//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kelemahan 'agama' Buddha  (Read 72098 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #60 on: 31 October 2009, 11:57:40 PM »
^^
^ dr mana tuh sumbernya  :))  ^:)^

 _/\_

Offline char101

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 237
  • Reputasi: 13
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #61 on: 01 November 2009, 12:02:34 AM »
Berarti satipatthana sudah diulang sebanyak 84000 kali ;D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #62 on: 01 November 2009, 07:58:07 AM »
Berarti satipatthana sudah diulang sebanyak 84000 kali ;D
bukan satipatthana tapi dari sumber lain ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #63 on: 01 November 2009, 08:39:04 AM »
_/\_ Sdr Peacemind


Oya, patokan 'terkendali' itu bagaimana yah? Apakah dijelaskan jg dlm vinaya & komentar?

Jika melihat masa sekarang, tampaknya hal tsb lebih berkurang penerapannya dibanding pd masa dulu. Benar ngganya, bukan masalah. Bukan itu yg penting tapi bagaimana agar supaya ada perbaikan dan perkembangan ke depannya. Demi Buddha-sasana dan kemajuan praktik kita sendiri. Seperti yg pernah Sdr Peacemind katakan pd saya. :)



Mettacittena
_/\_


Sebenarnya sulit untuk menentukan apakah seorang bhikkhu benar2 memiliki pengendalian diri atau tidak karena pengendalian diri harus benar2 berasal dari pikiran yang terkendali, sedangkan kita nggak bisa melihat pikiran seseorang. Seseorang mungkin terlihat terkendali, namun sebenarnya hanya show off, atau seseorang mungkin terlihat kasar dalam bertindak namun sesungguhnya ia lembut di dalam. Namun bagaimana pun, saat ini yang bisa dijadikan patokan untuk melihat apakah seorang bhikkhu memiliki pengendalian diri atau tidak, pertama, bisa dilihat melalui tingkah lakunya sehari-hari, apakah ia mempraktikkan peraturan kebhikkhuan dengan benar atau tidak. Dalam Kitab Suci, terdapat empat macam pengendalian (saṃvara), yakni pātimokkhasaṃvara (mengendalikan diri melalui peraturan2 vinaya), satisaṃvara (mengendalkan diri melalui praktik kesadaran), ñāṇasaṃvara (mengendalikan diri melalui pengetahuan) dan khantisaṃvara (mengendalikan diri melalui kesabaran). Di antara empat macam pengendalian diri ini, pātimokkhasaṃvara bisa dikatakn sebagai patokan pertama karena biasanya pertama2 yang seseorang lihat dari bhikkhu adalah tingkah-lakunya. Tingkah laku seorang bhikkhu yang bisa diaktualisasikan lewat praktik Pātimokkha sangat tampak dari luar sedangkan apakah seorang bhikkhu memiliki pengendalian diri melalui sati, ñāna, atau khanti bisa dilihat setelah kita berasosiasi dengannya dalam jangka waktu yang tidak sedikit.

Kesempurnaan pengendalian diri melalui praktik pātimokkha dikatakan sebagai berikut:

“Bhikkhu, sīlavā hohi, pātimokkhasaṃvarasaṃvuto viharāhi ācāragocarasampanno aṇumattesu vajjesu bhayadassāvī, samādāya sikkhassu sikkhāpadesū’’ti – Seorang bhikkhu yang memiliki susila, hidup terkendali melalui pengendalian pātimokkha, memiliki tingkah laku yang baik dan tahu tempat yang sesuai untuk dikunjungi, melihat bahaya dari kesalahan yang sekecil apapun dan setelah mengambil latihan, ia melatih diri sesuai dengan latihan2 tersebut”.

Meskipun seorang bhikkhu harus terkendali melalui praktik peraturan kebhikhuan (pātimokkha) seperti yang terkutip di atas, kita pun harus sadar bahwa praktik ini bersifat latihan (sikkhapada). Dalam latihan seorang bhikkhu tidak selalu perfect. Terkadang ia jatuh. Ini mengapa seorang bhikkhu harus berada di bawah bimbingan seorang upajjhaya atau acariya paling tidak 5 tahun. Meskipun sudah menjalankan kebhikkhuan selama 5  vassa, jika sering melakukan kesalahan, hendaknya seorang bhikkhu harus selalu berada di bawah bimbingan seorang bhikkhu yang senior dan berpengalaman. Kesalahan bukanlah hal yang jelek selama seseorang menyadari dan mengakui kesalahannya tersebut. Sang Buddha, bahkan, memuji para muridnya yang mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya. Beliau selalu mengatakan bahwa melihat kesalahan sebagai kesalahan dan mengakui kesalahan yang dilakukan adalah tanda berkembangnya Buddhasāsana. Lihat kisah seorang bhikkhu bernama Bhadiya dalam Bhaddiyasutta dari Majjhimanikāya.

Apa yang saya sebutkan di atas hanya satu opini saya dan saya tidak menutup kemungkinan adanya cara lain untuk melihat apakah seorang bhikkhu terkendali atau tidak.

                                                       May u be happy.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #64 on: 01 November 2009, 09:31:29 AM »
^
^ apa aja ya??? bisa disebutkan 10 aja  ;D ;D ;D

 _/\_

Dalam Aṭṭhākanagarasutta dari Majjhimanikāya, Bhikkhu Ānanda menyebut 8 cara yang bisa digunakan sebagai jalan untuk mencapai kesucian arahat, sedangkan dalam Dvayatānupassanāsutta dari Suttanipāta, ada 15 perenungan yang bisa mengantar seseorang mencapai nibbāna. Namun jika diperhatikan, cara2 tersebut masih dalam lingkup samatha dan vipassanabhavana.

Terlalu banyak Dhamma yang katanya bisa menuntun ke Nibbana, sehingga bisa muncul tafsiran jalan lain yang malah tidak menuntun ke nibbana.

Di satipatthana sutta bukannya ditulis ekayano maggo (kalo tidak salah), inilah satu-satunya jalan...?

Kalau boleh usul, dalam Mahāsatipaṭṭhānasutta tercatat, "“Ekāyano  ayaṃ,  bhikkhave,  maggo  sattānaṃ  visuddhiyā....", yang artinya, "O, para bhikkhu, ini adalah satu jalan, satu kendaraan untuk mensucikan makhluk2". Terjemahan ini memang sangat berbeda dari apa yang sering kita jumpai, yakni "Inilah satu2nya jalan atau ini hanyalah satu2nya jalan". Padahal, dalam  Kitab Suci, tidak ditemukan satu istilahpun di sini untuk mengindikasikan akan adanya arti "hanyalah atau satu2nya". Jika di sana ada kata yang mengindikasikan makna "hanya atau satu2-NYA, kalimat tersebut harus menggunakan kata "eva", jadi harus “Ekāyano EVA  ayaṃ,  bhikkhave,  maggo  sattānaṃ  visuddhiyā.....". Penerjemahan yang saya sarankan di atas akan memiliki makna sedikit berbeda dari jika menerjemahkan "ini satu2nya jalan". Namun, ini hanya sekedar opini. Selanjutnya, silahkan para bijaksana menentukan mana yang terbaik. Dan bagi saya, apapun ajaran yang diberikan Sang BUddha, semuanya memiliki satu inti - pelenyapan semua kekotoran batin melalui pengetahuan tentang anicca, dukkha dan anatta.

Berarti satipatthana sudah diulang sebanyak 84000 kali ;D

Khotbah Satipaṭṭhāna, secara komplet, telah dicata dua kali di Suttapiṭaka, yaitu di Dīghanikāya dan Majjhimanikāya. Istilah 84.000 sebenarnya mengacu kepada keseluruhan Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha dan para muridnya. Istilah ini diberikan oleh Bhikkhu Ānanda di Konsili Agung Pertama dan juga ditemukan dalam syair2 beliau di Theragāthā. Dalam Theragātha, beliau mengatakan bahwa beliau mendapatkan ajaran dari Sang Buddha sebanyak 82.000 Dhamma, dan 2.000 Dhamma dari para bhikkhu lainnya.

                                                     May u all be happy

Offline jimmykei

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 168
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia, Sadhu3x
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #65 on: 01 November 2009, 09:54:19 AM »
gw khan kr****n mahayana :))

untuk brother ryu yang campur sari,

penyebabnya banyak bonyok kita ampe akong ama cuma pai2 tapi kaga ngerti artinya,
trus diajarin ke kita, kita juga pai2,trus ..
ditanya orang Agama Lain, siapa Tuhannya?Apa ajarannya?
ngerti2 kaga,trus diajak pindah,
ragu, lalu pindah...

ada lagi,
berusaha mao tau, tapi begitu nyari ada banyak pilihan,
tau2nya salah pilih, yang ngaku2 ajaran Buddha,
akhirnya sesat juga,...

ada lagi...
begitu baru belajar semangat,,
begitu dah masuk meditasi,semangat bentar,
trus jadinya males,..

Offline char101

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 237
  • Reputasi: 13
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #66 on: 01 November 2009, 10:10:08 AM »
Kalau boleh usul, dalam Mahāsatipaṭṭhānasutta tercatat, "“Ekāyano  ayaṃ,  bhikkhave,  maggo  sattānaṃ  visuddhiyā....", yang artinya, "O, para bhikkhu, ini adalah satu jalan, satu kendaraan untuk mensucikan makhluk2". Terjemahan ini memang sangat berbeda dari apa yang sering kita jumpai, yakni "Inilah satu2nya jalan atau ini hanyalah satu2nya jalan". Padahal, dalam  Kitab Suci, tidak ditemukan satu istilahpun di sini untuk mengindikasikan akan adanya arti "hanyalah atau satu2nya". Jika di sana ada kata yang mengindikasikan makna "hanya atau satu2-NYA, kalimat tersebut harus menggunakan kata "eva", jadi harus “Ekāyano EVA  ayaṃ,  bhikkhave,  maggo  sattānaṃ  visuddhiyā.....". Penerjemahan yang saya sarankan di atas akan memiliki makna sedikit berbeda dari jika menerjemahkan "ini satu2nya jalan". Namun, ini hanya sekedar opini. Selanjutnya, silahkan para bijaksana menentukan mana yang terbaik. Dan bagi saya, apapun ajaran yang diberikan Sang BUddha, semuanya memiliki satu inti - pelenyapan semua kekotoran batin melalui pengetahuan tentang anicca, dukkha dan anatta.

Thanks Bro Peacemind atas penjelasannya ;D . Di commentary mahasatipatthana sutta juga ada beberapa definisi tentang satu jalan itu. Jalan memang bisa banyak atau hanya satu tergantung definisi yang dipakai. Kalau di abhidhamma hanya ada 1 jalan yaitu melalui magga dan phala citta, tapi praktek untuk mencapainya bisa bermacam-macam tergantung praktisinya.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #67 on: 01 November 2009, 10:27:21 AM »
For Char101:

Anda benar.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #68 on: 01 November 2009, 10:34:09 AM »
Kalau boleh usul, dalam Mahāsatipaṭṭhānasutta tercatat, "“Ekāyano  ayaṃ,  bhikkhave,  maggo  sattānaṃ  visuddhiyā....", yang artinya, "O, para bhikkhu, ini adalah satu jalan, satu kendaraan untuk mensucikan makhluk2". Terjemahan ini memang sangat berbeda dari apa yang sering kita jumpai, yakni "Inilah satu2nya jalan atau ini hanyalah satu2nya jalan". Padahal, dalam  Kitab Suci, tidak ditemukan satu istilahpun di sini untuk mengindikasikan akan adanya arti "hanyalah atau satu2nya". Jika di sana ada kata yang mengindikasikan makna "hanya atau satu2-NYA, kalimat tersebut harus menggunakan kata "eva", jadi harus “Ekāyano EVA  ayaṃ,  bhikkhave,  maggo  sattānaṃ  visuddhiyā.....". Penerjemahan yang saya sarankan di atas akan memiliki makna sedikit berbeda dari jika menerjemahkan "ini satu2nya jalan". Namun, ini hanya sekedar opini. Selanjutnya, silahkan para bijaksana menentukan mana yang terbaik. Dan bagi saya, apapun ajaran yang diberikan Sang BUddha, semuanya memiliki satu inti - pelenyapan semua kekotoran batin melalui pengetahuan tentang anicca, dukkha dan anatta.
.................


Berarti kalau ada yang mengaku ajaran Buddha tapi ajarannya tidak menuju pelenyapan semua kekotoran batin melalui pengetahuan tentang anicca, dukkha dan anatta itu ajaran palsu ya 8)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #69 on: 01 November 2009, 11:31:21 AM »
Berarti intinya melalui pemurnian sila, samadhi dan Panna baru bisa mencapai kesucian kan? berarti itu hanya satu satunya cara. kok bisa diblg byk sekali cara.  :)) :)) :))

 _/\_

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #70 on: 01 November 2009, 12:51:45 PM »
Berarti intinya melalui pemurnian sila, samadhi dan Panna baru bisa mencapai kesucian kan? berarti itu hanya satu satunya cara. kok bisa diblg byk sekali cara.  :)) :)) :))

 _/\_
Sotapanna dikatakan sbg mereka yg silanya telah sempurna dan tidak akan terjatuh lagi ke alam rendah. Belum termasuk yg samadhi dan panna telah termurnikan, tapi toh bisa mencapai kesucian juga. :D
appamadena sampadetha

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #71 on: 01 November 2009, 01:04:35 PM »
Dr mana ustad susu tao soal ini??  :)) berarti ustad sendiri telah menembusi Sotapan makanya mengetahui demikian? terimalah hormat saya ustad susu  :))  ^:)^

Sotapana emank 5 sila telah murni, tp tdk menutup kemungkinan mereka telah mencicipi Nibana melalui Samadhi dan Kebijaksanaan..

 _/\_

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #72 on: 01 November 2009, 01:56:27 PM »
Dr mana ustad susu tao soal ini??  :)) berarti ustad sendiri telah menembusi Sotapan makanya mengetahui demikian? terimalah hormat saya ustad susu  :))  ^:)^
Jika ditujukan pd saya itu sarkasme. Ada kata2 Sang Buddha yg menyatakan demikian. Saya hanya mendistribusikan.

Sotapana emank 5 sila telah murni, tp tdk menutup kemungkinan mereka telah mencicipi Nibana melalui Samadhi dan Kebijaksanaan..

 _/\_
Emangnya nibbana apa pake dicicipi? Kalo pun bisa, yg mencicipi Nibbana ya para Arahat. Bagaimana adanya kemungkinan sotapanna mencicipi Nibbana melalui Samadhi dan Panna? Bisa dijelaskan lebih lanjut? :)

_/\_
« Last Edit: 01 November 2009, 02:00:05 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #73 on: 01 November 2009, 01:58:50 PM »
Memang disebutkan Sotapanna telah merasakan nibanna, walaupun sebentar saja.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Kelemahan 'agama' Buddha
« Reply #74 on: 01 November 2009, 02:34:35 PM »
Dr mana ustad susu tao soal ini??  :)) berarti ustad sendiri telah menembusi Sotapan makanya mengetahui demikian? terimalah hormat saya ustad susu  :))  ^:)^
Jika ditujukan pd saya itu sarkasme. Ada kata2 Sang Buddha yg menyatakan demikian. Saya hanya mendistribusikan.

Sotapana emank 5 sila telah murni, tp tdk menutup kemungkinan mereka telah mencicipi Nibana melalui Samadhi dan Kebijaksanaan..

 _/\_
Emangnya nibbana apa pake dicicipi? Kalo pun bisa, yg mencicipi Nibbana ya para Arahat. Bagaimana adanya kemungkinan sotapanna mencicipi Nibbana melalui Samadhi dan Panna? Bisa dijelaskan lebih lanjut? :)

_/\_

Ustad susu :hammer: kok tanya balik kesaya? aye kan yg tanya ente.w wkwkkwkwk. coba deh u nulis kata kata Sang Buddha yg menyebutkan demikian? mohon bimbingan atas ketidak tahuaan Aye


 

anything