Saya persingkat, langsung ke korelasinya dengan "kosong=isi, isi=kosong", bahwa setiap fenomena ada karena sebab, bahkan saya (dalam kesadaran ini), ada juga karena sebab yang lain (ini yang tidak dijelaskan secara terperinci oleh Buddha Gautama, dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman makhluk yang masih terlalu jauh untuk mengerti).
sebelum lebih jauh.. coba jelaskan dgn detail apa itu :
1 Sunyata
2 Realisasi
3 Realisasi Sunyata
4 Kosong
5 Isi
trims sebelumnya... _/\_
6 kalau ada kosong dan isi, apakah ada 1/2 kosong dan 1/2 isi ?
7 kalau kosong = isi, isi = kosong, bagaimana mengetahui mana yg kosong, mana yg isi ?
bro Sunya, Tipitaka sudah baca semua ! :o,
kok tahu Buddha Gotama tidak menjelaskan secara terperinci ! ???
walaupun Tipitaka tidak wajib untuk dibaca dan dihafal keseluruhannya ataupun sebagian saja. :)
menurut saya tidak mungkin juga dijelaskan semua fenomena yang ada disetiap mahluk manusia
karna memang tidak akan membawa manfaat bagi pembebasan.
Dhamma Vinaya yang di 'patenkan' para Arahant pada Konsili Pertama yang dipimpin Bhikkhu Mahakassapa, sudah lebih dari cukup sebagai pedoman bagi mahluk manusia untuk pembebasan dari penderitaan.
1. en.wikipedia.org/wiki/Śūnyatā
2. Mewujudkan, membuat menjadi nyata.
3. Menyadari / mengalami Sunyata secara nyata (praktek, non teori).
4 dan 5 sudah terjawab dalam postingan http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.msg426770.html#msg426770.
Adapun kebenaran mutlak, paling ideal dirasakan sendiri lewat praktek, bukan sekedar teori dan penjelasan bahasa/verbal. Sehebat dan sesempurna apapun suatu istilah dan bahasa, tetap tidak bisa mendefiniskan "manisnya gula" seperti ketika Anda merasakan sendiri gula tersebut.
Demikian, semoga memuaskan Anda. Salam damai dan sejahtera.
kalo kata om Indra:
teori sunya=teori omong kosong :))
omong kosong = omong tidak kosong^:)^ ^:)^
mohon perhatiannya bro william
kalo kata om Indra:
teori sunya=teori omong kosong :))
Wah sayang hanya khusus para bijaksana dan meditator thread ini, ya sudahlah,lebih mudah menjelaskan sesuatu yg rumit menjadi panjang dan tambah rumit..
sebaiknya bro menjelasan point no.1 dgn kalimat sendiri, tidak merujuk pada wikipedia... sebab bro yg telah mengalamin...betul nih, coba om sunya detailkan dengan penembusan sunya anda melalui prajna.
marilah menjawab dgn singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti sehingga utk org awam mendptkan manfaatnya..
_/\_ ;D
betul nih, coba om sunya detailkan dengan penembusan sunya anda melalui prajna.
sebaiknya bro menjelasan point no.1 dgn kalimat sendiri, tidak merujuk pada wikipedia... sebab bro yg telah mengalamin...
marilah menjawab dgn singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti sehingga utk org awam mendptkan manfaatnya..
_/\_ ;D
sekalian menjelaskan
8. apakah itu prajna
Anda mungkin melewatkan ungkapan "gula".
Baiklah, tanpa mencicipi Anda mau membayangkan, boleh-boleh saja.
Sunyata adalah fenomena yang dapat diambil/disimpulkan, setelah mengamati semua keberadaan hukum alam, atau sebab-akibat, atau wujud/keberadaan itu sendiri.
Apa yang 'ada' karena 'disebabkan', apa yang 'disebabkan', lahir karena sebab yang lain lagi, dst.
Ujung-ujungnya, kehidupan (keberadaan kita di alam semesta), terjadi/tercipta/lahir karena disebabkan oleh maha gaib dari Adi Buddha itu sendiri, atau sebagian menyebutnya dalam literatur sebagai Dharmakaya (Tubuh Kebenaran, Tubuh Agung/Sempurna).
Karena potensi kita yang "Maha Bisa", karena itulah Buddha (tidak hanya Siddharta Gautama / Sakyamuni Buddha) mengatakan hidup (yang seperti ini, atau samsara) adalah Dukkha. Kenapa Dukkha? Karena diri kita lebih dari yang kita ketahui atau dapat dibayangkan oleh setiap makhluk.
Kita tidak harus terjerat dalam kelahiran dan kematian. Kita tidak harus sakit dan tua. Bukankah ini sangat luar biasa?
Kita juga tidak harus terpaku dalam satu wujud (wajah/fisik/karakteristik emosi). Kita bebas. Kita bebas menjadi apapun yang kita mau.
Kita ada dalam semua (seperti konsep panteistik), semua ada dalam kita (alam semesta ada dalam proyeksi-Ku, sebagai Yang Maha Tahu, Yang Tercerahkan).
Demikian. Semoga menambah daya/upaya untuk mencapai keterbebasan. Salam kesempurnaan (dalam wujud/kondisi), semoga berbahagia.
penjelasan panjang ini serasa....
sangat berisi... tapi juga SANGAT TIDAK BERISI...
itu yg aku tangkap... _/\_
keep it simple... (let the stupid understand)
Praktekkanlah, cicipilah... it's easiest way to understand (like I said, taste the sugar, just don't try to think about it, no more).
Masih terasa susah?
Jalani saja hidup dengan baik, be a good person. That's enough. :)
Jadi, bagaimana sunyata (kekosongan) bisa dikatakan bersifat rupa, vedana, sanna, sankhara dan vinnana? Mohon jelaskan secara logika saja krn saya bukan praktisi meditasi apalagi vipassana....
[at] cumi:
Justru membahas isi = kosong dan kosong = isi lbh rumit drpd membahas pancakkhanda = kosong dan kosong = pancakkhanda.....
:)
[at] cumi:
Justru membahas isi = kosong dan kosong = isi lbh rumit drpd membahas pancakkhanda = kosong dan kosong = pancakkhanda.....
:)
wa ada mendengar dhamma desana dari suatu tokoh di ekayana membahas prajna paramita hydra sutra, karena penjelasan nya wa setidak nya jadi mengerti kekosongan yang di maksud adalah anicca.
karena kekosongan yang sesungguh nya kita amati sejati nya hanya di batasi oleh pandangan jadi sesungguh nya tidak kosong, bila kita mengatakan gelas itu kosong di bumi ini. menjadi pertanyaan bukan nya gelas tersebut ada dan bukan nya tidak ada, juga ruang kosong tersebut sesungguh nya berisi udara (ingat di bumi).
isi = objek terbentuk,terasa,terlihat,terbau,ter sebagainya,,,,,,,,,,,
kosong = tak terbentuk,takterasa,takterbau, dan sebagainya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
setiap ada isi takmungkin tak ada yg kosong
setiap yg kosong belum tentu ada isinya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
isi =(ada) kosong =(ruang) namaste _/\_
loh kita bukan nya sedang membahas sebuah gelas kosong yang di pahami umum, sebuah gelas tanpa penutup dan tidak di pompa untuk di keluarkan udaranya (lain dengan botol dan lain nya yang memang khusus di buat untuk dapat di keluarkan udaranya sepert ac yang bro maksud).
karena banyak yang menggunakan perumpamaan menggunakan gelas kosong dan gelas 1/2 kosong dll.
Jadi mari kita melihat kenyataan sebuah gelas kosong itu sesungguhnya apa? bukan berdasarkan sejenis persepi sebuah pandangan manusia.
karena gelas kosong tentu nya bisa di lihat secara ilmiah.
repotnya membicarakan sesuatu yg BUKAN MANUSIA dan cara MANUSIA....
anda bilang perumapaan gelas kosong, sedangkan yg dibahan bukan "GELAS KOSONG" yg diketahui manusia umum...
kah lebih membingungkan lagi...
Mungkin betul.hayo ngaku siapa aja yang udah paham sunyata disini?
Bahkan perkataan di atas pun memverifikasi kebenaran sunyata itu sendiri 'kan? "Bahwa konsep sunyata bagi yang tidak paham pun, tidak lebih dari seonggok (maaf) sampah."
Jadi pengingkaran atas Sunyata itu sendiri, otomatis memverifikasi kebenarannya.
Salam. :)
hayo ngaku siapa aja yang udah paham sunyata disini?
paham=tidak paham, tidak paham=paham, beruntunglah oarng2 yg tidak paham, dan siallah orang2 yg paham, tapi beruntung=sial, sial=beruntung, so?jadi bingung... :hammer:
Apakah "mengetahui" harus lewat Tripitaka?
Dalam konteks ini (bahwa segala sesuatu sunya/kosong), cukup dan tidak cukup sangatlah relatif.
Ada yang belajar agama Buddha dapat menjadi lebih arif dan bijak, ada yang semakin belajar semakin bingung dan terjerat dalam pandangan salah.
Semua tergantung "sebab" dari setiap makhluk, karena pengumpulan karma positif tiap makhluk untuk belajar dharma adalah berbeda.
Jika ada jaminan buku/kitab apapun yang bisa membawa pada pencerahan, maka teori (sementara ini katakanlah begitu) Sunyata ini sebut saja teori kosong (seperti makna/artinya). Tapi kalau memang Dharma dan Buddha itu pun sunya (tak lepas dari kebenaran mutlak; paramattha sacca) maka kata cukup atau tidak cukup, sebenarnya relatif.
Semoga memberi terang. Salam kebahagiaan. _/\_
Jadi, bagaimana sunyata (kekosongan) bisa dikatakan bersifat rupa, vedana, sanna, sankhara dan vinnana? Mohon jelaskan secara logika saja krn saya bukan praktisi meditasi apalagi vipassana....
loh kita bukan nya sedang membahas sebuah gelas kosong yang di pahami umum, sebuah gelas tanpa penutup dan tidak di pompa untuk di keluarkan udaranya (lain dengan botol dan lain nya yang memang khusus di buat untuk dapat di keluarkan udaranya sepert ac yang bro maksud).
karena banyak yang menggunakan perumpamaan menggunakan gelas kosong dan gelas 1/2 kosong dll.
Jadi mari kita melihat kenyataan sebuah gelas kosong itu sesungguhnya apa? bukan berdasarkan sejenis persepi sebuah pandangan manusia.
karena gelas kosong tentu nya bisa di lihat secara ilmiah.
paham=tidak paham, tidak paham=paham, beruntunglah oarng2 yg tidak paham, dan siallah orang2 yg paham, tapi beruntung=sial, sial=beruntung, so?
jadi bingung... :hammer:
tapi bingung=tidak bingung, tidak bingung=bingung...
so, sebenarnya saya beruntung atau sial???
Membandingkan dua kutub ekstrim sebagai suatu yang identik/sama adalah misinterpretasi dalam pemahaman "Kosong = Isi, Isi = Kosong".
yah, semuanya sesuai dengan kemajuan pemahaman dhamma nya masing masing, kadang kadang susah untuk menjelaskan kembali meskipun kita telah berusaha (bahkan bahasa nya jadi kacau wakaka beneran deh bisa sampai seperti itu, yah hitung hitung belajar untuk menyampaikan konsep buddhisme dengan pengertian sendiri; harus di akui memang masih kacau balau sih penyampaian nya)
Pertama, defnisi kosong yang sering salah diinterpretasi menjadi: tidak ada. Ini adalah pemahaman yang salah.
Kosong merupakan sebuah fenomena negatif (terselubung) yang didapati/diperoleh setelah mengamati semua fenomena keber-ADA-an (termasuk rupa, segala faktor mental, serta hukum-hukum niyama yang ada, termasuk Kebuddhaan dan Nirwana itu sendiri). Pada dasarnya, segala sesuatu yang 'ada' (dapat diamati oleh batin, bahkan termasuk batin itu sendiri) ada/muncul/tercipta karena ditunjang faktor-faktor (Paticcassamuppada), dan karena semua yang 'ada' ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab), berarti 'aku' yang ada pun juga ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab). Maka ini menjelaskan (dengan sangat terperinci, akurat, detil sekali) darimana saya berasal. "Saya" dalam hal ini adalah batin tanpa kilesa (LDM), yaitu yang mengamati fenomena (keberadaan).
Jadi anatta berlaku relevan untuk 2 hal:
1. Bahwa semua skhanda yang kita kira/anggap diri (sejati), pada hakikatnya kosong (hanya gabungan/akibat karma sebelumnya).
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).
Dan karena itu dikatakan 'kosong', yakni semua saling berkaitan. Jika tidak ada ini, tidak ada itu, jika tidak ada itu, tidak ada yang lain.
Seperti itu. Semoga menjawab. :)
Bahasa punya keterbatasan. Dalam hal ini, sebutan "kosong" saja sudah secara otomatis membuat rata-rata orang berpikir bahwa kosong berarti tiada (apa-apa), nihil, melompong, dsb, padahal bukan itu yang dimaksudkan dalam sutra sebagai kosong. Paling baik memang mengamati dan menjalani secara langsung, karena bahasa sering menjadi sandungan dalam mendalami spiritualisme.
jadi anda 'mengetahui' bukan dari Tripitaka ( Pali, Sankrit )
boleh tahu dari mana ?
yang pasti manusia awam susah cukupnya
ndak tahu kalau anda memang sudah cukup atau cukup sudahlah
betul
sebab apa ?
emang tidak ada jaminan buku/kitab bisa memberikan pencerahan.
tapi dikitab ada tertulis sutta, bahwa Buddha Gotama meyakinkan kepada siswa2-inya, bila serius mempraktekkan Dhamma Vinaya bisa membebaskan penderitaan,
ternyata murid2 sang Buddha banyak yang berhasil, bagaimana pula itu !
terima kasih bro telah menjawab....
tetapi menjelaskan sesuatu, kita hrs perhatikan siapa pemirsa kita, dimana pengetahuan dan pengalamannya, seberapa besar kosa katanya, dst, dst....
Jelaskanlah dgn hal2 yg telah dia ketahui, jangan terlalu banyak memasukan kosa kata baru/banyak... sehingga pengajaran dan penyampaian tsb dpt efektif.
apakah bro udah nonton youtube yg sy posting, bagaimana tanggapan bro tentang penjelasan bhiku tsb ?
tolong coba ditulis ulang lagi bro....
sptnya bro Sunya belum memiliki kemampuan utk menjelaskan/mengajar....
kalau sy boleh usul,... judul yg dpt bro kembangkan spt :
Apa arti dari Khong/Chan/Kosong dlm Buddhism Mahayana, dan bagaimana mendapatkan manfaatnya bagi orang awam.
Ijinkan saya memberi tanggapan:
1. Pemahaman pemirsa itu bervariasi, sesuai tingkat pembelajaran masing-masing.
2. Kosa kata yang dikuasai juga relatif, tergantung pergaulan, tingkat pendidikan, wawasan, dsb.
3. Segmen yang saya targetkan sudah jelas, saya tulis di postingan satu: Disarankan bagi yang mengikuti topik ini untuk menjalankan meditasi (sebagai penunjang). Jadi saya tidak mungkin membidik segmentasi terlalu luas, karena akan ada komentar: "Terlalu susah dipahami", "Bahasa terlalu ndeso (karena berusaha simpel)", "Kurang detil/terperinci", "Terlalu panjang/pendek", dsb.
4. Diskusi dhamma dapat berupa:
a. Jawaban langsung.
b. Diberi pertanyaan balik.
c. Tidak dijawab.
Itu saya, tapi setiap makhluk punya kecenderungan masing-masing. Silakan ajukan apa yang Anda butuhkan dari saya, jika saya bisa membantu pasti saya jawab. Terima kasih. Semoga berbahagia. :)
Bila menurut Anda belajar dari sutta sudah cukup, maka cukuplah (saya tidak mau mengganggu keyakinan Anda).Tapi sewaktu diminta utk menceritakan pengalaman bro dlm meditasi gimana bisa mengerti tentang "kosong", bro menghindar ? jadi bolehkah share pengalaman bro disini tentang "kosong" ?
Saya tahu dari pengalaman saya sendiri. Salam.
di youtube bhiku membahas juga "kosong"... bagaimana tanggapan bro tentang penjelasan dia ? nahhhh
kecenderungan sy adalah sedapat mungkin, singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti.... tapi itulah yg SULIT DILAKUKAN...
utk soal manis, mudah aja... kumpulkan pemirsa... dan kita pesta TEBU aja...
sulit ? ohhh tidak !
Tapi sewaktu diminta utk menceritakan pengalaman bro dlm meditasi gimana bisa mengerti tentang "kosong", bro menghindar ? jadi bolehkah share pengalaman bro disini tentang "kosong" ?
;D
Sunyata
Yamaoka Tesshu, sebagai seorang pelajar muda Zen, mengunjungi satu per satu guru. Ia mendatangi Dokuon dari Shokoku.
Dengan maksud menunjukkan pencapaiannya, ia berkata, "Pikiran, Buddha, dan makhluk berindera, semuanya tidak ada. Sifat sebenarnya dari semua fenomena ialah kehampaan. Tidak ada penyadaran, tiada khayalan, tiada orang bijak, tiada
orang awam. Tidak ada pemberian dan tidak ada yang diterima."
Dokuon, yang secara diam-diam merokok, tidak mengatakan apa-apa. Tiba-tiba, ia memukul Yamaoka dengan pipa rokok bambunya. Ini membuat pemuda itu cukup marah.
"Jika tidak ada apa-apa," jelas Dokuon, "Dari manakah kemarahan ini bersumber?"
---------------------
Daging ZEN Tulang ZEN,Bunga Rampai Karya Tulis Pra-Zen dan Zen
Saya hanya mengutip cerita Zen sebagai contoh mengenai kosong dan bagaimana pandangan dari Bro Sunya atas pencapaian oleh dua orang diatas yakni Yamaoka Tesshu dan Dokuon untuk menjelaskan mengenai kosong = isi dan isi = kosong.
_/\_
Jadi, relevan dengan konsep yang dia sampaikan sebelumnya, bahwa segala sesuatu tiada. Tiada tapi ada karena manusia yang mempunyai persepsi. Demikian juga dengan marah (reaksi) dia, sebenarnya tiada namun Dokuon (dan manusia lain) yang mempersepsikan itu sebagai marah.
Cerita serupa (entah khayal atau nyata) pernah saya baca di komik Zen.
Zen sendiri memang konsepnya "Pencerahan Seketika" (dalam arti; menyampaikan sesuatu secara singkat, namun bermakna). Karena itu biasanya kisah seperti di atas tidak disertai penjelasan lanjutan (tentang makna kisah/ilustrasi) karena diharapkan substansi cerita didapat dari hasil merenungi sendiri.
Komentar saya terhadap peristiwa di atas:
Benar bahwa konsep Sunyata seperti yang disampaikan Yamaoka Tesshu.
Dan benar juga kenapa dia marah ketika dipukul dengan pipa rokok.
Kenapa dikatakan demikian, karena memang marahnya itu muncul karena aksi (dipukul pipa rokok), bukan muncul dengan sendiri (spontan dan independen).
Jadi, relevan dengan konsep yang dia sampaikan sebelumnya, bahwa segala sesuatu tiada. Tiada tapi ada karena manusia yang mempunyai persepsi. Demikian juga dengan marah (reaksi) dia, sebenarnya tiada namun Dokuon (dan manusia lain) yang mempersepsikan itu sebagai marah.
Ada subyek pasti ada obyek.
Tak ada yang mengamati, adakah alam semesta ini?
Pernah berpikir atau merenung, benarkah alam semesta ini tanpa batas (infinity)?
Dan (yang terpenting) kenapa alam semesta ini tanpa batas?
Itu, kaitannya dengan konsep subyektivitas (relativitas) dan konsep sunyata itu sendiri.
Baik, nanti dilanjutkan kalau tertarik.
Salam. _/\_
Baik, nanti dilanjutkan kalau tertarik.lebih tertarik lagi gimana bro menemukan sunyata... gimana perjalanan pengalaman tsb ?
sambil menunggu cerita pengalaman peribadi bro Sunya dalam hal mencicipin sunyata (tebu),...
tentu banyak hal yg bisa diceritain spt menanam tebu,... akhir diperas dan terasa manis (sunyata)...
saya tunggu ya... ;D
Kita belajar lewat tanya jawab. Coba ini: "Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
Alternatif lain: "Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"
Lewat pertanyaan, dari sini kita kembangkan menuju kepada pemahaman sunyata/kosong, seperti yang Anda minta.
Jika di lihat alur cerita, Yamaoka Tesshu membanggakan pencapaiannya dalam hal “sunyata”, kemudian mendapat cobaan dari Dokuon dengan pipa rokok, sehingga timbul kemarahan ( reaksi muncul ), kemudian Dokuon dengan sindiran "Dari manakah kemarahan ini bersumber?"
Apakah jawaban bro ingin menjelaskan marah = tidak marah hanya karena persepsi ?
Sehingga isi = kosong dan kosong = isi hanya karena persepsi ?
Benarkah demikian ?
_/\_
Saya setuju dengan anda bahwa sang Murid benar. Yang jadi masalah adalah, si murid terikat dengan pandangannya, sehingga menjadi salah, yaitu terikat dan bahkan besar kepala sehingga ingin dipamerkan kepada gurunya. Pengetahuan tentang hal di atas tidak serta merta menjadikan orang menjadi suci, orang menjadi suci apabila dapat menjaga kesadarannya setiap saat. Pada saat si murid ingin pamer, tidak ada pengendalian di sana dan plaa...kkk. ;D
"Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
tidak ada masalah guru galak atau tidak, yg penting apakah dia memiliki kemampuan tentang bidang yg diajarkan dan seberapa baik penyampainannya. secara pribadi, galak/jorok/emosian/gila guru sama sekali tidak berpengaruh pada saya...
apalagi kalau guru punya jurus BELUT, ya kita harus tabah dan sabar utk menangkapnya...
"Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"
sptnya ortu, adakah jawaban lain ?
Kita belajar lewat tanya jawab.
sy bertanya. bagaimana pengalaman pribadi bro sunyata mencapai SUNYA ?
Pertama, defnisi kosong yang sering salah diinterpretasi menjadi: tidak ada. Ini adalah pemahaman yang salah.
Kosong merupakan sebuah fenomena negatif (terselubung) yang didapati/diperoleh setelah mengamati semua fenomena keber-ADA-an (termasuk rupa, segala faktor mental, serta hukum-hukum niyama yang ada, termasuk Kebuddhaan dan Nirwana itu sendiri).
Pada dasarnya, segala sesuatu yang 'ada' (dapat diamati oleh batin, bahkan termasuk batin itu sendiri) ada/muncul/tercipta karena ditunjang faktor-faktor (Paticcassamuppada), dan karena semua yang 'ada' ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab), berarti 'aku' yang ada pun juga ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab).
Maka ini menjelaskan (dengan sangat terperinci, akurat, detil sekali) darimana saya berasal. "Saya" dalam hal ini adalah batin tanpa kilesa (LDM), yaitu yang mengamati fenomena (keberadaan).
Jadi anatta berlaku relevan untuk 2 hal:
1. Bahwa semua skhanda yang kita kira/anggap diri (sejati), pada hakikatnya kosong (hanya gabungan/akibat karma sebelumnya).
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).
Dan karena itu dikatakan 'kosong', yakni semua saling berkaitan. Jika tidak ada ini, tidak ada itu, jika tidak ada itu, tidak ada yang lain.
Seperti itu. Semoga menjawab. :)
Jawaban pertama tidak relevan (saya bertanya "adakah", bukan "masalah" atau "tidak masalah").
pernah dengar kalimat...
tidak ada masalah kucing itu putih atau hitam, selama dpt menangkap TIKUS..
Untung ada pertanyaan kedua, jadi bisa kita olah jawabannya.
Baik, ortu (orang tua) jawaban Anda.
Selanjutnya/sebenarnya saya akan bertanya, "Apa pekerjaan orang tua Anda?" dan seterusnya... tapi kita persingkat saja (agar Anda cepat memetik manfaat).
Jadi kita analogikan/umpamakan saja pekerjaan Ayah Anda adalah bos di sebuah usaha. Dia punya karyawan, dan ada seseorang yang memang mentalnya pemalas, sering bolos, dsb.
Apakah sikap Ayah Anda bersahabat kepada karyawan ini? Besar kemungkinan jawabannya tidak, karena manusia seramah (maaf) Jokowi (Gub. Jakarta sekarang) saja bila bertemu pegawai di instansi/dinas di bawahnya bila pegawainya bermalas-malasan, tentu pimpinan/bos tidak akan senang.
Dan demikian sejauh ini asumsi kita terhadap sikap Ayah Anda.
Jadi, bagi karyawan Ayah Anda (sebut saja Udang), Ayah Anda (sebut saja Ayah Cumi) seorang yang (misalnya): Tidak toleran, sering marah, tidak punya belas kasihan, dsb.
Betul?
Tapi bagi Anda (Cumi)?
Tentu (sudah Anda sebutkan di atas), ortu (termasuk Ayah) adalah seorang yang baik terhadap Anda (dengan segala kekurangan dan kelebihannya).
Dalam kasus di atas, ini menjelaskan bahwa Ayah Anda SUNYA, tergantung karma siapa yang berbuah.
Anda memiliki karma untuk terlahir dari sepasang orang tua yang baik, menyayangi Anda, pengertian dengan Anda, maka "lahirlah" Ayah Cumi untuk Anda.
Karyawan Ayah Anda (Udang) punya karma memiliki banyak kesulitan hidup; dari tabiat yang sukar diubah, memiliki banyak masalah di rumah (menyebabkan dia/Udang tidak fokus bekerja), sering terlambat karena kantor jauh, dsb... maka "lahirlah" sosok Bos (Ayah Cumi) sebagai pimpinannya dia yang 'kurang baik' menurut dia.
Jadi bisa dipahami sampai disini ya?
Kasus ini lumrah dan umum kok, sering kita lihat seorang residivis atau terpidana yang benar-benar jahat/kejam (membunuh tanpa belas kasihan dalam jumlah tidak sedikit), tapi orang tuanya tetap berkomentar bahwa anaknya ramah, baik terhadap orang tua, sayang kepada adik-adiknya, dsb.
Biasa dalam wawancara, mimik muka orang tua tersebut seolah keheranan (tidak bisa menerima kenyataan) kenapa/bagaimana mungkin anaknya bisa tersangkut kasus (pembunuhan) sedemikian rupa.
Oke, saya akhiri dulu. Nanti dilanjutkan. Salam.
Entah kenapa saya tidak menilai/menyoroti sikap Yamaoka Tesshu.
Bagi saya justifikasi (menjatuhkan vonis, membenarkan, atau menyalahkan) justrYamaoka Tesshuu menunjukkan 2 hal:
1. Menguatkan pandangan 'Atta' (adanya sosok "diluar sana" yang sejati/hakiki berdiri sendiri, dalam hal ini Yamaoka Tesshu). Sebenarnya (secara hakiki) yang ada cuma amarah (tidak perlu disimpulkan bahwa itu adalah kesombongan, niat ingin pamer, dsb).
2. Membiasakan diri kita dalam mengatai/membicarakan (menilai/memvonis seseorang). Coba perhatikan secara seksama sikap dan ciri orang bijak/suci, jarang sekali mereka memvonis sesuatu (seseorang/kelompok) secara asumtif/prasangka dalam subyektifitas mereka. Cukup (seperti poin 1) kita menilai reaksi yang muncul (yaitu marah/bereaksi), tanpa perlu dilabeli bahwa si A itu "begini-begitu", si B "begitu-begini", dst.
Sungguh (secara jujur) saya benar-benar tidak memperhatikan "makna cerita" bahwa Yamaoka sombong, dsb. Bagaimana hal itu luput dari perhatian saya, saya benar-benar tidak paham/mengerti.
Ada indikasi ketiga (lanjutan poin 1 dan 2), dalam korelasi dengan Sunyata, tapi saya lewatkan dulu (mungkin terlalu dalam untuk disampaikan sekarang). Intinya, jika kita tidak memiliki karma "X", tidak mungkin kita bisa menilai/mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan karma "X" tersebut.
Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?
Apa benar ada gempa bumi di luar sana? Apa benar presiden AS namanya Barack Obama?
Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.
Mari kita dalami, shall we? :)
_/\_
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).dan apakah faktor-faktor (penyebab) Nibbana itu??
dan apakah faktor-faktor (penyebab) Nibbana itu??
Please deh, will woll, jgn OOT ;Dyah, penonton kecewa... :(
apakah dari posting demi posting bisa taoo kalau bro Sunya itu sebenarnyaberisi atau tidak berisi sama saja..
berisi atao kosong ?
maksud saya
tidak berisi atau berisi ?
:P :-[
Maaf, lama menanggapinya karena saya beberapa hari terakhir bekerja di luar kota....
Saya tidak menyatakan bahwa kosong (sunya) itu sama dengan tidak ada (nihilisme). Silahkan cek tulisan saya di atas dan pada thread lain apakah saya pernah menyatakan hal tsb....
Setahu saya, kekosongan itu bukan sesuatu yang negatif maupun positif karena melampaui dualisme positif dan negatif. Cmiiw.
Ini saya pahami sebagai penjelasan mengapa pancakkhanda adalah kosong dari "aku, milikku, diriku" (anatta).
Apakah anda menyatakan bahwa "aku" yang sejati adalah batin yang tanpa kilesa? Ini malah bertentangan dengan ajaran anatta bahwa segala sesuatu adalah bukan aku, tidak dapat ditemukan aku baik di antara pancakkhanda (salah satu unsur khanda bukan aku), di dalamnya (pancakkhanda bukan aku), dan di luarnya (tidak ada aku di luar pancakkhanda, bahkan Nibbana pun bukan aku).
Ini penjelasan dari ajaran anatta bahwa pancakkhanda adalah kosong, bukan penjelasan dari ajaran kekosongan kenapa kosong bisa bersifat pancakkhanda.....
Kiranya ini sudah OOT karena kita tidak bermaksud untuk membahas bagaimana keadaan batin yang telah tercerahkan setelah mencapai Nibbana. Sama seperti penjelasan di atas tentang "saya adalah batin yang tanpa kilesa". Sebaiknya tidak membahas ini dulu karena bisa melebar ke mana-mana
Ya, ini konsep kekosongan yang dijabarkan dari sudut pandang paticcasamuppada/saling kebergantungan.
Menurut saya, dari penjelasan di atas anda hanya membahas pancakkhanda adalah kosong, tetapi belum menyentuh kosong adalah pancakkhanda.....
kalau bro sunya mau bahas tentang gimana menjalankan business (area business coach), bisa dgn suhu Mokau di DC yg lebih kompetent....
kalau saran cumi sih lebih baik back to topik atau ceritakan bagaimana pengalaman bro mendptkan sunyata...
dari pada panjang lebar bahas antara bos dan karyawan....
menurut pengamatan sy.. ilmu belut bro sunya mulai KELUAR...hahahaa.... _/\_
Saya tidak menyatakan bahwa Anda menyatakan kosong = tidak ada, saya hanya memberi penjelasan umum.
Negatif bukan seperti negatif dan positif dualisme; seperti jahat=negatif, baik=positif. Bukan itu maksud negatif disini. Maksud dari negatif disini adalah terselubung, seperti nilai nominal -1 tidak dapat Anda lihat, yang bisa Anda lihat adalah nilai satu (misalnya Anda punya sebuah apel, lebih mudah dimengerti daripada jika Anda memiliki -1 apel, karena 1 bisa dilihat, dan -1 tidak).
Saya memberi penjelasan yang cukup populer (bisa dimengerti), jawaban dari siapa yang mencapai nibbana, ya tentu 'sesuatu', tapi sesuatu itu tentu tidak (dan bukan) bagian dari panca khanda. Ketika banyak bahasa 'absurd' mencoba mendefinisikan nibbana dan pencapaiannya, banyak istilah/ungkapan seperti "yang mencapai nibbana bukan aku", "aku bukan ada dan juga bukan tak ada", dsb... saya mencoba mendefinisikannya dalam ungkapan yang lebih mudah dipahami. Mudah-mudahan bisa benar-benar dipahami secara mudah.
Pertanyaan terakhir Anda, sebenarnya sudah saya jawab. Coba cermati lagi, dari baris pertama saya sudah menulis definisi kosong disini bukan tiada apa-apa (tidak ada, nihil). Sedangkan Anda masih berpikir kosong seperti tidak ada, lalu kenapa ada rupa dan nama, bukan begitu?
Penjelasan kosong (saya ulangi lagi): Dalam setiap fenomena yang terjadi, semua saling berkaitan. Jadi karena semua saling berkaitan, berarti semua kondisi 'ada' ini (termasuk panca khanda tentunya) adalah sebuah rangkaian sebab-akibat. Karena hanya sebab-akibat, tentu keberadaan ini sesungguhnya kosong 'kan?
Kosong bukan tiada (tidak ada) lho, tapi semua yang terjadi sekarang tidak ada prima causa-nya (tidak ada sebab inti, bahkan "aku" itu pun ada karena ditunjang faktor-faktor/agregat 'kan?).
Sejauh ini paham?
Nanti saya beri contoh sehari-hari yang mudah dipahami.
Boleh tanya, Anda sudah pernah mengamati faktor-faktor mental dalam meditasi?
Oke, semoga berbahagia. _/\_
Cerita Zen adalah netral, tujuan disajikan cerita adalah untuk meminta pandangan Bro yang telah menyelami secara bathin “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong.” Dan secara jujur saya belum menyelami bahkan tidak mengerti, dan menurut saya sangat susah. Dan topic ini diangkat oleh Bro, sekarang Bro mengatakan bahwa indikasi ketiga ini terlalu dalam untuk dibahas dan di skip dulu.
Jadi apa lagi yang mau dbahas, karena memang inti cerita yang mau dibahas adalah :
1. Yang mengaku telah menyelami sunyata ternyata masih bisa sombong (Yamaoka Tesshu), dan kesombongan inilah yang selalu menjadi biang untuk menjustifikasi pandangan orang lain contohnya timbul kemarahan karena merasa “AKU” nya direndahkan, memamerkan kemampuannya, dsb
2. Sedangkan yang bertanya “"Dari manakah kemarahan ini bersumber?" apakah termasuk orang yang lebih menyelami “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong” (Dokuon). Apakah Dokuon berpikir bahwa marah = tidak marah dan tidak marah = marah atau tidak berpikir demikian. Apakah AKU si Dokuon sedang bereaksi atau sebaliknya AKU si Yamoka yang bereaksi ?
Apakah tulisan Bro diatas ( bold merah ), tidak termasuk menjustifikasi ?
Jawaban sederhana saya mungkin hanya “ BEDA PERSEPSI “
OK, saya tidak melanjutkan diskusi yang menarik ini, karena hasil akhirnya HANYA PERSEPSI
_/\_
Semakin tidak paham :|
Mungkin karena saya bukan seorang meditator.... :)
Kalo gitu, gak usah dilanjutkan lagi.... Nanti semakin bingung saya....
bro sunya, ditunggu jawabannya disini (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23538.0/topicseen.html).. :x :x
Semakin tidak paham :|
Mungkin karena saya bukan seorang meditator.... :)
Kalo gitu, gak usah dilanjutkan lagi.... Nanti semakin bingung saya....
Baik, saya beri contoh sehari-hari saja, sesuai janji saya kemarin. Boleh ditanggapi, boleh tidak, terserah pada Anda.
Misalnya ada pernyataan: "Bumi punya 'dua' satelit, bernama Bulan, dan Hari."
Nah, setelah Anda olah informasinya, Anda tahu bahwa pernyataan itu tidak benar.
Yang Anda tahu, bumi cuma punya satu satelit, bernama Bulan.
Lalu dimana contoh fenomena terselubungnya?
Yaitu ada di KETIADAAN 'dua', serta 'Hari'.
Maksudnya, kedua pernyataan tersebut (adanya dua satelit, dan juga memiliki nama Hari) adalah 'Tidak Ada', namun 'ketidak-adaan' dua (satelit) serta Hari tersebut, tidak bisa Anda lihat (karena memang satelit cuma ada satu, terlebih/apalagi ada nama Hari, darimana/bagaimana ceritanya).
Bisa dipahami? Contoh di atas masih bisa dilogika.
Oke, semoga makin maju dalam dharma. _/\_
kapan yah thread aye dikunjungi.... ??? :'( :'(isi in voucher dulu
isi in voucher duluvoucher berapa bro?? :P
saya mulai bertanya dari definisi kosong saja ya,
mohon pencerahannya
^:)^
apakah di dunia ini ada yang dapat dikatagorikan sebagai benar2 kosong?
1. misalkan saja plastik bungkusan yang divacumkan,
apakah plastik tersebut menjadi benar2 kosong?
kenyataan tidak,
ruang pada plastik yang sebelum divacumkan berisi udara,
setelah divacumkan maka akan terisi oleh bagian plastik pada sisi yang lain,
jadi ruang kosong diantara sisi plastik tadi menghilang karena terdesak oleh kerapatan kedua sisi plastik yang menempel pada akhirnya,
ruang kosong sebelum vacum= isi udara,
setelah vacum = isi plastik
dapatkah ruang yang benar2 kosong itu diciptakan?
analogi kedua,
sebuah botol pylox yang dikeluarkan isinya sampai habis,
apakah botol pylox tersebut menjadi benar2 hampa udara?
jadi bagaimana kondisi kosong itu sebenarnya?
2. apakah ada suatu keadaan dimana suatu kekosongan yang tidak berisi material lain di dalamnya?
balon hanya akan menjadi balon ketika ada udara didalamnya (diantara sisi dalam karet balon),
bila tidak ada udara atau apapun di antara karet balon,
maka balon adalah gumpalan karet yang saling menempel
hahahaha....
mari kita saling membuka diri......
pertama tama.... judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)
1. kenapa judul tsb dipilih ?
2. apa manfaat bagi pembaca bila mengetahui kosong=isi, isi=kosong ?
3. judul tsb dibahas dlm Buddhist secara genaral atau pada aliran tertentu
(Theravada, Tantra, Mahayana, etc) ?
4. adakah sutta2/buku2 sebagai referensi dlm pembahasan judul tsb ?
5. apakah yg ingin dicapai dari judul diatas KIIK (adakah goal dari penulisan ini) ?
6. tentukan apakah penulisan anda berupa/secara argumentative atau analitical tentang KIIK ?
7. adakah guru/biksu/bhikuni yg udah pernah membahas KIIK secara baik ?
8. adakah bukti dlm keseharian tentang keberadaan KIIK ?
9. konklusi tentang penulisan/pencarian anda, dan apa manfaat mengetahui KIIK utk umat awam atau Buddhist ?
sementara kira2 itu dulu... mohon dijawab satu persatu...
_/\_ :P
Rekan Cumi serta saudara/i Dhammacitta yang budiman,
Dalam mempelajari sesuatu hendaknya kita berpikiran terbuka; tidak merasa keyakinan yang sekarang kita anut paling benar, merasa apa yang kita pelajari dari teks/ayat/sutra sudah sepenuhnya benar, tidak percaya pada pembuktian, bersifat tertutup dan sinis terhadap ajaran/konsep yang tidak/belum kita ketahui.
Dalam mempelajarin segala hal, tentu kita harus selalu terbuka, dan kita juga harus memiliki KEYAKINAN tentang apa yg kita sudah taoooo, bila kedua belah pihak tidak setuju, maka jalannya adalah melalui ARGUMENTASI, ANALISA dan PEMBUKTIAN... seorang ILMUWAN SEJATI adalah tidak masuk kedalam ranah : SINIS....
Dalam beberapa komentar, khususnya di thread ini dan thread sebelumnya (yang ada di postingan 1) terkesan bahwa para pemirsa forum tampaknya sudah memiliki keyakinan tertentu, dan hanya bertanya atau mengomentari untuk sekedar memberikan kesan bahwa keyakinannya yang benar, dan konsep kosong/sunya (sunyata) ini adalah tidak lebih dari sekedar omong kosong. Belum mengerti bukan berarti suatu konsep itu salah, benar?
Memang sih member2 disini kelihatannya memiliki banyak KEYAKINAN... ada yg begitu yakin kalau seseorang adalah BADUT,..ada yg berkeyakinan kalau yg lain udah mencapai DEWA, dsb, dsb...
IMHO, SUNYATA ada dalam ajaran Buddha, dan sepertinya topik ini memang berat, jadi kalau ASAL MENJELASKAN, pasti mendapat serangan, pertanyaan dari kanan dan kiri... itu wajar aja... apalagi disini beraneka member dgn beraneka tingkat kebijaksanaan...
Belum mengerti, itulah tugas bro utk menjelaskannya, karna bro yg memulai thread tsb...
Dari segala bentuk dialog saya disini, dari menganalisa pertanyaan, menjawab sesuai kemampuan saya, hingga mendapati bahwa pemirsa forum sulit menerima pemikiran/pandangan lain, dan juga enggan berdiskusi... rasanya sikap (dan pola pikir) demikian sudah sulit dalam mendapatkan paradigma baru dalam memahami kehidupan. Bila suatu cangkir sudah penuh, tidak akan mungkin bisa diisi lagi.
saya melontarkan 9 pertanyaan, kenapa bro tidak berusaha menjawabnya ? kalau soal cangkir, cangkir cumi adalah selalu welcome menerima isian lagi, lagi, lagi dan lagi....
IMHO, bro Sunya juga RELA membuka diri dan belajar lagi, bagaimana cara yg efektif utk menyampaikan pendapat, bagaimana membuat orang mengerti, bagaimana mengajar yg baik...
Salam dharma dan semoga bisa belajar bersama-sama. Ehipassiko.
Semoga semua makhluk berbahagia. _/\_
8. adakah bukti dlm keseharian tentang keberadaan KIIK ?
9. konklusi tentang penulisan/pencarian anda, dan apa manfaat mengetahui KIIK utk umat awam atau Buddhist ?
1. kenapa judul tsb dipilih ?
2. apa manfaat bagi pembaca bila mengetahui kosong=isi, isi=kosong ?
saya mulai bertanya dari definisi kosong saja ya,
mohon pencerahannya
^:)^
apakah di dunia ini ada yang dapat dikatagorikan sebagai benar2 kosong?
misalkan saja plastik bungkusan yang divacumkan,
apakah plastik tersebut menjadi benar2 kosong?
kenyataan tidak,
ruang pada plastik yang sebelum divacumkan berisi udara,
setelah divacumkan maka akan terisi oleh bagian plastik pada sisi yang lain,
jadi ruang kosong diantara sisi plastik tadi menghilang karena terdesak oleh kerapatan kedua sisi plastik yang menempel pada akhirnya,
ruang kosong sebelum vacum= isi udara,
setelah vacum = isi plastik
dapatkah ruang yang benar2 kosong itu diciptakan?
analogi kedua,
sebuah botol pylox yang dikeluarkan isinya sampai habis,
apakah botol pylox tersebut menjadi benar2 hampa udara?
jadi bagaimana kondisi kosong itu sebenarnya?
apakah ada suatu keadaan dimana suatu kekosongan yang tidak berisi material lain di dalamnya?
balon hanya akan menjadi balon ketika ada udara didalamnya (diantara sisi dalam karet balon),
bila tidak ada udara atau apapun di antara karet balon,
maka balon adalah gumpalan karet yang saling menempel
hahahaha....
judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)
menurut cumi, KIIK tidak memberi banyak manfaat, seakan ingin menonjolkan EGO penulis...
spt ohhh koq bisa kosong = isi, isi = kosong... bagaimana permainan ini bisa terjadi pada realitas umat awam ?
trus apa manfaat dari KIIK utk kehidupan sehari hari ? (what is it for me?)
banyak sekali judul yg lebih menarik dan bermanfaat.... antara lain...
1. Cara mudah Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.
2. Bagaimana cahaya dlm quantum fisika dpt dijelaskan dgn sempurna dlm sunyata
3. Hidup lebih mudah dan ringan dgn mempelajarin SUNYATA...
dst dst, silahkan dicoba lagi bro Sunya
Bila Anda berpandangan demikian, terjadilah. :)
Manfaat ini tergantung dari Anda, jika Anda merasa mendapat uang dengan cara mudah = bermanfaat untuk Anda, tentu dharma bukan ajaran yang tepat untuk Anda.
Jika judul bisa mengusik Anda, saya dan siapapun tidak keberatan bila judulnya diganti. Semoga berbahagia. :)
kosong bisa berarti void
kosong bisa juga berarti empty
kira2 yang mana yang lebih baik padanan katanya ya?
1. Cara mudah Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.
2. Cara SULIT Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.
silahkan pilih... ada yg suka mudah, ada yg suka sulit...buat dua versi aja bro sunya...
bagaimana pengalaman bro Sunya mencapai sunyata ? nahhh :P
Dapatkah bro sunya menjelaskan hubungan emptiness dgm Diamond sutra ? pada kalimat mana hal tsb dibicarakan ?
kosong bisa berarti void
kosong bisa juga berarti empty
kira2 yang mana yang lebih baik padanan katanya ya?
Tidak ada yang mencapai, tidak ada yang dicapai, tidak ada yang dibebaskan.
Ini salah satu petikan sutra-nya:
"Akan tetapi, Subhuti, sekalipun ada tak terhitung dan tak terhingga makhluk hidup yang dibebaskan dari arus tumimbal lahir, sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa? Subhuti, jika seorang Bodhisattva mengidentifikasikan dirinya sebagai "aku", sebagai manusia, sebagai makhluk hidup dan sebagai kehidupan, maka dia sesungguhnya bukanlah seorang Bodhisattva."
Lengkapnya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0
yg menjadi menarik, kenapa dalam diamond suta tidak terdapat tulisan KOSONG, maupun TIDAK KOSONG ?
nahh apakah ini merupakan kreasi bro Sunya ? mohon masukannya... :P :o
Anda kurang banyak membaca (mendalami Buddhisme).
Beberapa orang berpikiran bahwa “Kosong” atau Sunyata yang diajarkan oleh Nagarjuna adalah murni ajaran Mahayana. Ide ini pada dasarnya muncul dari konsep Anatta atau “Tanpa-Aku”, dalam Patticasamuppada atau Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan, yang ditemukan dalam teks asli Pali Theravada. Suatu ketika Ananda bertanya kepada Buddha, “Orang-orang mengatakan kata Sunya. Apakah Sunya itu?” Buddha menjawab, ”Ananda, artinya adalah tiada aku, atau apapun yang berhubungan dengan aku di dunia ini. Oleh karena itu, dunia adalah kosong.” Ajaran ini diambil oleh Nagarjuna ketika beliau menulis karya luar biasanya, “Madhyamika Karika”. Di samping ajaran Sunyata adalah konsep penyimpanan-kesadaran dari Mahayana yang berakar dari teks Theravada. Kaum Mahayana telah mengembangkannya ke dalam psikologi dan filosofi yang dalam.
Penelusuran teks-teks karya Nagarjuna menunjukkan bahwa motivasi Nagarjuna mengembangkan ajaran Sunyata adalah demi menegaskan kembali ajaran Buddha. Ajaran Sunyata Nagarjuna disebut juga filosofi Jalan Tengah (Madhyamika), karena Nagarjuna menekankan bahwa Sunyata (Anatta) itu bebas dari ekstrim pandangan nihilisme dan eternalisme. Nagarjuna mengajarkan pentingnya memahami Sunyata dan Patticasamuppada sebagai satu kesatuan dalam filosofi Dua Kebenaran yang tak terpisahkan, yaitu kebenaran relatif dan mutlak.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahayana
http://id.wikipedia.org/wiki/Wajrayana
Demikianlah O, Sariputra, segala bentuk (rupa) adalah kekosongan (sunyata), dan sesungguhnya kondisi kekosongan ini adalah bentuk (rupa), kekosongan tidak dapat dibedakan dari bentuk (rupa), bentuk (rupa) juga tidak dapat dibedakan dari kekosongan. Segala kekosongan itulah bentuk (rupa). Demikian sama juga kebenaran dari perasaan (vedana), pencerapan (sanna), pikiran (sankhara), kesadaran (vinnana).
Demikianlah O, Sariputra, segala kebenaran (Dhamma) memiliki karakter dasar kekosongan, segalanya adalah tidak ditimbulkan (tanpa awal), juga tidak dipadamkan (tanpa akhir), tidak dicemarkan (tidak kotor), juga tidak disucikan (tidak bersih), tidak ada cacat (tidak berkurang) juga tidak ada dilengkapi (tidak bertambah).
Oleh karena itu O, Sariputra, di dalam karakter kekosongan tiada bentuk juga tiada perasaan, juga tiada pencerapan, juga tiada pikiran, juga tiada kesadaran. Tidak ada mata (caksuh), telinga (srotram), hidung (grahnam), lidah (jihva), badan (kaya), batin (manasa). Tiada bentuk (rupa), suara (sabda), bau (gandah), rasa, sentuhan (sparstavyam), maupun objek objek dari pikiran. Tiada unsur penglihatan (caksu dhatu), dan seterusnya hingga tiada unsur kesadaran pikiran (mano-vinnanam dhatu).
Tiada kegelapan batin (avijja), juga tiada akhir dari kegelapan batin (avijja-ksayo), dan seterusnya, hingga tiada usia tua dan kematian (jaramaranam-ksayo), juga tiada akhir dari usia tua dan kematian. Demikian pula, tiada penderitaan (dukkha), tiada asal mula dukkha (samudayah), tiada lenyapnya dukkha (nirodha), tiada jalan menuju lenyapnya dukkha (marga). Tiada pengetahuan kebijaksanaan (jahna), tiada pencapaian (prapti), dan tiada akhir pencapaian (abhi samaya).
Oleh karena itu O, Sariputra, karena bodhisatva tidak ada yang dicapai, karena pikirannya berada di dalam kepenuhan roh prajnaparamita. berdiam didalam kondisi tidak adanya macam macam rintangan pikiran. Karena tidak adanya macam macam rintangan pikiran, maka tidak ada rasa takut dan ragu, Ia mengatasi segala hal hal yang menyesatkan, dan hingga akhirnya mencapai Nibbana.
Semua Buddha dari tiga masa --- masa lalu, masa sekarang, masa mendatang --- yang kepenuhan roh Prajnaparamita mencapai tingkat kebuddhaan yang tertinggi, yaitu SamyakSambodhi. Yaitu Pencerahan yang Sempurna, yang Tertinggi, yang Tiada taranya.
Oleh karena itu semua mahluk harus tahu, Prajnaparamita, adalah panggilan (mantra) yang agung, panggilan (mantra) yang sempurna pengetahuannya, panggilan (mantra) yang tertinggi, panggilan (mantra) yang tiada taranya, panggilan (mantra) yang pasti dapat melenyapkan semua penderitaan (dukkha), adalah kebenaran mutlak, yang tidak mungkin salah. Dengan kekuatan Prajnaparamita menyampaikan panggilan (mantra) ini.
Bunyinya demikian: Gate (Pergilah), Gate (Pergilah), Paragate (Pergilah menangkan), Parasamgate (Pergilah semua menangkan), Bodhisvaha (O, Terpujilah Yang Terang / "Tercerahkan").
Bhagavati Prajnaparamita Hrdaya Sutra
http://id.wikipedia.org/wiki/Sutra_Hati
Salam bahagia dan sukses untuk Anda. _/\_
penjelasan ini begitu panjang... sptnya dari copas copasan...
kenapa gak ada penjelasan singkat, ringkas, padat, dan mudah dimengerti ?
seprtinya bro harus banyak belajar menjelaskan sesuatu...
karna sy pm seseorang, dan diapun tidak mengerti apa yg dijelaskan bro sunya...
jadi saya ulangin lagi dehh....
jelaskan dgn singkat, padat, berisi, jelas dan mudah dimengerti....
yg menjadi menarik, kenapa dalam diamond suta tidak terdapat tulisan KOSONG, maupun TIDAK KOSONG ?
nahh apakah ini merupakan kreasi bro Sunya ? mohon masukannya... :P :o
bahasa malaysia : tuan2 dan puan2 membahas omong kosong dan isi yang buat pusing2 :))
(salah satu member DC berkata:)apakah bener begitu adanya ? mohon dijelaskan !
Saya juga gak bisa menangkap penjelasan sdr. Sunya. Beliau menjelaskan berdasarkan pemahaman sendiri bukan menggunakan sumber yg otentik spt sutta2...
WIKI : Kira-kira pada abad ke-2 M, Mahayana barulah didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi “kekosongan” Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”. Kira-kira pada abad ke-4, Asanga dan Vasubandhu banyak menulis buku-buku Mahayana. Setelah abad ke-1 M, kaum Mahayana meneguhkan pendiriannya dan setelahnya istilah Mahayana dan Hinayana mulai dikenal.Bagaimana bro Sunya membuktikan hal tsb dlm kehidupan sehari-hari ? mohon rinciannya....
sepertinya banyak member di DC belum mendptkan manfaat dari pembabaran...
KIIK...................kosong = isi, isi = kosong.....................
maksudnya setalah otak anda diisi, trus dikosongin lagi... makanya anda tidak mengerti...
kehebatan daya pikir adalah menjelaskan barang rumit menjadi sederhana,
bukan barang mudah menjadi rumit. :P
Honda we make it simple ! :P
apakah bener begitu adanya ? mohon dijelaskan !
Bagaimana bro Sunya membuktikan hal tsb dlm kehidupan sehari-hari ? mohon rinciannya....
(tapi disana pun tidak mengatakan yg kosong adalah segala sesuatu... ini mungkin kreasi bro Sunya!)
berikanlah penjelasan dan pengalaman sendiri dari bro Sunya, jangan kebanyakan copas mencopas...
Anda kurang banyak membaca, cermati lagi:membaca aja tidak membawa seseorang kemana mana...
Anda mewakili member yang mana, tolong disebutkan.
bila bro perhatikan posting2 sebelumnya dan PM utk sy.. maka mereka BINGUNG.
Bila Anda belum mendapat manfaat pengajaran, kira-kira salahnya dimana (pengajar atau penerima)?
Semoga jawaban Anda bisa mencerminkan karakteristik dan sifat pembelajar yang baik dan positif.
Udah jelas salah pengajar, karna pengajar tidak mau kooperatif menjelaskan dgn singkat dan padat...
main copas, kasih contoh panjang2 tapi tidak mengenak.. bahkan kasih contoh ayahnya cumi... nahhh
Bukti sehari-hari
Sekarang Anda bingung disebabkan 2 hal:
1. Tidak mengerti (kurang mendalami dharma secara menyeluruh).
2. Tidak mau mengerti (karena keyakinan yang terlanjur membatu).
Jadi, bila orang lain bisa membaca dan memetik manfaat apa saja dari sesuatu, Anda merasa tidak mendapat apa-apa.
Itu bukti bahwa ajaran apapun sunya, termasuk ajaran Buddha bagi sekian juta pemeluk agama lain, mereka tidak meyakini dan merasakan manfaatnya (mereka lebih percaya keyakinan mereka sekarang). Jadi agama Buddha benar bagi siapa saja? Belum tentu. Anda cocok dan tidak cocok kepada suatu ajaran pun, karena karma Anda yang mengkondisikan.
Jadi apa dharma itu sebuah hal yang negatif atau positif, bermanfaat atau tidak? Tergantung Anda.
Dharma itu simpel, jangan dibuat rumit. _/\_
membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”.coba bro Sunya jelaskan dlm buku kecil tsb, bagaimana sunyata dpt dimengerti !... mohon jangan panjang2. dehh...
membaca aja tidak membawa seseorang kemana mana...
membaca dan mengerti makna yg berada didalm bacaan,
serta ingat akan apa yg dibaca barusan bermanfaat...
:P
bila bro perhatikan posting2 sebelumnya dan PM utk sy.. maka mereka BINGUNG.
Udah jelas salah pengajar, karna pengajar tidak mau kooperatif menjelaskan dgn singkat dan padat...
main copas, kasih contoh panjang2 tapi tidak mengenak.. bahkan kasih contoh ayahnya cumi... nahhh
coba bro Sunya jelaskan dlm buku kecil tsb, bagaimana sunyata dpt dimengerti !... mohon jangan panjang2. dehh...
silahkan... mengajar hrs memiliki kasih dan kesabaran....serta kemampuan lainnya... :P :P
KIIK telah 8 pages, apa yg telah dicapai ?.... :'( :'( :'( :'(
(http://www.integral-religion.org/images/emptiness.jpg)
1. apakah itu anatta ?
2. bagaimana dialog antara Nagasena dgn raja mengilustrasikan anatta dlm kitab Milindapanha ?
3. Adakah hubungan anatta dgn Sunyata ? bila ada, apakah itu ?
4. Apakah dikatakan Nagarjuna tentang Sunyata ?
5. Apakah yg dimaksud dgn "Interdependent Origination", bagaimana hal ini berhubungan dgn sunyata ?
sementara itu dulu, mohon master sunyata kalau menjelaskan sebaiknya singkat,
padat dan mudah dimengerti... _/\_ :P
Anda bukan bertanya. Anda belajar disini.
Jika Anda sepakati hal di atas, kita lanjutkan.
Bukan saya tak mau melayani pertanyaan Anda. Dari yang sudah lewat, terlihat Anda tidak belajar apapun dari jawaban saya atas pertanyaan Anda (Anda sudah bertanya lebih dari 10 kali, namun tidak menunjukkan progres yang baik).
Oke, bisa kita mulai belajar?
Pelajaran terbaik untuk Anda adalah mendengar/membaca. Anda kurang responsif dalam hal input, dan cenderung progresif dalam hal output. Hal ini tentu tidak baik dalam proses belajar.
Anda bertanya sesekali, namun harus bisa progresif dalam menerima penjelasan (apa yang saya jelaskan Anda tanggapi, bukan diabaikan saja lalu bertanya hal lain lagi, seolah tidak berniat memahami/belajar).
Ditunggu responnya, semoga tidak monolog lagi. :)
2. Anda berusaha bertanya di luar topik (tentang cara mencapai sunyata dan pengalamannya), diminta membuat topik tersendiri Anda tak kunjung membuatnya.6 apakah seorang guru yg belum mencapai sunyata dpt mengajarkan sunyata dgn baik ?
dlm ngajar mengajar, udah tentu pertanyaan murid tidak boleh diabaikan....
silahkan mulai dgn 5 pertanyaan diatas dulu...
belajar dan bertanya apa bedanya master Sunya ?
ok mari kita mulai belajar...
6 apakah seorang guru yg belum mencapai sunyata dpt mengajarkan sunyata dgn baik ?
apa alasannya ?
7 kenapa pencapaian sunyata (pengalaman) seseorang dirahasiakan ?
apa alasannya ?
8. buku kecil “Madhyamika-karika”, secara ringkas apa isi nya ?
Inti dari proses belajar-mengajar ialah murid/pembelajar mendapatkan manfaat semaksimal mungkin. Bila dinilai progres seorang murid cenderung stagnan, maka siapapun pengajar berkewajiban memberikan masukan/saran atas metode pembelajaran yang dinilai tidak efektif tersebut.
Bila Anda bisa menerima saran saya tentang konsistensi dan koherensi, serta keseimbangan output-input, maka diskusi bisa terus berjalan. Jika Anda mau semau Anda saja, mungkin Anda harus mencari partner diskusi yang lain. Dari pertanyaan Anda di atas (khususnya no. 7 dan 8), Anda masih saja mengulangi kesalahan yang sama (inkoheren dan inkonsisten). Salam, semoga Anda berbahagia. _/\_
Bila dinilai progres seorang murid cenderung stagnan, maka siapapun pengajar berkewajiban memberikan masukan/saran atas metode pembelajaran yang dinilai tidak efektif tersebut.
utk anda tao aja....
no.7 sesama Bhiku sangha boleh sharing pencapaian level kesucian, tetapi bhiku tidak boleh sharing ke umat dan memberitahukan tingkat kesuciannya pada umat (Buddhist).
jadi bagaimana pencapai bro Sunya ? kenapa sih koq dirahasiakan ? apa alasannya ?
murid siap belajar..dan bertanya lagi...
utk mendptkan penilaian yg fair dan benar, maka bila diperlukan, penilaian seorang murid adalah dari pihak luar atau pihak ke3 untuk mengurangin pengajar mengsalah labelkan siswa ini : "STAGNAN" trus di masuk KOTAK gitu...
mohon transparansinya dalam mengajar.. ^:)^ ^:)^
apakah Sunya seorang bhiku ?
Yang saya soroti bukan isi pertanyaan Anda, tapi ketidak-runutan (inkoherensi) Anda dalam bertanya. Saya tidak pernah menyatakan harus merahasiakan, atau tidak merahasiakan. Tapi tiba-tiba Anda melemparkan pertanyaan tentang pencapaian kesucian yang harus dirahasiakan.
Ini lucu, dan lebih lucu (lagi) Anda tidak menyadari dimana letak kesalahan pertanyaan Anda.
Namo Buddhaya. _/\_
Anda belajar logika dulu, baru lebih jauh masuk ke metode belajar. Saya tidak keberatan dinilai oleh siapapun, karena cara belajar-mengajar kita standar saja (bukan buatan/ciptaan saya).Apakah bro Sunya dpt membuat program atau game ? apakah bro sunya dpt berpikir jernih ? apakah bro sunya pernah menulis manual book tentang suatu process ?
Salam.
Logika pertama yang harus Anda pelajari adalah, jangan mengajukan "kenapa" bila belum ada pernyataan jelas tentang sesuatu.
Bila saya katakan pencapaian harus dirahasiakan, atau tidak harus dirahasiakan, baru Anda tanya "kenapa". Mengerti sampai disini?
Itu yang saya maksud diskusi harus jelas koherensi dan juga konsistensinya, jangan asal berasumsi lalu 'menyimpulkan', parahnya lagi asumsi dan kesimpulan sepihak Anda jadikan pertanyaan baru (ini yang saya katakan lucu/menggelikan).
Oke, mohon tidak tersinggung ya. Belajar harus bisa merendahkan ego.
Salam. _/\_
Bila saya katakan pencapaian harus dirahasiakan, atau tidak harus dirahasiakan, baru Anda tanya "kenapa". Mengerti sampai disini?ohh sptnya yg tanya gak sabaran udah....hahaha.... dari pada tanya dua kali... sekalian kenapa nya diikut sertakan dehhh..... karna pertanyaan kenapa menunjukan kwalitas berpikir yg menjawab....
Logika pertama yang harus Anda pelajari adalah, jangan mengajukan "kenapa" bila belum ada pernyataan jelas tentang sesuatu.
Lama lama nih thread bisa mirip buku cersil Asmaraman W Kho ping Ho.seberapa banyak bro diamond mendpt pencerahan dari master sunya? Apa saja hal tsb?
Hm, senyum saja baca unsur-unsur agregat sedang bereaksi. :)waktu senyum itu ada unsur agregat yang bereaksi gak?
Hm, senyum saja baca unsur-unsur agregat sedang bereaksi. :)
dari pengalaman tiap makhluk yang subyektif, tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda, ego (LDM) yang setiap saat bisa mempengaruhi pandangan (delusi), dan banyak faktor-faktor mental non-konstruktif lainnya yang berpengaruh terhadap pencarian dari kebenaran itu sendiri.sptnya judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
waktu senyum itu ada unsur agregat yang bereaksi gak?
Ada, tentu saja ada, dan itu pun tidak lepas dari sifat sunya, karena senyum dipicu oleh serentetan aksi dari kumpulan agregat lain. ;Dberarti kalau diterjemahkan: unsur-unsur agregat sedang senyum melihat unsur-unsur agregat lain bereaksi?? ;D ;D
tugas seorang guru adalah menjelaskan dan mengajar, bukan tersenyum... :o :o
sptnya judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
tidak kondusif.... apa manfaat dari mengetahui KIIK ?
atau ini cuma sekedar membesarkan ego dari TS ?
Ini serius atau tidak sih?
Sepertinya dari tulisan Anda di atas mengesankan kalau Anda tidak mencoba mencerna tulisan saya sebelumnya. Maaf tapi bagi saya ini lucu sekali.
Maaf bagi pembaca lain, thread ini berkembang ke arah semi lawakan. ^:)^
1 apakah pertanyaan tsb jelas ?
2 apakah pertanyaan tsb relevan ?
3 apakah pertanyaan tsb etis ?
4 apakah pertanyaan tsb membuka tabir pribadi ?
tapi tidak adalah pertanyaan LUCU,
karna disini bukan membahas standup comedi... !
kalau ada bhiku yg bilang sama umat pencapaian tingkat kesuciannya, maka hal tsb adalah salah !
apakah anda bhiku ? nahhh :P
pertanyaan yg salah ? ahhhh jangan mengimiditasi pada murid tentang pertanyaan yg salah ya... ;D ;D ;D
kalaupun pertanyaan tsb salah, BAGAIMANA PERTANYAAN YG BENAR ? mohon dipostingkan!
Apakah bro Sunya dpt membuat program atau game ? apakah bro sunya dpt berpikir jernih ? apakah bro sunya pernah menulis manual book tentang suatu process ?
yg mengatakan cara mengajar bro Sunya adalah standar,...ahhh standar dari manakah itu ?
x : Pak, ini motornya terbakar, gak bisa dipakai lagi.
cumi : apa yg menyebabkan motor tsb kebakar ?
x : karna temperaturnya tinggi.
cumi : apa yg menyebabkan temperaturnya tinggi ?
x : bearing pada sisi polly yg menimbukan panas tinggi !
cumi : apa yg menyebabkan bearing tsb panas ?
x : karena gesekan
cumi : apa yg menyebabkan gesekan tsb tinggi sehingga terjadi panas ?
x : karna bearing tsb tidak mendptkan lubrication
cumi : apa yg menyebabkan lubrication tidak terdpt disana ?
x : karna tempat pemasukan grease udah ketutup tanah/sampah
cumi : apa yg menyebabkan tutupan grease inlet ketutup tanah dan sampah ?
x : karna tutupnya terlepas
cumi : dptkah didesign tutup yg tidak dpt terlepas, tapi grease bisa masuk ?
x : grease nipple pak...
...........
dst dst... (tanya jawab ini bisa berlangsung sampai besok juga gak jadi masalah koq.......) :P :P :P :P
kenapa bro Sunya ditanya begitu sedikit aja udah ngambek ?
ohh sptnya yg tanya gak sabaran udah....hahaha.... dari pada tanya dua kali... sekalian kenapa nya diikut sertakan dehhh..... karna pertanyaan kenapa menunjukan kwalitas berpikir yg menjawab....
Dalam hal belajar (khususnya dharma), yang mengajar harus bisa memiliki prajna (panna), melihat apa audiens memahami apa yang disampaikan (biasanya tercermin lewat pertanyaan mereka berikutnya). Dan (maaf) saya kurang melihat kesinambungan pertanyaan Anda dengan jalannya diskusi, yang cendering random-hit (tembakan pertanyaan secara acak).
berarti kalau diterjemahkan: unsur-unsur agregat sedang senyum melihat unsur-unsur agregat lain bereaksi?? ;D ;D
:P
user id bro Sunya, tentu sangat anthusias menjelaskan prihal SUNYATA... tetapi kelihatannya tidak begitu....
utk menambah semangat master Sunya, sy kasih REPUTASI +1 dehhh, dari pada ZERO sebelumnya.....
utk pertanyaan2 tsb diatas... pemikiran sy master belum siap dgn pertanyaan sporadist... spt itu....
kalau bro baca buku Milinda Panha,.... seberapa banyakkah sang Raja bertanya pada Nagasena ?
dan semua nya dijawab dgn senang hati...... kenapa begitu ?
pertanyaan2 cumi masih lah berhubungan dgn topik yg master sampaikan... tapi kenapa sulitnya dijawab ?
refott bacanya....
aye lagi bingung hadapin ujian om, plis jangan ditambah bingung lagi sama tulisannya.... :'( :'(
Bukan begitu, Anda lebih banyak mengorek pribadi, itu tidak banyak gunanya menurut saya.seorang guru memiliki kesabaran yg tinggi dlm hal mengajar... serta dpt memotivasi muridnya utk belajar...
Bolehka aku bertanya pengalaman pribadi bro mencapai Sunyata ?
Ilustrasi:
Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).
Sesama umat, dan kalau anda bukan Bhiku, share tentang pencapaian tingkat kesucian adalah boleh2 aja....
Bisa paham 'kan posisi saya?
Tidak bisa, karna cumi banyak sekali pertanyaan belum dijawab...keingin tahuan cumi amat tinggi
Jadi mohon jangan terus memaksa.
cumi sangat ulet mencari jawaban....tidak gampang menyerah...
Kalau untuk +1 saya ucapkan terima kasih. :)
Raja Milinda dan Nagasena beda, mereka masih bicara dalam konteks sama, dan sang raja tidak mengorek-ngorek pencapaian Nagasena.
Boleh Anda kutip satu bagian saja, dan tunjukkan kalau mereka bicara acak seperti yang saya dan Anda bicarakan (karena setahu saya dialog mereka berdua cukup berkesinambungan/'nyambung' satu sama lain).
apakah bro udah pernah baca Milinda Panha ?
Oke, salam dharma. _/\_
bila tidak ada lupa,bila tidak ada duit, maka tidak ada makan....
maka tidak ada mengingat,
bila tidak ada palsu,
maka tidak ada asli,
bila tidak ada kosong,
maka tidak ada isi.
hahaha....
bila tidak ada lupa,
maka tidak ada mengingat,
bila tidak ada palsu,
maka tidak ada asli,
bila tidak ada kosong,
maka tidak ada isi.
hahaha....
bila tidak ada duit, maka tidak ada makan....ini tambah ngawur......
apakah bermanfaat mengetahui hal2 diatas ?
karena sadar manusia bisa lupa,
manusia mencari cara untuk menyimpan ingatan dalam bentuk catatan, foto, dan dokumentasi lainnya
karena mengetahui perbedaan asli dan palsu,
ada orang yang bekerja sebagai penilai keaslian suatu benda
banyak benda bermanfaat yang diciptakan oleh manusia setelah mengetahui kondisi kosong dan isi
antara lain
pressure tank
ban
balon udara
angklung
gendang
dan masih banyak lagi
hahaha.....
ini tambah ngawur......:))
sebelum duit ditemukan (baca :bank note),... manusia udah makan beratus-ratus tahun yg lalu....
mereka BARTER....ahhh bro william ini.... buat aku tambah PUSING aja... otak ku jadi KOSONG DEHHH :'( :'( :'( :'(
bro leaner.. disini membahas... kosong = isisaya masih banyak kosongnya,
isi = kosong.....
jadi bro udah isi atau masih kosong ? mohon melapor pada master sunya...
14-12-3012 MS : and I have read Sunya's thread until page 6, but sorry I still don't understand [at] [at] "
Jadi topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.dimana FOKUS nya, koq gw gak kelihatan sama sekali ? apakah master masih belum tepat janji dln fokus nya ?
Milinda Panha page 38 :
“What, Nàgasena, is the characteristic mark of
reasoning; and what the mark of wisdom?”
“Taking hold is the mark of reasoning, cutting off is
the mark of wisdom.”
“Give me an illustration.”
“How do barley reapers reap the barley?”
“They grasp the barley into a bunch with the left
hand and, with a sickle in the right hand, they cut the
barley.”
“Just so, O king, the recluse takes hold of his mind
with reasoning and cuts of the defilements with wisdom.”
Bukan begitu, Anda lebih banyak mengorek pribadi, itu tidak banyak gunanya menurut saya.
Ilustrasi:
Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).
Bisa paham 'kan posisi saya?
Jadi mohon jangan terus memaksa.
Oke, salam dharma. _/\_
bold, maaf mau tanya ulang, ini ilustrasi atau kenyataan !
Ilustrasi:
Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).
Bisa paham 'kan posisi saya?belum bisa mengerti.. dan sy akan ulet bertanya lagi..dilain kesempatan.. n waktu.. :P :P
Jadi mohon jangan terus memaksa.
ehm, rekening bank wa boleh loh di isi sebanyak apa pun oleh uang indonesia yang asli apalagi pecahan 100.000,- pasti deh bank wa terima tidak bakal di tolak dan selalu bisa di isi untuk mata uang indonesia yang pecahan 100.000,-.dari pada disini atau tidak... gimana kalau cetak sendiri aja.....
Bolehka aku bertanya pengalaman pribadi bro mencapai Sunyata ?
Sesama umat, dan kalau anda bukan Bhiku, share tentang pencapaian tingkat kesucian adalah boleh2 aja....
Tidak bisa, karna cumi banyak sekali pertanyaan belum dijawab...keingin tahuan cumi amat tinggi
cumi sangat ulet mencari jawaban....tidak gampang menyerah...
apakah bro udah pernah baca Milinda Panha ?
seorang guru memiliki kesabaran yg tinggi dlm hal mengajar... serta dpt memotivasi muridnya utk belajar...
master sunya, kenapa tidak dibuat mudah mengerti aja ?.... tuh salah satu member yg gak ngerti apa yg dijelaskan master...
kalau bisa dibuat mengerti pada page1, kenapa lama2 ? apa tujuan dan alasannya ?
:o :o :o ;D
dimana FOKUS nya, koq gw gak kelihatan sama sekali ? apakah master masih belum tepat janji dln fokus nya ?
menurut master harus banyak baca,... tapi kalau udah baca tidak mengerti gimana ? bukankah pengertian dan ingat apa yg dibaca jauh lebih penting lagi ?
coba master Sunya dpt menjelaskan apa arti dari cerita diatas dlm bahasa Indonesia yg sederhana sehingga member dpt mengerti ? ok sy tunggu....
-------------
master Sunya, apakah itu IKKI, beri ilustrasi !
bold, maaf mau tanya ulang, ini ilustrasi atau kenyataan !
sptnya bro Sunya ingin menrahasiakan sesuatu.... :'( :'(
kenapa berdebat aja bisa menguras banyak energy ? bagi org lain berdebat adalah suatu rekreasi koq....
tinggal dijawab aja dgn jujur. apa adanya...
kalau memang seseorang arahat, yg ngaku aja apa salahnya... :P :P
belum bisa mengerti.. dan sy akan ulet bertanya lagi..dilain kesempatan.. n waktu.. :P :P
Kira-kira pada abad ke-2 M, Mahayana barulah didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi “kekosongan” Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”.
Coba baca terjemahannya disini: http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/milinda-panha/ini namanya jago copas....
pada sebuah wadah kaleng yang kosong,1 pembahasan sebaiknya dimulai dari sebuah sutta
bagaimanakah bentuk kekosongan yang terdapat dalam kaleng?
kekosongan di dalam kaleng adalah mengikuti bentuk bagian dalam kaleng
apakah bentuk kaleng sama dengan bentuk kekosongan di dalam kaleng?
tidak!!
karena bentuk kaleng adalah tabung silinder yang kosong pada bagian dalamnya,
sedangkan bentuk kekosongan di dalam kaleng adalah silinder pejal yang terisi penuh oleh ruang kosong.
apakah bila bagian dalam kaleng tidak berisi kekosongan, kaleng itu dapat disebut kaleng?
benda demikian dinamakan silinder saja
hahaha.....
Maksudnya? Dalam ilustrasi itu terkandung pertanyaan dan dua alternatif jawaban; ya dan tidak. Tentu Anda bukan bertanya jawabannya 'kan? Sebab dalam ilustrasi tersebut juga, sudah dijelaskan bahwa saya enggan membahas hal tersebut, kecuali bila Anda bisa menunjukkan manfaatnya dimana.
Bila jawabannya; belajar dari Arahat dan/atau Bodhisattva lebih meyakinkan pencapaian spiritualnya, saya jawab belum tentu
, karena semua tergantung diri sendiri. Sebagai bukti, tidak semua murid Sang Buddha 'sukses' (dalam artian mencapai minimal sottapanna dan setingkatnya dalam aliran lain).
Jadi sejauh ini saya belum menilai ada manfaat dari membeberkan tingkat/tahap spiritual seseorang, karena lebih baik (prinsip saya); ehipassiko saja (lihat, datang, buktikan). Semoga memuaskan Anda jawaban ini.
Semoga sukses dan bahagia. _/\_
Culasunnata Sutta, Mahāsunnata Sutta, dll. Coba om cumi cari di Sunnata Vagga. Mungkin masih ada.
adi : tentunya masih belum puas, dan diputar2sabar dikit ya... lagi di process sama master sunya
Maaf, om. Tapi saya 'Sunyata', bukan 'Sunya'. Jadi, beda orang. :|trims atas koreksinya, bro SUNYATA.... silahkan tancap...
Salut..pada dalam2 ajaran buddhanya..nambah ilmu utk saya nih.. :xhati-hati, jangan sampai tertipu...
hati-hati, jangan sampai tertipu...sy sangat tidak suka bahasa ribEt,... maupun manusia ribet.. :o :P ;D
ada yang sengaja menggunakan bahasa yang ribet untuk membuat orang beranggapan ilmunya dalem...
mungkin bro Sunya bukan mahayanis tulen... jadi gak bisa menjawab dgn tepat,
maka dari itu saya berikan kesempatan kedua dlm pemikiran Theravada:
1. Bila di dlm buku kecil Madhyamika-karika (Mahayana) membahas SUNYATA,
di sutta apakah Theravada membahas tentang SUNYATA ? beri 3 contoh !
2. Bagaimana hubungan/arti SUNYATA dengan tiga corak umum yg dibicarakan dalam Theravada ?
3. Adakah manfaat tambahan mengetahui SUNYATA dari tiga corak umum yg telah diketahui ? beri ilustrasi...
Kalau bro Sunya memang memiliki hati seorang guru, tentu dgn senang hati menjawab pertanyaan diatas...
_/\_ :P :P
ini namanya jago copas....
1 pembahasan sebaiknya dimulai dari sebuah sutta
2 ilustrasikan arti dari sutta tsb dgn perngertian anda
3 terapkan ilustrasi anda pada kehidupan sehari-hari
4 beri konklusi kalau penerapan tsb memberikan manfaat yg baik bagi kehidupan...
disini membahas SUNYATA dlm Buddhist, bukan KALENG KOSONG
disini bukan membahas kebenaran konventional....atau fisika...... (tapi bisa dipakai utk pelengkap aja)..
silahkan coba lagi... _/\_ :P
seperti Buddha Gotama mengutuskan 60 Arahat utk berjalan ke semua arah demi manfaat dan kesejahteraan bagi mahluk manusia dan para dewa.
jika anda berhasil menjadi bodisatva, saya tidak perlu jawabannya.
tentunya masih belum puas, dan diputar2 ???, jawaban hanya ya atau tidak
apalagi tidak menyebutkan pencapaian tingkat spritual anda.
Saya tidak membedakan aliran.
Saya juga tidak berurusan dengan aliran mana pun (yang mana adalah buatan manusia, bukan Buddha).
Saya kira juga pernyataan dan pertanyaan Anda kurang tepat (salah ruang) sehubungan thread ini sudah di ruang Mahayana.
Semoga menjawab. :)
Hubungannya dengan pengakuan diri bahwa ia adalah arahat?
Tentu Anda mengerti komparasi, dalam contoh di atas Anda memberikan tulisan bahwa seorang Suci mengutus murid-Nya, yang Arahat.
Sedangkan yang kita bicarakan adalah seorang yang mengaku atau tidak mengaku bahwa dia suci.
Jadi dua hal di atas sangat tidak berkorelasi (kecuali tentunya hanya predikat arahat yang Anda bawa/kutip).
Anda yang sibuk berputar, sementara saya hanya diam tentram disini. Bila Anda masih menanyakan pencapaian spiritual, tentu tidak* jawabannya.
*Kecuali dalam kondisi dan kasus tertentu.
:)ahh sutta cuma jadi pengantar aja.... tidak ada salahnya mengutip dari sutta,.. karna itu pun ajaran dari Buddha...
Sutta-minded. :-[
Saya tidak membedakan aliran.
Saya juga tidak berurusan dengan aliran mana pun (yang mana adalah buatan manusia, bukan Buddha).
Saya kira juga pernyataan dan pertanyaan Anda kurang tepat (salah ruang) sehubungan thread ini sudah di ruang Mahayana.
Semoga menjawab. :)
ada pertanyaan ya dijawab aja,.. koq jadi ruang tidak tepat, kurang tepat, belum tepat...ahhh kapan tepatnya master... jangan begitu tohhhh.... mengenai aliran...ya sptnya aliran belut tuhhh.... :'( :'( :'( :'(Cup..cup..cup..koh..jgn nangis..udah gede..malu ma cewek2 disini..apa kata dunia klo sampe nangis di forum :whistle:
urusannya adalah master sunya belum mau menjawab pertanyaan cumi... kenapa begitu ? apakah master memiliki kwalitas seorang guru atau tidak ? mohon transparansinya...
pertanyaan apakah master sunya telah mencapai arahat... 1 iya udah, 2 tidak belum
begitu aja dibuat jadi KOLAM BELUT...
ahh sutta cuma jadi pengantar aja.... tidak ada salahnya mengutip dari sutta,.. karna itu pun ajaran dari Buddha...
dari pada gaya belut yg lincin tuhhh...
Maaf, Anda ini agak bebal atau bagaimana? Bukankah sudah dijelaskan bahwa Anda kurang konsisten dan kurang bisa mengikuti alur diskusi dengan baik, apa Anda belum paham juga? Anda lebih baik banyak membaca dan mendengar, itu lebih bermanfaat dari sekedar bertanya acak yang kurang jelas arah, manfaat, motif dan tujuannya.
Jika postingan ini belum dipahami juga, mungkin Anda belum cocok belajar ajaran Buddha.
Salam. :)
ada pertanyaan ya dijawab aja,.. koq jadi ruang tidak tepat, kurang tepat, belum tepat...ahhh kapan tepatnya master... jangan begitu tohhhh.... mengenai aliran...ya sptnya aliran belut tuhhh.... :'( :'( :'( :'(
apakah ada batasan intelejensi dalam mempelajari ajaran buddha?
kalau memang demikian kasihanilah saudara2 kita yang terlahir kurang beruntung,
mereka tidak akan dapat memperbaiki karma mereka karena belum cocok belajar ajaran buddha
seorang guru tidak diwajibkan untuk menjadi pintar sekali, tetapi harus bijak
hahaha...........
:)
Sutta-minded. :-[
Konsili Buddha Pertama (abad ke-5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
yang penting adalah kosong dan isi...bila master sunya benar itu2 tidak penting,
sutta gak penting kali bro cumi!!
capedeh
----------
1 Apakah pekerjaan 500 arahat termasuk Ananda dengan tujuan utama mengumpulkan ajaran ajaran yang telah di edarkan Buddha dan menyusunnya secara sistematis menjadi sutta tidak berguna (baca sutta minded).
2 Atau konsili pertama ada KOSONG/BOHONG belaka ?
3 sptnya master Sunya tidak menghargain kerja2 arahat utk menjadikan sutta. Apakah begitu ?
:P :P :P
yang penting adalah kosong dan isi...
sutta gak penting kali bro cumi!!
capedeh
bila master sunya benar itu2 tidak penting,
maka kasihan banget bagian penerbitan buku, maupun
manusia yg ulet menterjemahkan semua sutta2 tsb...
juga donator yg mengeluarkan duitnya...
apakah begitu ? :'( :'(
boleh minta bantuan dewa kumis ?
Apa Anda terburu-buru tersinggung karena keyakinan Anda pada buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan itu?
Keyakinan ternyata bisa jadi bumerang? Baru saja orang lain mengatakan sutta-minded, pikiran Anda sudah lari kemana-mana.
Apa mungkin saya bisa dikeroyok beramai-ramai jika saya mengatakan ini di vihara Anda? :-[
Bagi Anda penting?
Bagi saya malah bukan apa-apa. (apakah utk level master sunya, sutta bukan apa2 lagi)
Memangnya apa pentingnya kosong dan isi? Boleh dijelaskan? :-?
Adakah yang mengatakan begitu? Bukankah Anda sendiri yang berpersepsi demikian.menjadi menarik sekali, karna master sunya ini kali mengQUOTE sesuatu dari Kalama Sutta
Sutta-minded itu maknanya Anda terlalu menitikberatkan pembelajaran tekstual, yang bahkan di Kalama Sutta sendiri sudah dikatakan; jangan percaya hanya karena desas-desus, kata kitab suci, kata orang yang dihormati/dijunjung, dst.
Jadi ketika Anda mencoba membawa berbagai ayat, buku kecil, tulisan orang terkenal, sutta dsb, mengecilkan unsur ehipassiko, maka sudah saatnya saya mengatakan: Sutta-Minded.
_/\_
Coba lagi ya... :)
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,Sama..saya jg pernah mengalami kejadian sama dgn yg ko cumi bilang ama guru agama(kebetulan saya dulu sekolah di sekolahan kr****n) dan guru agama saya selalu bilang agama buddha agama yg ribet, agama yg tdk bertuhan, agama yg tdk sebaik agama kr****n..dan waktu tahun 2005 saya masih kerja dikantoran..atasan saya punya mertua itu pendeta dan atasan saya selalu menyuruh saya pindah ke kr****n dgn iming2 "jikalau hati kita percaya bahwa ***** maka kita akan masuk sorga" dan iming2 lain seperti akan dinaikkannya gaji saya dan bla..bla..bla..bla..
mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...
1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?
mohon masukannya master sunya... ;D ;D
Sama..saya jg pernah mengalami kejadian sama dgn yg ko cumi bilang ama guru agama(kebetulan saya dulu sekolah di sekolahan kr****n) dan guru agama saya selalu bilang agama buddha agama yg ribet, agama yg tdk bertuhan, agama yg tdk sebaik agama kr****n..dan waktu tahun 2005 saya masih kerja dikantoran..atasan saya punya mertua itu pendeta dan atasan saya selalu menyuruh saya pindah ke kr****n dgn iming2 "jikalau hati kita percaya bahwa ***** maka kita akan masuk sorga" dan iming2 lain seperti akan dinaikkannya gaji saya dan bla..bla..bla..bla..oh bosnya bro masih baik deh mau naikan gainya....
Ada2 aja org kayak begitu..
;D.bingung = ngerti , ngerti = bingung.. Kosong = isi, isi= kosong,Barang kali master Cumi bisa menjelaskan dengan pemahamannya, Atau dengan istilah lain selain topik. ^:)^sejak awal udah sy protest tentang judul nya yg dibuat.... tapi gak digubris.... apa boleh buat......
cumi : dok gimana nih... isteri gw udah ISI ?
dokter : hasil pemeriksa sih.... KOSONG = ISI, ISI = KOSONG,
cumi : dok tolonglah....ini anak pertama laki2 atau perempuan ?
dokter : perempuan = laki2, laki2 = perempuan...
cumi : mom... ayuk kita pulang aja... :'( :'( :'( :'(
suster : pak biaya pemeriksaannya 500rb....
cumi : nih amplot kosong = amplot isi... 8) 8) 8)
sus mau kempalan tangan isi atau kempalan tangan kosong ?
gara2 isi=kosong, kosong=isi,...
hari tsb suasana hati cumi pun sangat MERANA... :'( :'( :'( :'(
moral dari cerita diatas, gunakan isi=kosong, kosong=isi pada tempatnya dehhh
sejak awal udah sy protest tentang judul nya yg dibuat.... tapi gak digubris.... apa boleh buat......:)) :)) :)) saya sudah mengerti.. jadi yang sesuai dengan sutta itu seperti apa ? kosong=......, isi=.....?
ohh kalau utk cumi sih udah tentu bisa menjelaskan dehhhhh..... :P
The greatest medicine is the emptiness of everything.1 menurut master sunya apa arti kalimat diatas, beri ilustrasi utk umat awam !
(dari salah satu member DC)
sorry Bro, saya baru mulai belajar.. dari awal saya sudah bingung, bingung=ngerti, ngerti=bingung.. pemahaman saya adalah "tidak ada yang kekal" mungkin itu inti ajaran.
Mending minum kopi sambil nyimak nih tread aja krn pengetahuan ajaran sang buddha saya hlm dalam.. ;DBro terjemahin donk, ;D
Bagi Anda penting?saking tidak pentingnya sampe harus dijelaskan panjang lebar hingga 13 page...
Bagi saya malah bukan apa-apa.
Memangnya apa pentingnya kosong dan isi? Boleh dijelaskan? :-?
Kalau master sunya melontarkan SUTTA-MINDED, pikiran cumi sih tidak lari kemana-mana....
cumi ingin bertanya lebih banyak lagi... :
1. apakah penerbit2 sutta2 Buddhist, spt DC PRESS tsb tidak bermanfaat ?
2. apakah donator utk DC PRESS juga tidak bermanfaat ?
3. apakah penterjemah dan semua yg cape2 bekerja utk DC PRESS juga tidak bermanfaat ?
utk point 1,2,3 spertinya master sunya berkata : buku2 tsb keyakinan pada BELUM ADA BUKTINYA...,
jadi buat apa capek2 dikirim kesemua daerah, perpustakaan maupun vihara ? buat apa ?
4. mohon masukan dan bagaimana memajukan agama Buddhist di Indonesia ini ?
5. adakah cara lain yg lebih baik dari pada mengirim bukut2 tsb secara gratis (SUTTA-MINDED) ?
6. apakah dgn mengirim banyak buku2 DC PRESS, maka umat Buddhist akan menjadi tambah Sutta-minded ?
7. bagaimana DC Press bisa bekerja lebih keras lagi, sehingga semua buku2 yg akan dikirim sudah dibuktikan dulu kebenarannya ?
8. bagaimana master sunya dapat membantu dalam point no. 7 ?
9. dari manakah anda belajar 4 kebenaran mulia ? dari sutta ? dari buku2 ? dari meditas...tiba2 mucul ? dari twiter ?
Mohon dijawab pertanyaan diatas dgn singkat, jelas dan padat,,,, sehingga member2 disini tidak terperosok kedalam kubangan sutta-minded.... dan terima kasih banyak, master sunya memberikan masukan yg MENARIK SEKALI pagi ini...
_/\_ :P :P
sunya: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan
menjadi menarik sekali, karna master sunya ini kali mengQUOTE sesuatu dari Kalama Sutta
ohhh cumi baru taoo kalau master senang juga mengintip-intip di sutta (Kalama Sutta)... hahaha .....
1, Bagaimana seorang guru mengatakan buat apa baca2 sutta tsb,
tapi barusan berselang beberapa menit...
sang guru malah meng QUOTE sesuatu dari sutta.
Bukankah ini suatu kontradiksi ? akau guru boleh berbuat sesuka hati, murid cuma bengong ?
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,
mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...
1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?
mohon masukannya master sunya... ;D ;D
1 menurut master sunya apa arti kalimat diatas, beri ilustrasi utk umat awam !
2 apa manfaat mengerti kalimat diatas ? kasih contoh nyata, buktikan !
:P :P
saking tidak pentingnya sampe harus dijelaskan panjang lebar hingga 13 page...
Saya bertanya dimana pentingnya kosong dan isi sesuai tulisan Anda sebelumnya, jawaban di atas sama sekali tidak relevan.tentu aja bukan hanya dari jumlah halaman, tapi dari bobot isi dalam tiap halamannya juga... ^-^
13 pages mengindikasikan sesuatu itu penting? Lalu berapa pages mengindikasikan sesuatu itu tidak penting?
::)
Budayakan berdiskusi yang sehat. _/\_
Bagi Anda penting?
Bagi saya malah bukan apa-apa.
Anda yang sibuk berputar, sementara saya hanya diam tentram disini. Bila Anda masih menanyakan pencapaian spiritual, tentu tidak* jawabannya.
*Kecuali dalam kondisi dan kasus tertentu.
bold : maksudnya kondisi meditasi atau atau ada hal kondisi lainnya .... ???
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2 ;D
Emptiness in the Visuddhimagga
Tenāhu Porāṇā:
This was said by the Ancients:
Kammassa kārako natthi, vipākassa ca vedako,
There is no doer of the deed, or one who experiences the result,
Suddhadhammā pavattanti, ev’ etaṁ sammadassanaṁ.
There are just things that roll on, this is the true insight.
Evaṁ kamme vipāke ca, vattamāne sahetuke,
Thus, while deeds and results, together with their causes exist,
Bījarukkhādikānaṁ va, pubbā koṭi na nāyati,
Like seeds and trees and so on, a beginning cannot be discovered,
Anāgate pi saṁsāre appavattaṁ na dissati.
In the future round of birth and deaths an end to the round is not seen.
Etam-atthaṁ anaññāya titthiyā asayaṁvasī,
Because of not understanding this matter, the sectarians are (still) dependent,
Sattasaññaṁ gahetvāna, Sassatucchedadassino,
Having perceived a being, seeing Eternity or Annihilation,
Dvāsaṭṭhidiṭṭhiṁ gaṇhanti, aññamaññavirodhitā.
They grasp (one of the) sixty-two views, that contradict one another.
Diṭṭhibandhanabaddhā te, taṇhāsotena vuyhare,
They are bound to the bondage of views, carried away by the stream of craving,
Taṇhāsotena vuyhantā, na te dukkhā pamuccare.
While being carried away by the stream of craving, they are not free from craving.
Evam-etaṁ abhiññāya, bhikkhu Buddhassa sāvako,
Through deep knowledge, the monk, a disciple of the Buddha,
Gambhīraṁ nipuṇaṁ suññaṁ paccayaṁ paṭivijjhati.
Penetrates for himself the deep and subtle emptiness.
Kammaṁ natthi vipākamhi, pāko kamme na vijjati,
There is no deed in the result, no maturation in the deed is found,
Aññamaññaṁ ubho suññā, na ca kammaṁ vinā phalaṁ.
They are both mutually empty, though there is no fruit without the deed.
Yathā na sūriye aggi, na maṇimhi na gomaye,
Just as there is no fire in the sun, nor in the jewel or in cow-dung,
Na tesaṁ bahi so atthi, sambhārehi ca jāyati.
Nor is it outside of them, it arises because of the right conditions.
Tathā na anto kammassa vipāko upalabbhati,
Nor can a result be found within a deed,
Bahiddhā pi na kammassa, na kammaṁ tattha vijjati.
Nor outside of a deed, nor does the deed exist in that (result).
Phalena suññaṁ taṁ kammaṁ, phalaṁ kamme na vijjati,
The deed is empty of the fruit, the fruit does not exist in the deed,
Kammañ-ca kho upādāya, tato nibbattate phalaṁ.
Though it is derived from the deed, and from that the fruit is born.
Na hettha devo brahmā vā, saṁsārassatthikārako,
There is no god or supreme being who made the round of births and deaths exist,
Suddhadhammā pavattanti, hetusambhārapaccaya.
There are just things that roll on, conditioned by an accumulation of causes.
-------------
mohon bantuannya dari master sunya, apakah arti KOSONG dalam sutta diatas (Visuddhimagga)?
mohon dijelaskan pelan2 ya...
Di luar topik. :)
Bro terjemahin donk, ;DWaduhh koh..oweh mana ngerti..oweh taunya setiap malam sembahyang paritta, berprilaku sebaik mungkin dan berhati lurus aja..paling ama taunya mobil aja..kalau utk ajaran buddha gak berani jelasin koh takut salah penjelasan bahaya..mending oweh mah jadi pembaca dan pendengar aja dah..hitung2 memperdalam dhamma dan menambah pembelajaran agama buddha ;D :whistle:
bisa juga kondisi yg tergantung tempat...
spt di TOILET atau GUNUNG ?
mungkin maksudnya sudah tahap pencapaian bodisatwa kale :))maksudnya remeng2 kale.... apakah tingkat kesucian seseorang semangkin tinggi, bicaranya juga semangkin jelas ? ;D
[at] ts : kosong = isi , isi = kosong , apakah sama dengan ada sebab = ada akibat ,ada akibat = ada sebabmungkin sumber dari belut... kale... :P :P
ada ayam = ada telur , ada telur = ayam , ada awal = ada akhir, ada akhir = ada awal
kosong menurutmu apakah sama dengan kosong menurut orang lain ?
isi menurutmu apakah sama dengan isi menurut orang lain ?
akhir kata darimana semua sumber pemahaman ini ?
apa artinya sunyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari ?Sabar om cumi..mungkin master sunya lg buka kamus tripitaka utk menjawab pertanyaan om.. :whistle:
hallo master sunya ? gimana dgn pertanyaan gampang diatas ? bisa diladenin dgn baik ? :o :o
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,
mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...
1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?
mohon masukannya master sunya... ;D ;D
tentu aja bukan hanya dari jumlah halaman, tapi dari bobot isi dalam tiap halamannya juga... ^-^
mungkin anda tidak mengerti sarkasme, tapi maksud yang saya quote:
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2 ;D
bold : maksudnya kondisi meditasi atau atau ada hal kondisi lainnya .... ???
apakah master sunya :
1. biksu yg masih aktif
2. biksu yg udah lepas jubah
3. biksu yg udah pansiun
4. biksu yg udah lepas jubah dan udah MARRIED
5. dst dst...
(bisa biksu atau bhikuni juga lhooo)
dari pada jawaban ya atau tidak, bisa juga pilihan yg lebih akurat..
ya mana sih ? kalau puter2 yg pasti pusing lahhh
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2 ;D
Apakah saya yang berputar? Atau persepsi Anda atas saya yang berputar? Sadarilah, tiada sesuatu yang hakiki (semua yang Anda indera tiada lain dan tiada bukan, adalah persepsi Anda).
Saya memilih tidak menjawab. Boleh 'kan? ;D
_/\_
seorang guru sebaiknya memiliki pengetahuan yg LUAS... sampai masuk kedalam pelosok-pelosok yg tidak pernah dikunjungin orang...
cumi rasa masih dalam ranah topik KEKOSONGAN koq...
[at] ts : kosong = isi , isi = kosong , apakah sama dengan ada sebab = ada akibat ,ada akibat = ada sebab
ada ayam = ada telur , ada telur = ayam , ada awal = ada akhir, ada akhir = ada awal
kosong menurutmu apakah sama dengan kosong menurut orang lain ?
isi menurutmu apakah sama dengan isi menurut orang lain ?
akhir kata darimana semua sumber pemahaman ini ?
apa artinya sunyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari ?
hallo master sunya ? gimana dgn pertanyaan gampang diatas ? bisa diladenin dgn baik ? :o :o
Blue : ini yang maksud saya, anda suka mutar2. ^-^
boleh sekali anda tidak menjawab, itu hak anda :)
sebenarnya kesepakatan awal bahwa para member DC jika seorang Samanera dan Bhikkhu, dimohon untuk menyebutkan identitas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan beretika dalam diskusi para member DC kepada anggota Sangha.
Saya yakin para member DC masih komitmen dan sepakat untuk menghormati para Samanera atau Bhikkhu dalam berdiskusi yang baik dan hormat kepada anggota Sangha.
Demikian seharusnya yang disepakati.
sepertinya anda juga tidak serius dalam hal berdiskusi :whistle:
Apakah saya yang berputar? Atau persepsi Anda atas saya yang berputar? Sadarilah, tiada sesuatu yang hakiki (semua yang Anda indera tiada lain dan tiada bukan, adalah persepsi Anda).
Saya memilih tidak menjawab. Boleh 'kan? ;D
_/\_
1. Nihilisme lebih bermakna ketiadaan, tidak ada apa-apa (kehidupan tidak memiliki suatu makna dan tujuan, tiada hukum kebenaran serta sebab dan akibat).
Sunyata, merupakan suatu fenomena (terselubung***) dibalik semua fenomena (keberadaan). Kekosongan dalam sunyata bermakna bahwa: Setiap fenomena itu terjadi karena suatu sebab, karenanya sifat kehidupan ini 'kosong' (netral) tergantung sebab/pencetus-nya.
Contoh: Keberadaan (kelahiran) seorang manusia, didahului oleh proses pembuahan, perkembangan janin, baru kelahiran.
Tanpa proses di atas (termasuk Anda) maka keberadaan siapa pun di dunia ini (manusia secara biologis) mustahil adanya*.
Contoh kedua (masih berhubungan): Sifat dan karakteristik Anda, ditunjang oleh unsur genetis yang Anda bawa dari orang tua (silsilah keturunan), lingkungan, dan pendidikan yang Anda jalani.
Jadi keberadaan "Saya/Aku/I" sesungguhnya ditunjang serangkaian pengalaman serta peristiwa di masa yang telah lewat. Tanpa itu semua, SAYA/AKU/"I" tidak akan pernah eksis/ada.
Sebab itu (dalam cara pandang konvensional seperti di atas), sosok "Saya" kosong dari sifat hakiki, baik keberadaannya (eksistensi) maupun karakteristik (sifat) mental dan fisik.
*Kecuali kasus spiritual tertentu.
***terselubung ? (pemilihan kata yg kurang tepat).... penjelasan master sunya ini kali ada kemajuan deh... tapi masih dpt dipersingkat lagi....tidak bertele-tele...
2. Nihilisme artinya ketiadaan "Saya/Aku/I" sama sekali, sedangkan atman adalah jiwa/roh/diri yang kekal (tidak berubah, memiliki identitas/substansi jelas).
3. Pendeta bukan tugasnya untuk menjelaskan sunyata. :o
pertanyaannya adalah bagaimana master sunya, share SUNYATA pada seorang pendeta...dari sudut pandang pendeta. Memang ini sulit, tetapi inilah menunjukan sampai dimana kemampuan seorang guru dpt mengajar dgn baik....
_/\_
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?
1 Pengetahuan luas bukan bermakna bahwa semua pertanyaan harus dijawab. Asas manfaat, Anda paham 'kan?1 contoh (sutta) yg cumi berikan masih relevant tentang emptiness, pengetahuan luas tetaplah berguna...
2 Pertanyaan Anda selalu acak dan tidak ada kelanjutannya, apa yang seperti ini harus dijawab?
3 Perbaiki dulu cara komunikasi dan diskusi Anda, baru saya akan melayani semua pertanyaan Anda.
Salam. :)
Anda berkata pikiran tidak lari kemana-mana, tapi terus bertanya hal yang di luar topik.
Saya tidak berkata bermanfaat, pun tidak menjawab bahwa sutta tidak bermanfaat. Saya hanya sebut satu istilah; sutta-minded (yang maksudnya agar Anda mengambil jalan tengah, yaitu keseimbangan antara praktek dan teori/sutra), tapi ternyata Anda sangat melekat dengan sutta, dan seluruh pertanyaan Anda di atas seolah mau menerangkan bahwa sutta begitu penting bagi Anda. Biarlah begitu jika Anda maunya demikian. :)
Saya (sesuai pertanyaan Anda terakhir di atas) belajar 4 kebenaran mulia melalui pengalaman meditasi (penembusan langsung), bukan baca dari buku. Puas?
Jalan Tengah, itu dimana Anda seharusnya berada.
_/\_
terima kasih master, apa alasanya master sunya memilih untuk TIDAK MENJAWAB ? apa manfaatnya tidak menjawab ? mohon jelaskan...
apa niat dibelakang utk tidak menjawab ?
Ini sudah Anda tanya berulang-ulang. Mari kita mulai dari pemahaman dasar, apa arti anatta dalam menjalani kehidupan sehari-hari?
:)
utk pertanyaan no.3, sebaiknya bisa LEBIH TELITI membaca pertanyaan sebelum menjawab....
ketelitian dan kewaspadaan adalah hal penting yg dimiliki orang yg melatih diri...
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?
1 contoh (sutta) yg cumi berikan masih relevant tentang emptiness, pengetahuan luas tetaplah berguna...
manfaat dpt menjawab tentang hal tsb tentanglah bermanfaat... tapi siapakah yg menentukan
sesuatu pertanyaan bermanfaat atau tidak ? master juga paham tohh !
2. pertanyaan itu sebaiknya ACAK, bisa dari segala arah, bervariasi, berkombinasi,...
itulah kekuatan dlm bertanya.
<apakah perlu dijawab ? ya tergantung kemampuan yg menjawab...>
<tidak ada kelanjutan ? ohh karna jawabannya MELENCENG JAUH... apa juga hrs diterusin ? >
3. udah banyak korban kebingungan disini, jadi yg hrs diperbaikan adalah cara menjawab master...
bagian manakah cara komunikasi cumi yg hrs diperbaikin ? mohon yg jelas dan detail...
_/\_ :P
1. sutta penting atau tak penting ya ?
2. dimana 4 kebenaran mulia DITULIS ? disutakah atau di alam meditasi ?
kenapa umat dpt mengetahui 4 kebenaran mulia
yg diajarkan oleh Buddha Gautama ? dari mana ya ? plz dijawab aja...
puas ?
1...tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda
2...membahas sesuatu berkenaan dengan kebenaran, terutama yang sulit dijangkau oleh intelektual
3....Saya hanya akan membahas dari perspektif Sunyata (dalam korelasinya dengan thread sebelumnya).
4...topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.
"Kosong = Isi, Isi = Kosong"ini membahas kosong isi, isi kosong atau membahas SUNYATA ? duhhhh duhhhh :'( :'(
Ekspresi fanatisme.diperusahaan aja ada MANUAL BOOK utk melakukan sesuatu process.... (process depositio, kliring, dsb)...
sejak halaman berapa di thread ini master sunya menyebut ANATTA ?
jangan2 master lagi nyontek ditempat lain ?
kenapa koq anatta aja yg dipanggil ? bagaimana dgn perasaan anica dan dukha ?
trus gimana menghubungkan anatta dgn sunyata dlm kehidupan sehari-hari ?
penjelasannya koq sepotong-potong gak lengkap begitu ? :o
dimana 4 kebenaran mulia DITULIS ?
(pesan master sunya : janganlah jadi sutta minded, janganlah anggap sutta sangatlah penting)
Fanatisme terhadap aliran dan literatur ternyata bisa demikian efeknya.kalau jawaban guru yg MELENCENG dulu, apa perlu diikutin LENCENGAN tsb ?.....
Postingan Anda di atas salah satu contoh lagi bahwa Anda tidak serius bertanya. Setelah saya jawab dan ajak mendiskusikan pertanyaan Anda, tentang manfaat sunyata dalam kehidupan sehari-hari, Anda malah berkomentar melebar kemana-mana.
Jadi ego diri masih terlalu kuat untuk melihat kebenaran?
Jangan dipaksa, pelan-pelan saja...
Salam bahagia sejahtera untuk Anda dan keluarga.
cuplikan p1 dari master sunya...
1. oleh karna itu, lebih bermanfaat kalau lebih banyak member yg bisa mengerti dari pada bingung..
2. apakah pembahasan begitu sulit dijangkau oleh cumi maupun member lain ?
yg sulit sepertnya menjawab pertanyaan, kalau yg tanya santai aja koqq... :P
3. Sunyata adalah ajaran Buddhist yg dpt dibahas dgn sendirinya,
tidak dikotak-kotak maupun dibatas-batasin, sehingga kesan begitu banyak aturan...
4. <kevalidan secara konvensional>... upps ada berapa macam kevalidan ? ada berapa macam kebenaran ?
kenapa dipilih salah satu, kenapa koq tidak bahas kedua-duanya ?
ahhhhh kenapa gak boleh historis literatur ? kenapa begini, kenapa begitu ? ahhh..... alasannya apa sih ?
ini membahas kosong isi, isi kosong atau membahas SUNYATA ? duhhhh duhhhh :'( :'(
-------------------------------diperusahaan aja ada MANUAL BOOK utk melakukan sesuatu process.... (process depositio, kliring, dsb)...
koq malah dibilang SUTTA-MINDED ? ahh ahh ahh :o :o
Sabar, rekan Cumi.
Yang harus Anda sergap dan tembak dalam hal ini adalah ego sektarian Anda. Jika hal itu bisa Anda kuasai, baru Anda bisa berdiskusi dengan baik dan benar (lebih obyektif, kritis dan melihat apa adanya).
Oke, semoga berbahagia (semoga sutta-nya juga bahagia).
_/\_
cumi lebih sering mampir ke greja dari pada vihara koq.... jadi masih ada sektarian apa sih master sunya ?:o berarti om cumi bentar lg nyebrang ke religius sebelah donk :whistle:
kesabaran cumi udah sangat menipissss... ~X( ~X(
:o berarti om cumi bentar lg nyebrang ke religius sebelah donk :whistle:
Kan katanya cewe2 seberang cakep2 :whistle:Kelihatannya sih begitu..cakep2 masbro :whistle:
Kelihatannya sih begitu..cakep2 masbro :whistle:
Nah kalo gitu janjian aja barengan sama si cumi ke sana :)) :))Klo utk sekedar cuci mata mending liat dari luar tempat ibadahnya aja dah.. :whistle:
Kan katanya cewe2 seberang cakep2 :whistle:semua itu kosong, cakep=jelek, jelek=cakep. . ;D
semua itu kosong, cakep=jelek, jelek=cakep. . ;D
semua itu kosong, cakep=jelek, jelek=cakep. . ;Dcakep=jelek, jelek=cakep berarti sama aja donk intinya :whistle:
Kalo yg ini ada lagi ayat khususnya bro :Masih bisa operasi plastik supaya makin cantik kan jd gak mutlak donk.. :whistle:
Cakep itu relatif, tapi kalo jelek itu mutlak
:)) :))
:outoftopic:^:)^ ^:)^ ^:)^
:backtotopic:
slmat malam master sunya,Belut ama cumi mahalan mana koh :whistle:
jadi bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
koq belum dijelaskan dgn baik,
master yg mengajar udah kabur dulu ?
beri ilustrasi dlm kehidupan sehari-hari....
gak usah pakai jurus belut ya... ;D ;D ;D ;D
Belut ama cumi mahalan mana koh :whistle:ahh disini kan bahas manfaat dlm buddhist.... bukan harga mobil broTan...
ahh disini kan bahas manfaat dlm buddhist.... bukan harga mobil broTan...:o baru tau saya om bro cumi..boleh tuh saya coba nanti ;D
kalau resto belut di surabaya lagi ngetop... soalnya bisa buat pria perkasa...
:o baru tau saya om bro cumi..boleh tuh saya coba nanti ;D
jangan, nanti malah MEDITASI bro jadi kacaOOOOOOOOOOOOOOOOWahh..kalau saya ke surabaya bisa donk ajak saya jalan2 ke vihara sana donk om bro ;D
cumi lebih sering mampir ke greja dari pada vihara koq.... jadi masih ada sektarian apa sih master sunya ?
kesabaran cumi udah sangat menipissss... ~X( ~X(
Kalo yg ini ada lagi ayat khususnya bro :
Cakep itu relatif, tapi kalo jelek itu mutlak
:)) :))
slmat malam master sunya,
jadi bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
koq belum dijelaskan dgn baik,
master yg mengajar udah kabur dulu ?
beri ilustrasi dlm kehidupan sehari-hari....
gak usah pakai jurus belut ya... ;D ;D ;D ;D
Saya tanya, apakah Anda benar-benar bisa membaca niat saya saat saya menjawab pertanyaan Anda?
Jika Anda menjawab tidak, maka gagasan berputar itu hadir diprakarsai oleh pikiran Anda sendiri (atau lebih mudahnya; hasil persepsi Anda karena sebab-sebab lampau, misalnya sering mengalihkan/dialihkan pembicaraan dari/kepada orang lain).
Saya (sunggguh-sungguh dari niat terdalam) sama sekali tidak ada maksud untuk membingungkan atau berputar-putar.
Pengetahuan yang saya dapatkan/alami/rasakan saya tulis sesuai kemampuan saya berbahasa (komunikasi). Bila ada kekurangan (degradasi makna), tentunya ini banyak faktor terlibat, bukan hanya pewarta/penyampai yang disalahkan.
Maka dari awal sudah saya sarankan (di postingan pertama), minimal menguasai meditasi (khususnya Vipassana). Tanpa itu, hanya dengan modal pengetahuan akademis dan literatur, silakan coba saja (tadi saya ketik bahasa lebih lugas, tapi saya edit karena mungkin Anda bisa tersinggung).
Tentang Samanera dan Bhikkhu:
1. Apakah seorang Samanera dan Bhikkhu lebih dihormati (ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat)?
2. Apakah seorang umat awam (Puthujjana) kurang dihormati ketika menyampaikan pendapat?
3. Apakah benar atau salah suatu pendapat dinilai dari siapa yang menyampaikan?
4. Mungkin ini OOT (di luar topik), apa pemahaman Anda tentang Triratna, dan bagaimana seharusnya sikap seorang Buddhist terhadap Triratna?
Buddhist yang baik adalah Buddhist yang memahami benar ajaran Guru Agung Buddha Gautama, serta menjalankan/mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Benar?
Semoga Anda berbahagia. _/\_
capek deh !
butuh jawaban simpel dan gampang, tapi dijawab dengan segala teori komentar :o
contoh seperti ini pengakuan saya,
saya bukan bhikkhu, biksu/i atau samanera/i
selesai toh
saya tidak butuh komentar kosong dan isi anda yang panjang dan bosan. ???
Tentang Samanera dan Bhikkhu:
1. Apakah seorang Samanera dan Bhikkhu lebih dihormati (ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat)?
memang ada kolerasi anda Bhikku/samanera dgn pengetahuan dhamma. org yg melatih diri
boleh diasumsikan lebih mengerti dhamma dan lebih dihormatin... (gak ada salahnya)
2. Apakah seorang umat awam (Puthujjana) kurang dihormati ketika menyampaikan pendapat?
tergantung dia pakai jurus BELUT atau jurus apa dulu...
3. Apakah benar atau salah suatu pendapat dinilai dari siapa yang menyampaikan?
ohh jelas, kalau orang GILA yg sampaikan kita harus lebih seksama menelitinya...
4. Mungkin ini OOT (di luar topik), apa pemahaman Anda tentang Triratna, dan bagaimana seharusnya sikap seorang Buddhist terhadap Triratna?
Sikap seorang Buddhist, adalah selalu memberikan services yg baik....
Ke gereja tidak ada kaitannya dengan masih sektarian atau tidak. Bisa saja Anda ke gereja bukan untuk ibadah, melainkan hanya urusan pekerjaan/karir, studi, kegiatan sosial-kemasyarakatan, atau asmara. Lagipula, kalaupun Anda sampai seorang pluralis (lintas agama), tetap tidak menjamin Anda tidak sektarian. Tentu Anda paham maksud sektarian disini masih dalam lingkup satu agama.
ini kalau dibahas lebih lanjut... maka belut pun nambah2 in lagi..., tapi memang anak pendeta itu cantik 1X
Tindakan Anda yang mengagung-agungkan sutta, postingan-postingan Anda yang mengesankan keberatan dikritik sutta-minded, serta sikap Anda membentur-benturkan aliran (dengan membawa konsep Tilakkhana dan 4 Kebenaran Mulia tidak pada tempatnya), bagi saya sudah mengindikasikan unsur sektarian pada Anda (fanatik pada ajaran/konsep tertentu, melekat pada guru/ajaran/organisasi tertentu).
kalau bro bilang cumi mengagungkan sutta.. ahhh... trus ngapain 500 arahat dan Ananda kumpul utk nulis ulang apa yg telah dikatakan Buddha ? kalau gak penting ngapain kengangguran NULIS2..buat jadi SUTTA2 ?
cumi udah tentu menghargain sutta, spt juga manual book, manual book bagaimana merawat mobil dst dst...
sebelum kita memakai alat elektronik tsb, sebaiknya kita baca manual book nya dulu...
master sunya ngomong sektarian...tuhhhh cumi gak ngerti...
Bila ini mau dilanjutkan, tentu hal di atas harus bisa diminimalisir (bila dihilangkan tentu perlu proses).
Bisakah Anda mengendalikan ego sektarian Anda untuk sesaat, be an empty cup untuk sementara?
ini adalah contoh bagaimana gerakan BELUT mau membatasin pertanyaan cumi,
atau lepas tangan dari pertanyaan2 tsb...
BE A MAN....
Kalau jawabannya bisa, baru diteruskan.
lebih gampang nyari alasan dari pada menjawab tohhh
Salam bahagia tanpa diskriminasi aliran. _/\_
Sesudah Anda berkomitmen tidak fanatik dan melekat pada aliran/ajaran tertentu, baru saya jelaskan.
apakah master sunya telah menjelaskan dgn baik... sebelum cumi mampir ke thread ini ? jawablah dgn jujur.
Tidak ada yang kabur (Anda yang berpersepsi saya kabur, setelah sekian jam saya tidak menulis postingan).
Salam. _/\_
Sesudah Anda berkomitmen tidak fanatik dan melekat pada aliran/ajaran tertentu, baru saya jelaskan.
capek deh !
butuh jawaban simpel dan gampang, tapi dijawab dengan segala teori komentar :o
contoh seperti ini pengakuan saya,
saya bukan bhikkhu, biksu/i atau samanera/i
selesai toh
saya tidak butuh komentar kosong dan isi anda yang panjang dan bosan. ???
Someone asked how and why did the Bodhisattva attain the Tao and became enlightened by observing the ebb tide? The Bodhisattva, while practicing by the sea, contemplated the sound as it increased, decreased and then came to full stop, occurring simultaneously with the ebb tide. He pondered the root of causes and finally attained enlightenment by understanding that all existence is subject to birth and death and, therefore, is impermanent. Yet the hearing is timeless, hence beyond birth and death. Those without practice can hear, but do not listen. While hearing the sounds they only think of "outside"; the sound of the tide has birth and death, but the nature of hearing does not. Why? Because even when the sound of the tide stops, our capacity or nature for hearing does not. We can still hear the wind in the branches of a tree, the songs of birds and the shrill sound of the cicadas. Had our capacity for hearing vanished with the sound, we should not be able to hear ever again. Even when all is quiet late at night, we are aware of silence or non-sound, because of our capacity for hearing. There are two kinds of hearing: One comes and goes in response to stimulation, the other functions independently of it. Thus we can safely say that although sounds have birth and death, the hearing capacity does not. It actually never vanishes. All existence, including dharmas, is impermanent and therefore subject to birth and death - just like magic, like bubbles or like shadows. The nature of hearing, on the other hand, can never be destroyed.
In that manner we come to know the bright and accomplished nature of hearing. Our mind accords with whatever we observe: If we observe birth and death, there is birth and death. If we observe non-birth and non-death, there is no birth and no death. All things are produced by the mind; they are completed through contemplation. Everyone has a mind and consequently a potential to formulate the world according to own intentions, but without effort he/she will not succeed. Nature is the substance, mind, the function. The function never separates from the substance, nor the substance from the function. Function and substance, though separate, are causally connected. Nature governs the mind and the mind is the nature's function; they mesh. Although both retain their own character, they are inseparable. Dharma practice can start right at this point. One needs to understand one's mind, see one's True Nature and following that, attain the Tao.
Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi
kosng dan wujud tidak terpisahkan, sama halnya substansi dan fungsi tidak terpisahkan
Demikian juga True nature kita adalah kosong dan merupakan eksistensi sejati dan eksis tetapi kekosongan sejati
jika sesuai dengan keingian anda meminta orang tidak fanatik, baru mau dijelaskan.
saya yakin orang itu tidak butuh penjelasan anda, karena andalah orang fanatik yang menuduh orang lain fanatik ^-^
Silakan Anda menulis apapun, sejauh Anda bisa membuktikannya. :)
Salam dharma dan semoga berbahagia. _/\_
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).jangan2 master sunya ini fanatiknya master Lu Sheng Yen... sehingga dia agak malu2 mengutarakannya...
Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).
Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).
Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).
Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)
Terima kasih untuk tambahannya, Sdr. Djoe. Salam dharma dan semoga sukses dan berbahagia. :)
jangan2 master sunya ini fanatiknya master Lu Sheng Yen... sehingga dia agak malu2 mengutarakannya...
menglabel orang lain fanatik, apa tolak ukurnya, apa tanda2nya, jangan asbun aja dehhh...nuduh2 org panatik!
djoe :
Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi
beri contoh apa itu kosong, subtansi, wujud dan fungsi dlm kehidupan sehari-hari...
mari kita lihat master Djoe lebih bisa menjelaskan dari pada cuma jago copas...
terima kasih master Djoe akhirnya mampir disini, karna maste sunya ini telah
membingungkan banyak member... :P :P
ada 2 master,
yang satu master djoe, sang lalat
yang satu master sunya, sang BELUT... (sptnya begitu)
silahkan kalau master sunya berkemampuan menjelaskan :
Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi
Tanya;Om sunya, 2 kata ini kata "wujud" dan kata "isi" . wujud=kosong, kosong=wujud apa sama istilah isi=kosong, kosong=isi?
Ya, tapi definisi wujud dalam hal ini bukan hanya rupa/bentuk dalam agama Buddha, tapi merupakan eksistensi itu sendiri. "Merasa ada" itu yang saya maksud, beserta semua fenomena pendukungnya. Misalnya, Anda 'ada', lalu di sekitar Anda juga ada fenomena bahwa lingkungan Anda ini "begini" (dilahirkan di orang tua tertentu, negara tertentu, kehidupan sosial-ekonomi tertentu, dsb).
Jadi pengertian sunyata=wujud, wujud=sunyata disini maknanya bahwa keberadaan itu sendiri (wujud) sebenarnya kosong, karena merupakan gabungan sebab-akibat, dan dalam kekosongan itu ada wujud (maknanya, dalam kegaiban Kebuddhaan itu segala sesuatu bisa diciptakan, termasuk bentuk kehidupan seperti ini).
Catatan:
Kosong disini bukan berarti tidak ada (seperti istilah sebuah wadah yang kosong melompong), tapi kosong lebih berarti tidak ada substansi yang kekal/tetap/independen/sejati.
Analogi yang mendekati, yaitu udara, dimana udara tidak memiliki bentuk (form) yang sejati, karena itu udara bisa mengisi ruang dan wadah apapun. Bentuk dan potensi udara dalam hal ini (sebagai analogi dari sifat kosong setiap makhluk) adalah tak terbatas, karena sifat fleksibel dari udara tersebut.
Aspek lain penjelasan kekosongan (sunyata) berkaitan dengan pencapaian nibbana:
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).
Nah, itu kaitan anatta dengan sunyata, seperti ditanyakan Sdr. Cumi beberapa waktu lalu.
Demikian, atas kekurangannya disana-sini saya mohon maaf dan mohon masukannya. Terima kasih. _/\_
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).
ternyata bro sunya percaya adanya roh dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm. ^-^
ternyata bro sunya percaya adanya roh dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm. ^-^
.....dari page 1kalau kewujudan (wujud) nya master sunya spt apa ya ?
Karena itu, Kosong = Isi, berarti:
Dalam ketiadaan (Tiada Aku, tapi bukan kemusnahan/nihilisme), ada fenomena (yaitu kehidupan ini beserta makhluknya, termasuk "saya" dalam gabungan skhandas/agregat).
Isi = Kosong, artinya:
Dalam kewujudan ini (keberadaan/kehidupan yang seolah tanpa akhir ini), sesungguhnya mereka bukan (tiada) apa-apa, atau (kita kenal dengan) Anatta.
Makhluk-makhluk itu semua sunya (kosong), karena jika mereka mencapai Kebuddhaan (Ia/Mereka dengan huruf kapital), maka identitas yang Mereka kenai (pakai) saat ini adalah tidak "valid" (mungkin ada kata yang lebih tepat, saya tidak menemukannya saat mengetikkan ini).
Mengapa?
Karena identitas yang Mereka kenakan saat ini, adalah: Karma (Proyeksi) dari diri Anda (masing-masing) sendiri.
Tanpa karma yang tepat, dalam kehidupan Anda tidak akan pernah ada sosok pemuda yang meninggalkan istana demi bertapa, lalu (disebut-sebut) mencapai kesempurnaan, dst...
Tidak akan ada itu. Bahkan, bila Anda lahir sejaman dengan Beliau (mengesampingkan faktor bahwa Anda terlahir sebagai seekor lalat atau kucing), Anda tidak akan pernah dengar, atau dengar tapi tak signifikan bagi Anda, atau bahkan dengar tapi berujung petaka bagi Anda (seperti kasus Cinca-manavika dan Devadatta).
Jadi, apakah Buddha itu mutlak adalah Guru bagi setiap insan (makhluk)?
Jawabannya, tergantung (tergantung apa karma Anda, memungkinkan atau tidak meresapi dharma dari Guru Agung Buddha Gautama).
Jadi (maka disebut/dikatakan) Buddha itu pun, Sunya dari sifat hakiki, atau, (apapun itu) tergantung siapa subyek yang mencerap/memproyeksikannya.
Sampai disini, semoga tidak terlalu melelahkan.
Besok saya lanjutkan. Silakan komentari dengan arif.
Terima kasih.
dependent arsingini bahasa indonesianya apa ?
Wujud adalah kosong.
Wujud dikatakan kosong bukannya mengatakan karena mereka kosong dari objek lain. Misalnya gelas. Gelas dikatakan kosong bukan karena gelas kosong dari air, tetapi gelas itu sendiri adalah kekosongan, karena gelas tidak bisa muncul sendiri tetapi bergantung pada kondisi dan sebab.
Karena itu dikatakan :
gelas /wujud adalah dependent arsing karena itu mereka kosong dari independent self existence entity =
gelas/wujud adalah kosong.
Karena :
Karena gelas / wujud adalah kosong maka dikatakan kosong adalah gelas / wujud
karena gelas / wujud adalah dependent arsing maka ada wujud
karena gelas / wujud adalah dependent arsing maka segela sesuatu dikatakan muncul dan lenyap, bertambah dan berkurang,
Jadi fenomena seperti muncul dan lenyap, dsbnya yg berkaitan dengan wujud dimungkinkan karena nature mereka yang dependent arising, dikarenakan nature mreka yang kosong, dikarenakan mereka tidak memiliki self power entitas yang berdiri sendiri.
Jadi karena wujud adalah kosong, maka muncul fenomena, memungkinkan kemunculan wujud. karena itu dikatakan kosong adalah wujud. Sebuah lingkaran /siklus wujud adalah kosong adalah wujud
Jadi bahwa wujud merefleksikan /mencerminkan kekosongan
wujud merupakan bayang/pantulan di cermin dari kekosongan itu sendiri
Karena itu untuk melihat kekosongan/true nature, lihatlah pada wujud/rupa/skandha, karena kekosongan ada belakang layar dari wujud.
Ke duanya tidak terpisahkan.
Karena itu dikatakan di dalam pandangan kita ada kekosongan/penglihatan/nature dan wujud /objek yang kita lihat.
Di dalam pendengaran ada pendengaran dan objek suara yang di dengar
Seeing is not separate from the object, but seeing is not the object
Hearing is not separate from the object, but hearing is not the object
Jadi wujud menjadi terintegrasi (menjadi wujud) dan disintegrasi (lenyap) disebabkan adanya kondisi yaitu sifat segala sesuatu yang muncul saling bergantungan, yang tanpa /kosong dri self inherent existensi yg bebas.
Karena sifat nature ini maka ada muncul dan lenyap, bertambah dan berkurang. Segala sesuatu muncul kemudian lenyap.
Jika tidak, maka tidak mungkin ada sesuatu yg bisa muncul dan lenyap.
Henry Pai <Kalau Ísi=ksg, ksg=isi? >> sengaja buat org bingung > .. itu ada di serial tv silat judulnya " tai chi master "... xi xi..mana belutnya ? :P :P
bila kosong = isi maka,
tidak tertutup kemungkinan untuk mendesain pondasi suatu bangunan dengan model menyerupai sebuah parasut.
hahaha.....
apakah pengembangan pemikiran kreatif demikian yang ingin diarahkan oleh TS?
:))
lalu manfaat apa yang coba ditawarkan TS?learner ini memang TELMI (telat mikir)... apa manfaat diskusi dari TS, KIIK itu rancu...
diskusi masalah kosong isi sangat rancu,
salah arah bisa salah pengertian,
alih-alih ada manfaatnya,
malah bisa bikin orang salah pengertian dan menganggap sesuatu yang real jadi kosong
apapun yang dikatakan oleh siapapun,
masalah akan tetap menjadi masalah sebelum dilakukan tidakan real untuk menyelesaikannya,
meskipun anda melakukan meditasi dan berusaha untuk membuang/mengosongkan masalah tersebuat dari pikiran anda,
masalah itu akan tetap ada sebelum anda menyelesaikannya,
adakah manfaat yang dapat diperoleh setelah mengetahui konsep kosong= isi?
perhatikan ini,
apakah masalah anda akan menjadi selesai sendiri atau menjadi hilang/kosong setelah anda mengosongkan/melupakan masalah itu dari pikiran anda?
hahaha...........
learner ini memang TELMI (telat mikir)... apa manfaat diskusi dari TS, KIIK itu rancu...
apakah learner baru taooo kalau kita kedapatan BELUT hahaha....
tapi bolehlah cumi menjadi master sementara... karna belut belum mau keluar.....
dlm Buddhism mengenal dua kebenaran... yakni kebenaran konvensional dan kebenaran hakiki (yg lebih tinggi),..
nah bila bro learner mempelajarin cuma KK bukan KH, maka bergunanya cuma sedikit.....
begitu juga soal kebahagiaan yg bro learner tau....(dpt cewek cakep, mobil bagus, duit banyak)...
nah ini type KK, tapi kalau ketenangan batin...itu lebel lebih tinggi... dan menurut sang guru..
kebahagian tsb adalah jauh dari segalanya yg konvensional....
kira2 cuplikannya begitu bro learner.... semoga dpt tidur nyenyak ya....
kalau soal gelas kosong, biarlah kedua master utak atik dulu aja dehhhh... sampai puas mereka.. :P :P
apakah bro learner udah terasa ISI sedikit ? ;D ;D
ternyata bro sunya percaya adanya roh dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm. ^-^
Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).
bila kosong = isi maka,
tidak tertutup kemungkinan untuk mendesain pondasi suatu bangunan dengan model menyerupai sebuah parasut.
hahaha.....
apakah pengembangan pemikiran kreatif demikian yang ingin diarahkan oleh TS?
lalu manfaat apa yang coba ditawarkan TS?
diskusi masalah kosong isi sangat rancu,
salah arah bisa salah pengertian,
alih-alih ada manfaatnya,
malah bisa bikin orang salah pengertian dan menganggap sesuatu yang real jadi kosong
apapun yang dikatakan oleh siapapun,
masalah akan tetap menjadi masalah sebelum dilakukan tidakan real untuk menyelesaikannya,
meskipun anda melakukan meditasi dan berusaha untuk membuang/mengosongkan masalah tersebuat dari pikiran anda,
masalah itu akan tetap ada sebelum anda menyelesaikannya,
adakah manfaat yang dapat diperoleh setelah mengetahui konsep kosong= isi?
perhatikan ini,
apakah masalah anda akan menjadi selesai sendiri atau menjadi hilang/kosong setelah anda mengosongkan/melupakan masalah itu dari pikiran anda?
hahaha...........
maaf, di sutra mahayana apa yahcumi juga luar biasa curious...., mohon dibantu... :P :P
Sang Buddha pernah berkata kosong = isi dan sebaliknya?
cuma curiosity aja.
btw, saya boleh tanya ya master cumi...
apa sih prajna?
apa sih panna?
apa sih jhana?
apa sih tingkat konsentrasi?
seberapa pusing sih kita dapat berpikir dalam memecahkan masalah?
apa sih meditasi?
apa sih berpikir?
apa sih objek meditasi?
apa sih masalah yang dipikirkan?
apa sih tujuan berpikir?
apa itu ketenangan?
apakah tenang= tidak ada masalah?
bagaimana bisa tenang kalau ada masalah?
apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah?
apa yang dirasakan ketika masalah sudah selesai?
segitu dulu
trims
learner
seberapa pusing sih kita dapat berpikir dalam memecahkan masalah?masalah = duit
apakah tenang= tidak ada masalah?
bagaimana bisa tenang kalau ada masalah?
apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah?
apa yang dirasakan ketika masalah sudah selesai?
Kurang teliti membaca. _/\_
_/\_bisa dijabarkan dibuktikan ?
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
anda yang menulis roh dan jiwa,
ditanya ! ngomong tidak teliti !!
jadi roh dan jiwa apa yang dimaksud ?
bagaimana KOSONG dapat memproyeksikan SESUATU ?
coba buktikan, jangan ASBUN....
kasih contoh,
kasih ilustrasi,
apa artinya kosong tsb ? nahhh... yg jelas dungg.. :o :o
ini bahasa tingkat rendah, dikatakan rendah karena tidak dipahami orang tingkat tinggi. =))
Bertanyalah yang sopan, jika Anda seorang Buddhist yang beretika dan menjunjung tinggi kesantunan berperilaku. Jika Anda hanya jago dharma secara teori namun prakteknya nol besar, lalu apa gunanya? Skeptis itu boleh, tapi jangan meremehkan apalagi melecehkan.
Salam. _/\_
ini bahasa tingkat rendah, dikatakan rendah karena tidak dipahami orang tingkat tinggi. =))
terima kasih master sunya telah mengingatkan kita kembali...
diskusi dhamma sebaiknya SABAR dan SANTUN.
kalau di FORUM, ya memang tempat diskusi,... ya lebih di titik beratkan pembahasan, sutta2 maupun teori/penafsiran/catatan....
walaupun seseorang udah sangat hebat dlm praktek meditasi, tetapi begitu sampai di forum dan buat thread, maka dia juga harus menulis dgn baik, jelas, dan menarik utk dibaca....
kalau soal SANTUN ini ya memang harus dinilai oleh pihak ke 3 (juri), apakah ada terdapat kata2 tidak santun. Kalau memang demikian, saatnya master sunya melapor pada MOD disini, supaya diambil tindakan tegas dan peringatan.
Bagi cumi, SANTUN adalah menjawab dan membabarkan dhamma dgn singkat padat jelas dan menyenangkan. memang setiap orang bisa punya defenisi yg lain pula.
master sunya bilang SUTTA-MINDED, trus gw tanya ngapain Ananda beserta 500 arahat menulis kembali ajaran Buddha pada kosiliasi pertama ? ngapain ? ngapain ?..... dan master memilih tidak jawab....
kalau tidak penting ngapain ditulis kembali ?....kan bisa bilang...ahhh praktek lebih penting...buat apa ditulis dlm sutta ? kenapa ? kenapa ? kenapa ?
mohon dijawab dgn cara biasa saja, jangan cara belut lagi ya.... :P :P :P
Menulis sesuatu bukan berarti saya adalah nara sumber (dari kepercayaan roh dan jiwa tersebut). Bila Anda mau bertanya, tanyalah pada yang kompeten.
1. Boleh tahu aturan darimana bahwa tempat diskusi ini menitikberatkan tafsiran/teori/catatan/sutta?
a. bisa bilang jangan sutta minded, yg penting praktek
b. bagaimana sepotong sutta dpt dijelaskan dgn baik dari praktek.
pilih a atau b ?
2. Saya merasa Anda juga kurang menulis dengan baik dan jelas (contohnya tentang bagaimana sunyata menurut sudut pandang Pendeta). Apa bisa dikatakan Anda melanggar aturan forum? Anda juga kerap menyebut belut dan ungkapan semacamnya (yang kurang menghargai lawan diskusi). Apakah ini baik dan benar?
seorang diinterview di kantor Microsoft...
salah satu pertanyaannya adalah : bagaimana anda menjelaskan database pada anak dibawah 10thn...
jadi bagaimana master menjelaskan Sunyata dari sudut pandang Pendeta... sanggupkah ?
kalau org mengatakan kita BELU, bisa juga dibuktikan dgn penjelasan/tulisan bahwa kita bukan golongan tsb
3. Pengertian santun Anda adalah versi Anda sendiri, yang benar santun itu adalah sesuai etika dan kemoralan. Bila menurut Anda santun = menjawab dengan singkat, padat dan jelas, orang lain (termasuk saya) tentu juga mempunyai kriteria serupa dalam bertanya-jawab (yang mana sudah saya sebutkan, Anda harus konsisten dan koheren dalam bertanya, juga bukan bersifat membandingkan dengan kepercayaan/aliran Anda sekarang).
ehhh ternyata ada org nulis buku dgn judul : THE IMPOSSIBLE QUESTION
dia adalah krisnamurti....ahhh salah satu favoritenya guru meditasi...hehehee..
kalau master ada waktu kan bisa baca2 juga...
cumi memang sulit mengendalikan diri, kalau soal bertanya.....mohon dimaklumin
4. Anda sedang mengulang kesalahan sama (poin no. 3), yaitu saya sudah menjawab pertanyaan tersebut pada Adi Lim, namun Anda tidak menyimak (atau mungkin mengabaikannya).
Sebagian orang bertanya bukannya mereka tidak tau... tapi bisa saja mereka ini ingin melihat apakah ada cara yg lebih kreatif utk menjawab pertanyaan tsb....
Saya kira Anda bisa menghormati diri Anda sendiri dengan tidak menggunakan nama hewan tertentu dalam diskusi (kecuali kita sedang membahas tentang fauna dan sejenisnya).
Salam.
Semoga Anda berbahagia. _/\_
Tampaknya Anda masih harus belajar cara berkomunikasi. :)
Agama Buddha percaya hukum karma yang mengatur nasib setiap individu. Sebaliknya, agama dan kepercayaan lain cukup banyak yang percaya bahwa nasib ditentukan oleh sosok Adi Kodrati - Sang Penentu Nasib, Hidup dan Mati setiap makhluk.
Nah, dalam kalimat di atas, apakah saya harus menjelaskan suatu premis yang berlaku umum, namun di luar kompetensi saya (karena saya beragama Buddha)?
Menulis sesuatu bukan berarti saya adalah nara sumber (dari kepercayaan roh dan jiwa tersebut). Bila Anda mau bertanya, tanyalah pada yang kompeten.
1 mungkin ada julukan baru 'Sang Belut yang berISI ternyata KOSONG melompong'
emang anda pintar komunikasi ??
kayaknya tidak deh, jago berkelit !! iya !
bold n biru, maksudnya anda bukan beragama buddha ?
salut gue saya ama ilmu belut yang anda miliki
teman2 DC disini bertanya dan minta penjelasan, malah anda sarankan untuk melepas 'kefanatikan' dulu baru akan dijelaskan.
anda percaya adanya roh dan jiwa, ketika ditanya masalah roh dan jiwa, anda malah berkelit utk tanya kepada yang pintar dan berkompeten.
mungkin ada julukan baru 'Sang Belut yang berISI ternyata KOSONG melompong'
Bro Sunya dkk,
kalau masbro Cumi gak bisa jawab
kita pakein mentega dan goreng jadi
cumi goreng mentega asem manis
pake bawang bombai. <:-P
mantab bener :jempol:
Lihat, Anda bahkan tidak bisa memahami sebuah kalimat. Sudah jelas saya tulis saya beragama Buddha, Anda masih bertanya.
Anda melabeli saya jago berkelit,memang kenyataan toh
hanya karena saya tidak memberi jawaban sesuai keinginan Anda.
Anda harus belajar menerima kenyataan, tidak semua hal di dunia ini ideal (khusus dalam bertanya-jawab, terimalah jawaban apapun yang diberikan orang, karena Anda dalam posisi berdiskusi, bukan mendikte atau mendoktrin).
Tentu Anda harus melepas kefanatikan, salah satunya menganggap sutta sebagai satu-satunya pedoman pelatihan diri, dan menganggap aliran Anda (tidak usah saya sebutkan, karena kurang etis) sebagai satu-satunya aliran paling benar.
Apa pernah saya menulis saya percaya roh, atau saya tidak percaya roh? Saya bahkan tidak memberi komentar sedikit pun terkait hal itu. Anda harus lebih banyak lagi belajar berbahasa dengan baik (khususnya memahami isi sebuah tulisan).
Aspek lain penjelasan kekosongan (sunyata) berkaitan dengan pencapaian nibbana:
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).
Fanatisme memang kerap kali jadi penghalang, membaca suatu ungkapan dan istilah, sudah muncul rasa alergi; saya tidak percaya roh, saya tidak percaya tuhan, saya tidak percaya ada aliran lain lebih benar dari aliran saya, dst. Hal seperti ini yang menghalangi penggugahan (enlightment). So, let it be... :)
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
Bro Sunya dkk,
kalau masbro Cumi gak bisa jawab
kita pakein mentega dan goreng jadi
cumi goreng mentega asem manis
pake bawang bombai. <:-P
mantab bener :jempol:
Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah
semoga cepat dibahas oleh master sunya dan master djoe...
bahkan anda menambah ? (tanda tanya)
yang membuat saya bertanya !
memang kenyataan toh
kok anda tidak bertanya, kenapa saya tidak melabeli member lain !
bahkan anda berhak utk tidak menjawab kok !
betul sekali.
karena ini forum bebas, untuk bertanya dan menjawab.
IMO : bahkan anda lebih fanatik lagi, karena menuding member lain fanatik dan meminta syarat untuk melepas 'kefanatikan' baru akan di jelaskan.
apakah diatas penulisan anda atau bukan ? atau anda masih mau berkelit !
saya bertanya apa itu roh pemarah dan jiwa yang suka bersedih itu,
ternyata tidak mampu menjawab dan mengalihkan kepada yang berkompeten utk menjawab.
malah saya melihat anda lebih fanatik. :whistle:
jika dilihat dari judul TS, harusnya ada tambahan,
Segala sesuatu adalah proyeksi dari isi
makanya kosong=isi dan isi=kosong , setujukah master Sunya ?
=))
Sudah pernah saya jawab: Jadilah orang baik (be a good person).
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.msg426805.html#msg426805
Mungkin bagi Anda dharma cuma bahan tertawan. Coba sesekali Anda renungkan, kalau orang lain menerapkan metode yang Anda terapkan disini pada aliran Anda (bertanya hanya untuk melecehkan dan menertawakan) apa reaksi Anda?KIIK > itu lah judul yg .... ditulis utk
Siapa pun bisa melakukan itu, dan biasanya sebagai pemuasan ego bahwa alirannya paling benar dan orisinil (walau pada kenyataannya, setiap aliran tak luput dari kekurangan dan kelemahan).
Semoga bahagia dan sejahtera. Salam. _/\_
Mungkin bagi Anda dharma cuma bahan tertawan. Coba sesekali Anda renungkan, kalau orang lain menerapkan metode yang Anda terapkan disini pada aliran Anda (bertanya hanya untuk melecehkan dan menertawakan) apa reaksi Anda?
Siapa pun bisa melakukan itu, dan biasanya sebagai pemuasan ego bahwa alirannya paling benar dan orisinil (walau pada kenyataannya, setiap aliran tak luput dari kekurangan dan kelemahan).
Rupanya ingin berdebat kusir. :)
Semoga Anda berbahagia. _/\_
begitulah tuduhan yang anda mampu
yakinkah master sunya memiliki kemampuan utk menjawab ?
KIIK > itu lah judul yg .... ditulis utk
pemuasan ego master sunya sendiri....
_/\_ :-[
Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah
jawab disini aja, gak usah membelut di tempat lain... :-t :-t :-t
Saya sudah menjawab. Apapun persepsi Anda tentang tulisan saya, itu adalah urusan Anda pribadi.
Salam. Semoga berbahagia. _/\_
anda tidak usah mengkaitkan pertanyaan atau penyataan saya dengan suatu aliran, anda hanya bisa mengeluh, mengakaitkan aliran dan kefanatikan aliran (kelihatan cengeng sekali)
bahkan sampai sekarang saya tidak pernah menyebut aliran2 yang anda maksud.
saya kira anda terlalu sensi, karena ketidakmampuan anda, sehingga suka menuduh tanpa bukti, yang bisa cuma menuduh dan menghakimi
saya tidak pernah melarang anda utk bersuka ria dalam diskusi, silahkan saja, cuma diingatkan anda jangan pakai bahasa kasar dan makian (karena ada wasit moderator)
NB. Yang benar ada aliran air di sungai/kali, jika tidak percaya boleh kunjungi sungai tsb.
kemungkinan besar topik ini terlalu berat utk master sunya maupun master djoe, sehingga dgn terpaksa mereka berkelit terus...dgn berbagai alasan...
seorang guru yg baik akan bertanya kembali pada muridnya...
bagian mana yg murid tidak mengerti ?
kalau sunyata dpt dimengerti oleh orang lebih banyak seharusnya lebih baik...
bukan dgn mengucapkan ... kalau anda tidak mengerti...itu urusan anda....
Saya tidak pernah menyatakan demikian, Anda harus lebih jeli lagi membaca (bacalah secara obyektif, non-emosional). Salam. :)
Maaf, berkata kasar itu seperti apa? Apakah belut termasuk kata kasar? Jika kita saling memanggil dengan sebutan nama hewan apakah ini diperbolehkan?
Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah
Apakah saya mengeluh, siapakah yang melabeli mengeluh?
Kalau yang membawa sutta dalam setiap topik, itu sudah pasti (tidak perlu dibuktikan bisa dilihat sendiri di thread ini). Yang membawa konsili 500 arahat juga sudah jelas, tidak perlu siapa pun untuk membuktikan. Yang membawa-bawa konsep tilakkhana pun begitu, tanpa ada relevansi secara langsung dengan topik yang sedang dibahas.
Jadi bila hal di atas masih belum berkaitan dengan aliran, datang darimanakah konsep tersebut? Mohon disertakan sumber doktrinnya.
Anda mengatakan saya menuduh, berarti Anda lupa dengan tulisan-tulisan Anda sendiri.
Maaf, berkata kasar itu seperti apa? Apakah belut termasuk kata kasar? Jika kita saling memanggil dengan sebutan nama hewan apakah ini diperbolehkan?
Salam. Semoga berbahagia. _/\_
Rekan Cumi yang terkasih, bila Anda belum paham apa itu persepsi, ijinkan saya memberi penjelasan mudah untuk Anda.
a. Anda menganggap saya tidak mampu menjawab pertanyaan Anda.
b. Anda menganggap saya melakukan pemuasan ego.
c. Anda menganggap saya dan rekan Djoe berkelit ('membelut' istilah Anda).
Ketiga hal tersebut, adalah contoh dari persepsi Anda. Sadarilah ketika setiap individu itu anatta, Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah, dan Anda (makhluk dalam ketidaktahuan/avidya) sedang mengira ada sosok di luar sana yang sesuai dengan persepsi (labelisasi) Anda di atas.
Dulu saya sudah pernah menganalogikan tentang Ayah Anda, Obama, serta gempa bumi (namun Anda tidak paham atau tidak mau memahaminya karena alasan tertentu; fanatisme/sektarian), kini Anda sendiri terjebak dalam situasi dan kondisi ini (meyakini adanya sosok di luar diri yang atta/sejati, dan menganggap diri sudah mempersepsikan dunia dengan benar).
Jika Anda belum bisa menangkap penjelasan ini (yang mana sudah saya prediksikan jauh sebelum Anda membaca ini) maka saya sudah tidak akan menjelaskannya lagi lebih jauh, karena Anda bukan tidak bisa paham, namun tidak mau memahaminya (karena kemelekatan pada persepsi aliran yang Anda anut/percayai).
Oke, salam bahagia untuk Anda. Semoga selalu berbahagia. _/\_
* Ini postingan terakhir saya untuk Cumi. Semoga beliau bisa mendapatkan jalannya dan mencapai kebahagiaan.
lho ini forum buddhis bung Sunya,
kalau bahas sutta/sutra tentunya memang jadi acuan.
apakah ada yang salah dengan anda ?
aliran mana yang tidak mengakui sutta ?
bisakah bung Sunya sebutkan !
jawaban saya : aliran air
coba anda baca dari awal, bagaimana awalnya anda di katakan menuduh dan menghakimi
yang dikatakan cara berdiskusi anda seperti belut.
istilah belut ngetop di forum DC memang dari sutta, bahkan sang Buddha aja pernah menyebut brahmana yang suka berkelit seperti belut. ^-^
bahkan sang Buddha aja pernah menyebut brahmana yang suka berkelit seperti belut.ini menarik utk ditampilkan sutta tsb, ada yg bisa bantu ?
Rekan Cumi yang terkasih, bila Anda belum paham apa itu persepsi, ijinkan saya memberi penjelasan mudah untuk Anda.
menurut anda mudah, menurut orang lain masih belum CUKUP
a. Anda menganggap saya tidak mampu menjawab pertanyaan Anda.
kenyataan memang menyakitkan, dan cumi ini suka to the point...
b. Anda menganggap saya melakukan pemuasan ego.
kenyataan memang menyakitkan, dan cumi ini suka to the point...
c. Anda menganggap saya dan rekan Djoe berkelit ('membelut' istilah Anda).
kenyataan memang menyakitkan, dan cumi ini suka to the point...
cumi pun sangat hafal akan kebiasaan BELUT, karna cumi juga hidup di air
Ketiga hal tersebut, adalah contoh dari persepsi Anda. Sadarilah ketika setiap individu itu anatta, Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah, dan Anda (makhluk dalam ketidaktahuan/avidya) sedang mengira ada sosok di luar sana yang sesuai dengan persepsi (labelisasi) Anda di atas.
spt nya mengancam, karma buruk akan menimpa pada cumi...
cumi cuma tanya apakah master sunya dan Djo udah arahat ?
Dulu saya sudah pernah menganalogikan tentang Ayah Anda, Obama, serta gempa bumi (namun Anda tidak paham atau tidak mau memahaminya karena alasan tertentu; fanatisme/sektarian), kini Anda sendiri terjebak dalam situasi dan kondisi ini (meyakini adanya sosok di luar diri yang atta/sejati, dan menganggap diri sudah mempersepsikan dunia dengan benar).
Analogi yg master sunya tampilkan sungguh mengecewakan kwalitasnya, sehingga cumi tidak berselera membahasnya lebih lanjut... belajarlah lebih giat utk memberikan contoh2 segar yg konkrit, jelas, padat...
Jika Anda belum bisa menangkap penjelasan ini (yang mana sudah saya prediksikan jauh sebelum Anda membaca ini) maka saya sudah tidak akan menjelaskannya lagi lebih jauh, karena Anda bukan tidak bisa paham, namun tidak mau memahaminya (karena kemelekatan pada persepsi aliran yang Anda anut/percayai).
jika cumi tidak mengerti, kesalahan ada pada pengajar atau pun penerima, dan di thread ini lebih banyak penerima yg mengeluh.. jadi boleh cumi asumsikan kesalahan besar ada pada pengajar... gitu aja koq repot...
Oke, salam bahagia untuk Anda. Semoga selalu berbahagia. _/\_
cumi selalu bahagia, dan selalu bertanya lagi...
* Ini postingan terakhir saya untuk Cumi. Semoga beliau bisa mendapatkan jalannya dan mencapai kebahagiaan.
Ini postingan terakhir saya untuk Cumi.inilah salaH satu jurus BELUT..., belajarlah lebih ulet utk menjadi seorang guru yg baik...
Saya juga menghindari menyebut Anda "belut", walau Anda sebetulnya berkelit pada pertanyaan asal mula konsep yang dibawa.mari kita lihat siapa BELUTnya....
Jadi, apakah sedang ada dua belut yang berdialog atau dua manusia? Atau hanya ada satu belutnya (yang pastinya bukan Adi Lim)?
Mungkin hanya persepsi saya, tapi thread ini sepertinya sudah melenceng dari maksudnya sejak beberapa halaman terakhir.
mari kita lihat siapa BELUTnya....
salah satu sifat belut adalah menghindar, dan menghilang..
^ ^ ^ saya tidak baca dari awal. Jadi sori kalo OOT. Hanya mau tanggepin postingan cumi yang terakhir ini saja.kalau sama kenapa tdk dpt diaplikasikan ?
Sunyata sama dengan Anatta, ga? Soalnya saya jarang baca istilah Sunyata.
kalo sama, IMHO sunyata bukan sesuatu yang diaplikasikan/dipraktikkan...
Mungkin hanya persepsi saya, tapi thread ini sepertinya sudah melenceng dari maksudnya sejak beberapa halaman terakhir.
^ ^ ^ saya tidak baca dari awal. Jadi sori kalo OOT. Hanya mau tanggepin postingan cumi yang terakhir ini saja.
Sunyata sama dengan Anatta, ga? Soalnya saya jarang baca istilah Sunyata.
kalo sama, IMHO sunyata bukan sesuatu yang diaplikasikan/dipraktikkan...
kemungkinan besar topik ini terlalu berat utk master sunya maupun master djoe, sehingga dgn terpaksa mereka berkelit terus...dgn berbagai alasan...
memang tidak punya kemampuan jangan berharap banyak.
menjawab ya atau tidak, susah banget !, harus diputar-putar ???,
menyebutkan identitas bhiksu atau bukan bhiksu aja tidak punya nyali. ^-^
bahkan minta syarat bagi yang bertanya utk melepas kefanatikan baru mau dijelaskan :whistle:
demikian bro cumi, kesimpulan tentang sang master belut.
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Aplikasi nyatanya kira-kira begini:apakah dalam thread ini master belut telah mencerminkan apa yg dia tulis ? sewaktu cumi mengatakan pelajaran nya tidak jelas... apa reaksi anda ?... adakah master bertanya BAGIAN MANAKAH YG BELUM MENGERTI ?.....ternyata tidak, ternyata servicesnya belum bagus.... jadi cumi sarankan perbaikin diri master belut dululah...lebih terbukalah dgn kritikan member lain....janganlah menjawab dgn ini posting terakhir... dst dst...
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.
udah banyak kemajuan dehh beberapa posting terakhir master BELUT,...
belut ini tidak boleh menyalahin orang lain dan dgn terus-menerus memperbaikin diri sendiri, sehingga cara mengajarnya menjadi lebih ringkas, padat, dan mudah dimengerti.
apakah masih keberatkan kalau kita panggil master belut aja ?
_/\_ :P
apakah master belut udah mencapai tingkat arahat ? kenapa pertanyaan ini tidak dijawab ? kenapa ? why ?apa ini perlu diketahui dan gunanya..?
apa ini perlu diketahui dan gunanya..?
sangat berguna dehh... tapi gak dijawab sebenarnya juga tao jawabannya...ini menurut saya lohh... ini adalah pertanyaan menyebak/bodoh, andaikan menjawab juga bodoh.. saya rasa Bro cumi juga tau itu karena Bro Cumi sangat tinggi pemahaman Tipitakanya. :)) jadi, di ^:)^ dengan _/\_ Bro Cumi menjelaskan pemahamannya atas topic ini, supaya saya yang bodoh ini memahami yang bisa saya pahami. Alangkah bagusnya Bro Sunya juga memahami pandangan Bro Cumi, Supaya semua berbahagia. :)) :))
cuma yg bersangkutan mungkin ego nya sedikit besar, jadi gak jawab....
bagaimana bisa tao kalau pertanyaan tsb tidak berguna ?
kalau dia arahat, berarti dia telah terbukti mencapai....dan paling baik adalah belajar pada orang yg udah mencapai...
Om cumi terlalu banyak menebak2, ya...supaya tebakannya jelas, ya tinggal dijawab aja....
setelah Gaotama mencapai pencerahan sempurna dan kembali kepada 5 petapa... salah satu dari mereka bertanya apakah Buddha Gautama adalah DEWA ?jadi tidak ada salahnya bertanya... apakah seorang itu dewa ? apakah seorang itu arahat ? apakah seorang itu BELUT ? :P
apa ini perlu diketahui dan gunanya..?
perlu sekali !Benar.. Kan tanya pada Sang Bhagava, Bukan tanya pada yang bersangkutan.
makanya jaman Buddha, banyak bhikkhu dan umat awam bertanya kepada Sang Bhagava, mengenai pencapaian para siswa-i nya, kecuali 'pencapaian' jadi bodhisatva tidak pernah disebutkan. ^-^
apakah master belut udah mencapai tingkat arahat ?
Pada suatu pagi Sariputta melihat YA Assaji, salah seorang bhikkhu siswa pertama Sang Buddha sedang menerima dana makanan di Rajagaha. Ia sangat terkesan melihat penampilan YA Assaji yang damai dan agung. Ia berpikir bahwa pastilah bhikkhu itu telah mencapai arahat. Ketika YA Assaji selesai makan, ia mendekati dan memberi salam untuk kemudian bertanya siapakah guru beliau dan ajaran apakah yang diajarkan oleh gurunya itu. YA Assaji memberi tahukan bahwa gurunya adalah Sang Buddha Gotama dan bahwa beliau tidak dapat menerangkan ajaran tersebut secara panjang lebar karena belum lama menjadi bhikkhu tetapi dapat menjelaskan artinya secara singkat. Kemudian beliau mengucapkan syair berikut:
"Ye dhamma hetuppabhava,
Tesam hetum tathagato aha;
Tesañca yo nirodho ca
Evam vadi mahasamano"
"Semua benda timbul karena suatu sebab,
'Sebab' itu telah diberitahukan oleh Sang Tathagata;
Dan juga lenyapnya
Demikianlah yang diajarkan oleh
Sang Petapa Agung"
Mendengar syair tersebut, Sariputta memperoleh Mata Dhamma (Dhammacakkhu) dan menjadi seorang Sotapanna (orang yang mencapai tingkat kesucian pertama).
Benar.. Kan tanya pada Sang Bhagava, Bukan tanya pada yang bersangkutan.Bhagava aja ditanyain, apalagi.....
boleh tanya ya, siapa yang dimaksud master belut? [at] Sunya ?
kebetulan saya ada hubungan spesial dengan mereka berdua,hehehe mereka berdua adalah guru saya,tapi ke 2 guru saya itu tidak saling mengenal.mungkin ilmu master belut ketinggian, sehingga cumi belum bisa mengerti...
yang master belut sudah 1 tahun lebih,yang kandidat kurang dari 1 tahun,saya jadi murid mereka di tempat yang berbeda.
jadi kalau mereka di sebut master belut,hehe saya anak belut.jadi kemampuan saya untuk share terlalu yunior.
tentang KIIK saya masih paham 50%.
maaf kalau mengganggu.
terima kasih telah di tanggapi.
salam hangat,semoga bahagia .
supaya tebakannya jelas, ya tinggal dijawab aja....Sepertinya tidak begitu lho, om cumi. Soalnya, orang lain juga punya pilihan untuk tidak menjawab. Dan om cumi juga tidak dapat memaksakannya.
kan begitu ......
bro kan usernamenya SUNYATA, seharusnya dpt menjelaskan dgn baik mengenai prihal sunyata,... kalau tidak ....sandangan nama tsb menjadi tidak berbobot...Sebenarnya, om cumi... Sunyata lahir karena tidak mengerti Sunyata. ::)
apakah begitu ? :P
jadi tidak ada salahnya bertanya... apakah seorang itu dewa ? apakah seorang itu arahat ? apakah seorang itu BELUT ? :PSaya tidak setuju dengan om cumi. Menurut saya, bertanya juga harus lihat situasi dan kondisinya, om.
----------Tidak ada kok, om cumi. :))
sunya n sunyata apakah ini ada hubungan darah ?
Sepertinya tidak begitu lho, om cumi. Soalnya, orang lain juga punya pilihan untuk tidak menjawab. Dan om cumi juga tidak dapat memaksakannya.
Alasannya apa orang tidak menjawab ?
Sebenarnya, om cumi... Sunyata lahir karena tidak mengerti Sunyata. ::)
Saya tidak setuju dengan om cumi. Menurut saya, bertanya juga harus lihat situasi dan kondisinya, om.
Tidak ada kok, om cumi. :))
maksudnya forum bukan tempat yg tepat, waktu yg tepat utk bertanya dhamma ?
mungkin ilmu master belut ketinggian, sehingga cumi belum bisa mengerti...
bagaimana kalau belut yonior (BY) sharing tentang sunyata ? atao hal2 apakah yg bisa share pada kita ? silahkan!...
apa yg BY bisa katakan tentang sunyata ?
tapi sebelumnya cumi pingin tanya, adakah biaya administrasi, atau biaya lainnya utk menjadi murid kedua master tsb diatas ?
_/\_
tingginya ilmu spiritual tidak bisa diukur,karena terlalu luas cakupannya,mungkin anda kurang mengerti (seperti saya) tentang KIIK,dan Sunya lebih ngerti,tapi dalam hal lain mungkin anda lebih ngerti,KIIK hanya secuil dari ilmu spiritual-----anda terlalu merendah.Theravada, Mahayana, Tantra tentu masing2 memiliki kelebihan/kecocokan dehh...
KIIK adalah istilah dalam spiritual,jadi tidak nyambung bila diterjemahkan pakai ilmu formal.
KIIK saya hanya tahu pengertian dasarnya saja,contohnya-------
saya ditanya: hai Hadi kamu umat Buddhist,aliran apa yang jadi pilihanmu?
saya jawab: tidak ada satupun aliran yang saya pilih.
biasanya ke wihara mana ? apakah gak pernah kewihara ? lebih banyak kewihara mana ?
ngakunya Buddhist (isi) tapi tanpa aliran(kosong).
tanpa aliran yang di anut(kosong),tapi tingkah lakunya layaknya Buddhist(isi).
Aliran hanya kecocokan, bukan mana yg paling benar...
tidak memilih bukan berarti kosong,karena tidak memilih itu juga satu pilihan.
bisa juga Buddhayana... pilih semua...
ini ilmu dasar dari KIIK yang diajarkan oleh 2 guru saya itu.
cumi juga mau dong... ilmu KIIK yg dpt diterapkan...
tentang biaya admin jadi murid tidak ada, kadang guru malahan tekor.
oh paling bro suka ngajak mereka ke mcD...
salam
Theravada, Mahayana, Tantra tentu masing2 memiliki kelebihan/kecocokan dehh...hehehe anda seorang humoris,menyenangkan .
dan biasanya orang udah tentu lebih mengerti satu diantaranya.....
apakah guru sunyata GUNDUL atau tidak ? (permisi tanya ya...) :)) :))
hehehe anda seorang humoris,menyenangkan .
ke vihara bisa dihitung dengan jari---Theravada 1x,Buddhayana 2x,Maitreya 1x.Mahayana 3x,Tantra 2x-----seumur hidup.
bagus,... tapi udah pernah di BAPTIS belum... kalau belum masih kurang lengkap...
udah di Khai Kuang ? kalau belum ya belum lengkap...
tapi kalau klenteng sering----ngantar istri.
traktir MCD ? gundul ?------belum pernah ketemu muka semua,hanya lewat dunia maya,jadi makan bersama gak pernah, gundul atau gondrong gak tahu.
hehehe ini jadinya kayak interogasi,tapi gak masalah.
yang tanya mau dan yang jawab bersedia,klop-----tapi jadi OOT ,maaf ya semuanya.
Alasannya apa orang tidak menjawab ?Ya itu keinginan mereka. Kenapa tanya saya? Saya bukan orang yang bersangkutan 'kan.
maksudnya forum bukan tempat yg tepat, waktu yg tepat utk bertanya dhamma ?Kenapa menyimpulkan situasi dan kondisi hanya sebagai tempat dan waktu? Tidak bisakah mendapat kesimpulan yg lain?
kapan bro mulai share tentang sunyata ?Apakah saya pernah bilang kalau akan share tentang Sunyata? Saya mohon transparansinya.
everyone is number 1
ini kosong ato isi?
hahaha....
hehehe benar2 di korek habis.
bukan korek habis, tapi pertanyaan beruntun...
baptis? Gai kwang ?----hehehe baca kitabnya aja belum pernah.mana bisa di baptis ?
kalau baca kitab aja belum pernah, kenapa bisa bilang dua master tsb hebat ?
siapa guru siapa murid? mereka berdua guru saya----pasti,
utk sementara waktu ini, karna semua tidak kekal...
kalau anda bilang atau merasa saya lebih bisa menjawab,atau jawaban saya lebih dirasa nyambung,itu karena level anda dengan saya sejajar atau kurang lebih lah.----maybe.
biasalah org baru kenalan, spt pacaran gitu....rajin menjawab...hahahaaa....
apa keistimewaan mereka?----pengetahuannya. mereka berdua banyak tahu yang saya belum tahu. maka saya cari tahu dari mereka berdua,dan saya dapat banyak dari mereka.walaupun yang saya dapat itu hanya bisa saya telan sebagian saja.
mereka pengetahuannya banyak itu dibandingkan dgn siapa ? apakah bhiku, bante di Indonesia gak ada yg berpengetahuan spt mereka ? karna semua itu kan biasanya ada tolak ukur...
saya salut pada Sunya,dia banyak tahu,walau usianya masih layak jadi anak saya.
Semoga begitu, tapi menurut cumi... sulit mendptkan jawaban dari master sunya...
salam
no one is better to another,
every living thing has their own karma,
hahaha......
no one is better to another,
No one is betterthenthe other.
:))
ini menurut saya lohh... ini adalah pertanyaan menyebak/bodoh, andaikan menjawab juga bodoh.. saya rasa Bro cumi juga tau itu karena Bro Cumi sangat tinggi pemahaman Tipitakanya. :)) jadi, di ^:)^ dengan _/\_ Bro Cumi menjelaskan pemahamannya atas topic ini, supaya saya yang bodoh ini memahami yang bisa saya pahami. Alangkah bagusnya Bro Sunya juga memahami pandangan Bro Cumi, Supaya semua berbahagia. :)) :))
kebetulan saya ada hubungan spesial dengan mereka berdua,hehehe mereka berdua adalah guru saya,tapi ke 2 guru saya itu tidak saling mengenal.
yang master belut sudah 1 tahun lebih,yang kandidat kurang dari 1 tahun,saya jadi murid mereka di tempat yang berbeda.
jadi kalau mereka di sebut master belut,hehe saya anak belut.jadi kemampuan saya untuk share terlalu yunior.
tentang KIIK saya masih paham 50%.
maaf kalau mengganggu.
terima kasih telah di tanggapi.
salam hangat,semoga bahagia .
Tidak ada kok, om cumi. :))
Ya, sudah pernah saya ilustrasikan sebelumnya. Jika saya menjawab "YA" maka akan muncul polemik, jika "TIDAK" pun akan muncul polemik.
Kasus nyatanya sudah ada, bahkan di thread ini pun terjadi (pelecehan/olok-olok terhadap salah satu tokoh Buddhist dari aliran tertentu, karena mengaku sebagai Buddha Hidup).
Jadi jika saya mengaku mencapai, akan berpotensi membuat mereka:
a. Percaya; akan memunculkan banyak pertanyaan baru seputar 5W+1H (Who, What, Where, When, Why + How), fokus belajar dharma jadi beralih pada publisitas individu dan bukan tidak mungkin berpotensi pengkultusan serta kecemburuan dari pihak (aliran, organisasi, individu) lain.
b. Tidak percaya; akan memicu olok-olok dan pelecehan, yang akan membuat pelakunya terjerumus dalam karma yang tidak baik.
Om ini merendah. :) Saya yang banyak belajar dari rekan Hadisantoso. _/\_
beberkan saja pencapaian spiritual anda, tidak usah pakai alasan akan terjadi karma buruk bagi yang bertanya atau mentertawakan anda.
saling memuji niye !!!!ahh kalau udah begitu, pasti ada salah satu yg berbohong! koq bisa tidak ada kejelasan mana yg guru, mana yg murid.
Pemahaman Om Cumi memang tinggi.. :-?
Bhagava aja ditanyain, apalagi.....
Pemahaman Om Cumi memang tinggi.. :-?
mungkin buda hidup juga ini salah satu panutan anda ! :))
atau mungkin juga pertemanan bisa ngopi bareng ama buda :))
sebenarnya orang tertawa, kalau memang ada badut yang lucu sedang beraksi. =))
beberkan saja pencapaian spiritual anda, tidak usah pakai alasan akan terjadi karma buruk bagi yang bertanya atau mentertawakan anda.
mosok tertawa melihat badut beraksi, bisa terjadi kamma yang tidak baik ^-^
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa)
Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilakuthx telah mengingatkan member2 disini... point ini cumi setuju dgn master sunya
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.apakah org tsb mengrahasiakan sesuatu ?
boleh sekali anda tidak menjawab, itu hak anda :)
Tambahan untuk jawaban versi serius:
5. Inkonsistensi antara ucapan/tulisan dan niat.
Di halaman sekian pertanyaan tentang bhikkhu dan arahat telah ditanyakan, dan saya memilih tidak menjawab (dan disebut itu adalah hak saya). Tapi kenapa sampai sejauh ini masih terus dikeluhkan dan ditanyakan berulang-ulang?
_/\_
kalau sama kenapa tdk dpt diaplikasikan ?
Oke, pertanyaan bagus.
Anatta lebih mengacu pada individu (makhluk), sedangkan sunyata lebih pada setiap fenomena yang ada (tanpa kecuali).
Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.
Aplikasi nyatanya kira-kira begini:
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.
Lalu, yang penting lagi, karena diri kita ini sejatinya sunya (kosong dari sifat hakiki), maka sebenarnya potensi kita adalah limitless (Tak Terbatas). Dan karena itulah Kebuddhaan maupun potensi luar biasa lainnya bisa kita capai/wujudkan.
Contoh dari aplikasi sunyata ini, tersirat dalam salah satu konsep motivasi abad 21, yaitu Law of Attraction, yang intinya kira-kira: "Kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan, dengan kekuatan pikiran."
Dalam Buddha Dharma, hal demikian harus ditambah lagi: "Dengan benih (seeds) yang pas/tepat."
Jadi, agama Buddha dalam hal ini menekankan pada posibilitas dan optimisme, bukan pasrah pada hukum karma seperti yang diterjemahkan (dipahami) kebanyakan orang (Buddhist maupun Non-Buddhist).
Oke, semoga bisa dimengerti. Salam damai dan optimisme. _/\_
sunya :
Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.
Menurut saya, anicca, dukkha, dan anatta, adalah sesuatu yang ditembus. Bukan diaplikasikan, bukan dipraktikkan.
Nah, apa yang dipraktikkan? yaitu Sila dan Samadhi.
Pemahaman yang hanya berdasarkan teori tentang Anatta, menurut saya hanyalah salah satu objek pikiran yang sengaja kamu munculkan untuk menjadi rileks/damai.
Mungkin saja, kamu sengaja memikirkan Anatta agar bebas dari perasaan-tidak-menyenangkan yang sedang dirasakan. Kamu sedang melarikan diri. Sebetulnya km belum menembus/memahami Anatta. Who knows? tapi apakah benar kamu sedang melarikan diri atau tidak, silakan nilai sendiri.
lho.. kok jadi perbaikan nasib bro? kita lagi bahas tentang pemahaman Sunyata, atau tentang karma?
Karena memang, katanya kita adalah pewaris karma kita sendiri, dan penerimaan akan konsep itu, cukup untuk membuat kita bertanggung jawab atas apa yang kita pikirkan/ucapkan/lakukan. Dan ini tidak ada hubungannya dengan Sunyata...
yang ini no comment...
sunya :
Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.
Menurut saya bahkan tidak ada yang ditembus. Bahkan segala yang Anda anggap teori di atas, setelah direalisasikan/dipraktekkan, pada akhirnya kita sadar bahwa kita hanya memperbaiki apa yang kita awali/lakukan.Tentang pandangan Anda mengenai tulisan saya tentang anatta, itu adalah pandangan saya tentang fungsi dan aplikasi anatta dalam keseharian. Tentang praduga Anda, tentu Anda yang berkompeten atas persepsi tersebut (sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya).
Perbaikan nasib? Mungkin Anda bisa menjelaskan tujuan Anda belajar dharma untuk apa? Untuk kehidupan yang lebih baik 'kan?
Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.
Salam dharma. Terima kasih. _/\_
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.
Kalo dari yang saya tangkap, anda masih berpikir bahwa Anatta itu dipraktikkan. Saya tidak setuju itu.
Kita makan maka kita kenyang.
Kita mempraktikkan Sila dan Samadhi, maka kita memahami Tilakkhana (Anicca, Dukkha, Anatta).
Proses makan tidak sama dengan kenyang
Praktik Sila dan Samadhi tidak sama dengan memahami Tilakkhana.
Makan adalah sesuatu yang dilakukan. Kenyang adalah hasilnya.
Sila dan Samadhi adalah sesuatu yang dipraktikkan. Memahami Tilakkhana adalah hasilnya.
Itu menjelaskan tentang hakikat karma berdasarkan konsep Sunyata. Tapi di postingan sebelumnya, bukan itu yang dibahas. Ini saya copas postingan anda sebelumnya:
saya kurang paham...
kalo dari postingan tersebut, menurut anda:
Setelah tau setiap makhluk anatta,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).
bukankah lebih tepat kalau seperti ini:
Setelah tau bahwa setiap makhluk mewarisi karmanya sendiri,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).
---------------
menurut bro hadi, apa manfaat menulis judul KIIK ?
Om ini merendah. :) Saya yang banyak belajar dari rekan Hadisantoso. _/\_
saling memuji niye !!!! ^-^
makna dari KIIK adalah-----jangan fanatik.
bro Cumi polos---mereka pengetahuannya banyak itu dibandingkan dgn siapa ? apakah bhiku, bante di Indonesia gak ada yg berpengetahuan spt mereka ? karna semua itu kan biasanya ada tolak ukur...
dibandingkan dengan orang lain yang pernah saya hadapiatau komunikasi langsung.
memang ini bisa dikatakan bahwa saya kurang wawasan,------yang demikian aja sudah dianggap berpengetahuan banyak. ---kurang pergaulan.---mungkin iya,tapi setidaknya saya jujur.
Prihatin melihat orang yang sepertinya Buddhist tapi berkelakuan seperti tidak bernorma dan beretika. :(saya tidak pernah memaksa, disini forum bebas kok
Jawaban versi serius:
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
2. Kalau Anda sudah memiliki asumsi dan prasangka, untuk apa bertanya lagi.
3. Anda bebas melabeli siapa saja, termasuk mungkin tokoh yang tidak sepemahaman dengan Anda (bisa dari agama lain, bisa dari sekte lain). Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku (termasuk menulis dan mengucap). Karma tetap berbuah sekalipun Anda hanya menghujat via forum dunia maya.
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut,
orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa). Jika Anda siap menerima penghinaan demikian, teruslah berperilaku seperti sekarang. Dari awal saya katakan fanatik Anda tidak terima, tapi kelakuan menunjukkan hal senada (mengagungkan sutta dan pandangan tertentu, menghina/menghujat yang tidak sepandangan).
ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,
fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).
jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.
namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.
apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.
jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).
kelihatannya saling menuduh fanatik...
siapa yg fanatik ?
apa tanda2 fanatik ?
bagaimana menemukan fanatik ?
menurut cumi, bro Hadi adalah murid yg bandel.... karna master sunya menganjurkan harus banyak baca buku... sedangkan bro Hadi tidak !
kelihatannya saja,padahal tidak ada yang menuduh.anda tanya tentang fanatik,sudah saya post diatas,tapi sekali lagi saya tidak menuduh siapapun fanatik,karena sejatinya yang berdiskusi semuanya fanatik.termasuk saya.
tapi dengan teori KIIK saya belajar jadi tidak fanatik,dengan dasar----- yang saya yakini itu bisa jadi adalah kosong.
ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,
[spoiler]
fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).
jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.
namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.
apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.
jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).
bagus, bagus, bagus....
tidak heran kalau gurunya master belut, maka muridnya tulisannya jadi begitu panjang....
bro Hadi udah banyak baca buku spt yg disarankan sama master belut ? nahhh :P :P
kelihatannya saja,padahal tidak ada yang menuduh.anda tanya tentang fanatik,sudah saya post diatas,tapi sekali lagi saya tidak menuduh siapapun fanatik,karena sejatinya yang berdiskusi semuanya fanatik.termasuk saya.
tapi dengan teori KIIK saya belajar jadi tidak fanatik,dengan dasar----- yang saya yakini itu bisa jadi adalah kosong.
kenapa status Buddha Gautama bisa ada kaitannya dgn bro Adi Lim ? koq bisa sangkut sampai kesono... ini namanya jurus kait mengkait... ;D siapakah yg berpandangan begitu ? mohon klarifikasi....
sudah biasa menuduh tanpa bukti
berarti anda mengatakan master sunya itu fanatik dan
bahkan master sunya menuduh orang lain fanatik.
Koan Zen
Ada seorang pedagang yang berteman dengan seorang guru Zen..
Suatu kali pedagang ini membuat sebuah puisi yang bercerita tentang sunya..
Dengan bangga menyuruh anak buahnya mengirimkan puisi tersebut kepada guru zen temannya untuk dikomentari
Setelah guru zen membaca puisi tersebut dicoret coret puisi tersebut dengan komentar puisi kentut
tentu saja pedagang tersebut sangat marah dan akhirnya menemui guru zen itu hendak mempertanyakan komentarnya..
Sang guru berkata bukankah kamu mengatakan semua sunya, angin apa yang membawa dirimu jauh jauh ke mari...
cumi:inilah pertanyaan2 cumi pada halaman awal yg belum dijawab dgn baik....
sebelum lebih jauh.. coba jelaskan dgn detail apa itu :
1 Sunyata
2 Realisasi
3 Realisasi Sunyata
4 Kosong
5 Isi
trims sebelumnya...
6 kalau ada kosong dan isi, apakah ada 1/2 kosong dan 1/2 isi ?
7 kalau kosong = isi, isi = kosong, bagaimana mengetahui mana yg kosong, mana yg isi ?
ya guru saya juga fanatik,kalau dia tidak fanatik----begitu diberitahu orang lain atau mendengar konsep orang lain ,dia akan langsung merubah keyakinannya ikut dengan orang itu.
hehe dia ulet.
setiap orang harus ulet ----tidak gampang goyah,tapi tidak gampang bukan berarti final.
fanatik bukan sesuatu yang haram tapi manusiawi sekali,jangan alergy dengan kata fanatik,tapi kendalikan fanatik.
ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,
fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).
jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.
namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.
apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.
jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).
fanatik adalah tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dan mempercayain sesuatu berlebihan spt agama, merek barang, barang, guru, makan, dst dst...
(gak usah panjang2 toh bro Hadi)
sptnya angin panatik....
nice posting...
kalau cumi sih ketemu dgn biksu tsb... dan minta diperagakan
PUISI KENTUT... supaya ada buktinya.... soal kentuk kan cumi udah banyak berlatihh
Maafkan saya atas puisi kentut saya yang tidak sebanding dengan puisi anda......._/|\_ A Mi Tuo Fo
hahahaha tulisan itu aslinya untuk dibaca keponakan saya,usia dibawah 20 lah. jadi harus detail.
maaf membuat energy anda terbuang banyak,gara2 baca tulisan saya.
saya tidak pernah memaksa, disini forum bebas kok
buktikan dimana, saya memaksa anda utk menjawab pertanyaan saya ! :o
jika anda tidak berkenan jawab, itu adalah hak anda
bertanya tentunya tidak bisa dilarang di forum ini.
saya sampai sekarang masih sopan kok, tidak pernah memaki, menghujat dengan kata2 kasar
wong cuma tertawa melihat antara badut beraksi kok bilang tidak sopan. :))
bisakah anda membuktikan saya mengatakan Buddha Gotama adalah badut.
jika anda tidak bisa membuktikan, berarti anda memfitnah
bukankah memfitnah adalah lebih kejam dari pada pembunuhan (istilah duniawi)
yang ada saya mengatakan para badut2 yang mengaku buda hidup pernah ngopi bareng dengan buda, mungkin anda juga ambil bagian ikut ngopi bareng dengan buda, tentunya boleh share pengalaman forum ini, tentang ngopi bareng buda. =))
disinilah terlihat kualitas anda, karena suka menuduh orang lain fanatik.
ternyata saya tidak fanatik kok, wong saya juga menghargai teman2 yang non buddhis dan tidak pernah minta orang tsb utk melepaskan kepercayaan, bila orang tsb ingin bahas masalah ajaran
maap, saya tidak ada jawaban serius dan ringan
tidak seperti anda, suka mutar2
apa yang ada, itulah kita bahas
saya tu de poin =))
bro hadi sebaiknya baca lebih banyak buku lagi... (pdf lagi).... ^:)^
Kalau tidak memaksa, kenapa masih menyatakan keberatan untuk abstainnya saya dalam konfirmasi perihal bhikkhu dan arahat? Tentunya orang yang bisa melepas (let go dan tidak melekat pada keinginan) tidak keberatan sama sekali dengan tolakan halus dari lawan bicara. Mengulang-ulang sesuatu yang sudah ditolak di awal percakapan, adalah sebuah indikasi kuat bahwa pengeluh (whiner) ingin seperti anak kecil yang memaksa dibelikan permen walau sudah ditolak satu kali (ini baru Anda mengerti, setelah pura-pura tidak memaksa namun masih membawanya ke percakapan berikutnya). Bila belum paham juga, berarti Anda lemah dalam EQ, karena orang pada umumnya sudah tidak akan mengulang pembahasan sama, kecuali dia masih berharap pertanyaan/pernyataan dia direspon sesuai keinginan/harapan dia.
Belum pernah juga saya menyaksikan seorang mengklaim diri sebagai sopan (kecuali memang orang ini kurang introspeksi atau percaya diri terlalu berlebih).
Apakah memberikan sindiran dan ekspresi tawa sinis pada postingan itu bisa dianggap sopan? Mungkin jika kiblat/acuan penilaian diri Anda adalah diri sendiri, saya tidak akan komentar lebih jauh.
Pernahkah Anda melihat saya menuduh Anda mengatakan Buddha Gautama sebagai badut? Lucu juga, Anda untuk kesekian kali kembali menunjukkan kekurangan Anda dalam memahami bahasa, bahkan lebih lucu lagi sudah melabeli orang lain sebagai memfitnah Anda. :)
Tentang mengopi dengan Buda, maaf saya belum pernah punya pengalaman. Saya cuma punya pengalaman orang yang merendahkan orang lain, dengan sebutan Buda. Bagi saya junjungan Anda tidak berbeda jauh dengan yang Anda sebut (karena Anda menunjukkan bahwa Anda adalah hasil didikan yang "hampir sempurna").
Tidak fanatik? Apakah jika saya sebut Buda Gautama Anda adalah Badut, Anda akan marah dan mengejar saya?
Bagaimana bila saya (maaf) mengencingi dan membakar rupang yang Anda puja setiap hari? (ungkapan Zen)
Bagaimana bila saya bunuh saja Buda yang mengajarkan Anda untuk menyebut orang lain Buda dan juga Badut? Bukankah pujaan Anda itu demikian kurang ajar sehingga mengajarkan muridnya sedemikian rupa? :D
Melepas kepercayaan? Memangnya mau bahas apa sampai melepas kepercayaan? Dan apakah ajaran Buddha tentang percaya, atau ehipassiko?
Lucu, Anda merasa berputar, saya merasa Anda yang berputar sehingga melihat saya berputar.
Senang berdiskusi dengan anggota forum yang menghibur, terima kasih Adi Lim. _/\_
Prihatin melihat orang yang sepertinya Buddhist tapi berkelakuan seperti tidak bernorma dan beretika. :(
Jawaban versi serius:
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
2. Kalau Anda sudah memiliki asumsi dan prasangka, untuk apa bertanya lagi.
3. Anda bebas melabeli siapa saja, termasuk mungkin tokoh yang tidak sepemahaman dengan Anda (bisa dari agama lain, bisa dari sekte lain). Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku (termasuk menulis dan mengucap). Karma tetap berbuah sekalipun Anda hanya menghujat via forum dunia maya.
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa). Jika Anda siap menerima penghinaan demikian, teruslah berperilaku seperti sekarang. Dari awal saya katakan fanatik Anda tidak terima, tapi kelakuan menunjukkan hal senada (mengagungkan sutta dan pandangan tertentu, menghina/menghujat yang tidak sepandangan).
Lucu, tapi miris. :(
Jawaban versi ringan:
Memang badut kok, saya senang bisa membuat Anda tertawa... :))
Bim salabim jadi apa prok prok prok... :))
Semoga bahagia ya... :-[
memang tidak salah, ada member yang memberikan anda gelar master belut
master sunya, ini tanggapan yang terakhir saya, mengenai topik KIIK dengan anda, karena bosan .........................
jumpa lagi di topik yang baru.
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
Oke, tidak apa-apa. Semoga berbahagia ya, sukses selalu di tahun yang baru. _/\_
silahkan bro cumi meneruskan misi ini utk bertanya bila masih penasaran dengan jawaban master sunya atau master lainnya ;D
Saya tidak melayani Prajna-paramita sutta.
apa isinya bagaimana
kaitannya dgn sunata ? Dari awal sudah saya ingatkan untuk lebih intelek dan bijak dalam bertanya, serta juga cukup baik dalam meditasi. Tapi tetap ada saja yang 'iseng' dengan kemampuan pas-pasan (dalam berbahasa dan nalar) berusaha untuk keep up (membuntuti) thread ini. Apa boleh buat, kemampuan (karma-vipaka) tetap bekerja 'kan?
Salam. _/\_
Prajna-paramita sutta.coba buktikan pertanyaan diatas itu mana yg :
apa isinya bagaimana
kaitannya dgn sunata ?
1. Emptiness implies non-obstruction... like space or the Void, it exists within many things but never hinders or obstructs anything.apa ini artinya master sunya ? tolong jabarkan...
kental sekali sifat belutnya....
banyak sekali aturannya...
apalah itu konsisten, koheren, OOT....
duhhhh tinggal jawab ajalahhh.... :'( :'(
coba buktikan pertanyaan diatas itu mana yg :
tidak konsisten, koheren, OOT, EET, UUT, XXT ?
apakah master belut udah baca : Prajna-paramita sutta.
lage di bas..gk ada kerjaan...kluarin 1 buku kecil yg isine Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra...Iseng ajah pengen tao isine ape....trus bukane ngacak...kebuka halaman 13...liat sesuatu yg meng-kagetkan...
Inilah yg gw baca di Halaman Tersebut :
"Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others."
dari halaman ke-13(my lucky number)
Liat yg di bold boss???
pada zaman sang Buddha jelas2 belum ada yg namanya perpecahan Sangha.......^^
[at] Bro Cumi: minta bimbingan juga, apakah yang dimaksud sunyata
seperti yang Sang Buddha katakan bahwa kesadaran itu tiada atta?
jadi sunyata itu artinya tanpa aku kah?
sunyata is anatta (emptiness of self) applied to everything and not just to a person, agent (perceiver/controller/etc) or soul or atman.soul = roh ?
=))
utk bro Hadi, taukah kenapa umat Buddhist yg waras tidak akan panatik. ?
perhatikanlah saat anda bernafas,duhhh koq pemikiran learner tiba2 melejit jauh....
anda akan mengerti bahwa setiap saat ada anda yang baru,
jadi saat kapankah ada inti diri anda yang paling sejati itu?
hahaha......
saya tidak tahu,anggapan saya siapapun kalau waras/sadar pasti ada ke-fanatik-an nya,entah dibidang apa atau tentang apa.
tolong kasih pencerahan.
sebagai catatan---untuk pemahaman khusus ini,bila penjelasan anda saya anggap lebih baik dari anggapan saya,pasti saya akan ikut kamu.
saya tidak paham masalah sunyata,
apakah cumi beberapa detik lalu sama dengan cumi yang sekarang?
yang manakah cumi yang sekarang itu?
apakah cumi yang sekarang sedang menarik nafas?
apakah cumi yang sekarang sedang membuang nafas?
bagaimana bentuk cumi saat menarik nafas?
bagaimana bentuk cumi saat membuang nafas?
lalu bentuk sejatinya cumi itu yang mana?
saat penuh oleh udara karena menarik nafas?
atau saat tubuhnya benar2 kosong dari udara karena membuang nafas?
kalau memang bentuk sejati cumi itu ada,
berapa lama bentuk itu dapat bertahan?
hahaha........
bro cumi, sepertinya anda punya pengikut baru =))
bro cumi, sepertinya anda punya pengikut baru =))
saya tidak paham masalah sunyata,
apakah cumi beberapa detik lalu sama dengan cumi yang sekarang?
yang manakah cumi yang sekarang itu?
apakah cumi yang sekarang sedang menarik nafas?
apakah cumi yang sekarang sedang membuang nafas?
bagaimana bentuk cumi saat menarik nafas?
bagaimana bentuk cumi saat membuang nafas?
lalu bentuk sejatinya cumi itu yang mana?
saat penuh oleh udara karena menarik nafas?
atau saat tubuhnya benar2 kosong dari udara karena membuang nafas?
kalau memang bentuk sejati cumi itu ada,
berapa lama bentuk itu dapat bertahan?
hahaha........
Karena itu sunyata bekerja dalam lingkup anatta (diri ini kosong dari sifat hakiki/sejati), karena sunyata sendiri ada di lingkup lebih besar (yaitu semua fenomena kosong dari sifat hakiki, apapun itu tanpa kecuali; termasuk nibbana dan Kebuddhaan).sunyata ini barang apa ? kenapa dia bisa BEKERJA dalam lingkup ANATTA ? apakah sunyata ini mahluk HIDUP ? atoo gimana ?
"suññam idaṃ attena vā attaniyena vā"IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg424845.html#msg424845), anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.
dari Atta
krn sy kurang jelas dengan istilah kosong atau sunyata atau 空 itu]
[...]Bukan begitu. Doktrin "pemutaran roda ke dua" ini adalah ajaran dari Mahayana India, bukan di China. Tetapi memang aliran-aliran Mahayana ini yang kemudian menyebar ke China, sehingga ketika invasi Is1am menghabisi seluruh aliran Buddhis, tersisa hanya aliran2 Mahayana di China dan Tamraparniya (salah satu aliran Vibhajjavada yang dibawa & berkembang di Srilanka, kemudian dikenal sebagai Theravada).
Sorry nih sebelumnya, buat Umat Mahayana,
sy bukan antipati tapi
cuma tambahan dan sekedar tahu saja
agar kita bisa lebih arif dalam menanggapi hal hal umum yang membingungkan:
Mahayana yang berkembang di China
telah terpengaruh oleh agama Taoism dan Confusius
maka itu filosofi mereka mengenai 空
dimasukkan kedalam Buddhisme China
itu merujuk kepada alam semesta yang tak terbatas pada ajaran agama di RRC.
dianggap "Nol / lingkaran tak ada ujung / kosong" 空 berputar tak berakhir.
belum lagi kitab Mahayana Sansekerta sendiri
yang berbaur dengan istilah istilah non Buddhisme
seperti istilah
Nilakanta
[ini sebenarnya adalah sebutan khusus untuk Lord Shiva dalam kitab Veda
yang berarti makluk mulia, tapi dipakai untuk sebagai gambaran Mahkluk Besar nan Mahapengasih
yang dianggap sebagai Buddha itu sendiri atau disebut Avalokitesvara, Beliau bukanlah Dewi tapi Buddha,
maka itu di kitab Veda dikatakan bahwa Buddha itu sendiri titisan dari Devata tertentu
dalam agama Hindu atau kaum agama Brahmanisme]
dan juga sebutan Aum
hal ini jelas Hindu.
sampai ke istilah Avalokitesvara pun
Orang Buddhist Mahayana Sekarang merujuk kepada sumber yang cuma melegenda saja
tapi tidak melihat kitab Tripitaka,
yaitu kisah Puteri miào shàn 妙善公主,
tapi maaf sekali lagi, legenda ini telah ada di China
sebelum istilah Avalokitesvara Bodhisatva masuk ke China.
sayangnya umat Mahayana tidak melihat kitab Buddhism Mahayana yang
menggambarkan Avalokitesvara yang dijabarkan sebagai Pria.
tapi kalau memang demikian yang dipercaya
dipercayalah, karena yah namanya keyakinan sudah terbentuk
selama masih bisa mewujudkan kebaikan dan saling menghargai
saya rasa sebagai umat yg blm suci, ok ok aja,
asal jangan merubah2 vinaya dan sutta yang sekarang sudah ada.
kalau Sutra mungkin memang sudah terbaur dengan agama lain.
[...]
IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah, anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.
ahh sptnya master sunya harus banyak belajar bagaimana menuangkan pikirannya, bagaimana menjelaskannya.....Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.
(cumi berasumsi moderator memberi masukan,... ada yg bisa menjelaskan lebih JELAS...)
apakah begitu master sunya ? mohon transparansinya....
kalau cewek cakep berani ngomong begitu,...dgn sangat terpaksa...langsung gw peluk!...
udah ditindak dikit, udah cumi coret...
sunyata = annica + anatta
(ada yg bilang begitu sihhh)
Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.
Jadi cumi kalau mau dapat informasi, coba pilih-pilih, nanti capek-capek kejar belut, ternyata cuma dapat tulang & kulit saja.
dapat tulang dan kulit, berarti masih ada (eksis)Ingatlah, "Kosong = isi, isi = kosong". Kosong melompong bisa berarti terisi penuh. ;D
jangan2 memang kosong melompong ! :))
tolong bro cumi tanya yang berkompeten,
dukkha + anicca = ... ?
dukkha + anatta = ... ?
dukkha + anicca + anatta = ... ?
IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg424845.html#msg424845), anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.
Kalau merujuk pada Samyutta Nikaya, Salayatana Samyutta, Channavaggo, Suññataloka sutta, "kosong" yang dimaksud di sini bukan merujuk pada hal lain, namun kepada ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.
Seperti sudah dijelaskan rekan Kelana di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg426753.html#msg426753), bahwa "kosong = isi; isi = kosong" tampaknya adalah kesalahan penerjemahan yang sudah terimprovisasi jauh, namun sudah mendarah daging dipercaya secara buta oleh banyak orang. Sebetulnya sutra tersebut membahas hal yang hampir mirip dengan sutta dari Samyutta Nikaya, hanya saja dari sudut panca skandha -sementara SN bahas dari sudut Salayatana.
Bukan begitu. Doktrin "pemutaran roda ke dua" ini adalah ajaran dari Mahayana India, bukan di China. Tetapi memang aliran-aliran Mahayana ini yang kemudian menyebar ke China, sehingga ketika invasi Is1am menghabisi seluruh aliran Buddhis, tersisa hanya aliran2 Mahayana di China dan Tamraparniya (salah satu aliran Vibhajjavada yang dibawa & berkembang di Srilanka, kemudian dikenal sebagai Theravada).
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).
Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).
Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.
Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.
Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.
Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).
Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi? :)
Tentang sejarah awal Mahayana dari India, saya sependapat. Lebih jelasnya dapat dilihat disini: id.wikipedia.org/wiki/Mahāyāna
Oke, salam sejahtera untuk Anda. Semoga berbahagia. _/\_
satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata.koq bisa ya ?
Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.
Jadi cumi kalau mau dapat informasi, coba pilih-pilih, nanti capek-capek kejar belut, ternyata cuma dapat tulang & kulit saja.
Ingatlah, "Kosong = isi, isi = kosong". Kosong melompong bisa berarti terisi penuh. ;D
Jadi tahu isi dan tahu pong yah sama aja.
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?
Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.
Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.
Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi? :)
Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?kebodohan dan ketidaktahuan ada pada master belut, yg belum dapat membawakan thread ini dgn baik, menjelaskan dgn indah, menarik, mudah dimengerti, dan bermanfaat...
Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.
Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava. _/\_
Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?Kalau hanya bilang orang tidak berpengetahuan, masih dualitas, itu sih sangat gampang.
Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.
Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava. _/\_
Bila sunyata ini sangat penting dan lebih lengkap,Tidak mengajarkan menurut siapa, bro cumi?
kenapa Buddha Gautama tidak mengajarkan nya ?
kenapa master sunya.... ?
Maaf nimbrung,
Menurut om sunya, apakah om sunya seorang yang open minded terhadap segala sesuatu yang diluar yang sudah dicapai/dipahami om sunya?
Menurut om sunya, apakah om sunya fanatik atau tidak terhadap hasil penembusan meditasi om sunya?
Menurut om sunya, sudah sampai dimana tingkat ketidakmelekatan om sunya?
Menurut om sunya, cangkir om sunya sudah kosong atau belum?
Tidak mengajarkan menurut siapa, bro cumi?
Kalau dari Kanon Pali, Sunnata dijelaskan kok, cukup terperinci pula.
Kalau dari aliran Buddhis belakangan, yang percaya pada pemutaran roda dharma ganda, hal ini diajarkan oleh Buddha Gautama langsung yang begitu mengejutkan sampai para Sravaka sebagian mati kaget karena dibohongi oleh gurunya.
kalau sunyata telah dijelaskan dlm kanon pali, maka topik (thread) yg menarik adalah membandingkan sunyata dlm kanon pali dgn diamond sutta oleh Nāgārjuna.Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.
bagaimana pengertian dari dua pandangan tsb bisa lebih bermanfaat bagi umat budhist...
bukan thread kosongisiisikosong gitulahhhh... sampai mendptkan gelat master belut...
cumi pikir sunyata produk baru...(seakan akan dikumandangkan oleh master sunya)...yg GRESSS
Kalau hanya bilang orang tidak berpengetahuan, masih dualitas, itu sih sangat gampang.
Coba donk beri penjelasan, bagaimana kebenaran mutlak dan konvensional, dan batasannya bagaimana, dualitasnya bagaimana.
Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.
Saya sudah menjelaskannya berulang kali, silakan baca lagi dan tanya yang kurang jelas. Ini informasi bersifat tulisan, bukan audio. Tentu Anda bisa melacak dan membaca penjelasan yang sudah lewat.;D Manis sekali. Anda pikir saya sedang berguru pada anda? Kesampingkanlah soal tahu kosong/isi. Itu adalah sarkasme yang nampaknya anda tidak mampu menangkapnya.
Untuk baris kedua, arti dualitas dan konvensional Anda paham 'kan? Seharusnya saya kira paham (karena Anda tidak tampak seperti awam benar dalam agama Buddha). Kebenaran yang Anda bandingkan di atas adalah kebenaran bersifat konvensional (bisa diukur, bisa dilihat, bisa dipersepsikan secara umum, bisa diindera oleh para makhluk). Sedangkan kebenaran mutlak berada di luar dari itu. Sering diumpamakan seperti seorang anak yang menggenggam apel satu buah (kebenaran kondisional), dan apel -1 buah yang tidak bisa diilustrasikan/dibayangkan (bagaimana mungkin seorang anak bisa menggenggam apel -1 buah?). Nah, seperti itu ilustrasi untuk memahami kebenaran mutlak yang bekerja di balik kebenaran konvensional (berkondisi).
Nanti saya perdalam, sesuai kemampuan Anda dalam merespon penjelasan di atas dulu.
Oke, semoga tekun belajar dharma. Salam pencerahan dan kesuksesan untuk Anda. _/\_
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?
Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.
Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.
Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi? :)
Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.
;D Manis sekali. Anda pikir saya sedang berguru pada anda? Kesampingkanlah soal tahu kosong/isi. Itu adalah sarkasme yang nampaknya anda tidak mampu menangkapnya.
Kita lanjut saja pembahasan awal:
Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?
Apakah ada satu penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk? Saya rasa tidak ada. Karena makhluk punya kecenderungan masing-masing, juga masing-masing punya batas kemampuan berbeda.
Persepsi manis maupun sedang berguru adalah buah pikiran Anda sendiri (saya tidak akan berkomentar jauh).Untuk ukuran "tidak akan berkomentar jauh" panjang sekali.
Tentang tahu kosong/isi, saya tidak mempersoalkan apakah itu sarkasme atau tidak. Siapapun yang menertawakan suatu konsep/pemikiran yang tidak dia pahami dan mengerti, adalah sebuah hal yang tidak etis. Itu saja yang saya tahu.
Kebetulan Buddha Gautama juga punya kisah serupa (tentang menertawakan dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada makhluk lain), yang berakibat setelah menjadi Buddha pun, Ia harus mengalami serangkaian karma buruk. 12 karma buruk Sang Buddha: http://www.w****a.com/forum/kisah-kisah-sang-buddha/9122-12-akibat-karma-buruk-sang-buddha.html
Jika Anda seorang Mahayanis, dari berbagai aspek Anda tidak seharusnya melakukan hal di atas.Mahayanis? Mahayanis yang mana?
- Seorang Buddha bisa saja memanifestasikan diri ke dalam aneka wujud/rupa.
- Dalam Mahayana banyak konsep yang belum diketahui umat awam dan sebagian bersifat esoteris (hanya dibabarkan pada kalangan tertentu).Sebagai perbandingan, kalau dari Kanon Pali dikatakan ada 3 hal yang disembunyikan: bercinta dengan wanita, hymne Brahmana, dan pandangan sesat; sementara ajaran Tathagata terang-terangan sebagaimana mentari dan rembulan.
- Tidak menghakimi sesuatu, karena bisa saja persepsi kita yang salah (sesuai konsep sunyata yang kita bicarakan; segala persepsi adalah kosong dari sifat hakiki).Ya, terapkan itu pada diri anda, jangan merasa semua orang yang mengkritisi salah semua.
- Cinta kasih tanpa batas (termasuk pada orang/makhluk/konsep yang tidak kita sukai/sepaham/sealiran).OK, setuju.
Semoga Anda bisa menarik kata-kata Anda kembali (dalam kaidah umum, menertawakan suatu konsep yang tidak kita pahami saja sudah merupakan hal yang kurang etis/sopan). Anda bagus dalam menguasai literatur dharma. Sebagai seorang penganut Buddhisme, saya sangat senang jika dharma yang Anda kuasai untuk dipraktekkan (lewat hal-hal kecil dahulu), jadi Anda bisa menjadi seorang duta dharma bagi setiap makhluk.Justru menilai orang tidak mengerti dan hanya diri sendiri yang mengerti, sangatlah tidak sopan. Mengapa anda memposisikan anda mengerti dan saya tidak? Sebaiknya anda berhenti memposisikan diri sebagai lebih mengerti, agar kita bisa diskusi sama tinggi.
Tentang praktik dharma, memang awalnya dimengerti dulu secara dasar. Tapi saya yakin kita sama-sama paham, bahwa spiritualitas tidak bisa diwakili sepenuhnya dengan kata-kata. Ada hal-hal tertentu yang setelah dimengerti secara dasar, harus dipraktekkan langsung secara individual. Sama seperti berenang, sepintar apapun teorinya, akan nihil tanpa pernah merasakan berada di air itu sendiri. Jika dharma hanya didekati secara intelektual dan akademis (maaf saja), Anda dan siapapun tidak akan dapat apa-apa.Dalam hal berenang, atau hal lain yang bersifat fisik dan eksternal, maka kita memang perlu mengenalinya. Untuk soal dharma yang adalah ranah pikiran, anda perlu praktik bagaimana? Bisa coba beri contoh?
Dan, omong-omong, sewaktu bersekolah saya kerap mendapat guru olahraga yang meminta kita untuk praktik dulu, teori belakangan (tentunya sambil diawasi dan dibimbing saat berolah raga). Setelah selesai praktik (di lapangan), baru dijelaskan apa yang kita praktekkan di lapangan, apa-apa yang salah (harus dikoreksi), dan mana yang harus ditingkatkan/dikembangkan lagi.Boleh juga. Mungkin bisa diterapkan misalnya di fakultas kedokteran bedah. Potong dulu saja, nanti baru belajar teorinya.
Demikian. Semoga mengerti. :)
Tentang penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk, saya sependapat bahwa setiap makhluk punya kecenderungan tertentu (hasil dari sebab-sebab yang lalu). Makanya saya katakan, penjelasan secara teoritis (apalagi baku sesuai text-book), belum tentu mengantar seorang makhluk menuju tujuannya (nibbana dalam hal ini). Ini 'kan fenomena umum, dimana satu kelas mendapat pelajaran dan buku (kurikulum) yang sama, tapi tidak semua menjadi pintar dan juara (karena berbagai faktor yang ada, bukan hanya di buku/teori saja kunci suksesnya).OK, ini setuju. Namun saya melihat dari sisi lain: kalau seseorang tidak mengerti, mungkin cara kita menjelaskan yang kurang tepat. Atau bisa juga kita yang salah, dan tidak semata-mata memvonis orang lain yang tidak mengerti, tidak praktik, dan lain sebagainya.
;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?
Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
1. Anda punya kesimpulan itu berdasarkan ajaran mana? Boleh minta referensi?
2. Saya punya pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh doktrin-doktrin yang anda sebutkan di atas, yaitu bagaimana mekanisme orang berbuat kejahatan berat (akusala garuka kamma) bisa ditelan bumi? Coba dijelaskan dengan doktrin Shunyata yang anda katakan bisa menjelaskan semuanya itu.
Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.
Silahkan.
Untuk ukuran "tidak akan berkomentar jauh" panjang sekali.
Semua ajaran boleh kita uji. Hanya ajaran sesat yang menakut-nakuti orang dengan ancaman seperti yang anda lakukan. Dalam ilmu logika, itu disebut argumentum ad baculum, menggiring opini, membiaskan argumentasi dengan cara ancaman.
Mahayanis? Mahayanis yang mana?
Bagaimana maksudnya memanifestasikan diri ke aneka wujud? Ada contoh praktis?
Sebagai perbandingan, kalau dari Kanon Pali dikatakan ada 3 hal yang disembunyikan: bercinta dengan wanita, hymne Brahmana, dan pandangan sesat; sementara ajaran Tathagata terang-terangan sebagaimana mentari dan rembulan.
Boleh saya tahu alasan konsep-konsep tertentu disembunyikan?
Ya, terapkan itu pada diri anda, jangan merasa semua orang yang mengkritisi salah semua.
OK, setuju.
Justru menilai orang tidak mengerti dan hanya diri sendiri yang mengerti, sangatlah tidak sopan. Mengapa anda memposisikan anda mengerti dan saya tidak? Sebaiknya anda berhenti memposisikan diri sebagai lebih mengerti, agar kita bisa diskusi sama tinggi.
Dalam hal berenang, atau hal lain yang bersifat fisik dan eksternal, maka kita memang perlu mengenalinya. Untuk soal dharma yang adalah ranah pikiran, anda perlu praktik bagaimana? Bisa coba beri contoh?
Boleh juga. Mungkin bisa diterapkan misalnya di fakultas kedokteran bedah. Potong dulu saja, nanti baru belajar teorinya.
OK, ini setuju. Namun saya melihat dari sisi lain: kalau seseorang tidak mengerti, mungkin cara kita menjelaskan yang kurang tepat. Atau bisa juga kita yang salah, dan tidak semata-mata memvonis orang lain yang tidak mengerti, tidak praktik, dan lain sebagainya.
Sambungan postingan saya di atas.Jika ternyata pengalaman anda dan pengalaman saya berbeda, lalu bagaimana anda menyikapinya?
Kejadian alam, perang, pergolakan, dll bukan tidak dipersepsi oleh indera kita, tapi bersifat eksternal (tidak terkait langsung dengan kita). Agar lebih dimengerti, ini saya kutip tulisan Anda yang saya tanggapi seperti di atas.
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.
Untuk lebih jelas/lengkap-nya, nanti saya terangkan di jawaban untuk nomor 2 pertanyaan Anda di bawah.
1. Ajaran Buddha, khususnya Mahayana. Referensi saya, banyak. Tapi yang terutama pengalaman. Jika yang Anda maksud literatur, nanti saya berikan lagi (sebenarnya sudah di pertengahan diskusi, tapi mungkin sulit mencarinya lagi).
2. Jawaban singkatnya: Tentu saja karena sebab-sebab yang lalu.Jadi kita bebas berbuat apapun dan hasilnya akan sesuai dengan perbuatan kita. Ini adalah konsep karma.
Tapi sebelum lebih jauh/dalam, ada baiknya Anda baca ini dulu: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18820.0
Berita serupa juga banyak terjadi di berbagai belahan dunia, hampir tiap hari (anak membunuh orang tua). Bagaimana ini? Apakah ditelan bumi?
Langsung ke kaitannya dengan sunyata, sebenarnya tidak ada hukum mutlak bahwa melakukan "ini" akan berbuah "itu", melakukan A sudah pasti hasilnya Z, dan sebagainya... karena semua itu diawali/dilandasi dengan niat (pikiran). Seburuk dan sejahat apa pikiran itu, seburuk dan sejahat itulah akibatnya. Jadi dalam kaitannya dengan sunyata, sebenarnya kita bebas berbuat apapun, dan hasilnya juga akan sama buruknya/baiknya dengan yang kita lakukan. Itulah makna bahwa segala sesuatu itu kosong dari sifat hakiki (termasuk ketentuan berbuat ini hasilnya itu, dsb).
Ada makna yang lebih dalam. Bila ini bisa dipahami dan diterima, kita lanjutkan.
Oh ya, tentang kaitan perang, kejadian alam, pergolakan, dll dengan sunyata, yaitu bahwa semua peristiwa di atas, tergantung seberapa besar kaitan karmanya dengan kita. Jika karmanya kuat, kita bahkan ikut berpartisipasi dalam perang itu. Jika karmanya lemah, mungkin kita hanya melihat dan membacanya lewat surat kabar atau televisi. Jika kaitan karmanya tidak ada, bahwa peristiwa itu tidak ada dalam hidup kita sama sekali.Salah. Yang saya tanyakan (kembali), apa hubungannya dengan shunyata?
Karena itu saya sebutkan, itu bukan tidak dipersepsikan oleh indera, tapi tidak terkait langsung (tergantung seberapa besar karma Anda, berbanding lurus dengan keterkaitan Anda terhadap peristiwa tersebut).
Mungkin yang masih membuat Anda bertanya-tanya, "Masa ada peristiwa yang tidak terjadi sama sekali dalam hidup kita? Bukankah sekarang era informasi? Biar seandainya terjadi perang di Planet Mars pun, seharusnya makhluk bumi tahu dan mendengar lewat berbagai media informasi (seperti internet dan televisi)."
Betul?
Jika pertanyaan Anda demikian, maka saya berikan penerangan:Sayangnya saya tidak berpikir demikian. Jadi saya abaikan.
Waktu dan ruang itu berjalan secara relatif, tergantng makhluk yang mempersepsikannya, memproyeksikannya, sesuai dengan ikatan karma masing-masing.
Jadi (secara saintifik), jika Anda lahir dalam waktu yang tidak tepat, walau tempatnya di bumi ini (planet biru), maka Anda tidak akan mengalami perang, atau bencana alam tertentu.
Jika Anda lahir di waktu terjadinya bencana alam pun, tapi tidak di tempat yang seharusnya (misalnya tidak di gugusan Bima Sakti), maka bencana alam skala bintang pun, tidak akan mempengaruhi Anda secara banyak (signifikan).
Dan satu pengetahuan sains lagi, waktu itu tidak berjalan secara linear, tapi subyektif. Dalam artian, jika Anda berada di bumi sekarang, melihat ke arah gugusan bintang tertentu, lalu melihat misalnya ada kilatan cahaya tertentu (seolah ada ledakan besar disana), lalu Anda kira sedang terjadi sesuatu...
... sesungguhnya tidak terjadi suatu apapun.
Benar.
Karena yang Anda lihat adalah kilatan historis dari planet/bintang tersebut, yang tiba di mata Anda sekian ribu, juta atau miliaran tahun setelah kejadian sesungguhnya.
Sebagai penguat pandangan di atas, jika Anda sudah terbebas dari siklus lahir dan mati, saya konfirmasi bahwa Anda bisa memilih ruang waktu mana saja untuk dimasuki (diinkarnasi ke- / incarnated to).
Itu dari pengalaman saya (semoga bukan diterjemahkan sebagai kesombongan atau klaim tertentu).
Oke, nanti saya perdalam lagi. Jika Anda rasa bermanfaat, fokuslah (jaga pembicaraan agar tidak melebar). Nanti saya berikan banyak hal yang belum Anda ketahui dan selama ini penjelajahan spiritual hanya dari buku dan tulisan. Semoga bisa jadi pertimbangan Anda dalam mendalami ajaran Buddha, dan memperkaya perspektif Anda tentang hidup/kehidupan.
Oke, salam bahagia dan persaudaraan. Mari belajar. :)
Anda sama sekali tidak fokus, saya tidak berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', silakan perhatikan lagi saya hanya menulis satu baris tentang hal tersebut (baris paling atas).Lucu juga, saya juga bukan berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', itu sudah lewat. Saya komentar tentang ancaman-ancaman lewat kisah orang yang menghina ajaran Buddha, dan anda merasa anda sedang mewakili ajaran Buddha dan saya sedang menghinanya. Lucunya, saya melihat anda yang sedang menghina ajaran Buddha.
Jika ini sifatnya debat, saya jujur saja enggan melayani lagi. Waktu saya tidak disia-siakan untuk hal begini. Maaf.
_/\_
Cangkir yang penuh sudah tidak dapat diisi lagi. Selamat menekuni buku-buku Anda kembali. Salam. _/\_Kalau anda mempertahankan pendapat, karena anda benar dan mengajarkan orang lain yang belum benar.
Lucu juga, saya juga bukan berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', itu sudah lewat. Saya komentar tentang ancaman-ancaman lewat kisah orang yang menghina ajaran Buddha, dan anda merasa anda sedang mewakili ajaran Buddha dan saya sedang menghinanya. Lucunya, saya melihat anda yang sedang menghina ajaran Buddha.
Oh, maksudnya kalau saya tidak angguk-angguk dan memperlakukan anda sebagai guru, anda enggan melayani saya? :))
Ya OK-lah. Saya juga sudah cukup melihat dan mengungkap "kemampuan" anda. Hasilnya kembali lagi pada pembaca untuk menilai.
oh ini sudah mau bubaran yachdebatnyaguru-mengguruinyadiskusinya .. ::)
Cangkir yang penuh sudah tidak dapat diisi lagi. Selamat menekuni buku-buku Anda kembali. Salam. _/\_sekarang sama cumi aja,... mari cumi menganalisa, meneliti, mengamatin, menghitung,... sampai dimana seorang master belut dpt berkelit...!
Ga boleh didebat. Guru pasti benar. Kalo menganggap guru salah, berarti cangkir penuh.
Kalau anda mempertahankan pendapat, karena anda benar dan mengajarkan orang lain yang belum benar.
Kalau saya mempertahankan pendapat, karena cangkir penuh.
:jempol:
Ya, ya... kalau saya memang harus belajar, tidak seperti anda yang sudah tidak perlu belajar, tidak boleh dikritik, bahkan tidak bisa diajak berargumentasi.
Nanti kalau anda sudah dewasa, boleh cari saya lagi, nak.
"Kalau orang lain mengkritik berarti tidak kondusif dan tidak konstruktif. Kalau saya yang mengkritik, berarti meluruskan kesalahan anda dengan pandangan saya yang paling benar dan mewakili Ajaran Buddha, walaupun tidak ada di buku, namun berdasarkan pengalaman pribadi saya yang sudah menembus hakikat kebenaran sempurna di mana semua mesti setuju dengan pendapat saya."
^:)^ Ampun, guru...
Baik, ijinkan saya menjawab satu persatu.
4. Sama dengan di atas (dengan tambahan), jika Anda sudah melihat kebenaran (walau bisa saja keliru/salah), apakah Anda masih bisa disebut sebuah cangkir kosong?
Ketika Buddha menemukan kebenaran (mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi), apakah Beliau masih bisa disebut cangkir kosong? Apakah Beliau perlu skeptis (meragukan kebenaran) tentang apa yang dilihat-Nya?
WARNING!!!
Hati2 dalam mengosongkan cangkir, jika orang lain menawari anda air kotor sebaiknya anda mempertahankan isi cangkir anda dan jangan tergopoh2 mengosongkannya, karena anda akan menyesalinya setelah menerima air kotor dalam cangkir anda
Anda adalah moderator, semoga Anda lebih bijak dalam mengeluarkan sebuah opini dan tulisan.
Anda adalah moderator, semoga Anda lebih bijak dalam mengeluarkan sebuah opini dan tulisan.
Saya masih belum mengerti tentang tulisan anda, yang saya bold. Karena anda membandingkannya dengan kebenaran mutlak sang buddha, dengan anda sudah melihat kebenaran walau masih bisa keliru/salah.bagaimana bro sl99 mengharapkan cepat mengerti dari seorang master belut ? nahhh
Saya terus terang saja ya om sunya. Ini pribadi, gak tau member lain merasa hal yang sama atau tidak.
Setelah membaca thread ini dari awal, yang muncul dalam pikiran saya,
who the h**l is this person? Cara anda berdiskusi itu sombong dan menggurui.
Seakan-akan anda telah mencapai, ehm jhana mungkin?
Sama sekali gak ada manfaatnya anda berusaha mengajar dengan attitude seperti itu.
Nanti setelah anda melalui tahap euforia kesombongan ini, silahkan ngajarin kita-kita lagi disini.
Pertama kali saya mengenal dhamma dulu, rasanya ingin membantai habis ajaran-ajaran agama lain.
Sangat mengagung-agungkan ajaran buddha.
Tapi seiring waktu, pelan-pelan masa-masa itu berlalu, hanya kadang-kadang masih muncul keinginan tersebut,
maklumlah, masih manusia biasa.
ter-inspirasi oleh kalimat---tong kosong nyaring bunyinya.
maka----
KOSONG(tiada/kurang pengetahuan) = ISI (penuh keangkuhan/kebodohan).
ISI(penuh pengetahuan) = KOSONG(tiada lagi keangkuhan/kebodohan).
dan
kosong setengah= isi setengah.
isi setengah= kosong setengah.
manusia semakin berisi ilmu,semakin rendah diri.
rasanya ini lebih bermanfaat.----ilmu tepat guna
Sangat-sangat setuju, manusia semakin berisi ilmu, gak akan menyombongkan dirinya.
duhh master belut dimanakah engkau ? kembalilah kesini... cumi masih banyak ribuan pertanyaan.... janganlah menghilang... :))benci tapi rindu ya?
Saya masih belum mengerti tentang tulisan anda, yang saya bold. Karena anda membandingkannya dengan kebenaran mutlak sang buddha, dengan anda sudah melihat kebenaran walau masih bisa keliru/salah.
Saya terus terang saja ya om sunya. Ini pribadi, gak tau member lain merasa hal yang sama atau tidak.
Setelah membaca thread ini dari awal, yang muncul dalam pikiran saya,
who the h**l is this person? Cara anda berdiskusi itu sombong dan menggurui.
Seakan-akan anda telah mencapai, ehm jhana mungkin?
Sama sekali gak ada manfaatnya anda berusaha mengajar dengan attitude seperti itu.
Nanti setelah anda melalui tahap euforia kesombongan ini, silahkan ngajarin kita-kita lagi disini.
Pertama kali saya mengenal dhamma dulu, rasanya ingin membantai habis ajaran-ajaran agama lain.
Sangat mengagung-agungkan ajaran buddha.
Tapi seiring waktu, pelan-pelan masa-masa itu berlalu, hanya kadang-kadang masih muncul keinginan tersebut,
maklumlah, masih manusia biasa.
Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).
mungkin bagi saya yang sangat awam, kata2 ini sulit untuk saya mengerti. mohon pencerahannya bro...
Karena berdasarkan opini, tidak bermuatan "Mahayana", maka dipindah ke "pengalaman pribadi".
Terserah, kalau pun saya memberikan argumen pembelaan, toh Anda tetap moderator.Biarpun saya bukan moderator, toh memang tidak bermuatan "Mahayana", dan toh anda juga selalu merasa benar.
Tidak apa-apa. Biarlah demikian.
Salam bahagia untuk Anda. _/\_
Tujuan tulisan: Meledakkan kemelekatan.
Metode (cara kerja): Bila seseorang membaca ini maka timbul rasa tidak senang atau emosi, maka sejauh itu kadar kemelekatannya.
Penjelasan lebih dalam terkait tulisan:
1. Dari segi bahasa.
Memang ajaran Buddha adalah sampah, sejauh dipahami secara keliru dan/atau tidak dipraktekkan dengan benar.
2. Dari segi sunyata.
Segala sesuatu kosong, tergantung yang mempersepsikannya.
Dharma bisa jadi manfaat, bila yang mendengar/mempersepsikannya siap (dari berbagai aspek; intelejensi, kebijaksanaan, waktu dan kondisi).
Dharma akan jadi sampah, bila kita adalah manusia bebal, tidak kenal kebajikan, sulit menerima input/masukan dari pihak luar, serta jika kita terlahir dalam kondisi tidak memungkinkan belajar (misalnya jadi seekor ayam saat Buddha sedang membabarkan dharma).
Nah, Anda cukup berhati-hati ketika melihat statement saya. Jika Anda berpersepsi duluan, tentu kena skak-mat lagi 'kan? :)
Itulah pengendalian diri, dan melihat apa adanya.
Oke, salam bahagia untuk Anda. _/\_
benci tapi rindu ya?
tapi agak membingungkan.
dari 10 kali posting MB,kamu bantah 11 kali.masih mau nyodori ribuan pertanyaan !!
bagaimana kalau ribuan pertanyaan dijawab? mungkin pangkatnya naik jadi super super MB.
hehehe just kidding bro,
Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.berbagi ? sutta-minded ? ha ha ha
Intermezzo aja ;D
MERENDAHKAN SIKAP SENDIRI
Mengapa lautan bisa menampung air dari ratusan aliran sungai, itu dikarenakan permukaan air laut paling rendah. "Merendah" baru bisa mudah bergaul dengan orang lain, merendahkan sikap diri sendiri baru mudah memaafkan orang lain.
Baru-baru ini, di dalam pergesekan moral dengan orang lain, dengan jelas menyadari bahwa diri saya mempunyai suatu keterikatan yang sangat lekat, yaitu selalu meletakkan diri kita sendiri di tempat yang sangat tinggi, menempatkan diri pada posisi yang tinggi, bergaya bagaikan "semua orang sedang mabuk, hanya saya satu-satunya yang sadar". Didalam pergaulan dengan orang lain, bahkan di dalam sekilas pikiran kita juga membawa unsur terpendam yang tidak kita sadari.
Yang kita tampakkan keluar adalah, segala sesuatu berpusat pada diri kita sendiri, selalu merasakan bahwa diri kita yang paling tepat, bertindak sesuka hati kita, tidak menghargai orang lain; Atau senang membual, membesar-besarkan sesuatu untuk memamerkan diri sendiri; Atau tidak menyukai orang lain, selalu melihat kekurangan orang lain, selalu merasakan diri kita lebih unggul dari pada orang lain. Senang mengomentari orang lain, tidak memusatkan pikiran untuk mencari kekurangan diri sendiri.
Walaupun terkadang di mulut juga mengatakan kebaikan orang lain, akan tetapi di dalam hati berpikir bahwa saya lebih unggul dari Anda. Bahkan kadang kala diri kita masih bisa terbawa oleh keterikatan semacam ini, berubah menjadi sangat tidak rasional. Sangat ingin bisa mengungguli orang lain, dan hati merasa terhibur karenanya.
Orang Amerika mendidik anak mereka, sejak kecil anak mereka telah diajari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain, penggunaan bahasa dari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain ada puluhan jenis banyaknya.
Hal tersebut bermanfaat sebagai referensi bagi kita, untuk bersikap merendahkan diri, merubah jalan pemikiran. Bisa melihat kelebihan orang lain, baru bisa menjunjung tinggi orang lain, hal ini bukan hanya dilakukan secara permukaan atau secara teknis, harus lebih ditekankan pada perubahan dan peningkatan dari dalam hati juga pada watak hakiki seseorang.
_/\_
Terserah, kalau pun saya memberikan argumen pembelaan, toh Anda tetap moderator.
Tidak apa-apa. Biarlah demikian.
Salam bahagia untuk Anda. _/\_
sunya:Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).mohon pertanggung jawabannya dan klarifikasinya mengatakan ajaran Buddha itu sampah!....
[at] CumPol
Sudahlah, bro cumi. Jangan buang waktu & tenaga.
nih postingnya master sunya :dhamma ajaran Buddha bisa jadi sampah ? eh eh ehhh.....
1. Dari segi bahasa.
Memang ajaran Buddha adalah sampah, sejauh dipahami secara keliru dan/atau tidak dipraktekkan dengan benar.
2............
Dharma akan jadi sampah, bila kita adalah manusia bebal, tidak kenal kebajikan, sulit menerima input/masukan dari pihak luar, serta jika kita terlahir dalam kondisi tidak memungkinkan belajar (misalnya jadi seekor ayam saat Buddha sedang membabarkan dharma).
kalau bro Hadi masih aja fanatik pada kedua master, coba selidikilah dan teliti sebelum fanatiknya nambah besar...tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini,termasuk kedua master.
tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini,termasuk kedua master.bagaimanapun guru** sebaiknya kita hormatin sepanjang masa, walaupun suatu saat kita lebih pintar dari dia...
dari kacamata saya ,seumpama saya memberi nilai 4 dari 10 kepada master saya,maka saya fanatik nya cuma 40%,yang 60% jangan di fanatiki,atau fanatik untuk yang 40% saja.
saya masih mampu mengendalikan kefanatikan.
saya aktif di DC hanya sekitar 1 minggu,bila lebih lama lagi pasti akan saya temui master baru,saya yakin sekali,banyak member yang hebat berisi di DC,.
sutta-minded itu merendahkan atau meninggikan ya bro change ?
bagaimanapun guru** sebaiknya kita hormatin sepanjang masa, walaupun suatu saat kita lebih pintar dari dia...bukan hanya kepada guru,kepada Cumi Polos pun saya menaruh hormat juga,bukankan Cumi polos paling banyak menanggapi saya selama 1 minggu ini.
(**guru yg baik tapi kemampuan/keahliannya yg kurang)
oh demikian.. terima kasih atas tanggapannya.
kurang setuju, mungkin anda kurang jeli memilih kata2.
ajaran buddha adalah sampah sejauh dipahami secara keliru dan atau tidak dipraktekkan dengan benar, namun jika sebaliknya tentu ajaran buddha bukan sampah namun harta mustika yang tidak ternilai harganya.
nah jika anda langsung mengetikan kata2 ajaran buddha adalah sampah, ini bisa berpengertian keseluruhan (secara general) ajaran buddha adalah sampah yang tidak berharga sama sekali. makanya saya bertanya..
no comment, saya tidak mengerti yang beginian..
yang ini saya setuju...
salam bahagia untuk anda juga _/\_
terus terang kalau soal menghormati,menghargai,moral etika,rendah diri/hati----Sunya banyak belajar dari saya.
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucuJangan begitu... Hargailah usaha gagak yang mau tampil jadi merak.
*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu
*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*
Biarpun saya bukan moderator, toh memang tidak bermuatan "Mahayana", dan toh anda juga selalu merasa benar.
Jadi memang sebaiknya dibiarkan demikian.
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu
*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*
Itu sebenarnya bisa diperdebatkan, tentang Mahayana atau bukan. Tentang saya selalu merasa benar, ini juga tolok ukurnya apa? Apakah Anda bisa merasa yang saya rasakan? Lucunya, ini benar-benar bisa membuat tertawa (jika saja saya masih terpengaruh emosi). :):))
Tentang pemindahan thread ini dari Mahayana ke "Pengalaman Pribadi", saya tahu ini untuk menjegal dan mencegah saya berbicara lebih banyak (membuat sebagian orang seperti Anda kebakaran jenggot, jika ada jenggot tentunya). Jadi saya paham saja, thread ini dipindah bukan karena persoalan (isu) aliran, tapi sulit menerima pandangan orang lain. Jika mau diperdebatkan apakah yang saya tulis masih masuk ranah Mahayana atau bukan, sebenarnya saya mau melayani. Namun sejauh apa perdebatan itu bisa mengubah keputusan, toh moderator tetap moderator... kecuali dia seorang yang open-minded (yang mana saya ragu akan hal itu).
Oke, semoga berbahagia. Jangan diambil hati diskusi kita ini, be happy. _/\_
belut ini ngaku udah gak punya emosi, luar biasa ...
:))
Nah, kalau moderator mengubah keputusan (baca: mengikuti opini sang master bahwa pendapat pribadinya adalah sesuai dengan Ajaran Mahayana), dia open-minded. Kalau tetap tidak berubah (baca: tidak sependapat), maka tidak open-minded.
Ayo, lagi donk hiburannya!! ^:)^
Bukankah itu pernyataan Anda sendiri? Adakah saya pernah menulis demikian?:))
Teruskanlah hiburannya. Saya gembira jika ada yang coba membodohi, tapi masih kurang lihay. :)
Ini sptnya posting curhat.... tapi menjelaskan suatu topik KIIK bukanlah begitu...
apa itu bentuk sejati ?....gunakanlah kata2 yg mudah dimengerti...
bila ada kata2 sulit, maka kata2 tsb dijelaskan dan dijabarkan sebelum digunakan...
jadi janganlah FANATIK...
sunyata ini barang apa ? kenapa dia bisa BEKERJA dalam lingkup ANATTA ? apakah sunyata ini mahluk HIDUP ? atoo gimana ?
jadi janganlah FANATIK...saya rasa tidak ada indikasi fanatisme dalam postingan ini
:))
Katanya udah ga ada emosi? Kok masih bisa gembira dan meminta hiburan?
Wah... memang belut kelas kambing. Ngibulnya ga konsisten.
Bukankah itu pernyataan Anda sendiri? Adakah saya pernah menulis demikian?
Apakah Anda tahu saya benar-benar gembira karena emosi, atau berupa ekspresi kata-kata (alegori)?
Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.
Kedua, saya ada pertanyaan untuk Anda: Jika Anda punya mobil BMW, dan Anda mengatakan terus terang bahwa Anda punya mobil BMW, apakah itu sombong? Lalu apa tolok ukur suatu kesombongan itu?
Terus terang, saya sering menjumpai orang yang sombong (dalam sudut pandang konvensional/awam), tapi bagi saya malah tidak sombong. Bagi saya terkadang mereka hanya mau menunjukkan bahwa mereka memiliki sesuatu, atau bahkan mereka sedikit melebihkannya. Itu saja. Saya melihat sesuatu hanya seperti adanya, tidak membuat kesimpulan tertentu.
Mengajar dengan attitude seperti apa? Rasanya yang berkata-kata kasar dan penuh sindiran bukan saya, mungkin Anda tidak melihatnya?
Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).
Apakah itu termasuk kata kasar dan menghina? Apakah itu membuat Anda terluka? Sedalam itulah kefanatikan kita diukur (ketika kita melekat berlebihan pada sesuatu).
Maaf, hanya itu yang bisa saya berikan. Tidak ada niat saya menyakiti (ini mungkin Anda tidak percaya, tidak masalah). Salam bahagia untuk Anda, semoga sukses dan sehat sejahtera. _/\_
Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.
lgnoratio elenchi + argumentum ad hominem?
Tanggapan saya:
Apakah Anda tahu saya benar-benar gembira karena emosi, atau berupa ekspresi kata-kata (alegori)?
Meminta hiburan? Lebih tepat dikatakan mempersilakan Anda meneruskan hiburan (ini Anda sering keliru membaca sesuatu, terlampau tendensius).
Ini kutipannya jika Anda lupa: "Teruskanlah hiburannya."
Jadi bagaimana, setelah berupaya mengalihkan pembicaraan Anda bisa menjawab postingan ini:
Ini hal esensial, berhubung dari awal Anda selalu menuduh Anda digurui dan dipaksa menerima pendapat saya, sementara saya merasa saya tidak pernah menuliskan satu patah kata pun yang mengindikasikan ke arah sana.
Bagaimana? Bisa memberikan penjelasan?
Ditunggu dan sementara itu semoga Anda bahagia. _/\_
Back to Topic.
Sebenarnya bila kita bisa menenangkan diri, mengesampingkan persepsi pribadi (ego), kita bisa melihat sifat sunya dari yang terjadi disini.
Kita akan melihat satu anggota forum (satu ID) sedang memetik buah karmanya mendapat "mosi tidak percaya" serta celaan dari setidaknya tiga ID lain.
Kita juga akan melihat, buah karma dari tiga ID yang masing-masing merasa digurui, merasa dibodohi, juga merasa melihat keangkuhan (lalu bereaksi memicu rasa tidak senang pada vedana-nya).
Jadi (terlepas dari yang dibahas benar atau tidak), sesungguhnya yang terjadi adalah keterkaitan satu dengan yang lain (Paticca Samuppada), memetik buah karma masing-masing.
Apakah ini bisa disadari atau tidak?
Ini berlaku bukan hanya untuk keempat ID tersebut, tapi kepada seluruh kesadaran yang mempersepsikan isi thread/topik diskusi ini. Inilah Pratītyasamutpāda, sebab-musabab saling bergantungan/terkait. :)
Setiap yang terkoneksi disini, memiliki karma beragam; netral, kurang menyenangkan, cukup menyenangkan, sangat tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dan terlepas dari topik ini adalah suatu kebenaran mutlak atau bukan, hubungan inter-relasi antara anggota forum inilah wujud karma masing-masing yang berbuah (dilihat dari kesan apa yang didapat dari setiap kata-kata).
:)
Sebenarnya bagi saya lebih menarik bila diskusi seperti ini, membahas dharma dari kejadian sehari-hari, kita mencoba melihat korelasinya dengan teori/doktrin yang kita pelajari (percayai). Ini lebih membawa kemajuan daripada menghafal atau percaya begitu saja. Kita belajar melihat/menilai dari perspektif (sudut pandang) lain, tidak selalu dari sisi saya (ego).
Oke, semoga bermanfaat.
Salam kasih sayang untuk semua. Semoga berbahagia. _/\_
Kalau saya mendengar anda mengatakan ajaran buddha itu sampah, dulu sewaktu saya baru euforia dengan dhamma, ya, saya akan marah dan terusik emosi saya.
Tapi karena masa-masa itu sudah berlalu, mau anda bilang sang buddha anjing kudisan pun, gak ngefek buat saya.
Yah, nanti setelah euforia anda terhadap pencapaian yang anda rasa telah anda tembus itu berlalu, maka attitude anda saya jamin akan berubah.
Haiyaa... anda benar-benar belut.. wkwkwkwk
Ah kayaknya si om baru belajar abhidhamma nih, makanya pamer
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu
*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*
sunya: Jadi mari kita jadikan Dhammacitta lebih sopan dan beretika, karena rata-rata memang pengikut Buddha toh? Bukan pengikut teori tapi praktisi 'kan?
Ciyus merasa bukan mengajar? Miapa?
Om, silahkan baca lagi postingan saudara dari awal.
bro cumi mungkin yang lebih bisa menjelaskan konsep sunyata, anatta, atau anicca
saya belum mengerti konsep2 itu.
bentuk sejati yang saya maksud disini adalah bentuk fisik yang dapat dilihat dan diraba tapi bersifat tetap.
menurut analisa saya,
adalah benar bahwa bentuk fisik segala benda adalah tidak tetap,
hal ini dapat terjadi antara lain oleh sebab proses metabolisme tubuh (pada makhluk hidup)
disamping itu juga karena adanya gravitasi,
gravitasi menyebabkan setiap benda baik hidup maupun mati berubah bentuk karena menanggung beban berat sendiri yang bersifat kontinyu dan dinamis.
disamping itu ada juga faktor eksternal lain yang dapat menyebabkan perubahan bentukn seperti pengaruh tekanan dan suhu, dll.
saya rasa tidak ada indikasi fanatisme dalam postingan ini
hahaha.........
Siapapun boleh mengaku apapun. Memangnya Anda bisa membaca pikiran orang lain?
Anda mengaku memiliki Las Vegas pun saya tak keberatan, sejauh saya belum bisa melihat Anda benar atau tidak memilik Las Vegas. Benar?
Sadarilah false logic Anda, Anda sedang menertawakan diri Anda sendiri.
Salam. _/\_
Sekedar saran dari saya sebagai pembuat topik, ada baiknya bila ingin memberikan pendapat/pandangan, sanggahan, dlsb, agar ditunjang/dilandasi dengan pengetahuan (prajna/wisdom) dari meditasi (khususnya vipassana).
loh, saya tidak pernah mengakui bahwa las vegas milik saya, kenapa anda menuduh begitu? dan anda juga salah ketika mengatakan bahwa saya sedang menertawakan diri sendiri karena adalah anda seekor belut yg sedng berusaha tampil sebagai naga tapi fakta bahwa belut licin tak bersisik tetap tidak bisa hilang, sehingga jauh dari naga.
Dan apakah anda keberatan atau tidak terhadap pengakuan siapa pun, itu tidak penting di sini, karena anda hanyalah seekor belut kosong, yg tidak akan didengar oleh siapa pun.
Juga fakta bahwa anda tidak membantah ketika saya mengatakan bahwa anda mengaku tanpa emosi, dan malah anda tegaskan lagi dengan kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun." menunjukkan bahwa pengakuan anda itu hanya sekedar ngaku2, dan bukan benar2 tanpa emosi, yg dengan kata lain, anda sudah mengatakan yg tidak benar, yg dalam hal sila, itu termasuk pelanggaran, kecuali tentu saja anda menganut ajaran pelanggaran=bukan pelanggaran, jadi tidak masalah.
Rekan Indra yang bijak, Anda kurang bisa membedakan analogi dan kenyataan/fakta. Saya memang tidak menuduh Anda memiliki Las Vegas, itu adalah contoh/analogi. Sudah saya berikan contoh yang demikian ekstrim, apa Anda juga masih mengira itu kenyataan?buat apa nulis panjang2 master belut,...
Ketika Anda menulis belut kosong, naga, dsb, sikap itulah yang saya sebut sudah 'seolah-olah' membaca pikiran orang lain. Makanya saya tulis, alangkah baiknya jika Anda tidak bisa membaca pikiran orang lain, janganlah berkomentar tentang pengakuan orang, sebab pengakuan tersebut bisa saja benar, bisa juga tidak benar. Sampai disini paham toh logika ini?
Kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun" yang Anda simpulkan jadi makna tertentu, sungguh menggelikan.
Itu adalah ungkapan serupa dengan "Jangan percaya sebelum membuktikan". Jika Anda menyimpulkan seperti di atas, berarti Anda juga bisa menyimpulkan Buddha tidak percaya diri, karena sering mengatakan ajarannya harus dibuktikan dulu, baru dianggap benar.
Aneh-aneh juga. Dari yang jarang meditasi tapi masih memaksakan diri bergabung ke diskusi, yang logikanya lemah juga mencoba tapi jadi semi lelucon, juga kemampuan berbahasa yang pas-pasan sehingga keliru menyimpulkan sesuatu.
Tapi tidak apa-apa. Saya yakin penghuni Dhammacitta juga banyak yang arif dan lebih santun dalam berkata-kata.
Segmen sempit begini (topik sunyata), masih banyak yang mencoba-coba. Jika di Tibet saja, Anda akan sangat beruntung bila diijinkan mengintip kelasnya saja.
Kalimat di atas termasuk sombong? Saya tunggu saja bila komentarnya bernada begitu lagi. :)
Salam damai sentosa. Semoga berbahagia. _/\_
Jangan begitu... Hargailah usaha gagak yang mau tampil jadi merak.
Netral, diri kita sendiri yang bertanggung jawab atas pilihan diri kita sendiri :
Anda siapa bisa menjamin sesuatu? Bagaimana juga Anda tahu saya sedang euforia pencapaian? Saya sendiri pernah menyatakan setidaknya dua kali; tiada yang dicapai, tiada siapa pun yang mencapai. Jadi, apakah Anda sedang bermain dengan persepsi Anda dalam hal ini?
[at] CumPol
Dari dulu memang banyak jenis beginian. Mereka paling senang omong besar dan egonya kenyang kalau diladeni, sehingga bisa 'kong tai' lebih jauh. Kalau bro Cumi dan lain-lain tidak lanjutkan, maka berarti tidak memberi makan egonya. Seperti slogan umum:
Do not feed the troll!
Saya bisa menjamin karena, saya sudah menjalani, dan sudah menembus hal tersebut dengan meditasi.
Pencapaian anda kan masih isi kosong isi?
Meditasi lagi sana... nanti anda akan mencapai apa yang saya capai.
Jangan berteori melulu, tapi lakukan praktek.. praktek.. praktek...
Nih sedikit tips dari saya, meditasi bukan dilakukan dengan hanya duduk, berbaring, atau menyepi ke hutan-hutan, gunung-gunung.
Meditasi bisa dilakukan saat ini, saat saya mengetikkan posting ini misalnya.
[at] CumPol
Dari dulu memang banyak jenis beginian. Mereka paling senang omong besar dan egonya kenyang kalau diladeni, sehingga bisa 'kong tai' lebih jauh. Kalau bro Cumi dan lain-lain tidak lanjutkan, maka berarti tidak memberi makan egonya. Seperti slogan umum:
Do not feed the troll!
Jadi Anda lebih hebat dari Buddha, karena bisa memberikan jaminan? Buddha saja tidak mengatakan pernah menjamin apapun. :)
Pencapaian apa? Apakah Anda merasa sudah mencapai sesuatu? Bahkan Buddha saja tidak merasa mencapai apa-apa (tiada yang mencapai, tiada yang dicapai). Jadi Anda belajar dari konsep apa, sehingga bisa mencapai sesuatu? :)
Meditasi apa? Bukankah sekarang sedang meditasi?
Salam hormat saya untuk Anda. Selamat berakhir pekan. _/\_
Praktekkan lah dulu, nanti anda juga akan mengerti, jangan berteori panjang lebar
Rekan Indra yang bijak, Anda kurang bisa membedakan analogi dan kenyataan/fakta. Saya memang tidak menuduh Anda memiliki Las Vegas, itu adalah contoh/analogi. Sudah saya berikan contoh yang demikian ekstrim, apa Anda juga masih mengira itu kenyataan?
Ketika Anda menulis belut kosong, naga, dsb, sikap itulah yang saya sebut sudah 'seolah-olah' membaca pikiran orang lain. Makanya saya tulis, alangkah baiknya jika Anda tidak bisa membaca pikiran orang lain, janganlah berkomentar tentang pengakuan orang, sebab pengakuan tersebut bisa saja benar, bisa juga tidak benar. Sampai disini paham toh logika ini?
Kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun" yang Anda simpulkan jadi makna tertentu, sungguh menggelikan.
Itu adalah ungkapan serupa dengan "Jangan percaya sebelum membuktikan". Jika Anda menyimpulkan seperti di atas, berarti Anda juga bisa menyimpulkan Buddha tidak percaya diri, karena sering mengatakan ajarannya harus dibuktikan dulu, baru dianggap benar.
Aneh-aneh juga. Dari yang jarang meditasi tapi masih memaksakan diri bergabung ke diskusi, yang logikanya lemah juga mencoba tapi jadi semi lelucon, juga kemampuan berbahasa yang pas-pasan sehingga keliru menyimpulkan sesuatu.
Tapi tidak apa-apa. Saya yakin penghuni Dhammacitta juga banyak yang arif dan lebih santun dalam berkata-kata.
Segmen sempit begini (topik sunyata), masih banyak yang mencoba-coba. Jika di Tibet saja, Anda akan sangat beruntung bila diijinkan mengintip kelasnya saja.Semoga anda lebih beruntung di Tibet. dari penjelasan anda yg kacau balau, saya setuju bahwa topik Sunyata memang segmen sempit.
Kalimat di atas termasuk sombong? Saya tunggu saja bila komentarnya bernada begitu lagi. :)
Salam damai sentosa. Semoga berbahagia. _/\_
Ga boleh didebat. Guru pasti benar. Kalo menganggap guru salah, berarti cangkir penuh.
Ah kayaknya si om baru belajar abhidhamma nih, makanya pamer
Kok tidak dijawab? Kalau praktek dulu baru mengerti, nanti saya cebur di kolam dulu baru otomatis bisa berenang?
Salam. _/\_
dalam hal ini saya memang tidak bisa membaca pikiran anda, tapi saya menilai hanya dari apa yg anda tulis.
ketika saya menulis belut kosong, itu juga bukan hasil dari membaca pikiran, melainkan dari apa yg dengan jelas teramati oleh mata saya. dan bagaimana jika saya memang bisa membaca pikiran anda yg tercecer kemana2 itu?
usaha mengklarifikasi terlambat dari seorang yg putus asa :P
menggiring opini bahwa saya sedang menyimpulkan Sang Buddha sungguh suatu kesimpulan yg mengada2, seolah2 anda menyamakan diri anda dengan Sang Buddha. Saya menyimpulkan anda tidak bisa disimpulkan bahwa "berarti saya menyimpulkan Sang Buddha ..." karena anda bahkan tidak ada seper enam belas bagian dari ujung kuku Sang Buddha.
mungkin ini adalah bentuk pengakuan anda bahwa anda seorang meditator yang berlogika kuat dan berkemampuan bahasa yang tinggi, tapi anda harus mengaplikasikan hukum KIIK dalam pengakuan anda itu.
tentu saja ada, selama bergabung di sini, saya hanya melihat 2 makhluk sejenis anda di antara ribuan penghuni DC lainnya yang arif dan santun dalam berkata-kata.
Semoga anda lebih beruntung di Tibet. dari penjelasan anda yg kacau balau, saya setuju bahwa topik Sunyata memang segmen sempit.
kalimat tidak bisa sombong, kalimat hanyalah rangkaian kata2 yg dibentuk dari huruf2. tapi agak mengecewakan jika anda memutuskan untuk hanya menunggu saja, karena saya berharap anda bisa lebih baik dari sekedar menunggu.
returned
Jadi Anda lebih hebat dari Buddha, karena bisa memberikan jaminan? Buddha saja tidak mengatakan pernah menjamin apapun.
me: Semua toh anicca, euforia anda tidak akan selamanya seperti itu, nanti setelah semua berlalu, anda pasti mengerti apa yang saya maksud
Pencapaian apa? Apakah Anda merasa sudah mencapai sesuatu?
me: Seperti yang anda bilang, anda mengaku mencapai sesuatu kemudian mengharapkan orang lain mengerti pengalaman anda cukup dengan membahas teori. Demikian juga saya, tidak akan bisa menjelaskan tanpa anda mempraktekkan, makanya praktekkanlah
Bahkan Buddha saja tidak merasa mencapai apa-apa (tiada yang mencapai, tiada yang dicapai).
me: coba jelaskan lebih lanjut
Jadi Anda belajar dari konsep apa, sehingga bisa mencapai sesuatu?
me: Belajar dari konsep apa? Jelas-jelas konsep yang anda anggap sampah itu.
Meditasi apa? Bukankah sekarang sedang meditasi?
me: maksudnya apa?
Salam hormat saya untuk Anda. Selamat berakhir pekan.
me: gak perlu hormat-hormat, karena gak ada yang dihormat=ada yang dihormat, ada yang dihormat=tidak ada yang dihormat
menurut analisa saya,
kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,
ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.
demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,
semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.
senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.
hahaha.............
Saya punya hak untuk tidak menjawab kan?
menurut analisa saya,
kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,
ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.
demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat juga berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,
semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.
senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.
hahaha.............
Pikiran yang terbelenggu tidak dapat melihat kebenaran. Kejernihan pikiran tertutupi oleh ego dan fanatisme kepercayaan.
Kalama sutta jadi pajangan, praktek lebih condong pada keimanan daripada saddha yang benar.
Selamat tinggal sutta, apakah kau memang lebih baik jadi pajangan dan bahan studi akademis saja?
Keimanan pada Tiratana lebih penting dan esensial, daripada ehipassiko terhadap Kebenaran Tiratana itu sendiri. Benarkah demikian?
Mari kita renungkan bersama, saya beriman atau ber-ehipassiko?
Salam Buddhist, semoga semua makhluk berbahagia. _/\_
Hal demikian terjadi karena tidak melihat secara lengkap, hanya melihat separuh separuh, tidak melihat secara menyeluruh, hanya melihat kosong = isi .
Karena kemelekatan pada ego, pandangan, berusaha mempertahankan pendapat yg menurutnya adalah kebenaran.
sama seperti seseorang yang mempertahankan gels itu setengah kosong.
jika dilihat secara menyeluruh bahwa pandangan yang kita lihat, kebenaran apapun yang kita lihat adalah kosong, Isi adalah kosong, barulah lengkap .
Maka pikiran pun akan menjadi tenang, tidak perhitungan.
Melihat separuh hanya membawa pada dualitas pandangan. sisi ekstrem
Jadi pertama ada pengetahuan, kemudian pengetahuan itu sendiri adalah kosong terus menerus bergerak dalam siklus lingkaran. SElanjutnya renungkanlah sendiri, Terlalu banyak kata kata hanya menutup pikiran.
Bayangkan jika kita tetap mempertahankan pengetahuan tersebut, maka cangkir kita akan tumpah keluar, tidak bisa mengisi pengetahuan yang lain.
Jadi kosongkan, isikan, kosongkan, isikan dengan demikian kita tidak akan kepenuhan ataupun kekosongan.
Tidak akan terpengaruh oleh kepenuhan, tidak terpengaruh oleh kekosongan
kalau boleh tau apakah master djoe masih memiliki cita2 yang ingin dicapai?
hahaha.........
Kalau boleh memberi pandangan, cita-cita apapun itu sunya sifatnya. Misalnya seorang Buddha punya cita-cita memiliki Ksetra (Field) yang murni (yakni bebas dari makhluk menderita/samsara), itu pun hanya seperti mimpi sifatnya (maya-upama dalam Sanskerta).
Ketika seorang makhluk telah sadar, awakened, enlightened (Buddha), maka semua skhanda (agregat-agregat) tampak hanya seperti awan di langit, yang senantiasa berubah dan tidak memiliki inti yang tetap dan hakiki.
Jika seorang makhluk memiliki ego, yang ada hanya ego.
Jika seorang makhluk memiliki pandangan salah, yang ada adalah hanya pandangan salah.
Jika seorang makhluk memiliki satu pencapaian (Arahat, Pacekka-Buddha, bahkan Samma-Sambuddha) yang ada hanyalah pencapaian.
Tiada sosok hakiki di dalamnya, karena semua adalah peran belaka.
Karena itu di tanah Jawa yang kaya akan filosofi Mahayana di masa lalu, selalu disebutkan, bahwa hidup ibarat panggung sandiwara.
Tiada (inti) yang hakiki, karena semua merupakan peran.
Karena tiada sosok hakiki, maka nibbana dapat dicapai (sejatinya kita tidak terikat peran apapun, karena semua memang hanyalah peran).
Mungkin ini sulit diterima (berhubung aliran Buddhisme kebanyakan menekankan pencapaian/kesucian). Namun jika sudah menembus taraf tertentu, you will believe what I've been said (dalam sebuah ruang-waktu yakni 31 Desember 2012, saat Anda menjalani peran/kehidupan Anda sekarang).
Datang dan buktikanlah (Ehipassiko).
Salam. _/\_
menurut saya pandangan anda terkesan pasif dan pesimistis,
pencapaian spiritual seseorang seharusnya tidak membatasi perannya dalam kehidupan,
sebaliknya pencapaiannya tersebut seharusnya memberikan manfaat yang lebih baik kepada kehidupan,
kalau pencapaian tersebut hanya akan membatasi perannya dalam kehidupan,
maka pencapaiannya itu dapat dikatakan Kosong=tidak ada gunanya.
apa sih yang ingin dicapai kalau pencapaian tersebut tidak memberikan manfaat?
bila setiap orang hanya dapat duduk diam mengamati nafas saja sepanjang hidupnya,
maka akhir dari suatu peradaban sudah dapat dipastikan.
hahaha........
Memangnya ada tulisan saya yang menyatakan kita tinggal duduk berpangku tangan dan dunia akan berubah?
Tidak. Justru agama Buddha menekankan kebajikan, perbuatan bermanfaat bagi sesama. Jika ada yang hanya menikmati kesucian sendiri, dia bukanlah pejalan Mahayanist. Itu saja.
Semoga dipahami. Salam bahagia selalu. _/\_
apakah anda akan menjadi bikhu?
Bhikkhu atau bukan bhikkhu, selama bermanfaat bagi yang lain, seharusnya tidak banyak perbedaan.bhikku bisa full time n menjalankan winaya... sedangkan umat awam masih boleh melirik cewek, dst, dst...
Salam damai sentosa, semoga bahagia selalu. _/\_
bhikku bisa full time n menjalankan winaya... sedangkan umat awam masih boleh melirik cewek, dst, dst...
kalau dgn jurus belut, ya jawabnya 7 keliling..., begitu aja koq masih kagak taooo....
:P :P :P
lebih mudah memindahkan gunung dari pada merubah sifat manusia...
Bhikkhu tidak bisa mencari uang dan membangun vihara, panti asuhan, panti jompo dan sekolah untuk anak yang tidak mampu.
Bhikkhu juga tidak bisa partisipasi dalam pembangunan negara secara langsung seperti Jokowi dan Ahok.
Bhikkhu juga tidak bisa membantu korban bencana alam, banjir, kebakaran dan konflik-konflik sosial.
Bhikkhu juga tidak bisa membantu biaya pengobatan untuk anak yang terlahir tidak normal, cacat, prematur dan kurang gizi.
Bhikkhu juga banyak tertinggal dalam permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan orang banyak serta kelestarian hutan dan ekosistemnya.
Apa Bhikkhu ada yang terlibat langsung dalam penyelamatan satwa langka dan hutan lindung?
Banyak hal yang tidak bisa dilakukan bhikkhu, ketika mereka hanya fokus untuk pelatihan/pengembangan diri sendiri.
Banyak juga hal yang bisa dilakukan bhikkhu ketika mereka fokus untuk pengembangan diri sendiri dan juga makhluk lain.
Semua tergantung personal dan individunya.
Full time dalam hal apa, bisa dijelaskan?
Kaitan belajar vinaya dengan bermanfaat untuk sesama?
Diharapkan Anda tidak berkomunikasi dengan cara sarkasme, sinisme, satire atau kesesatan logika lainnya. Ini jika Anda punya moral dan juga nalar seorang Buddhist.
Hargai lawan bicara jika Anda ingin dihargai.
Tabiat manusia bisa diubah sejauh kebesaran hati menerima kenyataan. Jangan pesimis, Anda bisa.
Salam perubahan, semoga Saudara dapat lebih baik lagi di tahun 2013. Semoga berbahagia. _/\_
master belut : seharusnya tidak banyak perbedaan.maklum kita berada di thread KIIK.... sami mawon...
Jika yang Anda maksud yayasan atau bhikkhuni tertentu, komentar saya:
a. Yayasan/bhikkhuni tertentu hanya menyalurkan dana dari umat. Umat yang berpartisipasi dalam mengumpulkan dan mencari dana tersebut.
b. Tidak semua Buddhist mendukung apa yang yayasan dan bhikkhuni itu lakukan, dengan alasan sektarian dan lainnya.
Ternyata masih seperti dulu.
Semoga rekan Cumi berbahagia. Salam. _/\_
Bhikkhu tidak bisa mencari uangapakah Buddha menyarankan Bhikku nyari uang ? pikir dung... pakai otaknya... :P :P
cumi tidak tanya org lain, tapi ke master belut...
a. apakah yg tidak dapat dilakukan oleh ketua Tzu Chi, Master Cheng Yen (sebagai seorang Bhikkuni) ?
b. kalau master belut tidak mendukung apa alasannya, cumi tidak tanya umat Buddhist lainnya koq.
kalau menjadi Bhikku atau Bhikkuni tidak baik, trus kenapa Buddha Gautama melakukan hal tsb ? coba pikir dehh.... jangan membelut lagi.... :))
--------------
kapan master belut siap DIGUNDULIN ?
omongan buddha aja bisa dibantah apalagi anda.
pencapaian tahap bodohsatwa setara badut lsy
kayaknya tidak perlu gundul lagi
=))
(http://store.harryepstein.com/merchant2/graphics/00000002/turnerpropanekittu100k.jpg)
kapan master belut mau digundulin ? ;D ;D
Itu namanya cumi bukan mau gundulin tapi mau kremasi bro Sunya :)) :))
Ingat Panatipata bro... ;D
seandainya jadi digundulin... gw mau nyumbang MINI TOURCH...biar lebih cepat... :P :P :P
apakah Buddha menyarankan Bhikku nyari uang ? pikir dung... pakai otaknya... :P :P
kebetulan dapet dari FB :))
(http://img43.imageshack.us/img43/977/sunya.jpg) (http://imageshack.us/photo/my-images/43/sunya.jpg/)
Keduluan, baru mau post jg.... =)):)) :))
kebetulan dapet dari FB :))Kebetulan, tapi kok ada nicknya Mr Sunya? ;D
(http://img43.imageshack.us/img43/977/sunya.jpg) (http://imageshack.us/photo/my-images/43/sunya.jpg/)
Kebetulan, tapi kok ada nicknya Mr Sunya? ;DSunya disini kan maksudnya "kosong", bukan refer pada seseorang ;D
Sunya disini kan maksudnya "kosong", bukan refer pada seseorang ;D
Beda sunya dengan sunyata apa? ::)
Sunya = kosong (kata sifat)
Sunyata = kekosongan (kata benda)
Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata). :)) :))
Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata). :)) :))
Kedua-duanya pun tidak lepas dari sifat kekosongan (sunya). :)
Semoga berbahagia. _/\_
Ahhh, akhirnya master Sunya nongol lagi. ;D
Apa kabar, semoga Anda baik2 saja. _/\_
Alam DC memang bikin kangen bro.
;D
Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata). :)) :))
Ahhh, akhirnya master Sunya nongol lagi. ;D
Apa kabar, semoga Anda baik2 saja. _/\_
Malah jd pusing setelah baca.... ::)
smoga ada penjelasan yg ringkas dan simple...
simplenya adalah "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul
penjelasan yg ringkas dan simple dr "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Jgn muter2 :D
penjelasan yg ringkas dan simple dr "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Jgn muter2 :D
simplenya adalah "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul
Berarti "dompet kosong = dompet Isi,
Otak isi = otak kosong"
;D :))
simplenya adalah "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul
Kosong ________________________________ Isi
Ketika garis lurus dibuat menjadi Lingkaran (seperti cincin ataupun gelang karet) maka "kosong" dan "isi" bertemu menjadi satu bagian
_/\_
klo angpaonya KOSONG,...
wajah org tsb juga spt KOSONG....
klo angpaonya KOSONG,...
wajah org tsb juga spt KOSONG....
kalo angpaonya ISI
wajah orang tsb juga ber ISI, senyam senyum :)
ya itu quantum theory http://whatis.techtarget.com/definition/quantum-theoryQuantum Theory dari mana yah yang bilang atom itu kosong? Atau supaya tidak ngawur ke mana-mana, bisa coba definisikan 'kosong' yang disebutkan dalam Buddhisme dibandingkan dengan 'kosong' dalam fisika?
kosong=isi , isi = kosong
contoh tangan atau telapak tangan, coba lihat lebih jelas , apakah tangan itu,, enng inng eng, kita lihat pakai mikroskop, lho kok ada sel, ada atom, ...coba lihat lebih jelas lagi apa itu atom, ..wahhahahha sampai titik terkecil,,= kosong
tapi kosong itu sebenarnya isi = jalinan kosong itu membentuk tangan , kayak ngitu ..
mirip mirip quantum theory dan beserta cabang cabangnya
The two aspects of Buddhist philosophy that are relevant to observations at the quantum level are The Four Seals of Dharma and the Three Modes of Existential Dependence. These teachings were established centuries ago, long before modern physics evolved, and were derived from careful philosophical and meditational analysis of the world. However their description of quantum reality is remarkably accurate, as they predicted that:Lucu juga yah seolah-olah sains mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, padahal Buddhisme tidak pernah memberi prediksi ilmiah dalam bentuk apapun ke sains dan hanya bisa mengklaim telah menganut prinsip tersebut setelah sains mengungkapkannya. Lebih menyedihkan lagi pelintir-pelintir definisi untuk cocologi, hasilnya hanyalah umat yang "bersaddha tinggi" dan buta sains.
(1) Particles are not inherently existent. No particle is 'a thing in itself' with a self-contained identity. An inherently-existent particle would be indestructible, unitary and indivisible.
(2) Particles are not causeless.
(3) Particles are not partless, they do not exist as indivisible points.
(4) Particles are not 'permanent' in the sense of having a unchanging, static identity.
(5) Particles exist by interaction with the mind of an observer.
Quantum Theory dari mana yah yang bilang atom itu kosong? Atau supaya tidak ngawur ke mana-mana, bisa coba definisikan 'kosong' yang disebutkan dalam Buddhisme dibandingkan dengan 'kosong' dalam fisika?
============
ini hanya perumpamaan saja, tidak sampai mendetail , waktu membaca replaynya saya malah jadi kosong ;D
Lucu juga yah seolah-olah sains mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, padahal Buddhisme tidak pernah memberi prediksi ilmiah dalam bentuk apapun ke sains dan hanya bisa mengklaim telah menganut prinsip tersebut setelah sains mengungkapkannya. Lebih menyedihkan lagi pelintir-pelintir definisi untuk cocologi, hasilnya hanyalah umat yang "bersaddha tinggi" dan buta sains.
asli, saya kosong membaca replaynya,, , saya baca replaynya asli blank,,, saddha tinggi = itu apa ?,Kosong? Jadinya isi dong? 'kan kosong adalah isi ;D
iya, betul boss, sains itu lucu , berani sekali dia mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, ( tapi ane enggak lihat itu kebenarannya sampai sekarang walaupun dari tk , sd, smp di jejalin pelajaran buddhist tiap hari.. boleh beda pendapat boss ? malah kebenarannya kadang masuknya lewat hal lain, misalnya baca sains, electronik , lagi santai, lagi denger music, lagi nyapu, lagi ngepelMaaf mengecewakan, sains tidak pernah bawa-bawa Buddhisme karena berbeda ranah, tapi dari oknum Buddhis saja yang suka parasit dari kemajuan sains. Seperti di sini anda bawa-bawa quantum mechanic.
entar boss bisa jantungan, BERANI SEKALI YANG LAGI NGEPEL KONFIRMASI BUDDHIST YANG NYATA SUDAH BENAR !!
waktu ane belajar di sd sariputra dulu, katanya jangan percaya apapun yang di katakan orang, walaupun di katakan oleh buddha sendiri,, ya kayak ngitu kalimatnya ,, persis nya saya lupaYang dikatakan Buddha itu jangan percaya HANYA KARENA dengar-dengar, tradisi, ditulis kitab, dikatakan guru, dan seterusnya, namun percaya karena kita tahu itu bermanfaat atau tidak bermanfaat, dan seterusnya. Tidak perlu bawa-bawa nama SD anda, walaupun sekarang sudah tidak ada. Saya khawatir anda akan mencemarkan namanya.
iyee, lupa persis susunan titik kalimatnya kayak gimana , ane mesti cari pelajaran buku sd dulu
gaya bahasa vicky ane enggak paham, bisa pake bahasa yang agak membumi dikit ?Dari tingkat kecerdasan yang anda tunjukkan dan akurasi anda dalam mendiagnosa gaya bahasa saya sebagai gaya bahasa Vicky, saya agak ragu ada gaya bahasa yang mampu anda pahami. Mungkin alih-alih gaya bahasa saya disederhanakan, mungkin kemampuan berbahasa anda yang perlu ditingkatkan.
ane enggak liat ada tulisan adu debat di forum ini,, ente buddhist bukan ? cara ente replay emang begitu typicalnya ?Perlu sampai posting 3x? Segitu emosinya yah? :))
wow, sadar enggak ini orang,,, hehhhee, merembet kemana mana lagi topiknya , yang menurut aku sensitif untuk di reply,
jangan kebanyakan meditasi boss, grounding itu perlu juga, kalau enggak kayak di awang awang begitu ,
_/\_Sebenarnya frasa 'kosong=isi' asalnya bukan dari sutra, tapi dari serial 'Kera Sakti'. Lucu sekali umat2 yang kebingungan malah bilang itu seolah-olah sakral, bukan untuk puthujjana. Mungkin maksudnya khusus Ti Pat Kay?
Semoga Energi panas bagai Mentari terbit dipagi hari segera menyemarakan forum yang sudah lama dingin sepi ini,,,Segala pertentangan bisa juga menjadi titik awal kemajuan,,,,
Topik isi = kosong belum pas sekali dibahas kita yang masih puthujjana,,,( cerita orang buta dari lahir yang mencoba menganalisa bentuk seekor gajah menurut pemahaman masing2) ,,kita hanya bisa menyimpulkankan sepotong potong bagian dari kebenaran,bukan kebenaran yang utuh.
" kosong=isi ' adalah statement dari Individu yang sudah tercerahkan dijadikan renungan latihan sehingga murid yang
berlatih dituntun menuju kebenaran mutlak..
The two aspects of Buddhist philosophy that are relevant to observations at the quantum level are The Four Seals of Dharma and the Three Modes of Existential Dependence. These teachings were established centuries ago, long before modern physics evolved, and were derived from careful philosophical and meditational analysis of the world. However their description of quantum reality is remarkably accurate, as they predicted that:
(1) Particles are not inherently existent. No particle is 'a thing in itself' with a self-contained identity. An inherently-existent particle would be indestructible, unitary and indivisible.
(2) Particles are not causeless.
(3) Particles are not partless, they do not exist as indivisible points.
(4) Particles are not 'permanent' in the sense of having a unchanging, static identity.
(5) Particles exist by interaction with the mind of an observer.
Topik ini saya buat untuk menyoroti kalimat "kosong = isi, isi = kosong", yang menjadi perdebatan di thread sebelumnya: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.new.html#new
Sekedar saran dari saya sebagai pembuat topik, ada baiknya bila ingin memberikan pendapat/pandangan, sanggahan, dlsb, agar ditunjang/dilandasi dengan pengetahuan (prajna/wisdom) dari meditasi (khususnya vipassana). Karena bila membahas sesuatu berkenaan dengan kebenaran, terutama yang sulit dijangkau oleh intelektual, maka samadhi menjadi jalan keluar yang baik (menurut saya).
Bila hanya menggunakan intelektual, dikhawatirkan terdapat banyak batasan; dari pengalaman tiap makhluk yang subyektif, tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda, ego (LDM) yang setiap saat bisa mempengaruhi pandangan (delusi), dan banyak faktor-faktor mental non-konstruktif lainnya yang berpengaruh terhadap pencarian dari kebenaran itu sendiri.
Baiklah, tanpa panjang lebar lagi, mari langsung masuk pada pembahasan, "kosong = isi, isi = kosong".
Terlepas apakah kalimat ini valid atau tidak, secara historis diakui/tidak, kejelasan sumber literatur, dsb...
Saya hanya akan membahas dari perspektif Sunyata (dalam korelasinya dengan thread sebelumnya).
Jadi topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.
Mari langsung pada makna tulisan ini: "kosong = isi, isi = kosong". Apakah maksud tulisan itu ditinjau dari pemahaman (khususnya penembusan/realisasi) Sunyata?
Saya akan lanjutkan di postingan berikutnya.