan berhutang.
;D
I'm an ordinary human only

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #58 on: 19 December 2013, 01:58:27 PM »
 [at] KK, "almarhum", dan Shinichi: oke thanks.. :)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #59 on: 21 December 2013, 05:48:23 AM »
[at] KK, "almarhum", dan Shinichi: oke thanks.. :)

yang 'almarhum' Kalyana mitta, itu jadi 'mahluk gentayangan' =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #60 on: 21 December 2013, 08:09:01 AM »
yang 'almarhum' Kalyana mitta, itu jadi 'mahluk gentayangan' =))
Dengan perantaraan dukun tertentu, masih bisa diajak komunikasi.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #61 on: 21 December 2013, 10:26:30 AM »
yang 'almarhum' Kalyana mitta, itu jadi 'mahluk gentayangan' =))
berarti dia "ada atau "tidak ada"..setelah parinibanna?
...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #62 on: 21 December 2013, 10:40:33 AM »
berarti dia "ada atau "tidak ada"..setelah parinibanna?
Bukan ada, bukan pula tidak ada.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #63 on: 21 December 2013, 12:31:09 PM »
1. "Almarhum" ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
2. "Almarhum" tidak ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
3. "Almarhum" ada dan tidak ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
4. "Almarhum" bukan ada dan bukan tidak ada setelah Parinibbana --> tidak berlaku

;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #64 on: 21 December 2013, 12:46:54 PM »
1. "Almarhum" ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
2. "Almarhum" tidak ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
3. "Almarhum" ada dan tidak ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
4. "Almarhum" bukan ada dan bukan tidak ada setelah Parinibbana --> tidak berlaku

;D
=)) =))

#bakarmenyan# datanglah...datanglah....disini ada pesta kecil2an... ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #65 on: 21 December 2013, 01:37:14 PM »
berarti dia "ada atau "tidak ada"..setelah parinibanna?

permainan kata-kata... yang pasti tidak terlahirkan kembali...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #66 on: 21 December 2013, 06:16:58 PM »
Hanya sebagai pertimbangan.

Masalah Buddha sebelum Buddha
Jika benar 4 Nikaya bisa dikatakan sebagai ”autentik” dan juga ada di agama sutra, maka pertanyaan: ”Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?” dapat ditemukan di Digha Nikaya 14 (Mahapadana Sutta) meskipun di sana hanya disebut 6 Buddha sebelum Buddha Gotama.

Masalah Bakkula Sutta (MN 124)
Jika kita tidak menghiraukan Kitab Komentar maka di Bakkula Sutta (MN 124) hanya ada informasi selama 80 tahun Bakkula telah meninggalkan keduniawian. Tidak spesifik dikatakan usianya berapa saat persitiwa kotbah itu.

Dalam teks Pali juga tidak secara spesifik disebut bahwa Bakkula menjadi bhikkhu pada usia 80 tahun, tapi disebut ia telah menjadi pabbajita selama 80 tahun. Pabbajita tidaklah berarti seorang bhikkhu, seorang brahmana pun adalah seorang pabbajita, melepaskan keduniawian. Praktik meninggalkan keduniawian, selibat, dll juga dipraktikan oleh kaum brahmana. Bisa dikatakan Bakkula telah melalui 2 tahap meninggalkan keduniawian selama 80 tahun tersebut, pertama menjadi brahmana dan kedua baru menjadi siswa Sang Buddha. 2 tahap ini banyak dilalui oleh siswa Sang Buddha.

Jadi masih memungkinkan kotbah Bakkula dibabarkan di antara rentang waktu pembabaran Dhamma Sang Buddha, dengan ketentuan Bakkula  lebih lama menjadi brahmana dibandingkan menjadi bhikkhu (50:30) hingga ia parinibbana.
Dan bagi saya hingga saat ini sutta ini masih taraf wajar dan bukan sisipan.

(catatan: saya melihat indikasi kesalahan terjemahan di Bakkula Sutta di hal 1606, ayat 38, Majjhima Nikaya yang diterjemahkan DC, mengenai “selama 7 hari setelah meninggalkan keduniawian”. Pali: Sattāhameva kho ahaṃ āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ - Mungkin seharusnya (cmiiw): selama 7 hari setelah ber-”sarana.....” (mengambil perlindungan. ))

Cmiiw
« Last Edit: 21 December 2013, 06:19:00 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #67 on: 21 December 2013, 07:16:22 PM »
selain bakkula sutta.. ada bbrp sutta setelah parinibanna.. di SN dimana Ananda di tegur sama Maha Kassapa, itu terjadi  setelah masa konsili 1. trus MN 84  dan 94 juga adalah bbrp sutta setelah sang Buddha parinibanna..dilihat dari lokasinya berarti setelah konsili 1
...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #68 on: 22 December 2013, 05:09:29 PM »
Hanya sebagai pertimbangan.

Masalah Buddha sebelum Buddha
Jika benar 4 Nikaya bisa dikatakan sebagai ”autentik” dan juga ada di agama sutra, maka pertanyaan: ”Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?” dapat ditemukan di Digha Nikaya 14 (Mahapadana Sutta) meskipun di sana hanya disebut 6 Buddha sebelum Buddha Gotama.
utk yg buddha sebelumnya kekna ada beberapa sutta yg singgung jg

Quote
Masalah Bakkula Sutta (MN 124)
Jika kita tidak menghiraukan Kitab Komentar maka di Bakkula Sutta (MN 124) hanya ada informasi selama 80 tahun Bakkula telah meninggalkan keduniawian. Tidak spesifik dikatakan usianya berapa saat persitiwa kotbah itu.

Dalam teks Pali juga tidak secara spesifik disebut bahwa Bakkula menjadi bhikkhu pada usia 80 tahun, tapi disebut ia telah menjadi pabbajita selama 80 tahun. Pabbajita tidaklah berarti seorang bhikkhu, seorang brahmana pun adalah seorang pabbajita, melepaskan keduniawian. Praktik meninggalkan keduniawian, selibat, dll juga dipraktikan oleh kaum brahmana. Bisa dikatakan Bakkula telah melalui 2 tahap meninggalkan keduniawian selama 80 tahun tersebut, pertama menjadi brahmana dan kedua baru menjadi siswa Sang Buddha. 2 tahap ini banyak dilalui oleh siswa Sang Buddha.

Jadi masih memungkinkan kotbah Bakkula dibabarkan di antara rentang waktu pembabaran Dhamma Sang Buddha, dengan ketentuan Bakkula  lebih lama menjadi brahmana dibandingkan menjadi bhikkhu (50:30) hingga ia parinibbana.
Dan bagi saya hingga saat ini sutta ini masih taraf wajar dan bukan sisipan.

(catatan: saya melihat indikasi kesalahan terjemahan di Bakkula Sutta di hal 1606, ayat 38, Majjhima Nikaya yang diterjemahkan DC, mengenai “selama 7 hari setelah meninggalkan keduniawian”. Pali: Sattāhameva kho ahaṃ āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ - Mungkin seharusnya (cmiiw): selama 7 hari setelah ber-”sarana.....” (mengambil perlindungan. ))

Cmiiw
soa yg bakkula 80 tahun meninggalkan keduniawian, itu diterjemahkna dari kata "going forth". dan kalau dari paragraf2 itu semua, ada soal masa kathina, ada mengajarkan ke bhikkhuni, ada singgung companions in holy life, semua sepertinya mengarah pada menjadi samanna dibawah dhamma sang buddha bukan dhamma dari brahmana lain, selama 80 tahun ketika kejadian dalam sutta itu
« Last Edit: 22 December 2013, 05:13:31 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #69 on: 22 December 2013, 11:00:00 PM »
soa yg bakkula 80 tahun meninggalkan keduniawian, itu diterjemahkna dari kata "going forth". dan kalau dari paragraf2 itu semua, ada soal masa kathina, ada mengajarkan ke bhikkhuni, ada singgung companions in holy life, semua sepertinya mengarah pada menjadi samanna dibawah dhamma sang buddha bukan dhamma dari brahmana lain, selama 80 tahun ketika kejadian dalam sutta itu

Benar adanya istilah kathina, bhikkhuni, dll. Oleh karena itu telah saya sampaikan bahwa Bakkula menempuh 2 tahap meninggalkan keduniawian. Dan ketika ia menyampaikan masalah tidak memberikan ceramah ke bhikkhuni, companions in holy life, masa kathina, ia menyampaikan mengenai meninggalkan keduniawian dalam konteks setelah ia menjadi bhikkhu, kita mengetahuinya karena baru diikuti dengan istilah2 Buddhisnya seperti vassa, bhikkhuni, tsb. Sedangkan di awal sutta ia hanya ditanya berapa lama jadi pabbajita (dalam teks Pali-nya demikian), sebuah istilah umum bagi mereka yang meninggalkan rumah menjadi petapa. Ia tidak ditanya dengan sebuah istilah yang spesifik seperti berapa lama jadi bhikkhu, atau siswa Bhagava, atau  berapa lama melepaskan keduniawian dalam Dhamma dan Disiplin ini. 

Hanya itu yang bisa saya sampaikan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #70 on: 23 December 2013, 11:13:07 AM »
Hanya sebagai pertimbangan.

Masalah Buddha sebelum Buddha
Jika benar 4 Nikaya bisa dikatakan sebagai ”autentik” dan juga ada di agama sutra, maka pertanyaan: ”Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?” dapat ditemukan di Digha Nikaya 14 (Mahapadana Sutta) meskipun di sana hanya disebut 6 Buddha sebelum Buddha Gotama.
Betul, dari 4 Nikaya ada tapi hanya mundur sampai ke Buddha Vipassi. Jika dari sumber di luar itu, baru didapatkan mundur sampai 539 Buddha pada masa Purana Dipankhara memberi ramalan pasti Bodhisatta Dipankhara akan mencapai kesempurnaan pada masa 16 Asankheyya berikutnya, dan pada saat itu, Bodhisatta Gotama akan menerima ramalan pasti darinya.


Quote
Masalah Bakkula Sutta (MN 124)
Jika kita tidak menghiraukan Kitab Komentar maka di Bakkula Sutta (MN 124) hanya ada informasi selama 80 tahun Bakkula telah meninggalkan keduniawian. Tidak spesifik dikatakan usianya berapa saat persitiwa kotbah itu.
Betul, dari sutta ini saja tidak dikatakan umur berapa ia meninggalkan keduniawian.


Quote
Dalam teks Pali juga tidak secara spesifik disebut bahwa Bakkula menjadi bhikkhu pada usia 80 tahun, tapi disebut ia telah menjadi pabbajita selama 80 tahun. Pabbajita tidaklah berarti seorang bhikkhu, seorang brahmana pun adalah seorang pabbajita, melepaskan keduniawian. Praktik meninggalkan keduniawian, selibat, dll juga dipraktikan oleh kaum brahmana. Bisa dikatakan Bakkula telah melalui 2 tahap meninggalkan keduniawian selama 80 tahun tersebut, pertama menjadi brahmana dan kedua baru menjadi siswa Sang Buddha. 2 tahap ini banyak dilalui oleh siswa Sang Buddha.

Jadi masih memungkinkan kotbah Bakkula dibabarkan di antara rentang waktu pembabaran Dhamma Sang Buddha, dengan ketentuan Bakkula  lebih lama menjadi brahmana dibandingkan menjadi bhikkhu (50:30) hingga ia parinibbana.
Dan bagi saya hingga saat ini sutta ini masih taraf wajar dan bukan sisipan.
Dalam perhitungan vassa, tidak pernah ada perhitungan "vassa waktu jadi petapa X + [vassa waktu jadi petapa Y ...] + vassa bhikkhu". Semua dihitung dalam konteks menjadi bhikkhu. Jika seseorang ditahbiskan dalam sangha, terlepas dulunya sudah bertapa bertahun-tahun, tetap vassa-nya mulai dari 0 lagi.


Quote
(catatan: saya melihat indikasi kesalahan terjemahan di Bakkula Sutta di hal 1606, ayat 38, Majjhima Nikaya yang diterjemahkan DC, mengenai “selama 7 hari setelah meninggalkan keduniawian”. Pali: Sattāhameva kho ahaṃ āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ - Mungkin seharusnya (cmiiw): selama 7 hari setelah ber-”sarana.....” (mengambil perlindungan. ))

Cmiiw
"Sattāhameva kho ahaṃ, āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ"

"Saraṇo" di sini bukanlah kata dasar saraṇa (berlindung), tapi dari sa (dengan) + raṇa (perasaan bersalah).

Jadi secara harafiah:
"Selama tujuh hari aku, teman, dengan perasaan bersalah menikmati makanan pemberian"

« Last Edit: 23 December 2013, 11:15:46 AM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #71 on: 23 December 2013, 12:06:11 PM »
Sebagai perbandingan, kalau dari Madhyama Agama, pernyataan Bakkula lebih jelas:

我於此正法律中學道已來八十年
"Aku berada di jalan kebenaran dan peraturan ini telah lewat 80 tahun"

Jadi tidak ada indikasi 80 tahun adalah durasi pertapaan gabungan 2 tahap atau lebih.


Berbeda juga dengan nikaya, di sini dikatakan Bakkula mencapai Arahatta setelah 3 hari-3 malam.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #72 on: 23 December 2013, 12:45:55 PM »
Mengenai Bakkula Sutta, berdasarkan perbandingan atas kedua versi sutta ini dalam MN dan MA, Bhikkhu Analayo mengatakan:

In sum, then, the occurrence of the relatively unusual feature of repeated acclamation shows that, from the perspective of the reciters, the conduct and qualities of Bakkula represented an important ideal. At the same time, the lateness of the two versions indicates that this ideal stems from a time when the Buddha had already attained final Nibbåna for several decades at least.
(The Arahant Ideal in Early Buddhism - The Case of Bakkula)

Setidaknya menurut komentar Theravada, Bakkula Sutta memang ditambahkan pada konsili kedua.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #73 on: 23 December 2013, 01:57:27 PM »
kalau mau percaya semua dokumentasi itu bisa di-"trace" ke Buddha, maka harus "percaya" dengan apa yang di-hasilkan konsili ke-4... kalau tidak yah gugur semua-nya... karena dokumentasi tertulis hanya muncul sejak konsili ke-4... dan apa yang terjadi di konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 BUKAN LAIN adalah hasil dari konsili ke-3...

dan untuk MEMPERKUAT "PERCAYA"-nya itu, maka harus bisa dipercaya juga bahwa bhikkhu-bhikkhu yang ada di konsili ke-4 itu adalah ARAHAT. Kalau bukan ARAHAT, emang bisa dipercaya itu ajaran yang bersumber dari Buddha (dan/atau murid-murid-nya)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #74 on: 23 December 2013, 02:35:45 PM »
kalau mau percaya semua dokumentasi itu bisa di-"trace" ke Buddha, maka harus "percaya" dengan apa yang di-hasilkan konsili ke-4... kalau tidak yah gugur semua-nya... karena dokumentasi tertulis hanya muncul sejak konsili ke-4... dan apa yang terjadi di konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 BUKAN LAIN adalah hasil dari konsili ke-3...

dan untuk MEMPERKUAT "PERCAYA"-nya itu, maka harus bisa dipercaya juga bahwa bhikkhu-bhikkhu yang ada di konsili ke-4 itu adalah ARAHAT. Kalau bukan ARAHAT, emang bisa dipercaya itu ajaran yang bersumber dari Buddha (dan/atau murid-murid-nya)

Kalo begitu, sama saja, para Mahayanis juga bisa mengklaim demikian bahwa sutra-sutra Mahayana telah ditulis tak lama setelah Parinibbana Sang Buddha oleh para Bodhisattva dalam konsili Mahayana dan harus bisa dipercaya juga bahwa para peserta konsili Mahayana tsb adalah Bodhisattva yang menyempurnakan jalan Kebuddhaan.

Saya rasa argumentasi seperti ini tidak bisa dipakai dalam studi Buddhisme awal.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #75 on: 23 December 2013, 03:46:19 PM »
Kalo begitu, sama saja, para Mahayanis juga bisa mengklaim demikian bahwa sutra-sutra Mahayana telah ditulis tak lama setelah Parinibbana Sang Buddha oleh para Bodhisattva dalam konsili Mahayana dan harus bisa dipercaya juga bahwa para peserta konsili Mahayana tsb adalah Bodhisattva yang menyempurnakan jalan Kebuddhaan.

Saya rasa argumentasi seperti ini tidak bisa dipakai dalam studi Buddhisme awal.....

Yang mempercayai Pali Pitaka boleh berbeda dengan Mahayana Pitaka, karena bisa di-dapat-kan garis pemisah yang jelas...

Sedangkan ini yang diperdebatkan adalah penggalan-penggalan atau bagian yang sudah di-masukkan ke dalam keranjang yang dinamakan ajaran Buddha oleh Konsili ke-4... yang mana tidak ada dokumentasi yang lebih tua yang dapat didapatkan kecuali kisah-kisah konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 yang juga didapatkan dari konsili ke-4...

Jadi kalau Kita tidak bisa menerima keseluruhan hasil dari konsili ke-4.... dengan KAPASITAS apakah kita bisa mengatakan sutta yang ini ajaran Buddha, ini bukan ajaran Buddha (ini tambahan yang tidak saya akui)...

Jadi GAMPANG-nya adalah... anda menerima keseluruhan kitab-kitab yang dihasilkan konsili ke-4 atau tidak ?

Jika TIDAK, dengan kapasitas apakah, anda mengatakan bagian yang ini ajaran buddha, bagian yang itu bukan ajaran buddha (yang ditambah-belakangan) ?

contoh : Abhidhamma Pitaka, juga di-sah-kan dan dimasukkan ke dalam Tipitaka sebagai ajaran Buddha... Tetapi memang ada beberapa pihak yang mengatakan Abhidhamma Pitaka Bukan ajaran Buddha, tetapi pemikiran para filsuf buddhis....

Lah.... Semua kitab yang kita ketahui bukan-kah berasal dari konsili ke-4.... Jika Hasil konsili ke-4 mengatakan bahwa Abhidhamma Pitaka itu adalah  bagian dari pengajaran Buddha, dengan apakah kita mengatakan bukan ?

Jika anggapan kita abhidhamma pitaka adalah bukan ajaran Buddha dengan membandingkan tidak ada di kisahkan di 4 nikaya + vinaya... maka 4 nikaya dan vinaya itu juga jangan diterima... karena berasal dari hasil orang yang sama (baca : konsili ke-4).
« Last Edit: 23 December 2013, 03:49:48 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #76 on: 23 December 2013, 04:38:37 PM »
Yang mempercayai Pali Pitaka boleh berbeda dengan Mahayana Pitaka, karena bisa di-dapat-kan garis pemisah yang jelas...

Sedangkan ini yang diperdebatkan adalah penggalan-penggalan atau bagian yang sudah di-masukkan ke dalam keranjang yang dinamakan ajaran Buddha oleh Konsili ke-4... yang mana tidak ada dokumentasi yang lebih tua yang dapat didapatkan kecuali kisah-kisah konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 yang juga didapatkan dari konsili ke-4...

Kisah konsili I dan II tidak hanya ditemukan dalam tradisi Theravada saja, namun hampir semua aliran Buddhisme awal terdapat kisah konsili I dan II ini (Theravada, Sarvastivāda, Mahasanghika, Dharmaguptaka, dst). Sedangkan konsili III dan IV hanya terdapat dalam tradisi Theravada.

Quote
Jadi kalau Kita tidak bisa menerima keseluruhan hasil dari konsili ke-4.... dengan KAPASITAS apakah kita bisa mengatakan sutta yang ini ajaran Buddha, ini bukan ajaran Buddha (ini tambahan yang tidak saya akui)...

Jadi GAMPANG-nya adalah... anda menerima keseluruhan kitab-kitab yang dihasilkan konsili ke-4 atau tidak ?

Jika TIDAK, dengan kapasitas apakah, anda mengatakan bagian yang ini ajaran buddha, bagian yang itu bukan ajaran buddha (yang ditambah-belakangan) ?

IMO, studi historis sutta-sutta pada khususnya dan Buddhisme awal pada umumnya hanya bisa memperkirakan mana bagian Tipitaka/Tripitaka yang muncul lebih awal dan belakang, bukan pada kebenaran isinya apakah ajaran Buddha atau bukan.

Quote
contoh : Abhidhamma Pitaka, juga di-sah-kan dan dimasukkan ke dalam Tipitaka sebagai ajaran Buddha... Tetapi memang ada beberapa pihak yang mengatakan Abhidhamma Pitaka Bukan ajaran Buddha, tetapi pemikiran para filsuf buddhis....

Lah.... Semua kitab yang kita ketahui bukan-kah berasal dari konsili ke-4.... Jika Hasil konsili ke-4 mengatakan bahwa Abhidhamma Pitaka itu adalah  bagian dari pengajaran Buddha, dengan apakah kita mengatakan bukan ?

Sekali lagi, teks-teks yang muncul belakangan belum tentu dan tidak semuanya bertentangan dengan teks-teks yang muncul lebih awal.

Quote
Jika anggapan kita abhidhamma pitaka adalah bukan ajaran Buddha dengan membandingkan tidak ada di kisahkan di 4 nikaya + vinaya... maka 4 nikaya dan vinaya itu juga jangan diterima... karena berasal dari hasil orang yang sama (baca : konsili ke-4).

4 Nikaya Pali tentu saja hasil dari konsili IV, tetapi padanannya 4 Agama Sutra bukan. Adanya kesejajaran isi 4 Nikaya dan 4 Agama Sutra menunjukkan secara umum keduanya memang muncul lebih awal dari sisi historis.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #77 on: 23 December 2013, 04:44:04 PM »
kalau itu imo sih adalah cara memandang sebuah ajaran dari sudut pandang sektarian, bukan cara pandang kritis dan netral seperti seorang akademisi atau bolehlah dikata secara ilmiah, jika tidak terlalu berlebih. Dalam sudut padang netral, ajaran yg ada ini semua sama, anggap saja seperti kita menelusuri sebuah sekte/aliran dari kr*s*t*n lalu kita menelusuri berdasarkan sejarah dan teks2 dari garis silsisilah sekte/alirannya. Menurut masing2 sekte/aliran tentu mengklaim bahwa dia yang benar dan murni atau dari atas, yah sah2 saja, tapi untuk secara netral dan kritis kita harus berpikir out of the box.

Jadi apakah kita menerima keseluruhan dari konsili ke 4 semuanya pasti benar? yah tentu tidak, semua diperlakukan sama tanpa perbedaan. Perlakukannya sama antara nikaya maupun agama maupun sutra. Nah dengan netral kita coba telusuri dan pelajari, dipadangkan dengan sejarah (tentunya bukan yg bersumber netral bukan kisah dari sektarian), kita bisa mendapatkan garis besarnya. Apakah pasti benar, no body knows, karena singkatnya konon menurut para ahli itu 4 nikaya itu termasuk yg tertua dan padanannya 4 kitab agama juga sama. Dengan melalukan "triangulasi" antara sebuah topik, dengan nikaya dan agama, kita bisa menyimpulkan bahwa itu kemungkinan besar memang berasal dari jaman sang buddha. Jika ada perbedaan yah bisa diragukan. Apakah jika sama tapi ternyata salah? yah bisa aja. Tidak ada yang bisa membuktikan secara eksak juga.
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #78 on: 24 December 2013, 10:45:37 AM »
Yang mempercayai Pali Pitaka boleh berbeda dengan Mahayana Pitaka, karena bisa di-dapat-kan garis pemisah yang jelas...
Dalam pembahasan Buddhisme awal, "garis pemisah" bukan hanya berdasarkan doktrin semata, tapi juga dilihat dari segi sejarah. Jadi dalam hal ini, mau Theravada, Mahayana, atau apapun, dipandang sama dan disandingkan.


Quote
Sedangkan ini yang diperdebatkan adalah penggalan-penggalan atau bagian yang sudah di-masukkan ke dalam keranjang yang dinamakan ajaran Buddha oleh Konsili ke-4... yang mana tidak ada dokumentasi yang lebih tua yang dapat didapatkan kecuali kisah-kisah konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 yang juga didapatkan dari konsili ke-4...
Sama sekali keliru. Pembahasan kita di sini bukan sebatas literatur Buddhis Theravada, tapi literatur Buddhis semua sekte (awal), bahkan bukti-bukti sejarah serta budaya. Sangat banyak sekali sumber-sumber lain tentang Buddhisme selain konsili 4 Sri Lanka.

Dan jangan lupa Sarvastivada juga mengadakan konsili 4 di Kasmir, jadi sekali lagi sumber sejarah bukan hanya satu.


Quote
Jadi kalau Kita tidak bisa menerima keseluruhan hasil dari konsili ke-4.... dengan KAPASITAS apakah kita bisa mengatakan sutta yang ini ajaran Buddha, ini bukan ajaran Buddha (ini tambahan yang tidak saya akui)...

Jadi GAMPANG-nya adalah... anda menerima keseluruhan kitab-kitab yang dihasilkan konsili ke-4 atau tidak ?
Ini memang pilihan, jika sudah putuskan menerima bulat-bulat konsili IV, berarti memang tidak ada gunanya mempelajari sejarah lagi, tidak ada manfaatnya. Sama seperti sudah patok harga mati buku PSPB dulu pasti benar, tidak ada gunanya menyelidiki sejarah PKI, misalnya.


Quote
Jika TIDAK, dengan kapasitas apakah, anda mengatakan bagian yang ini ajaran buddha, bagian yang itu bukan ajaran buddha (yang ditambah-belakangan) ?
Di sini kita tidak main otoritas subjektif, misalnya konsili x diasumsikan kumpulan arahant, maka keputusannya pasti benar. Di sini penentuannya berdasarkan bukti-bukti yang diselidiki dan diuji, bukan hasil pendapat seseorang yang dianggap "berkapasitas". Sama juga menyelidiki apa yang terjadi tahun 65 bukan berarti merasa diri "berkapasitas" menyaingi Suharto.


Quote
contoh : Abhidhamma Pitaka, juga di-sah-kan dan dimasukkan ke dalam Tipitaka sebagai ajaran Buddha... Tetapi memang ada beberapa pihak yang mengatakan Abhidhamma Pitaka Bukan ajaran Buddha, tetapi pemikiran para filsuf buddhis....
Mungkin kalau kejadiannya terlalu jauh, banyak yang masih bingung, jadi saya coba beri contoh yang tidak terlalu jauh.

Nettipakarana dianggap sebagai ajaran warisan Mahakaccana dan dalam catatannya dikatakan diulang juga pada konsili 1. Oleh otoritas Myanmar dulu ditetapkan sebagai Kanon Pali, bagian dari Khuddaka Nikaya. Sekarang ini para pelajar kebanyakan sudah tidak mengakui demikian. Walaupun ajarannya tetap sama, tapi cara penulisannya ketahuan muncul belakangan karena dalam isinya ada rujukan ke kitab lain seperti "Samyuttaka" atau "Ekutaraka".

Dengan kapasitas apa para pelajar modern "menganulir" keputusan kanonisasi tersebut? Bukan pakai kapasitas apa-apa, cukup pakai logika: pembagian susunan sutta ke dalam 4 Nikaya itu dilakukan belakangan, jadi tulisan yang merujuk pada pembagian 4 itu jelas muncul lebih belakangan lagi.

NB: Nettipakarana & Petakopadesa dianggap Kanon oleh otoritas Theravada Thai dan Myanmar, oleh Theravada lain masuk post-kanon.

Quote
Lah.... Semua kitab yang kita ketahui bukan-kah berasal dari konsili ke-4.... Jika Hasil konsili ke-4 mengatakan bahwa Abhidhamma Pitaka itu adalah  bagian dari pengajaran Buddha, dengan apakah kita mengatakan bukan ?

Jika anggapan kita abhidhamma pitaka adalah bukan ajaran Buddha dengan membandingkan tidak ada di kisahkan di 4 nikaya + vinaya... maka 4 nikaya dan vinaya itu juga jangan diterima... karena berasal dari hasil orang yang sama (baca : konsili ke-4).
Jadi antara "tolak semua' atau "terima semua" secara membuta yah? ;D

Sayangnya dalam penelitian harus mempertahankan sikap objektif, jadi perlu pemahaman dan penyelidikan kasus per kasus, bukan modal iman demikian.

« Last Edit: 24 December 2013, 11:08:39 AM by Kainyn_Kutho »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #79 on: 24 December 2013, 11:48:38 AM »
Kisah konsili I dan II tidak hanya ditemukan dalam tradisi Theravada saja, namun hampir semua aliran Buddhisme awal terdapat kisah konsili I dan II ini (Theravada, Sarvastivāda, Mahasanghika, Dharmaguptaka, dst). Sedangkan konsili III dan IV hanya terdapat dalam tradisi Theravada.

aliran buddhis yang mana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #80 on: 24 December 2013, 11:58:28 AM »

Sama sekali keliru. Pembahasan kita di sini bukan sebatas literatur Buddhis Theravada, tapi literatur Buddhis semua sekte (awal), bahkan bukti-bukti sejarah serta budaya. Sangat banyak sekali sumber-sumber lain tentang Buddhisme selain konsili 4 Sri Lanka.

Dan jangan lupa Sarvastivada juga mengadakan konsili 4 di Kasmir, jadi sekali lagi sumber sejarah bukan hanya satu.


ada bukti-nya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #81 on: 24 December 2013, 12:00:08 PM »

Ini memang pilihan, jika sudah putuskan menerima bulat-bulat konsili IV, berarti memang tidak ada gunanya mempelajari sejarah lagi, tidak ada manfaatnya. Sama seperti sudah patok harga mati buku PSPB dulu pasti benar, tidak ada gunanya menyelidiki sejarah PKI, misalnya.


Kata siapa tidak ada manfaat-nya, justru dengan banyak  belajar baru tahu, kalau memang yang bisa di-jadi-kan pegangan adalah hasil dari konsili ke-IV versi (Theravada) yang kita kenal sekarang... Jika ada yang mengganggap versi lain lebih baik, yah silahkan saja... dan tentu-nya muncul-kan bukti-nya donk.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #82 on: 24 December 2013, 12:10:22 PM »

Di sini kita tidak main otoritas subjektif, misalnya konsili x diasumsikan kumpulan arahant, maka keputusannya pasti benar. Di sini penentuannya berdasarkan bukti-bukti yang diselidiki dan diuji, bukan hasil pendapat seseorang yang dianggap "berkapasitas". Sama juga menyelidiki apa yang terjadi tahun 65 bukan berarti merasa diri "berkapasitas" menyaingi Suharto.


Kalau tidak mau menganggap Peserta Konsili ke-4 adalah arahat , maka dengan dasar apa-kah kita meyakini apa yang diturunkan di konsili ke-4 itu berasal dari konsili ke-3, yang kata-nya berasal dari konsili ke-2, dan yang kata-nya lagi berasal dari konsili ke-1 dan bersumber dari Buddha (dan murid-muridnya) ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #83 on: 24 December 2013, 12:16:15 PM »

Sayangnya dalam penelitian harus mempertahankan sikap objektif, jadi perlu pemahaman dan penyelidikan kasus per kasus, bukan modal iman demikian.


oh iya, dan mungkin saja Sangha Thai dan Sangha Burma bisa salah ribuan tahun... sipppp...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #84 on: 24 December 2013, 12:25:02 PM »
dari dulu sampai sekarang diskusi berbasis iman dan kebebasan berpikir & fakta tidak akan pernah ketemu dan tidak pernah nyambung...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #85 on: 24 December 2013, 01:11:08 PM »
aliran buddhis yang mana ?

Yang dipelajari dalam Buddhisme awal adalah sumber-sumber dari berbagai aliran yang dibandingkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana bentuk Buddhisme pra-sektarian sesungguhnya, sedangkan jika hanya merujuk pada satu sumber saja dari aliran Buddhisme mana pun itu, sumber tsb jelas bersifat sektarian aliran tsb.

Oleh sebab itu, dalam topik-topik Buddhisme awal perspektif dari satu aliran saja tidak dapat digunakan.
« Last Edit: 24 December 2013, 01:14:46 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #86 on: 24 December 2013, 01:31:56 PM »
aliran buddhis yang mana ?
Semuanya lah. Memangnya kebenaran sejarah cuma milik aliran tertentu saja?


ada bukti-nya ?
Cpddd... Bacalah dari halaman pertama.

Kata siapa tidak ada manfaat-nya, justru dengan banyak  belajar baru tahu, kalau memang yang bisa di-jadi-kan pegangan adalah hasil dari konsili ke-IV versi (Theravada) yang kita kenal sekarang... Jika ada yang mengganggap versi lain lebih baik, yah silahkan saja... dan tentu-nya muncul-kan bukti-nya donk.
Cpddd...


Kalau tidak mau menganggap Peserta Konsili ke-4 adalah arahat , maka dengan dasar apa-kah kita meyakini apa yang diturunkan di konsili ke-4 itu berasal dari konsili ke-3, yang kata-nya berasal dari konsili ke-2, dan yang kata-nya lagi berasal dari konsili ke-1 dan bersumber dari Buddha (dan murid-muridnya) ??
Ya... ya... konsili 1,2,3 di semesta ini hanya tercatat di konsili 4 Mahaviharavasin Sri Lanka, tidak ada sumber lain.


oh iya, dan mungkin saja Sangha Thai dan Sangha Burma bisa salah ribuan tahun... sipppp...
Ga ribuan tahun sih, baru 200 tahun saja kok kanonisasinya.

Dan tentu saja dua sangha itu keliru, karena yang benar adalah Sangha Sri Lanka yang tidak kanonisasi, dan Sri Lanka itu 'kan dhammadipa. hehehe

Cpddd...

« Last Edit: 24 December 2013, 01:40:59 PM by Kainyn_Kutho »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #87 on: 24 December 2013, 02:14:14 PM »
Yang dipelajari dalam Buddhisme awal adalah sumber-sumber dari berbagai aliran yang dibandingkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana bentuk Buddhisme pra-sektarian sesungguhnya, sedangkan jika hanya merujuk pada satu sumber saja dari aliran Buddhisme mana pun itu, sumber tsb jelas bersifat sektarian aliran tsb.

Oleh sebab itu, dalam topik-topik Buddhisme awal perspektif dari satu aliran saja tidak dapat digunakan.

muncul lagi aliran baru, buddhisme awal... padahal isi-nya yah comot sebagian sana-sini, gak ada yang baru...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #88 on: 24 December 2013, 02:15:13 PM »
Ga ribuan tahun sih, baru 200 tahun saja kok kanonisasinya.

Dan tentu saja dua sangha itu keliru, karena yang benar adalah Sangha Sri Lanka yang tidak kanonisasi, dan Sri Lanka itu 'kan dhammadipa. hehehe

Cpddd...



nah tuh sudah berani bilang yang benar adalah Sangha Sri-lanka,

ngomong-ngomong, kemana saje sangha srilanka waktu Konsili tahun 1956 ?

---

oh iya, sangha sri-lanka juga ikut di Konsili tahun 1956 itu....

dan ini hasil Konsili Sangha-nya...  During the two years that the Council met, the Tipitaka and its allied literature in all scripts were painstakingly examined with their differences noted down, the necessary corrections made, and collated. Not much difference was found in the content of any of the texts. Finally, after the Council had officially approved the texts, all of the books of the Tipitaka and their commentaries were prepared for printing on modern presses.
« Last Edit: 24 December 2013, 02:19:16 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #89 on: 24 December 2013, 02:20:50 PM »
dari dulu sampai sekarang diskusi berbasis iman dan kebebasan berpikir & fakta tidak akan pernah ketemu dan tidak pernah nyambung...

Saddha...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #90 on: 24 December 2013, 03:46:10 PM »
muncul lagi aliran baru, buddhisme awal... padahal isi-nya yah comot sebagian sana-sini, gak ada yang baru...

Sudah dibilang Buddhisme awal itu bentuk Buddhisme sebelum terjadinya perpecahan aliran-aliran. Ini bukan aliran baru, namun suatu studi yang dilakukan para sarjana terhadap perkembangan Buddhisme pada awalnya. Selengkapnya bisa dibaca di http://en.wikipedia.org/wiki/Pre-sectarian_Buddhism
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #91 on: 24 December 2013, 06:44:55 PM »
lanjut
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #92 on: 24 December 2013, 09:14:16 PM »
Saddha...
mau saddha, iman, faith atau kepercayaan, sama saja esensinya...
btw, yang disebut saddha ini terhadap apa ya? saddha terhadap konsili 4? saddha terhadap tipitaka pali versi srilanka?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #93 on: 25 December 2013, 09:08:16 PM »
Sudah dibilang Buddhisme awal itu bentuk Buddhisme sebelum terjadinya perpecahan aliran-aliran. Ini bukan aliran baru, namun suatu studi yang dilakukan para sarjana terhadap perkembangan Buddhisme pada awalnya. Selengkapnya bisa dibaca di http://en.wikipedia.org/wiki/Pre-sectarian_Buddhism
Taruhan makan siang, ga bakalan dibuka ataupun diresearch ttg "aliran baru" itu. Hehehe

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #94 on: 26 December 2013, 06:26:28 AM »
Taruhan makan siang, ga bakalan dibuka ataupun diresearch ttg "aliran baru" itu. Hehehe

mau aja bertaruh !
tapi bagaimana cara mengetahui ada atau tidak diresearch ttg "aliran baru". :)
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #95 on: 26 December 2013, 06:27:14 AM »
Taruhan makan siang, ga bakalan dibuka ataupun diresearch ttg "aliran baru" itu. Hehehe

Hehehe.... Setidaknya untuk meluruskan kesalahpahaman pembaca lain yang mau membuka/riset bahwa DC mengembangkan studi Buddhisme awal bukan berarti membuat aliran baru....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #96 on: 26 December 2013, 09:13:12 AM »
mau aja bertaruh !
tapi bagaimana cara mengetahui ada atau tidak diresearch ttg "aliran baru". :)
'Kan keliatan kalo orang yang memang research, minimal punya pengetahuan dan tercermin dari tulisannya. Lagipula cuma makan siang, ga apa lah traktir sekali-sekali.  :D


Hehehe.... Setidaknya untuk meluruskan kesalahpahaman pembaca lain yang mau membuka/riset bahwa DC mengembangkan studi Buddhisme awal bukan berarti membuat aliran baru....
Wah, justru kalo DC buka "aliran baru" merk "Early Buddhism/Buddhisme Awal", itu berarti pembajakan hasil penelitian susah payah oleh para ahli sejarah dan sarjana Buddhis.

"Aliran Baru" ...  :D Padahal Buddhisme Awal tidak ada doktrin khusus, vinaya khusus, bahkan tidak ada sangha dan umatnya.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #97 on: 26 December 2013, 11:34:18 AM »
'Kan keliatan kalo orang yang memang research, minimal punya pengetahuan dan tercermin dari tulisannya. Lagipula cuma makan siang, ga apa lah traktir sekali-sekali.  :D

Wah, justru kalo DC buka "aliran baru" merk "Early Buddhism/Buddhisme Awal", itu berarti pembajakan hasil penelitian susah payah oleh para ahli sejarah dan sarjana Buddhis.

"Aliran Baru" ...  :D Padahal Buddhisme Awal tidak ada doktrin khusus, vinaya khusus, bahkan tidak ada sangha dan umatnya.


jadi buddhisme awal itu ada-nya opo ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #98 on: 26 December 2013, 11:45:04 AM »
jadi buddhisme awal itu ada-nya opo ?
Adanya kumpulan dan pembahasan fakta-fakta aja. Lebih mirip studi ilmiah ketimbang agama.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #99 on: 26 December 2013, 12:04:26 PM »
Adanya kumpulan dan pembahasan fakta-fakta aja. Lebih mirip studi ilmiah ketimbang agama.

Silah-kan yang mau menganggap studi ilmiah... bagi saya masih tuntunan kehidupan...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #100 on: 26 December 2013, 01:34:13 PM »
Silah-kan yang mau menganggap studi ilmiah... bagi saya masih tuntunan kehidupan...
Nah, makanya kalau cocok dan mau memegang dan mengimani salah satu kepercayaan, sepenuhnya sah-sah saja. Tapi... board ini bukan tempat yang cocok. Silahkan main ke board aliran yang sesuai saja, di sana pembahasan basis iman sangat cocok.


Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #101 on: 26 December 2013, 01:52:18 PM »
'Kan keliatan kalo orang yang memang research, minimal punya pengetahuan dan tercermin dari tulisannya. Lagipula cuma makan siang, ga apa lah traktir sekali-sekali.  :D


2 - 3 x juga boleh :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #102 on: 26 December 2013, 03:26:18 PM »
Nah, makanya kalau cocok dan mau memegang dan mengimani salah satu kepercayaan, sepenuhnya sah-sah saja. Tapi... board ini bukan tempat yang cocok. Silahkan main ke board aliran yang sesuai saja, di sana pembahasan basis iman sangat cocok.

sudah pernah check DNA om kai dan ortu ? cocok kagak ? kwkwkwkw
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #103 on: 26 December 2013, 03:52:57 PM »
sudah pernah check DNA om kai dan ortu ? cocok kagak ? kwkwkwkw
OOT yah, jadi saya ga ladenin lagi. :)
Kalau mau bahas lagi tentang Tamraparniya ini, silahkan lanjut. Tapi balik lagi, kalau mau bahas yang berbasis iman, di board sesuai sektenya saja yah. Thanks.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #104 on: 27 December 2013, 09:08:15 AM »
Setahu saya sewaktu kuliah disana, Early Buddhism (Buddhisme awal) itu adalah Buddhisme dikala awal2 masa, dimana waktu itu masih berkembang didataran India dan masih dipengaruhi filsafat2 Timur (Eastern philosophers), jadi bukan sekte baru atau aliran baru, hanya sebuah istilah saja kemudian yang selanjutnya Buddhisme berkembang keluar daerah India dan menjadi berkembang pesat ke daerah barat (western) sehingga filsafat2 buddhist dikembangkan oleh para philosopher barat (western philosophers).

I'm an ordinary human only

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #105 on: 21 January 2014, 09:44:27 PM »
Pembahasan yg menarik dari om KK. Jika sudah masuk dalam ranah studi ilmiah (ilmu sejarah), sekalipun "membuktikan" Buddha tidak pernah hidup di dunia ini, ini merupakan pernyataan yang kredibel dalam perspektif ilmu sejarah, yang tidak dapat diganggu gugat oleh argumen-argumen dari sisi yang bersifat iman, spiritualis, agamais, atau aspek-aspek padanannya.
Sama seperti ketika seseorang disantet, dunia kedokteran hanya bisa mendiagnosa dan memberikan penanganan dari ranah ilmu kedokteran. Mau menyanggah hasil diagnosa dokter berdasarkan sudut pandang ilmu santet sampai ke mana pun ya percuma. Sekalipun orang itu mati, kendati benar karena santet, dokter tetap mengeluarkan surat hasil diagnosa: Mati serangan jantung, misalnya.  :)

 

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #106 on: 22 January 2014, 10:24:43 AM »
Pembahasan yg menarik dari om KK. Jika sudah masuk dalam ranah studi ilmiah (ilmu sejarah), sekalipun "membuktikan" Buddha tidak pernah hidup di dunia ini, ini merupakan pernyataan yang kredibel dalam perspektif ilmu sejarah, yang tidak dapat diganggu gugat oleh argumen-argumen dari sisi yang bersifat iman, spiritualis, agamais, atau aspek-aspek padanannya.
Sama seperti ketika seseorang disantet, dunia kedokteran hanya bisa mendiagnosa dan memberikan penanganan dari ranah ilmu kedokteran. Mau menyanggah hasil diagnosa dokter berdasarkan sudut pandang ilmu santet sampai ke mana pun ya percuma. Sekalipun orang itu mati, kendati benar karena santet, dokter tetap mengeluarkan surat hasil diagnosa: Mati serangan jantung, misalnya.  :)

 
Betul, yang bersifat ilmiah pun sama sekali jauh dari sempurna, dan tidak bisa selalu menjelaskan segalanya. Studi ilmiah hanya bicara sejauh bukti konkret yang ada, lalu diambil kesimpulan berdasarkan logika. Jadi makin banyak bukti, makin luas dan dalam pengetahuan yang diperoleh, dan sebaliknya semakin sedikit bukti otomatis semakin kabur sempit dan dangkal pula pengetahuan yang didapat.

Jika tidak ada yang bisa diselidiki, yah tidak dibahas. Misalnya soal tahun berapa Sidharta Gotama lahir, mencapai Kebuddhaan, dan wafat tidak ada catatan atau bukti yang bisa diuji, maka secara ilmiah tidak ada buktinya. Tapi ini bukan berarti secara ilmiah Bodhisattva tidak ada, seperti salah kaprah yang umum terjadi. Posisinya hanyalah: ada atau tidak ada, tidak bisa ditinjau dari sudut ilmiah. Jadi seperti kasus santet itu, jika memang secara medis yang tercatat hanya sakit jantung, maka sebatas itulah yang dibahas. Apakah dijemput Anubis/Thanatos, disantet, nyawanya diculik jin, karma habis, dan segala macam asumsi atau klaim lainnya yang tidak bisa diobservasi dan diuji, itu tidak masuk dalam bahasan.

Jadi memang beginilah sudut pandang Buddhisme Awal dengan semua keterbatasannya. Silahkan bro chingik kalau ada bahasan, jangan ragu2. :)