//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?  (Read 55513 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #30 on: 14 February 2013, 03:14:29 PM »

Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma, bukan substansial menurut saya. Misalnya membunuh disebut perbuatan buruk. Jika seorang Bodhisattva membunuh demi menyelamatkan yang dibunuh maka upaya-Nya termasuk perbuatan buruk, sebab membunuh itu salah, tidak sesuai sila, melanggar ajaran, dsb. Jika hanya ini tolok ukurnya, tentu saja terlalu sempit cara pandangnya. :)

Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.  _/\_

agak kacau pembahasan nih, sebentar bicara sammuti-sacca (kebenaran konvensional), sebentar lagi pindah ke paramatha-sacca (kebenaran absolut)

Back to topik, Bro:
~ Apakah perbuatan seorang ibu yg membakar diri sendiri dan anak2nya, yg dimotivasi agar anak2nya tidak kelaparan dan menanggung malu adalah kusala kamma ataukah akusala kamma

Ini aj dulu, baru kita melebar ke non-dualitas

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #31 on: 14 February 2013, 03:28:29 PM »
Jika Anda ingat, saya pernah menulis lewat PM bahwa perbuatan salah dan benar ini bersifat dogma, atau kebenaran konvensional, bukan absolut (mutlak).

Sejak awal kita memang membahas secara kebenaran konseptual.
Jangan dicampur adukkan diskusi sammuti sacca dan diskusi paramatha sacca
Bahasanya berbeda

Quote
Jika bicara dalam tahap lebih tinggi (seperti Anda sebut, bahwa melihat sesuatu harus momen ke momen, bukan parsial ataupun dicampur aduk), maka sebenarnya suatu saat Anda akan paham, maksud dari netral itu adalah non-justifikasi, tidak terikat dualitas konvensional. Ini semua nanti mengerucut pada ajaran Buddha, Anda jangan khawatir (seolah saya mau membawa Anda jauh ke pemahaman Non-Buddhisme). Semua ini kaitannya dengan perbuatan dan cara pandang Buddha dan Arahat, melihat sesuatu apa adanya, netral, dan melakukan perbuatan tanpa tendensi apa-apa (hanya perbuatan saja; kiriya), serta juga kondisi spiritual saat Vipassana-Bhavana, yakni: Hanya mengamati (tidak menghakimi, tidak terikat, tidak memberi nama). Semua hanya proses dari saling-keterkaitan. Apa yang mau dilabeli sebagai jahat dan baik? :)

Untuk membahas kebenaran absolut, melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, kekosongan, tiada penilaian mungkin lebih baik di thread lain

Bahasanya beda Bro, kita sedang membahas hal2 yg konvensional

Quote
Sesungguhnya saya (maaf) agak prihatin.

ya, sebentar bahas kamma, sebentar bahas non-dualitas.. tentu saja bingung dan jadi prihatin

Quote
Di forum kepercayaan (agama) lain, istilah non-dualitas ini cukup sering digunakan, dan cukup populer di kalangan para spiritualis yang sudah menempuh perjalanan spiritual taraf tertentu (jika tidak ingin disebut tinggi, khawatir disebut penilaian saya belaka). Mereka yang disegani dalam forum agama lain ini, banyak bicara cara pandang netral dan tidak terikat konsep konvensional ini.

Banyak orang yg paham konsep non-dualitas, tapi mereka paham juga mana yg benar dan mana yg salah.. jangan tercampur aduk

Quote
Saya tadinya berpikir, jika agama Buddha mengajarkan Kemutlakan, dan ini satu-satunya keunggulan ajaran Buddha, idealnya tentu penganutnya sangat memperhatikan cara pandang spiritual Non-Duality View ini. Terlebih di agama Buddha sudah jelas ada Vipassana. Kalau ini masih juga luput dari perhatian, sungguh disayangkan.

Jadi, hasil Vipassana adalah melihat bahwa perbuatan ibu membakar anak2nya adalah kosong belaka, perbuatan yg netral?


::
« Last Edit: 14 February 2013, 03:31:13 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #32 on: 14 February 2013, 03:38:10 PM »
Anda keliru (2 hal):
1. Saya justru yang sering mengingatkan murid-murid saya untuk bisa membedakan antara kebenaran mutlak dan kondisional. Sebagai informasi, saya masih beraktivitas seperti manusia lain dan saya juga mengalami kurang lebih apa yang Anda dan manusia lain alami (masalah kehidupan, ekonomi, sosial, keluarga, dsb).

Kalau boleh tau, Bro Sunya membuka pendidikan apakah?
Apakah Guru meditasi atau apa?

Quote
2. Anda keliru memahami konsep kosong. Ini sudah sering diajarkan dalam Buddhisme Mahayana, bahwa kosong itu berpotensi salah pengertian, bahwa kita bebas berbuat apa saja. Ini semacam peringatan yang sering dilontarkan di buku-buku maupun ceramah-ceramah dan diskusi. Mirip seperti konsep nibbana yang sering disalahpahami sebagai ketiadaan (nihilisme), konsep kosong ini juga sering disosialisasikan karena rawan salah pengertian.

Bro Sunya sendiri yg menulis bahwa perbuatan2 adalah netral, termasuk perbuatan ibu yg membakar anaknya... alasannya: sunyata

(Oh ya, bukankah Sunyata tertulis juga di kitab2? berarti Bro sendiri dogmatis juga?)

Quote
Tentang netral yang saya jelaskan sudah Anda pahami atau belum? Kalau sepertinya sulit diterima (bukan sulit paham, saya yakin itu) akan lebih sulit mengerti konsep kosong dalam pandangan Mahayana (Emptiness/Kekosongan/Sunyata).

Oke, selamat belajar dan semoga mencapai apa yang dicita-citakan. Salam.  _/\_

Perbuatan Netral yg saya pahami adalah perbuatan yg tidak dilandasi cetana LDM sehingga tidak berakibat apapun, benar?

Atau adakah penjelasan lain: 'Perbuatan Netral'?

::
« Last Edit: 14 February 2013, 03:45:09 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #33 on: 14 February 2013, 04:04:23 PM »
Pernyataan Bro Sunya: Masing2 kamma memiliki hasil

Bisa saya artikan bahwa masing2 perbuatan adalah kamma masing2, memiliki motivasi yg mulia adalah kamma-baik dalam bentuk pikiran dan membakar anak adalah kamma-buruk dalam bentuk pikiran dan perbuatan.

Mana yg dominan, kita nggak tau, tapi logikanya 'pikiran yg diikuti dengan perbuatan' mempunyai kamma yg lebih kuat ketimbang hanya berpikir2 saja, sehingganya perlakuan si Ibu yg membakar anaknya menelorkan kamma-buruk yg lebih dominan ketimbang motivasi mulianya.

Benar begitu?

Puthujjana adalah orang yg belum mencapai tingkat kesucian, termasuk di dalamnya umat beragama dan atheist.
Sehingga Bro tidak bisa menggeneralisasi semua puthujjana mendapatkan moralitas mereka dari dogma agama.

Sy pikir tidak ada bedanya puthujjana dan Bro Sunya... kita semua belajar dari buku2, belajar dari pengalaman dan bisa memisahkan mana yg baik dan mana yg buruk... tidak melulu dogmatis kan?

Dari apa yg saya baca, benar begitu

Awalnya diskusi, materinya adalah: apakah kamma baik/buruk tergantung motivasi saja (perbuatan dianggap netral) ataukah motivasi dan perbuatan sama2 melahirkan kamma masing2...

Bukan hanya saya yg berbicara baik-buruk, bro dan saya, awalnya kita sama2 tidak mempermasalahkan baik-buruk, yg kita bahas adalah dimana peranan kamma: apakah di motivasi doang ataukah motivasi dan perbuatan dua2nya berperan.

Sebaiknya kita fokus soal itu dulu

Mengenai dualitas dan non-dualitas, itu cerita lain dan bisa dibuka thread tersendiri

::

Saya sudah menjelaskan, konsep karma yang sesungguhnya hanya rangkaian sebab akibat. Jika Anda memberi label baik dan buruk (dari referensi manapun) itu adalah hak Anda.

Untuk koreksi definisi Puthujjana terima kasih. Tapi untuk mengeneralisasi bahwa saya dan Anda sama-sama Puthujjana, belajar dari buku, pengalaman, dsb... mungkin saya kira agak terburu-buru (kalau tidak mau disebut lancang). Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan, apalagi hanya kata-kata di dunia maya. Saya (khususnya yang saya tulis disini) tidak belajar dari buku, pengalaman hidup, dsb... saya lebih cenderung menggunakan pendekatan spiritual (praktek). Kalau hanya teoritis (maaf kalau menyindir), di forum ini banyak, ahli kitab dan sutta banyak, tapi minim penembusan langsung (praktek).

Tentang peranan motivasi dan perbuatan, tentu keduanya berperan. Sudah saya jelaskan di halaman pertama, bahwa dalam aktivitas bodhisattva, niat yang kuat itu diperlukan, untuk memaksimalkan hasil dan mengurangi dampak. Contohnya: Seorang Bodhisattva membunuh perampok yang akan menghabisi korbannya, tentu niat/motivasi Bodhisattva harus bersih, lurus dan kuat. Jika salah sedikit, tentu neraka adalah konsekuensinya. Maka itu di aliran lebih spesifik lagi (Tantrayana) disebutkan bila seorang praktisi Tantra salah melangkah, neraka avicci taruhannya. Ini adalah ungkapan singkat untuk niat yang kurang lurus tersebut. High risk high gain, low risk low gain - ini istilah lebih membumi dan dipahami banyak orang. Nah, bila belum sanggup paham maupun belum lurus dalam niat, tentu jalan teraman ikuti aliran paling dasar, yakni yang sifatnya masih konvensional dan cenderung dualitas (baik-buruk, benar-salah, melanggar tidak melanggar, dst). Ini tidak salah, hanya beda jalur saja.

Motivasi dominan berperan, sebab pikiran adalah pelopor. Andai orang kurang waras membunuh, dengan pembunuh dengan dendam yang membara... walau tindakannya sama-sama membunuh menggunakan pisau dapur, dengan 20 tusukan, dengan gaya membunuh serta tempat dan waktu yang hampir persis sama... tentu lebih berat karma vipaka pembunuh(an) dengan dendam membara.

Saya kira sudah jelas.

Mengenai dualitas dan non-dualitas, ini adalah jawaban saya atas sumber/referensi perbuatan buruk dan baik yang bersumber dari doktrin/dogma. Saya mengatakan itu pandangan dualitas, dan ada tahapan lebih tinggi yakni non-dualitas, itu saja.

Semoga bisa memberi manfaat. Salam dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #34 on: 14 February 2013, 04:13:17 PM »
agak kacau pembahasan nih, sebentar bicara sammuti-sacca (kebenaran konvensional), sebentar lagi pindah ke paramatha-sacca (kebenaran absolut)

Back to topik, Bro:
~ Apakah perbuatan seorang ibu yg membakar diri sendiri dan anak2nya, yg dimotivasi agar anak2nya tidak kelaparan dan menanggung malu adalah kusala kamma ataukah akusala kamma

Ini aj dulu, baru kita melebar ke non-dualitas

::

Sudut pandang. Anda bertanya, saya mengajukan pilihan: Anda mau melihat secara konvensional atau mutlak (hakiki)?

Kalau konvensional, jawabannya sudah Anda miliki. Di agama lain juga seperti ini (saya mantan penganut monoteistik), di taraf umat awam mereka selalu bertanya ini salah atau benar, melanggar hukum agama atau tidak, dsb. Pada taraf mulai mahir (advanced), mereka menyadari bahwa tiada segala sesuatu yang mutlak, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Di ajaran Buddha sendiri, ada 4 hal yang tidak terpikirkan oleh pikiran makhluk awam, diantaranya: Akibat/buah dari sebuah perbuatan (sebab banyak kompleksitas yang terjadi, ada akumulasi, ada ahosi, pupus habis, dsb).

Oke, semoga dimengerti. Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #35 on: 14 February 2013, 04:38:06 PM »
Sejak awal kita memang membahas secara kebenaran konseptual.
Jangan dicampur adukkan diskusi sammuti sacca dan diskusi paramatha sacca
Bahasanya berbeda

Untuk membahas kebenaran absolut, melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, kekosongan, tiada penilaian mungkin lebih baik di thread lain

Bahasanya beda Bro, kita sedang membahas hal2 yg konvensional

ya, sebentar bahas kamma, sebentar bahas non-dualitas.. tentu saja bingung dan jadi prihatin

Banyak orang yg paham konsep non-dualitas, tapi mereka paham juga mana yg benar dan mana yg salah.. jangan tercampur aduk

Jadi, hasil Vipassana adalah melihat bahwa perbuatan ibu membakar anak2nya adalah kosong belaka, perbuatan yg netral?


::

Saya prihatin karena banyak umat Buddha tidak mampu melihat secara non-dualitas. Itu saja.

Kalau berputar di perbuatan salah dan benar itu orang awam juga sangat mudah tahu dan mempelajarinya (tinggal buka kitab, hafalkan mana yang baik dan buruk, lalu lakukan/praktekkan). Tapi jika bicara pandangan yang lebih tinggi (bersifat mutlak/hakiki), semua itu akan jadi kebenaran konvensional saja. Mungkin Anda sulit terima, tidak apa-apa. Saya sulit menjelaskan sesuatu yang tidak dialami sendiri oleh orang yang bersangkutan, kecuali ada jalan/usaha yang ditempuh untuk mencapai pemahaman tersebut.

Semua perbuatan itu dinilai dari situasi dan kondisi, bukan langsung vonis perbuatan ini salah atau benar. Konsep kosong dan pengertian netral juga sudah saya berikan penjelasannya. Jika masih diterjemahkan sebagai "bebas berbuat apa saja", "semua tidak ada artinya", "absurd", itu adalah pengertian/pemahaman Anda sendiri. Semoga terhindar dari pengertian yang salah.

Mohon koreksi dan petunjuknya. Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #36 on: 14 February 2013, 05:03:04 PM »
Kalau boleh tau, Bro Sunya membuka pendidikan apakah?
Apakah Guru meditasi atau apa?

Bro Sunya sendiri yg menulis bahwa perbuatan2 adalah netral, termasuk perbuatan ibu yg membakar anaknya... alasannya: sunyata

(Oh ya, bukankah Sunyata tertulis juga di kitab2? berarti Bro sendiri dogmatis juga?)

Perbuatan Netral yg saya pahami adalah perbuatan yg tidak dilandasi cetana LDM sehingga tidak berakibat apapun, benar?

Atau adakah penjelasan lain: 'Perbuatan Netral'?

::

Saya tidak membuka pendidikan apa-apa, hanya sekumpulan orang yang ingin belajar dari saya dan menyatakan ingin menjadi murid saya.
Meditasi salah satu pelajaran yang saya berikan juga, intinya pengembangan spiritual ke arah yang lebih baik.

Netral itu Anda artikan sebagai apa? Sudah saya jelaskan pengertiannya, tapi Anda tetap menggenggam pandangan Anda sendiri. Yang Anda yakini di atas itu keliru, sudah saya tulis bahwa ini sering dijadikan peringatan kepada para pembelajar Mahayana, tapi Anda tetap mengasosiasikan netral dan kosong seperti itu (seolah bebas berbuat apa saja, tak ada dampak lanjutannya). Ini seperti orang baru belajar spiritual, mana benar dan salah saja masih sulit membedakan, bagaimana mau meningkat ke tahap yang lebih tinggi (hakikat/mutlak)?

Netral itu adalah kesimpulan yang kita dapat setelah mengamati secara keseluruhan, bahwa sebuah tindakan itu lahir dari sebab-sebab yang lalu, bukan semata karena keputusan salah (sang Ibu) dalam hal ini. Kalau kita sebut Ibu itu tidak bijaksana, lebih tidak bijaksana lagi kita, sebab tidak melihat (mengabaikan) sebab-sebab lalu yang mengkondisikan peristiwa tersebut.

Kita sebagai manusia yang berakal-budi, tentu mengharapkan sosok Ibu itu ideal; sayang anak, penuh pengertian, penuh kebijaksanaan dan pengetahuan, dsb.

Celakanya, standar tersebut kita sematkan juga pada sang Ibu dalam kasus bakar anak tersebut. Kita tidak mempertimbangkan bagaimana pendidikan dan masa kecil sang Ibu, apakah memungkinkan beliau untuk mengerti dan memahami konsekuensi perbuatannya atau tidak, punya karakter cukup kuat untuk menghadapi masalah hidup atau tidak, dsb...

Terus terang saya pernah bahkan beberapa kali menghadapi kasus sulit seperti ini, walau tidak seekstrim kasus di atas. Kesimpulan saya, banyak hal yang kita kira bisa kita ubah jika saja "begini begitu" (jika ia paham dharma, jika dia berpengetahuan, jika dia... dlsb), tapi kembali lagi itu cuma harapan saja. Kenyataannya, kondisi keluarganya tidak memungkinkan ia untuk bahkan mengerti apa yang dia perbuat.

Mungkin penjelasan di atas terlalu rumit dan sulit Anda pahami. Coba ambil contoh kecil saja:
Jika Anda melihat sebuah batu melayang ke arah sebuah kaca mobil, apa reaksi Anda pertama?

Reaksi yang sangat mungkin: "Wah, siapa yang begitu kurang berpengetahuan melempar batu sebesar bola golf ini ke arah kaca mobil?"

Namun, setelah Anda memutar kepala dan melihat darimana arah batu tersebut, yang ternyata berasal dari seorang anak balita (kebetulan keponakan saya juga cukup hiperaktif dan bisa melakukan perbuatan seperti ini) maka perasaan kaget campur jengkel Anda seketika itu juga sirna... "Oh, hanya anak kecil... Wajar..."

Begitu juga, dalam kasus Ibu atau Hitler tersebut, yang kita lihat hanyalah kondisi yang tidak memungkinkan ia untuk berpikir lebih dalam... dan hasil dari akumulasi semua kondisi tersebut, adalah "bakar anak". Maka secara matematis, jika memang elemennya ada 1+2-1+5, maka secara pasti hasilnya sudah tentu 7. Ini yang saya sebut netral, setelah mengamati semua kondisi pendukung, maka perbuatan itu sendiri tidak merupakan kesalahan siapa-siapa (apalagi kesalahan si Ibu belaka), melainkan akumulasi dari semua sebab-sebab lalu dan kondisi pendukung. Jangan lupa, tetangga dan keluarga yang apatis juga turut menyumbang peran atas peristiwa itu untuk terjadi (ini banyak saya lihat di forum-forum berita, sifat introspektif dari elemen masyarakat, daripada sekedar menjatuhkan vonis bahwa ini salah mutlak Ibunya, sebab kurang bijaksana, dlsb).

Sudah jelas?

Ini penjelasan terakhir saya (terkait topik netral dan Ibu bakar anak). Jika masih belum mengerti juga, mungkin memang saya kurang mahir menjelaskan (untuk ini mohon dimaafkan sebesar-besarnya).

Salam sukses dalam dharma, semoga berbahagia. _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #37 on: 14 February 2013, 05:03:47 PM »
Saya sudah menjelaskan, konsep karma yang sesungguhnya hanya rangkaian sebab akibat. Jika Anda memberi label baik dan buruk (dari referensi manapun) itu adalah hak Anda.

Oh, ada defenisi koreksi baru untuk  kamma: "hanya rangkaian sebab-akibat, tidak ada kusala dan akusala kamma"
Anda menerima konsep kamma, konsep sebab-akibat, namun tidak menerima konsep ada kamma yg bermanfaat dan ada kamma yg merugikan

Quote
Untuk koreksi definisi Puthujjana terima kasih. Tapi untuk mengeneralisasi bahwa saya dan Anda sama-sama Puthujjana, belajar dari buku, pengalaman, dsb... mungkin saya kira agak terburu-buru (kalau tidak mau disebut lancang).

Anda kan yg pertama menulis bahwa para puthujjana hanya mengetahui baik-buruk secara dogmatis semata, sementara anda 'beda'.. anda melihat segala sesuatu sebagaimana adanya

Reply #27
Quote
Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma ..cut...
....Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.

Saya hanya mencoba mengemukakan bahwa prasangka anda bisa saja salah, bahwa pandangan mereka ternyata cocok dengan kitab, bukan berarti mereka dogmatis.. juga mencoba menyadarkan anda dengan kemungkinan bisa saja anda masih puthujjana seperti yg lain disini... coba renungkan baik2 dulu..

Quote
Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan, apalagi hanya kata-kata di dunia maya.

Dan kenapa anda bisa menilai saya (dan yg lainnya) sebagai orang dogmatis, kan anda dan sy hanya terkoneksi dengan kata2 di dunia maya saja?

Quote
Saya (khususnya yang saya tulis disini) tidak belajar dari buku, pengalaman hidup, dsb... saya lebih cenderung menggunakan pendekatan spiritual (praktek). Kalau hanya teoritis (maaf kalau menyindir), di forum ini banyak, ahli kitab dan sutta banyak, tapi minim penembusan langsung (praktek).

Dari mana anda bisa menilai bahwa yg lain2 disini hanya teoritis?
Apakah krn kata2 mereka sesuai dengan kitab, sehingga dijustifikasi sebagai teoritis?

Dan untuk tampil non-teoritis harus berbeda dari kitab, begitu?

Ukuran penilaian anda sangat lucu

Quote
Tentang peranan motivasi dan perbuatan, tentu keduanya berperan. Sudah saya jelaskan di halaman pertama, bahwa dalam aktivitas bodhisattva, niat yang kuat itu diperlukan, untuk memaksimalkan hasil dan mengurangi dampak. Contohnya: Seorang Bodhisattva membunuh perampok yang akan menghabisi korbannya, tentu niat/motivasi Bodhisattva harus bersih, lurus dan kuat. Jika salah sedikit, tentu neraka adalah konsekuensinya. Maka itu di aliran lebih spesifik lagi (Tantrayana) disebutkan bila seorang praktisi Tantra salah melangkah, neraka avicci taruhannya. Ini adalah ungkapan singkat untuk niat yang kurang lurus tersebut. High risk high gain, low risk low gain - ini istilah lebih membumi dan dipahami banyak orang. Nah, bila belum sanggup paham maupun belum lurus dalam niat, tentu jalan teraman ikuti aliran paling dasar, yakni yang sifatnya masih konvensional dan cenderung dualitas (baik-buruk, benar-salah, melanggar tidak melanggar, dst). Ini tidak salah, hanya beda jalur saja.

Tidak hanya boddhisatva, manusia biasa juga harus mempunyai niat yg lurus dan kuat <--- anda kelihatan menghindari menggunakan kata baik-buruk, anda menggantikan dengan kata lurus/tidak lurus  :))

Gpp Bro, yg sy maksud dengan baik-buruk itu sama dengan yg anda maksud lurus/tidak lurus
Hanya beda kata2 diranah konsep, samalah kita bro: anda ternyata juga masih dualitas: lurus-tidak lurus  ;D

Quote
Motivasi dominan berperan, sebab pikiran adalah pelopor. Andai orang kurang waras membunuh, dengan pembunuh dengan dendam yang membara... walau tindakannya sama-sama membunuh menggunakan pisau dapur, dengan 20 tusukan, dengan gaya membunuh serta tempat dan waktu yang hampir persis sama... tentu lebih berat karma vipaka pembunuh(an) dengan dendam membara.

Betul..
Dan si Dendam-Membara melakukan pembunuhan ini, menimbulkan kamma apa Bro?
Kamma tidak-lurus 'kan?  :P

Quote
Saya kira sudah jelas.

Mengenai dualitas dan non-dualitas, ini adalah jawaban saya atas sumber/referensi perbuatan buruk dan baik yang bersumber dari doktrin/dogma. Saya mengatakan itu pandangan dualitas, dan ada tahapan lebih tinggi yakni non-dualitas, itu saja.

Ok, setuju
Baik-Buruk: adalah dualitas
Bagaimana dengan istilah anda: lurus-tidak lurus? Dualitas juga bukan?
Sama dong kita

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #38 on: 14 February 2013, 05:07:11 PM »
Sudut pandang. Anda bertanya, saya mengajukan pilihan: Anda mau melihat secara konvensional atau mutlak (hakiki)?

Kalau konvensional, jawabannya sudah Anda miliki. Di agama lain juga seperti ini (saya mantan penganut monoteistik), di taraf umat awam mereka selalu bertanya ini salah atau benar, melanggar hukum agama atau tidak, dsb. Pada taraf mulai mahir (advanced), mereka menyadari bahwa tiada segala sesuatu yang mutlak, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Di ajaran Buddha sendiri, ada 4 hal yang tidak terpikirkan oleh pikiran makhluk awam, diantaranya: Akibat/buah dari sebuah perbuatan (sebab banyak kompleksitas yang terjadi, ada akumulasi, ada ahosi, pupus habis, dsb).

Oke, semoga dimengerti. Salam.  _/\_

Semua yg anda tulis itu, saya mengerti, ada di kitab dan dogmatis juga tentunya menurut anda.. gpp

Yg tidak sy mengerti bagaimana anda menilai perbuatan ibu yg membakar anaknya adalah perbuatan netral? BAhkan jika motivasi si Ibu mulia, maka akan menjadi perbuatan yg mulia?  :hammer:



::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #39 on: 14 February 2013, 05:12:39 PM »
pertunjukan komedi terbaru =)) =)) =))

dualitas vs non dualitas =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #40 on: 14 February 2013, 07:13:55 PM »
niat, persiapan, pengetahuan, keahlian...


niat saja belum cukup... :'( :'( :'(
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #41 on: 14 February 2013, 07:14:54 PM »
Hm, sebenarnya ini masih terlalu jauh untuk dikaitkan dengan upaya kausalya. Tapi berhubung terus disinggung-singgung dari awal, baiklah saya beri tanggapan (pandangan saya) sedikit.

Itu pendapat anda, Sdr. Sunya. Pendapat anda ini tidak memiliki dasar yang kuat karena tidak memiliki patokan yang jelas dalam mengukur jauh atau dekat pengertian Upaya Kausalya. Sedangkan saya bertolak ukur pada etimologi yang bersifat netral, tidak memihak aliran atau agama manapun karena sifat bahasa adalah umum untuk siapa saja yang menggunakannya. Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.


Quote
Perbuatan buruk itu apa? Boleh didefinisikan? Nanti akan dibahas dahulu sebelum jauh ke upaya kausalya.

Secara panjang mungkin sudah disampaikan oleh Sdr. Ariyakumara. Singkatnya (inti sari dari sutta dan sutra yang pernah saya baca). Perbuatan buruk adalah perbuatan yang berdasarkan pada Niat yang bersekutu dengan salah satu /dua/ ketiganya dari 3 akar kejahatan (lobha, dosa, moha), yang sekarang/nantinya tidak bemanfaat (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nantinya merugikan (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nanti tidak membahagiakan, untuk diri sendiri, pihak lain, maupun keduanya. Pengertian ini tidak bisa dipisahkan sendiri-sendiri.

Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.

Quote
Kalau yang saya tahu tentang pandangan Anda terhadap Upaya Kausalya (yang saya beri warna merah), setahu saya upaya seorang Bodhisattva harus menguntungkan makhluk manapun. Kalau merugikan satu pihak, tentu bukan upaya cerdas namanya (bukan Upaya Kausalya lagi namanya).

Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma, bukan substansial menurut saya. Misalnya membunuh disebut perbuatan buruk. Jika seorang Bodhisattva membunuh demi menyelamatkan yang dibunuh maka upaya-Nya termasuk perbuatan buruk, sebab membunuh itu salah, tidak sesuai sila, melanggar ajaran, dsb. Jika hanya ini tolok ukurnya, tentu saja terlalu sempit cara pandangnya. :)

Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.  _/\_

Adalah keliru jika kita meremehkan Sila dengan menganggapnya hanya sebatas dogma. Sila adalah bagian kecil dari Dharma, Kebenaran. Sila adalah perbuatan yang sepantasnya memang dilakukan dalam kehidupan jika menginginkan kehidupan yang baik. Jika tidak dilakukan konsekuensinya adalah kehidupan yang tidak baik. Ini sudah hukumnya, aturan mainnya. Sangat disayangkan jika kita mengaku sebagai umat Buddha ternyata menganggap Sila hanya sebagai dogma yang berkesan ajaran yang dapat dibuat-buat, bisa di on-off- kan.

Kesempitan berpikir terjadi ketika kita tidak bisa membedakan mana yang merupakan bentuk Pelatihan Sila dengan Sila itu sendiri. Pelatihan Sila memungkinkan seseorang alfa melakukannya dengan berbagai alasan, namun Sila sebagai Hukum Dharma tidak berhenti karenanya. Sila akan tetap berjalan/berlaku dan menimbulkan dampak.

Dalam Maha Upaya Kausalya Sutra dikisahkan Bodhisattva membunuh 500 orang (jelas Ia mendahuluinya dengan NIAT membunuh), ini penyimpangan dari Sila dan tetap akhirnya Ia dilahirkan di neraka. Namun karena ada niat lain yaitu niat baik untuk menolong, maka Ia mendapatkan diskon masa waktu beberapa kalpa. Jadi masing-masing Niat akan memunculkan dampaknya, tidak peduli Niat mana yang muncul duluan.

Dengan ketebatasan pengetahuan saya, setahu saya, semua “Upaya Kausalya” yang dikaitkan dengan membunuh karena belas kasihan hanya ada dalam masa Pelatihan seorang Bodhisattva. Ini berarti “Upaya Kausalya” yang dimaksud di sini adalah hanya usaha terampil (bukan usaha yang baik) menyelesaikan masalah sesuai dengan keterampilan seorang Bodhisattva yang belum untuk sempurna. Seorang Buddha tidak akan melakukan pembunuhan dengan alasan belas kasih, karena Ia sudah tidak lagi dalam Pelatihan Sila bahkan Ia sendiri bisa dikatakan sebagai “Sila Yang Hidup”. 

Kuncinya adalah melihat apa adanya Hukum Karma sebagaimana mestinya, Niat buruk akan mengakibatkan keburukan, niat baik akan mengakibatkan kebaikan. Pahami hal ini dengan jelas dan benar tanpa didasari oleh kekhawatiran, ketakutan akan menerima hal yang buruk, sehingga justru memunculkan sikap pembenaran sesuatu yang tidak benar.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #42 on: 14 February 2013, 07:58:03 PM »
Oh, ada defenisi koreksi baru untuk  kamma: "hanya rangkaian sebab-akibat, tidak ada kusala dan akusala kamma"
Anda menerima konsep kamma, konsep sebab-akibat, namun tidak menerima konsep ada kamma yg bermanfaat dan ada kamma yg merugikan

Anda kan yg pertama menulis bahwa para puthujjana hanya mengetahui baik-buruk secara dogmatis semata, sementara anda 'beda'.. anda melihat segala sesuatu sebagaimana adanya

Reply #27
Saya hanya mencoba mengemukakan bahwa prasangka anda bisa saja salah, bahwa pandangan mereka ternyata cocok dengan kitab, bukan berarti mereka dogmatis.. juga mencoba menyadarkan anda dengan kemungkinan bisa saja anda masih puthujjana seperti yg lain disini... coba renungkan baik2 dulu..

Dan kenapa anda bisa menilai saya (dan yg lainnya) sebagai orang dogmatis, kan anda dan sy hanya terkoneksi dengan kata2 di dunia maya saja?

Dari mana anda bisa menilai bahwa yg lain2 disini hanya teoritis?
Apakah krn kata2 mereka sesuai dengan kitab, sehingga dijustifikasi sebagai teoritis?

Dan untuk tampil non-teoritis harus berbeda dari kitab, begitu?

Ukuran penilaian anda sangat lucu

Tidak hanya boddhisatva, manusia biasa juga harus mempunyai niat yg lurus dan kuat <--- anda kelihatan menghindari menggunakan kata baik-buruk, anda menggantikan dengan kata lurus/tidak lurus  :))

Gpp Bro, yg sy maksud dengan baik-buruk itu sama dengan yg anda maksud lurus/tidak lurus
Hanya beda kata2 diranah konsep, samalah kita bro: anda ternyata juga masih dualitas: lurus-tidak lurus  ;D

Betul..
Dan si Dendam-Membara melakukan pembunuhan ini, menimbulkan kamma apa Bro?
Kamma tidak-lurus 'kan?  :P

Ok, setuju
Baik-Buruk: adalah dualitas
Bagaimana dengan istilah anda: lurus-tidak lurus? Dualitas juga bukan?
Sama dong kita

::

Rekan William yang budiman, dalam dunia ini tidak selamanya sesuatu hal itu mutlak, karena banyak faktor yang terkait satu dengan lainnya.
Ambil contoh, ketika menjelaskan suatu hal kepada anak sekolah TK, dimana usia mereka masih terlalu dini untuk mengerti. Maka kita bisa menjelaskan; racun, api, kaca, dlsb sebagai benda berbahaya, jangan dimainkan. Beda halnya jika bicara dengan orang yang sudah mengerti, dewasa atau memang bergerak di bidang yang terkait dengan hal-hal tersebut; racun bisa jadi obat, api bisa jadi teman ketika kecil, api bisa jadi pertunjukan bagus (kembang api), dst... Beda tingkat pemahaman, bisa beda isi dialog.

Sama halnya dengan karma, dalam tingkatan awam masih melihatnya sebagai dualitas (baik dan buruk, bermanfaat tidak bermanfaat), sedang dalam tahap hakiki hanya melihat sebagai rentetan sebab dan akibat yang saling berkaitan dan berkesinambungan. :)

Dogmatis bukan karena cocok dengan kitab, tapi dicocok-cocokkan. Kesimpulan saya juga banyak yang sesuai dengan kitab, tapi bukan berarti saya dogmatis, sebab saya menelaah dan meneliti dulu, baru melihat apakah memang benar seperti ini yang diajarkan dalam kitab. Membuktikan dan melihat dulu, bukan sebaliknya membaca kitab dulu baru dijadikan pedoman dan acuan, ini akan menjadi semacam sugesti-keimanan (yang mana tidak sesuai lagi dengan prinsip ehipassiko yang diajaran Buddha Gautama).

Bila Anda tidak merasa dogmatis, maka Anda bisa menjelaskan bagaimana selama ini Anda mengetahui suatu konsep dalam ajaran Buddha, dan meyakininya, tanpa pernah (mungkin) membuktikannya. Saya dan rekan-rekan lain tentu ingin mengetahuinya; dari Anda membuktikannya dulu, baru menemukannya sesuai dengan yang diajarkan Buddha (bukan sebaliknya; membaca/mendengar dulu baru berusaha membuktikan atau mencocokkan).

Niat lurus Bodhisattva dalam hal ini harus bebas LDM lho, apa ini dimiliki manusia biasa (awam)? :)

Anda yang menyamakan lurus tidak lurus dengan baik dan buruk, bukan saya.

Lurus disini artinya niatnya murni hanya untuk perbuatan, bukan soal baik atau buruk. Jika ini Anda artikan lain, tentu saja maksud dari kata tersebut jadi tidak terakomodir dengan baik.

Dendam membara tentu menimbulkan karma yang lebih kuat dari pembunuhan tanpa direncanakan, apalagi tidak diniatkan atau tidak disengaja. Kalau Anda mau melabeli ini sebagai karma buruk, itu boleh-boleh saja, itu hak Anda.

Saya sendiri tetap pada penilaian dan pandangan saya, bahwa karma hanya konsekuensi dari sebuah perbuatan. Mau dinamakan buruk atau baik, tidak pengaruh. Yang jelas berbuat ini dapat ini, berbuat itu dapat itu (yang tahu tepatnya adalah seorang Buddha). Semua perbuatan menuai hasilnya, tanpa perlu dilabeli ini karma baik atau buruk.

Ada sebuah cerita asal Tiongkok. Seorang petani membeli seekor kuda. Suatu hari kuda tersebut lepas dan lari ke hutan. Petani ini sedih. Dia menganggap ini sebuah ketidak-beruntungan. Tak berapa lama, ternyata kuda ini kembali, dan bersamanya datang sekawanan kuda liar. Petani ini senang dan menganggap ini rejekinya.
Suatu hari anaknya menunggang salah satu kuda liar, dan terjatuh hingga kakinya patah. Petani ini langsung berkata, bahwa kuda ini membawa petaka/sial bagi keluarganya.
Tidak berapa lama kemudian, ada pengumuman kerajaan bahwa pemuda seusia anaknya diwajibkan ikut perang, dan setiap orang tua merasa sedih dan khawatir sebab rata-rata yang pergi berperang pulang tinggal nama (meninggal/gugur).
Tentu saja petani ini gembira, sebab dalam peraturan kerajaan pemuda cacat dan tidak mampu secara fisik tidak diwajibkan ikut ke medan perang.

Cerita ini berlanjut dan temanya masih sama; setiap kejadian selalu dipandang sebuah kesialan atau sebuah keberuntungan.
Sama seperti karma, baik ataupun buruk adalah persepsi manusia (makhluk) belaka, yang sejati dan nyata adalah kita menjalani setiap pengalaman hidup berdasarkan perbuatan-perbuatan kita sebelumnya. Baik-buruk hanya labelisasi, bukan substansi inti dari fenomena ini.

Amati dan jalani saja kehidupan Anda, semua yang kita alami persis seperti makna dari cerita petani dan kuda tersebut; ada kalanya beruntung, lalu kita sebut karma baik. Ada kalanya keberuntungan ini membuahkan ketidak-beruntungan, maka pikiran kita lalu menyesali keberuntungan yang kita dapat sebelumnya, dan seterusnya akan begitu. Hidup sejatinya hanya sebuah pengalaman yang berlalu, sedang kita jalani satu persatu sekarang. Ada yang bisa bantah ini?

Salam damai sejahtera dalam dharma.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #43 on: 14 February 2013, 08:11:11 PM »
Itu pendapat anda, Sdr. Sunya. Pendapat anda ini tidak memiliki dasar yang kuat karena tidak memiliki patokan yang jelas dalam mengukur jauh atau dekat pengertian Upaya Kausalya. Sedangkan saya bertolak ukur pada etimologi yang bersifat netral, tidak memihak aliran atau agama manapun karena sifat bahasa adalah umum untuk siapa saja yang menggunakannya. Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.


Secara panjang mungkin sudah disampaikan oleh Sdr. Ariyakumara. Singkatnya (inti sari dari sutta dan sutra yang pernah saya baca). Perbuatan buruk adalah perbuatan yang berdasarkan pada Niat yang bersekutu dengan salah satu /dua/ ketiganya dari 3 akar kejahatan (lobha, dosa, moha), yang sekarang/nantinya tidak bemanfaat (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nantinya merugikan (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nanti tidak membahagiakan, untuk diri sendiri, pihak lain, maupun keduanya. Pengertian ini tidak bisa dipisahkan sendiri-sendiri.

Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.

Adalah keliru jika kita meremehkan Sila dengan menganggapnya hanya sebatas dogma. Sila adalah bagian kecil dari Dharma, Kebenaran. Sila adalah perbuatan yang sepantasnya memang dilakukan dalam kehidupan jika menginginkan kehidupan yang baik. Jika tidak dilakukan konsekuensinya adalah kehidupan yang tidak baik. Ini sudah hukumnya, aturan mainnya. Sangat disayangkan jika kita mengaku sebagai umat Buddha ternyata menganggap Sila hanya sebagai dogma yang berkesan ajaran yang dapat dibuat-buat, bisa di on-off- kan.

Kesempitan berpikir terjadi ketika kita tidak bisa membedakan mana yang merupakan bentuk Pelatihan Sila dengan Sila itu sendiri. Pelatihan Sila memungkinkan seseorang alfa melakukannya dengan berbagai alasan, namun Sila sebagai Hukum Dharma tidak berhenti karenanya. Sila akan tetap berjalan/berlaku dan menimbulkan dampak.

Dalam Maha Upaya Kausalya Sutra dikisahkan Bodhisattva membunuh 500 orang (jelas Ia mendahuluinya dengan NIAT membunuh), ini penyimpangan dari Sila dan tetap akhirnya Ia dilahirkan di neraka. Namun karena ada niat lain yaitu niat baik untuk menolong, maka Ia mendapatkan diskon masa waktu beberapa kalpa. Jadi masing-masing Niat akan memunculkan dampaknya, tidak peduli Niat mana yang muncul duluan.

Dengan ketebatasan pengetahuan saya, setahu saya, semua “Upaya Kausalya” yang dikaitkan dengan membunuh karena belas kasihan hanya ada dalam masa Pelatihan seorang Bodhisattva. Ini berarti “Upaya Kausalya” yang dimaksud di sini adalah hanya usaha terampil (bukan usaha yang baik) menyelesaikan masalah sesuai dengan keterampilan seorang Bodhisattva yang belum untuk sempurna. Seorang Buddha tidak akan melakukan pembunuhan dengan alasan belas kasih, karena Ia sudah tidak lagi dalam Pelatihan Sila bahkan Ia sendiri bisa dikatakan sebagai “Sila Yang Hidup”. 

Kuncinya adalah melihat apa adanya Hukum Karma sebagaimana mestinya, Niat buruk akan mengakibatkan keburukan, niat baik akan mengakibatkan kebaikan. Pahami hal ini dengan jelas dan benar tanpa didasari oleh kekhawatiran, ketakutan akan menerima hal yang buruk, sehingga justru memunculkan sikap pembenaran sesuatu yang tidak benar.

Tolok ukurnya sangat jelas, judul maupun postingan pembuka dari rekan William tidak menyinggung sama sekali tentang Upaya Kausalya. Kalau mau tetap dihubung-hubungkan, bagi saya hanya memperlebar fokus diskusi saja. :)

Dogma itu bukan bisa di on-off-kan, tapi bersifat ajaran, didikan. Kebenaran dari sebuah doktrin/dogma tentu harus dibuktikan. Kalau Anda menolak mentah sila dikatakan dogma, boleh tahu apa landasan Anda? Jika hanya keimanan belaka, maka ini sudah masuk dalam (maaf) kategori keyakinan/kepercayaan pribadi, dan ini tidak bisa diganggu gugat. Bukan begitu?

Fenomena ini tidak hanya di agama Buddha, agama lain juga berkata bahwa kitab dan akidahnya bukan sekedar dogma, tapi merupakan hukum mutlak yang harus dijalankan agar bisa selamat. Kalau hanya begini, tidak banyak perbedaan agama Buddha dengan ajaran yang lain.

Tulisan lain Anda tidak saya tanggapi, belum cukup berkaitan dengan yang dibahas. Pesan saya: Lihat sesuatu apa adanya, bukan membenarkan atau menyalahkan, apalagi pembenaran dan penyalahan. Itu saja komentar saya.

Salam bahagia dalam dharma.  _/\_

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #44 on: 14 February 2013, 08:21:19 PM »
izin copas thread na,,

buat tanya di group fb


hampir sama dgn pertnyaan gryn di group fb kemarin..



gx diizinin jg uda di copas,, hehee, cpddd
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

 

anything