//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tradisi pai cheng bu  (Read 52504 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #105 on: 07 September 2011, 03:54:42 PM »
Good point Bro William :)

Tetapi tadi ada yang berpendapat tradisi lebih baik ditinggal karena tidak memberikan manfaat untuk pencapaian Nibbana. Nah pertanyaan saya, berarti semua kebiasaan yang tidak bermanfaat untuk pencapaian Nibbana harus ditinggalkan-kah? (termasuk kebiasaan sungkeman)

saya rasa utk sungkeman mgkn bisa utk melatih mengurangi ego krn setidkanya mau berlutut di depan ortu..nah ini kan emang ada sisi baikinya utk perkembangan bathin.. saya rasa selama masih puthujana ya kita tidak akan bisa terlepas dari hal ginian.. kecuali sudah arya mgkn bisa meninggalkan ini semua.... semua ini tergantung pada pribadi masing2 apakah bermanfaat baginya atao tidak....kadang orang lain cuma bisa nilai dari luar saja...

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #106 on: 07 September 2011, 03:55:30 PM »
iya nih kasihan...threadnya jd "kotor"
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #107 on: 07 September 2011, 04:40:08 PM »
Adakah dharma yang bernama terawada atau mahayana?

menurut anda, dharma itu yang bagaimana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #108 on: 07 September 2011, 05:30:46 PM »
hehe...

sepertinya thread ini telah pecah menjadi 2 topic berbeda.

tapi saya tetap pada topik semula.

ya... saran para senior saya ambil sesuai dengan kondisi saya saja.

sekarang menurut saya,
menjalankan tradisi PaiChengBu adalah murni sebuah tindakan spontan atas tradisi itu sendiri, kenapa harus ada karma jelek disini? betul tidak?

percaya bahwa hal tersebut akan membawa berkah, rezeki dan perlindungan mungkin bodoh.

namun meyakini itu sebagai tindakan positif adalah hal lain lagi. betul tidak?

walau akibatnya saya akan mewarisi tradisi yang katakanlah tidak bermanfaat pada keturunan saya, itu masalah lain lagi. apa yang kelak terjadi tidaklah pasti. bisa saja anak saya jadi pemeluk isl*m atau kr*sten atau bahkan atheist.
yang penting tugas saya sebagai orang tua akan memberikan pemahaman yang benar pada anak cucu, membimbing mereka pada dhamma. sekali lagi soal warisan tradisi ini saya pandang sebagai hal positif saja.

nah semua kembali pada pemahaman dhamma kita sendiri. saya mungkin cetek, tapi saya mau belajar. sekarang saya belajar.... dan terima kasih sekali atas masukannya. saya belajar lebih banyak pada sesi topic ini, dari pada saya bongkar sana sini, obok2 mbah suhu google yang hasilnya nol.

Menurut saya,
Hanya pikiran bersekutu dengan dosa (kebencian), loba (keserakahan), dan moha (kebodohan batin)  maka tindakan akan dikatakan perbuatan buruk.

Jika suatu tradisi hanya mewariskan hal yang tidak bermanfaat kepada generasi berikut mungkin akan mudah ditinggalkan, namun jika juga berdampak  menggerogoti kualitas mental?

Sungguh ironis, kadang kita ingin memberikan pandangan benar kepada anak kita, namun justru kita menjejelnya juga dengan suatu hal yang membebani mental mereka.

Terus terang, saya melihat topik ini berdasarkan pada kekhawatiran TS pada menjalankan tradisi orang tua, apakah nanti kalau tidak diikuti akan berakibat buruk atau tidak, serta “kutukan-kutukan” orang tua menyelimuti tradisi tesebut. Semua inilah yang saya sebut sebagai warisan. Saya tidak tahu apakah anda juga akan memaki dan mengutuk anak anda sebagai anak durhaka jika anak anda tidak melakuan tradisi yang sama.

Sekali lagi, tidak ada yang bisa melarang anda melakukan tradisi.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #109 on: 07 September 2011, 05:32:01 PM »
apakah meminta pertolongan "makhluk lain" bukan suatu tindakan yang mengkondisikan? (jika memang benar ada makhluk yang datang)

Kembali kepada konteks kemungkinan dan jika, Sdr. No Pain No Gain.
Apakah meminta pertolongan "makhluk lain" (saya artikan secara awam sebagai makhuk halus) bukan suatu tindakan yang mengkondisikan?

Bisa ya bisa juga tidak. Tapi apakah kita yakin hal itu akan menciptakan kondisi berbuahnya karma baik, atau justru sebaliknya? Yakinkah kita yang datang adalah makhluk yang berhati tulus? Seperti pepatah, dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati who knows? Makhluk yang kasat mata saja dapat menusuk dari belakang maka tidak menutup kemungkinan terjadi pada makhluk yang tidak kasat mata.

Apakah kita yakin makhluk tersebut tidak terus-menerus meminta seserahan dan akan bertindak negatif saat kita lupa memberikannya? Dengan demikian apakah ini disebut mengkondisikan karma baik yang muncul atau karma buruk yang muncul?

Dan balik lagi kepada pertanyaan yang menggelitik saya:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik. Oleh karena itu kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?


GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #110 on: 07 September 2011, 05:45:02 PM »
Menurut saya,
Hanya pikiran bersekutu dengan dosa (kebencian), loba (keserakahan), dan moha (kebodohan batin)  maka tindakan akan dikatakan perbuatan buruk.

Jika suatu tradisi hanya mewariskan hal yang tidak bermanfaat kepada generasi berikut mungkin akan mudah ditinggalkan, namun jika juga berdampak  menggerogoti kualitas mental?

Sungguh ironis, kadang kita ingin memberikan pandangan benar kepada anak kita, namun justru kita menjejelnya juga dengan suatu hal yang membebani mental mereka.

Terus terang, saya melihat topik ini berdasarkan pada kekhawatiran TS pada menjalankan tradisi orang tua, apakah nanti kalau tidak diikuti akan berakibat buruk atau tidak, serta “kutukan-kutukan” orang tua menyelimuti tradisi tesebut. Semua inilah yang saya sebut sebagai warisan. Saya tidak tahu apakah anda juga akan memaki dan mengutuk anak anda sebagai anak durhaka jika anak anda tidak melakuan tradisi yang sama.

Sekali lagi, tidak ada yang bisa melarang anda melakukan tradisi.

mau tanya om, kalau soal tradisi, dalam budis pun ada juga tradisi, dan kemungkinan tradisi itu punjuga bisa bersekutu dengan LDM, bagaimana menurut om?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #111 on: 07 September 2011, 05:52:12 PM »
Kembali kepada konteks kemungkinan dan jika, Sdr. No Pain No Gain.
Apakah meminta pertolongan "makhluk lain" (saya artikan secara awam sebagai makhuk halus) bukan suatu tindakan yang mengkondisikan?

Bisa ya bisa juga tidak. Tapi apakah kita yakin hal itu akan menciptakan kondisi berbuahnya karma baik, atau justru sebaliknya? Yakinkah kita yang datang adalah makhluk yang berhati tulus? Seperti pepatah, dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati who knows? Makhluk yang kasat mata saja dapat menusuk dari belakang maka tidak menutup kemungkinan terjadi pada makhluk yang tidak kasat mata.

Apakah kita yakin makhluk tersebut tidak terus-menerus meminta seserahan dan akan bertindak negatif saat kita lupa memberikannya? Dengan demikian apakah ini disebut mengkondisikan karma baik yang muncul atau karma buruk yang muncul?

Dan balik lagi kepada pertanyaan yang menggelitik saya:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik. Oleh karena itu kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?



mungkin pandangannya tidak mau ambil resiko, sama seperti katanya mending percaya tuhan khan tidak rugi kalau tidak ada tidak masalah, kalau ada ya yang rugi yang tidak percaya, cari amannya, padahal kalau mau ambil aja semua kepercayaan di dunia biar aman sekalian =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #112 on: 07 September 2011, 06:08:32 PM »
mau tanya om, kalau soal tradisi, dalam budis pun ada juga tradisi, dan kemungkinan tradisi itu punjuga bisa bersekutu dengan LDM, bagaimana menurut om?

Jika memang ada, maka perlu dikaji ulang, Sdr. Ryu. Ini menurut pendapat saya
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #113 on: 07 September 2011, 06:51:36 PM »
Ajaran Buddha bukan tentang merubah orang lain atau agama orang lain tetapi merubah diri sendiri. Jika anda sibuk pada dunia luar, maka penderitaanlah yang anda rasakan. Sibuk mencela. Manusia cenderung menyalahkan dunia luar sebagai sumber kegagalannya, ketidak bahagiannya. Jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya, maka rasa kecewa yang akan diperolehnya. Jika ia tidak memahami bahwa itu adalah kenyataan bahwa segala sesuatu memang tidak tetap dan tidap pasti, maka penderitaan yang akan dirasakannya.

teori tinta diatas kertas  :P
master cu sudah ubah diri sendiri ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #114 on: 07 September 2011, 09:10:41 PM »
Jika memang ada, maka perlu dikaji ulang, Sdr. Ryu. Ini menurut pendapat saya
dalam budis apakah diajarkan tradisi seperti mendoakan anak, mendoakan orang tua, meminta berkah, minta keselamatan dll?

kalau ada, tradisi itu kemudian menjadi sarana pengembangan LDM, apakah yang salah si tradisinya itu atau si orang yang tidak mengerti makna tradisinya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #115 on: 07 September 2011, 09:31:53 PM »
udah toh... jangan pada berantem.

ini kan cuman topic ringan yang TS angkat karena keragu-raguan TS.
kok malah berkembang menjadi perdebatan benar salah dalam dangkal.

TS pernah dengar, dharma itu cuman "itu ke itu" aja kok (walau bukan segampang ato sesederhana ngucapin "itu ke itu" doank)... apapun alirannya, siapun yang jadi buddhanya, sama saja dharmanya gak pake ver 1.2 ato ver 3.5Beta ato apa gituuu...
bukan kata TS lhoooo TSnya belum sampe pada pemahaman begitu.

so mohon berikan kesempatan pada TS yang junior ini untuk belajar dharma lebih baik. seperti yang TS sampaikan pada post sebelumnya. pengetahuan dharma TS hanya terbatas pada kurikulum sekolah. kasian kan?

nah wa ajarin satu lagi karena anak nya sudah satu tahun ( dah bisa jalan belum yahh dan sudah bisa mangil papa mama nya?) bentar lagi kathina di bawa saja ke acara kathina (vihara)  bimbing untuk melakukan dana atau sangha dana terserah yang mana yang gampang di lakukan oleh anak kecil.

atau adakan pesta ulangtahun dan mengundang bhikku atau bhikuni dari sangha terdekat dan memberikan dana oleh sang anak agar berbuah kamma baik di kemudian hari.

Hanya usul kalau bisa ajak kakek dan nenek nya juga untuk melakukan sanghadana ketika hari kathina tiba, karena bagaimana pun usia orang tua sudah ada berumur, entah di daerah saudara rico viharanya/kelenteng nya mengadakan acara kathina tidak.

di coba coba saja untuk mengusulkan  karena ada warisan kelenteng untuk mengadakan acara kathina di kelenteng tersebut juga untuk mengundang para bhiku sangha. ( hmm mesti ada anggota sangha bermasa wassa di kelenteng tersebut minimal 5 yahh)

harus sadar ketika mengusulkan hal seperti ini keorang yang tradisi nya berbeda jangan kecewa bila di tolak, harus di ingat pula ketika mengusulkan hal ini hendaknya lah di cari waktu atau tempo yang tepat dan tidak boleh terburu buru mengemukakan nya.

jadi harus ada persiapan persipapan ( baik yang besar maupun yang kecil) ketika hendak mengusulkan hal seperti ini seperti orang yang memasang perangkap harus di siapkan celah juga untuk mundur bila gagal.

tentu saja tidak harus tahun ini juga.

Wah, bagus sekali! Punya altar Avalokitesvara di rumah sudah bagus, sekarang tinggal bagaimana anda mengarahkannya...hahah

Kalau saya lihat ya, di keleteng warisan kakek anda malah ada banyak dewata Buddhisnya, sebut saja:
1. Guanyin (Avalokitesvara)
2. Guangong (Sangharama Bodhisattva)
3. Rulai Fozhu (Sakyamuni or Maitreya)
4. Zushi Gong (bhiksu Chan, Qingshui Zushi)]

Anw Datuk tu dewa apa ya? Fude Zhenshen?

Kalau boleh tau, apakah kelenteng tersebut diwariskan secara keluarga? Apakah anak-anak dari pengurus kelenteng sekarang sudah pada pergi ke vihara mendalami ajaran Buddha? kalau iya, mungkin memang ada ketakutan bahwa anda sebagai penerus tidak mewarisi tradisi dan kelenteng keluarga. Kalau boleh tau nama kelentengnya apa bro?

Tapi seandainya harus diwarisi begitu, tidak masalah, karena justru sebagai generasi penerus anda berkesempatan mengembangkan unsur Buddhis yang ada dalam kelenteng tersebut dan menyebarkan Buddha Dharma di sana.

 _/\_
The Siddha Wanderer

soalnya ada Buddha Sakyamuni tuh di kelenteng (beneran sakyamuni atau maitreya sihh?), jadi sayang loh kalau tidak di adakan acara kathina
« Last Edit: 07 September 2011, 09:49:59 PM by daimond »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #116 on: 08 September 2011, 05:06:31 AM »
dalam budis apakah diajarkan tradisi seperti mendoakan anak, mendoakan orang tua, meminta berkah, minta keselamatan dll?

kalau ada, tradisi itu kemudian menjadi sarana pengembangan LDM, apakah yang salah si tradisinya itu atau si orang yang tidak mengerti makna tradisinya?

Sepanjang pengetahuan saya, Sdr. Ryu, dalam ajaran Buddha tidak ada doa seperti pengertian agama lain yang memohon sesuatu. Kalau sekedar berharap ya ada, seperti: semoga semua makhluk berbahagia, semoga para dewa dan naga melindungi pembabaran Dhamma…(dalam Ettavata), dll. Bahkan dalam mantra-mantra pada literatur Buddhis yang berisi dari mengenai memperpanjang usia sampai masalah penyakit wasir pun tidak ada yang isinya memohon, yang ada hanya disuruh baca mantranya, dan sepengetahuan saya isi dari beberapa mantra yang pernah saya lihat hanya berupa pujian tidak ada kata memohon.

Sayangnya karena kita hidup di dunia yang mayoritas menganut pemahaman doa sebagai sebuah permohonan, maka disadari maupun tidak hal ini ikut mengondisikan pola pikir sebagian dari kita mulai sejak kecil, sehingga muncullah kebiasaan/tradisi campuran seperti memohon sesuatu dengan menggunakan bacaan/literatur Buddhis. Inilah yang rawan. Di sini dapat kita lihat bahwa sedikit banyak lingkungan mempengaruhi pembentukan pola pikir seseorang, meskipun pola pikir tersebut dapat ditata ulang.

Jadi sepertinya tidak ada yang bisa dikatakan sebagai tradisi Buddhis yang berkaitan dengan doa permohonan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #117 on: 08 September 2011, 07:16:48 AM »
Sepanjang pengetahuan saya, Sdr. Ryu, dalam ajaran Buddha tidak ada doa seperti pengertian agama lain yang memohon sesuatu. Kalau sekedar berharap ya ada, seperti: semoga semua makhluk berbahagia, semoga para dewa dan naga melindungi pembabaran Dhamma…(dalam Ettavata), dll. Bahkan dalam mantra-mantra pada literatur Buddhis yang berisi dari mengenai memperpanjang usia sampai masalah penyakit wasir pun tidak ada yang isinya memohon, yang ada hanya disuruh baca mantranya, dan sepengetahuan saya isi dari beberapa mantra yang pernah saya lihat hanya berupa pujian tidak ada kata memohon.

Sayangnya karena kita hidup di dunia yang mayoritas menganut pemahaman doa sebagai sebuah permohonan, maka disadari maupun tidak hal ini ikut mengondisikan pola pikir sebagian dari kita mulai sejak kecil, sehingga muncullah kebiasaan/tradisi campuran seperti memohon sesuatu dengan menggunakan bacaan/literatur Buddhis. Inilah yang rawan. Di sini dapat kita lihat bahwa sedikit banyak lingkungan mempengaruhi pembentukan pola pikir seseorang, meskipun pola pikir tersebut dapat ditata ulang.

Jadi sepertinya tidak ada yang bisa dikatakan sebagai tradisi Buddhis yang berkaitan dengan doa permohonan.

dalam tradisi budhis khan ada tradisi cetak buku dan menyalin sutra agar mendapat manfaatnya, tradisi itu berhubungan dengan LDM kah?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #118 on: 08 September 2011, 08:32:21 AM »
dalam tradisi budhis khan ada tradisi cetak buku dan menyalin sutra agar mendapat manfaatnya, tradisi itu berhubungan dengan LDM kah?

Sangat berhubungan.

Bisa mengurangi kadar LDM..
Bisa juga menambah kadar LDM..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #119 on: 08 September 2011, 08:50:36 AM »
Sangat berhubungan.

Bisa mengurangi kadar LDM..
Bisa juga menambah kadar LDM..
jadi apa bedanya tradisi pai cheng bu ini dengan mencetak buku sutra.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything