//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia  (Read 81232 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #60 on: 16 December 2009, 08:38:59 PM »
yg aku binggung ...
bukannya sangha bhikkhuni udah ada? yg di lakukan di aussie.. cuma menambah anggota sangha bhikkhuni yg udah ada tsb
terus.. sangha kan minimal 5 org...

klo masalah 4 pilar, yah.. keknya yg aku baca.. semua Buddha, memiliki sangha bhikkhuni

hmm.. klo ada vinaya yg mengatur agar tidak melakukan panahbisan lebih dari 1 bhikkhuni bersamaan, seharusnya bisa di atur.. hari ini 1..besok 1..lusa 1..dst :P
...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #61 on: 16 December 2009, 09:39:45 PM »
Quote
Dengan runtuhnya kerajaan itu akibat serbuan musuh dari India pada th 1017 M, Sangha Bhikkhuni pun lenyap bersama Sangha Bhikkhu.

Setelah 50 tahun, penyerbu itu terusir kembali. Raja Vijayabahu mengundang bhikkhu dari Myanmar untuk menghidupkan kembali Sangha Bhikkhu di Sri Lanka. Tetapi karena di Myanmar, Thailand, Laos & Kamboja tidak ada lagi bhikkhuni, maka para bhikkhu memutuskan bahwa garis keturunan Sangha Bhikkhuni telah putus.

Ibukota dipindahkan ke Polonnaruwa.

Sementara itu budaya Tamil Hindu sangat berpengaruh pada masyarakat Sinhala Buddhis. Sistem kasta & anti-feminisme meresap masuk ke dalam Sangha; kelompok-kelompok Sangha menjadi monopoli kasta-kasta tertentu.



Sebetulnya di dalam Vinaya dimungkinkan untuk menghidupkan kembali Sangha Bhikkhuni; tetapi karena para bhikkhu hanya mementingkan kelompoknya sendiri, mereka tidak berminat untuk itu. Dengan demikian, sampai Inggris masuk ke Sri Lanka pada th 1815, tidak ada orang dari kasta rendah atau perempuan bisa menjadi bhikkhu maupun bhikkhuni. Kebanyakan umat awam bodoh dan buta huruf; mereka mengiyakan saja apa kata bhikkhu. Begitu pula Raja mendengarkan kata bhikkhu penasehatnya tanpa membantah.

Selama masa kolonialisme Inggris, Anagarika Dharmapala merintis pembaruan Buddhisme. Ia mendirikan vihara untuk perempuan di Colombo, tapi gagal. Berikutnya, Miss Catherine de Alwis pergi ke Myanmar dan ditahbiskan menjadi samaneri. Ia kembali ke Sri Lanka pada 1903, dan mendirikan tarekat Dasa Sila Mata (DSM) bagi samaneri. Sejak tahun inilah tarekat itu menjadi cikal bakal Sangha Bhikkhuni. Filsafat mereka, kalau tidak bisa mendapat sepotong roti penuh, setengah potong pun jadilah.

Banyak pemuka Buddhis di kalangan Sangha (bhikkhu) dan awam mulai sadar bahwa DSM ini tidak sesuai dengan konsep Buddhis tentang "empat kelompok siswa dan penganut Buddha" (bhikkhu, bhikkhuni, upasaka & upasika).
Ven. Kusuma

Di antara penganjur pembaharuan Sangha Bhikkhuni terdapat YM Pandit Narawala Dhammaratana Thero. Beliau mengunjungi Beijing, dan mempelajari Sangha Bhikkhuni di Cina. Beliau menemukan bahwa Sangha Bhikkhuni itu kokoh berdiri di atas Vinaya yang diperoleh dari bhikkhuni Sri Lanka dari Anuradhapura pada th 429 M. Maka beliau menganjurkan penegakan kembali Sangha Bhikkhuni dengan bantuan bhikkhuni dari Cina.

Di samping beliau, ada beberapa Mahathera yang mendukung penegakan kembali Sangha Bhikkhuni, juga beberapa tokoh Buddhis awam, seperti Anagarika Dharmapala, DB Jayatilleke, GP Malalasekera, JR Jayawardane, dll ikut mendukung.

Di lain pihak, terdapat juga kaum konservatif reaksioner, yang ingin mempertahankan apa yang mereka namakan "Buddhisme Theravada murni".

Pada tanggal 8 Desember 1996, YM Vipulasara dari Maha Bodhi Society dengan bantuan dari World Sangha Council dan Sakyadhita International Organisation of Buddhist Women melakukan upacara upasampada (penahbisan) di vihara Sarnath, India. Ini adalah terobosan yang sangat penting bagi sejarah Buddhisme Theravada. Pada upacara itu, 11 samaneri dari DSM ditahbiskan menjadi bhikkhuni penuh oleh sebuah tim bhikkhu Theravada bersama-sama dengan sebuah tim bhikkhuni Korea yang memenuhi kuorum. Demikianlah untuk pertama kali sejak 980 tahun, Sangha Bhikkhuni Theravada hidup kembali di India.
Theravada Bhikkhuni,
Sri Lanka
Sesudah satu tahun di India, para bhikkhuni itu kembali ke Sri Lanka atas undangan Bhikkhuni Sasanodaya Society. Pada tanggal 12 Maret 1998, mereka menahbiskan 23 samaneri DSM lagi menjadi bhikkhuni penuh. Penahbisan ini dikukuhkan oleh satu kuorum Sangha Theravada sebagaimana disyaratkan oleh Vinaya.

Sri Lanka dianggap sebagai pemelihara Buddhisme Theravada sejak mazhab itu hijrah dari India. Di negara-negara Theravada lain tidak pernah ada Sangha Bhikkhuni. Paling tinggi hanya ada samaneri dasa sila.

Sangha Bhikkhuni tidak mungkin berfungsi baik di negara yang miskin dan terbelakang, yang tidak mengakui hak-hak kaum perempuan. Itulah sebabnya bahkan di negara-negara Mahayana yang miskin seperti Mongolia, Kirghizia dan Tibet tidak pernah ada Sangha Bhikkhuni.
It's an uphill struggle for the nuns as they battle clerical disapproval.

Sangha Bhikkhuni di Sri Lanka hendaknya menjadi ujung tombak penegakan kembali Sangha Bhikkhuni di negara-negara tersebut.
Di Sri Lanka, Sangha Bhikkhuni telah memperoleh haknya kembali seperti di zaman Anuradhapura, dengan harapan yang cerah bagi masa depan.

Quote
in english  http://www.buddhanet.net/nunorder.htm



Revival of the Bhikkhuni Order in Sri Lanka
by D. Amarasiri Weeraratne

It is well known that the Bhikkhuni (nuns) order was introduced to Sri Lanka during the reign of King Devanampiyatissa. (BC 250 - 210) Since then this order flourished at Anuradhapura for about 1200 years. With the fall of Anuradhapura to the Cholian invaders in AD 1017 and the annexation of the Aunradhapura Kingdom to the Cholian empire the Bhikkhuni order disappeared and became defunct. The Order of Monks (Bhikkhus) also met the same fate. But was later revived after King Vijayabahu drove away the Cholian invaders. For this revival the King had to get down monks from Burma. But there were no nuns in Burma, Siam, Cambodia or Laos the other four Theravada countries. Hence the monks maintained that the Bhikkhuni order should be considered defunct and not restorable. During the time the Bhikkhuni order existed in Sri Lanka it proved to be an asset to the religion and rendered yeoman service to the Sasana. Details can be found in the Dipawansa on which was modelled the Mahavamsa - the great chronicle in Sinhala history.

After 50 years of Cholian rule, King Vijayabahu coming up from Ruhuna expelled the invaders and assumed rulership over the whole island. He shifted his capital to Polonnaruwa. During the Polonnaruwa period which followed Sinhalese Buddhism came more and more under Tamil, Hindu influence. The Tamil caste system of South India was adopted and the monks took the names of their villages as a prefix to their Pali names given at ordination. The Sangha became the preserve of one caste monopolising the temporalities in imitation of Hindu priesthood. The study of Sanskrit and secular sciences associated with it came into vogue. Anti feminism and casteism were features entrenched in the Manu laws of Hinduism.

Anathema

These features found their way to Sinhalese society and its religion. Therefore, in this milieu the revival of the defunct Bhikkhuni order became anathema to Sinhalese Buddhism. There is permission in the Vinaya Chullavagga for monks to ordain nuns. This permission could easily have been made use of if the monks were willing to restore the Bhikkhuni order. But since their wishes were otherwise and they were more interested in maintaining their monopolies, it suited the to take the casteist and anti feminist line. They enabled them to avert rivalry from low caste men in the Sangha and women in to Bhikkhuni order.

Therefore, from the Polonnaruwa period right up to the British conquest of the island in 1815 no one took up the issue of admitting ‘low caste’ men to the Sangha and women to the Bhikkhuni order. Priestcraft saw to it that the Buddhist Sangha was the preserve of the high-caste and that women were debarred from leading the holy life of a Bhikkhuni as advocated by the Buddha. The majority of people were ignorant and illiterate. They took their Buddhism from the priestcraft of the Sangha and the Kings who took their advise in matters of religion from the Sangha hierarchy.

Thus, a tradition to the effect that the Bhikkhuni order is defunct and cannot be restored until the appearance of Martie Buddha in a future aeon became accepted. Thereby the teachings of the Buddha on appamada (diligence), samanatmata (egalitarianism), Karuna, Metta, Artachariya etc were lost sight of. An anti-feminist dogma prevented women from taking to holy orders in Buddhism. This was the situation from the Polonnaruwa period right up to the time the Sangha - King combine lost their control of the nation in 1815 with the betrayal of the last King to the British.

During the colonial period, under British rule, it was Anagarika Dharmapala who was the pioneer of the Buddhist revival. He opened the first nunnery in modern Ceylon at Darley Lane, Colombo. It was not a success. He was followed by Miss Catherine de Alwis who went to Burma and got ordained there as a Junior Nun without Higher Ordination. She came back to Sri Lanka in 1903 and founded the Dasa Sil Mata order of Buddhist nuns. Thus from 1903 onwards these D.S.M nuns were the vestige and the representatives of the Bhikkhuni Sangha of old. They seemed to believe in the theory that half a loaf is better than no bread. Therefore they had to be satisfied with observing the ten precepts of Junior Nuns or Samaneris.

Many Buddhist leaders among the clergy and the laity realised that the DSM status for nuns was really incongruous and incompatible with the Buddha’s concept of a four-fold division among his disciples and devotees.

He recognised only Bhikkhus, Bhikkhunis, male lay devotees and female lay devotees. There is no room for a half way house between lay women devotee and Bhikkhunis such as a Dasa Sil Matas. The later term is an invention by apostates in the Sasana who wish to keep down women renunciates from their proper place as Bhikkhunis.

Among the advocates for the revival of the Bhikkhuni order was Ven. Pandit Narawala Dhammaratana Thero. He had led a delegation to a peace conference in Peking, China. He studied the Bhikkhuni order in China and found that it had been established on a firm Vinaya footing by Sinhalese nuns from Anuradhapura in AD 429.

Chinese nuns

Therefore, in his writings and teachings he advocated the revival of the Bhikkhuni Order with assistance from Chinese Nuns. Other advocates of the revival among our Maha Theras were Ven. Pandit Hedipannala Pannaloka of the Vijalankara Pirivena, Ven. Pandit Henpitagedera Gnanaseeha, Ven. Banbarende Seevali and several other progressives. Among lay Buddhist leaders, Anagarika Dharmapala, Sir D.B. Jayatillaka, H. Sri Nissanka, Dr. G.P. Malalasekera, J.R. Jayewardene and many others encouraged the movement and spoke for it. Among the living sympathizers and advocates were Ven. Mapalagama Vipulasara. Principal, Paramadhamma Chetiya Pirivena, Ven. Pandit Inamaluwe Sumangala of the Dambulla Raja Maha Viharaya, Ven. Talalle Dhammaloka, Anunayaka Thero of the Amarapura Sect, Ven Dr. Kirinde Dhammananda, Ven. Pandit Pathegama Gnanarama retired Principal Sudharmakara Pirivena, Panadura, Ven. Porawagama Soma, Ven. Deegala Mahinda, Tembiliyane Ariyadhamma etc.

While the progressive monks called for and advocated the revival there were reactionaries, conservatives and obscurantists who took the traditional stand in Sinhalese Buddhism as a dogma, equating it with ‘pure Theravada Buddhism’. Thus there was division of opinion in the two camps, the conservatives sticking to traditional anti-feminism and the progressives calling for a revision of the traditional stand and a restoration of the Bhikkhuni Order.

As a sequel to the public interest created on this question Ven. M. Vipulasara, Principal, Parama Dhamma Chetiya Pirivena and President Mahabodhi Society came forward with the assistance of the World Sangha Council and Sakyadhita International Organisation of Buddhist Women and held an ordination ceremony on 8.12.96 at Saranath Temple, India. This was a grand and historic ceremony - a red letter day in the annals of Theravada Buddhism. At this ceremony 11 selected Sinhalese DSM nuns were ordained fully as Bhikkhunis by a team of Theravada monks in concert with a quorum of Korean Nuns. Thus for the first time after 980 odd years the Theravada Bhikkhuni Order was revived in India.

Sasanodaya Society

For the first time since the disappearance, the Bhikkhuni Order was restored at Saranath India on 8.12.96. The Sinhalese Nuns who received their Bhikkhuni Ordination there came back to Sri Lanka after one year and two months at the invitation of the Bhikkhuni Sasanodaya Society, Dambulla. On Medin Poya Day (12/3/98) they ordained 23 selected Sinhalese DSM Nuns into the Bhikkhuni Sangha.

This ordination was confirmed and ratified by a quorum of the Theravada Sangha as required in the Vinaya. Ven. Inamaluwe was the director of the function and the master of ceremonies. He was assisted by Ven. Mapalagama Vipulasara, Galkadawela Punnasara, Pandit Tallalle Dhammananda Anu Nayakam, Ven. Prof. K. Vajira and Porwagama Soma and a few others.

Thus for the first time since the Anuradhapura days the Bhikkhuni Sasana has been revived in Sri Lanka According to full Theravada ceremonial. Sinhalese DSM nuns, Buddhist women feminists and other advocates of the restoration of the Bhikkhuni Sasana will have the satisfaction that one of their cherished dreams for the Buddha Sasana has been realised.

Sri Lanka became the caretaker and headquarters of Theravada Buddhism since it was expelled from India. Other Theravada countries such as Siam, Burma, Laos, and Cambodia has never had a Bhikkhuni Order. There are movements in these countries for the admission of women to the Bhikkhuni Sangha in the Theravada tradition to which they belong. These countries border China and they see that in China Bhikkhunis have been existing from the earliest days of the introduction of Buddhism to that land.

Hence, their aspiration for entry to the Bhikkhuni Sangha will receive a fillip on hearing and seeing that the Theravada Bhikkhuni Order has been established in Sri Lanka. Though the Bhikkhuni Order had never been introduced to any country except Sri Lanka, Burma is an unusual exception. It had originally been a Mahayana country. Therefore during the Mahayana days there were Bhikkhunis in Burma. But once it was converted to Theravada Buddhism the Bhikkhuni Order there became unrecognised. Hence there continued to be the nuns with only Samaneri Ordination under the Ten Precepts. Even today the position is the same. It is from these Samaneri nuns (called Ma-Theelas) that Sri Lanka received its DSM order of nuns.

Now that the Theravada Bhikkhuni Order has been established in Sri Lanka it should be a matter of time for women renunciates in these countries to come to Sri Lanka, or get down Sri Lankan nuns to their countries and establish the Bhikkhuni Order in their lands. Admittance to the Bhikkhuni Order to women was granted by the Buddha himself. Womens' rights are a part of human rights in the modern world.

Therefore, the Bhikkhuni Order in Sri Lanka should be the spearhead for the movement to establish the Theravada Bhikkhuni Order in these lands. The Bhikkhuni Order cannot function properly in poor and backward cultures which do not recognise women’s rights. That is why even in some backward Mahayana countries such as Mongolia, Kirghizia and Tibet there never has been a Bhikkhuni Order. Now that Sri Lanka is emerging from a backward Third World country with a poor record of human rights to a modern democracy which recognises women’s rights the prospects of the Bhikkhuni Order gaining its rightful place as in the Anuradhapura period are bright and full of promise.

Silakan dibahas.....[/size]
« Last Edit: 16 December 2009, 10:01:21 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #62 on: 16 December 2009, 09:45:06 PM »
setahu saya, untuk melakukan upasampada harus ada 5 bikkhuni sangha....jika tidak cukup 5 orang,maka 4 orang bisa dimana patung Sangbuddha mewakili 1 tersebut..

ini saya dengar dari seorang bikkhu thai ( sudah lama )

kemudian, pada waktu itu mana ada lagi Bikkhuni wanita? terakhir saja kalau tidak salah ada di srilangka itu pun sudah putus....

intinya hanya wanita boleh melakukan upasampada ke wanita..bikkhuni ke bikkhuni...
dan bikkhu ke bikkhu saja...
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #63 on: 16 December 2009, 09:46:12 PM »
salah, bahkan tradisi tibetan juga tidak menahbiskan bhikkhuni karena memang dari vinaya mereka juga sudah tidak bisa, prosesnya sama dengan penahbisan bhikkhuni theravada
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #64 on: 16 December 2009, 09:54:40 PM »
Bhiksuni juga murid Buddha, Bhikkhuni juga murid Buddha, Koq Bhiksuni tidak dipermasalahkan sementara Bhikkuni kita permasalahkan.
Perlu kita ingat kembali, Bhiksuni tidak menjalankan athasilla, tapi Bhikkuni menjalankan Athasilla.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #65 on: 16 December 2009, 10:01:42 PM »
Bhiksuni juga murid Buddha, Bhikkhuni juga murid Buddha, Koq Bhiksuni tidak dipermasalahkan sementara Bhikkuni kita permasalahkan.
Perlu kita ingat kembali, Bhiksuni tidak menjalankan athasilla, tapi Bhikkuni menjalankan Athasilla.

kok ada bhikkhuni menjalankan atthasila? ya memang demikian, banyak bhikkhu yg berperilaku spt umat awam dengan menjalankan atthasila, dan sebaliknya banyak juga umat awam yang berperilaku spt bhikkhu/bhikkhuni.

setau saya attha sila untuk dijalankan oleh umat awam pada hari uposatha, sedangkan bhikkhu/bhikkhuni menjalankan vinaya

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #66 on: 16 December 2009, 10:27:10 PM »

kok ada bhikkhuni menjalankan atthasila? ya memang demikian, banyak bhikkhu yg berperilaku spt umat awam dengan menjalankan atthasila, dan sebaliknya banyak juga umat awam yang berperilaku spt bhikkhu/bhikkhuni.

setau saya attha sila untuk dijalankan oleh umat awam pada hari uposatha, sedangkan bhikkhu/bhikkhuni menjalankan vinaya
Maksud gw setelah lewat tengah hari bhiksuni masih boleh makan.  _/\_
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #67 on: 16 December 2009, 10:42:30 PM »
salah, bhikkhuni menjalankan vinaya, terdiri dari 311 peraturan.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline willyyandi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 5
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #68 on: 17 December 2009, 01:42:36 AM »
Alasan kenapa bhikkhuni perlu ada sama dengan kenapa bhikkhu harus ada. Memang umat awam ada kemungkinan bisa mencapai pencerahan, namun kondisinya lebih sulit karena banyak godaan sehingga muncullah Sangha. Jika dikatakan tidak perlu bhikkhuni karena sebagai umat awam juga bisa berlatih, maka seharusnya juga dikatakan kepada orang yang mau jadi bhikkhu bahwa tidak perlu jadi bhikkhu karena sebagai umat awam juga bisa berlatih. Namun, kita dengan jelas melihat bahwa umat awam kondisinya lebih sulit apalagi ketika berkeluarga, harus bekerja untuk kebutuhan hidup, dll.

Bhikshuni dalam tradisi Wajrayana (Tibetan) juga sudah lenyap dan ada usaha untuk mengembalikan atas usulan Dalai Lama. Namun, lagi-lagi ada beberapa sesepuh di dalam Tradisi Wajrayana yang berbeda pendapat sehingga sedikit lebih sulit.

Sebenarnya daripada meributkan sah atau tidak sah, toh KENYATAAN sudah ada bhikkhuni. Mereka sudah bergerak di masyarakat dan daripada tidak terkontrol, alangkah lebih bijak apabila para bhikkhu Sangha berpikir bagaimana model buat para bhikhuni agar berada di jalan yang benar.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #69 on: 17 December 2009, 02:02:36 AM »
Bhiksuni juga murid Buddha, Bhikkhuni juga murid Buddha, Koq Bhiksuni tidak dipermasalahkan sementara Bhikkuni kita permasalahkan.
Perlu kita ingat kembali, Bhiksuni tidak menjalankan athasilla, tapi Bhikkuni menjalankan Athasilla.

kok ada bhikkhuni menjalankan atthasila? ya memang demikian, banyak bhikkhu yg berperilaku spt umat awam dengan menjalankan atthasila, dan sebaliknya banyak juga umat awam yang berperilaku spt bhikkhu/bhikkhuni.

setau saya attha sila untuk dijalankan oleh umat awam pada hari uposatha, sedangkan bhikkhu/bhikkhuni menjalankan vinaya
Atthasila bukannya juga dijalani oleh samanera/i. Bukan cuma upasaka/upasika.

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #70 on: 17 December 2009, 02:48:44 AM »
gak usah di pusingin deh, di ridhoi atau enggak
toh utk jadi buddha gak hrs jadi bikkhuni
dan beragama buddha atau bukan, bahkan gak beragama juga bisa jadi buddha toh ?
semua cuma attribute, buat apa ribut gara-gara attribute

kalau seandainya "kebhikkhuan" atau "kebhikkhunian" itu hanya atribut,
kenapa semua bhikkhu tidak lepas jubah saja?
toh katanya tidak perlu jadi bhikkhu juga bisa jadi Buddha? ???


Alasan kenapa bhikkhuni perlu ada sama dengan kenapa bhikkhu harus ada. Memang umat awam ada kemungkinan bisa mencapai pencerahan, namun kondisinya lebih sulit karena banyak godaan sehingga muncullah Sangha. Jika dikatakan tidak perlu bhikkhuni karena sebagai umat awam juga bisa berlatih, maka seharusnya juga dikatakan kepada orang yang mau jadi bhikkhu bahwa tidak perlu jadi bhikkhu karena sebagai umat awam juga bisa berlatih. Namun, kita dengan jelas melihat bahwa umat awam kondisinya lebih sulit apalagi ketika berkeluarga, harus bekerja untuk kebutuhan hidup, dll.

setuju.. :jempol:
inilah alasannya mengapa "kebhikkhuan" atau "kebhikkhunian" bukan sekedar atribut..

4 pilar ajaran Buddha: bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika..
yang masih jadi pertanyaan besar adalah "apakah Sangha Theravada, Mahayana, dan Vajrayana itu benar2 terpisah?" begitu pula "apakah umat awam Theravada, Mahayana, dan Vajrayana itu benar2 terpisah?"
« Last Edit: 17 December 2009, 03:00:52 AM by Lex Chan »
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline luis

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 22
  • Gender: Male
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #71 on: 17 December 2009, 07:57:43 AM »
Yup saya juga sependapat dengan Willyyandi dan Lex Chan. Sangha Theravada, Mahayana, dan Vajrayana tidak benar2 terpisah. Tidak ada yang namanya vinaya Theravada, vinaya Mahayana, dan vinaya Vajrayana. Waktu Theravada (Sthaviravada) terpecah menjadi 18 tradisi, yang membedakan antara tradisi2 ini adalah aspek Dharma yang dipelajarinya, bukan vinayanya. Walaupun memang ada perbedaan minor (ada aturan yang ditambah), tetapi secara garis besar vinayanya juga konsisten.

Demikian juga dengan para bhikkhu dan bhikkhuni dari tradisi Theravada (modern - Mahaviharasin), Mahayana, dan Vajrayana. Mereka di-ordinasi dengan vinaya terlebih dahulu (Theravada, atau Dharmaguptaka, atau Mulasarvastivada), baru setelahnya memilih aspek Dhammanya. Menurut saya, dan juga dari sumber2 para scholar Buddhis, sebenarnya dimungkinkan bhikshuni dari tradisi Mahayana memberikan ordinasi kepada bhikkhuni dari Theravada dengan menggunakan vinaya Dharmaguptaka. Rasanya ini yang dilakukan dalam ordinasi bhikkhuni di Srilangka, di mana Ayya Santini menjadi salah seorang bhikkhuni yang di-upasampada.

Permasalahannya mungkin terletak pada kecenderungan untuk lebih melihat pada aspek tradisi daripada vinaya.

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis
Do not blame nor criticise anyone, as there is no one to blame in the first place.

Offline exam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 533
  • Reputasi: 9
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #72 on: 17 December 2009, 08:31:43 AM »
gak usah di pusingin deh, di ridhoi atau enggak
toh utk jadi buddha gak hrs jadi bikkhuni
dan beragama buddha atau bukan, bahkan gak beragama juga bisa jadi buddha toh ?
semua cuma attribute, buat apa ribut gara-gara attribute

kalau seandainya "kebhikkhuan" atau "kebhikkhunian" itu hanya atribut,
kenapa semua bhikkhu tidak lepas jubah saja?
toh katanya tidak perlu jadi bhikkhu juga bisa jadi Buddha? ???


Alasan kenapa bhikkhuni perlu ada sama dengan kenapa bhikkhu harus ada. Memang umat awam ada kemungkinan bisa mencapai pencerahan, namun kondisinya lebih sulit karena banyak godaan sehingga muncullah Sangha. Jika dikatakan tidak perlu bhikkhuni karena sebagai umat awam juga bisa berlatih, maka seharusnya juga dikatakan kepada orang yang mau jadi bhikkhu bahwa tidak perlu jadi bhikkhu karena sebagai umat awam juga bisa berlatih. Namun, kita dengan jelas melihat bahwa umat awam kondisinya lebih sulit apalagi ketika berkeluarga, harus bekerja untuk kebutuhan hidup, dll.

setuju.. :jempol:
inilah alasannya mengapa "kebhikkhuan" atau "kebhikkhunian" bukan sekedar atribut..

4 pilar ajaran Buddha: bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika..
yang masih jadi pertanyaan besar adalah "apakah Sangha Theravada, Mahayana, dan Vajrayana itu benar2 terpisah?" begitu pula "apakah umat awam Theravada, Mahayana, dan Vajrayana itu benar2 terpisah?"

saya buat contoh yg simple ya
utk jadi pintar,menguasai suatu pengetahuan, misalnya komputer
anda bisa belajar sendiri(gak jadi biksu), atau belajar di univertsitas sbg mahasiswa(jadi biksu)
di univ, sbg mahasiswa(biksu) ada aturan(vinaya) misalnya setiap semester hrs minimal selesaikan 16-22 sks mata kuliah.

jadi meskipun anda tidak punya title(atribute) sbg mahasiswa(biksu)
anda juga bisa jadi ahli komputer(buddha)

kalau mahasiswa(biksu) cuma atribut, kenapa semua biksu/mahasiswa tidak lepas jubah saja
itukan yg anda tanya ?
semua hanya pilihan, gak ada yg salah, toh semua hanya attribute
yg penting tujuan akhirnya jadi ahli di bidang itu (komputer/buddha)

yg penting kan anda belajar komputer
dimana saja juga bisa
berstatus mahasiswa/biksu tidak penting bukan ?

sama aja seperti seorang pertapa di luar sangha
apakah pertapa non sangha ini tidak bisa jadi buddha ?
tidak bukan?

apakah atheis yg bertapa tidak bisa jadi buddha ?
apakah pastur yg hidupnya seperti biksu tidak bisa jadi buddha ?
sangha adalah jalan, tapi bukan satu2nya jalan

biksu/mhs itukan atribute yg di buat manusia

beda-beda tapi toh tujuannya sama
menurut sangha x, hrs begini,
menurut universitas x hrs 120sks baru bisa wisuda

apakah mendukung penahbisan atau tidak
sebenarnya gak penting toh

contohnya bill gates, meskipun bukan anggota sangha(univ) dan di tahbiskan/wisuda di harvard
tetap saja ia bisa jadi sukses


so jangan melekat pada attribute
mau pake silahkan
tapi jangan jadi harga mati

memang masih banyak orang yg fokus pada attribute, daripada prosesnya sendiri
lebih senang/bangga jadi mahasiswa, lebih senang pake baju mahal, lebih senang pada title
apa2 hrs sesuai textbook, dikit2 mengacu pada kitab dan ayat2
mengkultuskan individu yg di anggap hebat
padahal semua itu juga di buat oleh manusia
sehingga melupakan esensi yg lebih penting
« Last Edit: 17 December 2009, 08:50:22 AM by exam »

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #73 on: 17 December 2009, 09:10:03 AM »
lepas jubah.. waw.. kok pembahasan nya sampai di sini, lepas jubah berarti jd perumah tangga, knp.. org langsung lihat tubuh sehat, baju bagus, kenapa ga kerja saja? tidak ada lagi dana dari umat, maka mau tidak mau mereka harus menghidupi dri mereka sendiri, dgn menjual dhamma atau apa pun

jubah itu salah satu attribut..yah betul, dalam cerita2 buddhist, jubah kuning salah satu tanda org suci/  org yg sedang melatih diri mencapai kesucian...
melepas itu, maka tidak ada bedanya dgn org biasa
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia
« Reply #74 on: 17 December 2009, 09:12:30 AM »
yah..tidak menjadi bhikkhu/pertapa..bisa menjadi buddha (dari 3 jenis buddha), tp yg jelas kemungkinannya sangat amat kecil untuk menjadi buddha di kehidupan skrg
...

 

anything